Makalah Kerusakan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



1.1. Latar belakang Dalam proses produksi peternakan, pakan adalah salah satu faktor penentu keberhasilan sehingga kualitas mutunya harus terjaga agar aman dikonsumsi oleh ternak. Penentuan kualitas mutu pakan atau pun ransum dimulai dari penyedian bahan baku, proses produksi hingga penyimpanan. Suatu industri pakan, khususnya industri dalam skala besar, penyimpanan bahan baku pakan atau pun ransum merupakan aspek yang sangat penting untuk diperhatikan. Industri pakan skala besar melakukan proses poduksi dalam jumlah yang banyak dan waktu penyimpanan yang cukup lama. Jika pakan jumlahnya banyak, dan tidak habis sekali pakai, namun pemakaiannya bertahap, maka kestabilitasan barang tersebut harus dapat dijaga untuk menjaga kualitas. Hal ini tentunya membutuhkan sistem penyimpanan yang efektif untuk bahan baku serta produk jadi yang diproduksi. Penyimpanan adalah salah satu bentuk tindakan pengamanan yang selalu terkait dengan waktu yang bertujuan untuk mempertahankan dan menjaga komoditi yang disimpan dengan cara menghindari dan menghilangkan berbagai faktor yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas komoditi tersebut. Penyimpanan pakan yang terlalu lama akan menurunkan kualitas dari pakan tersebut. Dalam proses penyimpanan, setiap bahan dan produk jadi tersebut akan berpeluang terjadi kerusakan. Kerusakan pakan akan mengakibatkan penurunan kandungan gizi pakan dan menurunkan performan ternak yang mengkonsumsinya. Kerusakan bahan pakan diakibatkan lama penyimpanan yang pengaruhi oleh interaksi kondisi bahan pakan, kondisi lingkungan dan organisme perusak kualitas bahan pakan (Suparjo,2010) . Kerusakan tersebut dapat berupa kerusakan fisik ataupun kerusakan kimia dan biologis. Kerusakan fisik dalam penyimpanan bisa saja menjadi pemicu untuk kerusakan secara kimia dan biologis. Oleh sebab itu, sifat fisik suatu bahan sangat penting untuk diketahui terlebih dahulu sebelum dilakukan penyimpanan terhadap bahan. Sifat fisik bahan tersebut meliputi kadar air, berat jenis, aktivitas air, sudut tumpukan, kehalusan bahan, kerapatan tumbukan, kerapatan pemadatan bahan, dan



1



lain sebagainya. Teknik atau metode penyimpanan bahan pakan berdasarkan proses pengeluaran atau pemakaian bahan pakan ternak yang biasa di gunakan adalah sistem FIFO (first in first out) atau LIFO (Last In First Out) sama-sama menggunakan pallet (alas gudang) dimana jarak antar tumpukan ada dan tidak sempit. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas kerusakan pakan akibat penyimpanan beserta keuntungan dan kelemahannya.



1.2. Rumusan masalah 



Pengertian penyimpanan bahan pakan beserta teknik penyimpanan bahan pakan?







Apakah faktor-faktor yang memengaruhi kerusakan bahan pakan beserta jenis-jenis kerusakan bahan pakan?







Bagaimana upaya mengatasi kerusakan bahan pakan ?



2



BAB II PEMBAHASAN



2.1.



Penyimpanan bahan pakan Teknologi penyimpanan perlu dikembangkan untuk memecahkan masalah



dalam penyimpanan bahan pakan maupun pakan jadi. Teknologi pengendalian hama gudang, pencegahan cemaran mikotoksin, dan sistem penyimpanan sangat diperlukan terutama untuk daerah tropis basah seperti Indonesia (Tangendjaja, 2009). Penyimpanan adalah salah satu bentuk tindakan pengamanan yang selalu terkait dengan waktu yang bertujuan untuk mempertahankan dan menjaga komoditi yang disimpan dengan cara menghindari dan menghilangkan berbagai faktor yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas komoditi tersebut. Menurut Prof. Bhadriraju



Subramanyam



seperti



dikutip dalam



Trobos



(2013),



bahwa



penyimpanan biji-bijian bahan baku pakan ditujukan untuk mempertahankan kondisi terbaik dalam waktu yang lama. Penyimpanan pakan sebaiknya tidak dicampur dengan barang lainnya untuk menghindari pencemaran pakan. Macammacam metode penyimpanan dapat dilihat sebagai berikut : o FIFO (first in first out) FIFO adalah system penyimpanan yang berbentuk masuk pertama, keluar pertama. o LIFO (Last In First Out) LIFO adalah system penyimpanan yang berbentuk terakhir masuk, pertama keluar. o STATIC FIFO dan STATIC LIFO Tidak ada perubahan mengenai posisi barang hanya satu kali pengaturan. o DECK LIFO Metode seperti LIFO tetapi barang pertama masuk diletakkan di ujung secara bertahap mundur ke belakang. o RAS (Random Access) Metodenya lebih mudah karena jika barang tidak dikeluarkan dapat diambil secara acak tetapi tetap memperhatikan lokasi penyimpanan yang baik.



3



Teknik atau metode penyimpanan bahan pakan berdasarkan jenis bahan pakan yang disimpan adalah: 1



Bahan pakan berlemak tinggi Bahan pakan berlemak tinggi dapat menyebabkan ketengikan dalam



penyimpanan yang terlalu lama akibat adanya proses oksidasi. Contoh bahan pakan berlemak tinggi adalah: bungkil kelapa. Solusi untuk menangani bahan pakan yang mengandung



lemak



tinggi



adalah



tidak



menyimpannya



terlalu



lama,



penumpukannya dalam jumlah sedikit dan tidak terlalu banyak dalam proses pembuatan bahan pakan tersebut (disesuaikan dengan kebutuhan pemakaian). 2



Bahan berupa cairan Bahan pakan berupa cairan seperti, molases dalam hal penyimpanan yang



perlu diperhatikan adalah wadah bahan tersebut (baik jenis dan bentuk). 3



Bahan pakan berkadar air tinggi Bahan dengan kandungan air yang lebih rendah akan lebih tinggi daya



simpannya dibandingkan dengan bahan dengan kadar air yang lebih tinggi. Semakin tingginya kadar air suatu bahan pakan maka dapat mengakibatkan memacu tumbuhnya jamur. Sebaiknya bahan pakan yang memiliki kadar air yang sangat tinggi tidak di simpan dalam gudang penyimpanan yang bersuhu tinggi pula, karena dapat mempercepat proses penjamuran. Contoh bahan pakan berkadar air tinggi : Jagung, tepung ikan 4



Suplemen dan Aditif Penanganan dan penyimpanan dilakukan secara khusus terhadap barang



yang datang dengan melakukan pencatatan yang meliputi informasi : nama, manfaat, tanggal penerimaan, jumlah, nama suplier, kode barang (kalau tersedia), pengembalian jika ada barang yang rusak. Selain memperhatikan metode penyimpanan juga perlu perhatian terhadap konstruksi bangunan pabrik pakan diusahakan dapat meminimalisir masuknya hama, burung, serangga dan hewan lainnya dari daerah sekitarnya. Perawatan terhadap bangunan dan lantai dasar diperhatikan supaya menciptakan kondisi bersih saat pegawai sedang bekerja dan berlangsungnya produksi pakan. Peralatan yang tidak digunakan bisa dipindahkan untuk mencegah menjadi tempat berkembang biaknya hama. Di dalam bangunan juga harus disediakan ruang untuk fasilitas dan



4



ruang gerak bagi pegawai dalam bekerja. Penggambaran tentang proses produksi pakan, contohnya meliputi : a. Area untuk penerimaan dan penyimpanan bahan pakan dan suplemen b. Penambahan ruang untuk pengolahan biji-biji c. Area tempat untuk pencampuran pakan d. Tersedianya area untuk perawatan peralatan Dengan mengetahui teknik penyimpanan yang baik diharapkan para produsen dapat mengurangi kerugian (ekonomis) untuk menjaga kualitas pakan. Dianjurkan para produsen pakan menggunakan teknik penyimpanan secara FIFO (First In First Out) supaya lebih mudah mengontrol keluar masuknya pakan dan kualitas pakan tetap terjaga. 2.2. Teknik penyimpanan bahan pakan Kualitas pakan sangat menentukan terhadap produktivitas ternak.Penyimpanan tanpa penanganan yang benar dapat menurunkan kualitas pakan, sehingga mutu pakan menjadi rendah (Kushartono, 1996). Penyimpanan dalam bentuk biji-bijian berkadar air relative rendah (12-16%) yang dilakukan pada suhu kamar, akan sangat membantu



mengurangi



resiko



kerusakan



kimia/biologi



dan



mikrobiologis. Eliminasi kerusakan tersebut akan lebih dibantu apabila diruangan penyimpanan memiliki lantai kering (tidak lembab, biasanya lantai beton atau semen, atau bahan yang disimpan tidak kontak langsung dengan lantai), terdapat ventilasi yang cukup untuk sirkulasi udara, dan berdinding (tembok, bilik bambo/kayu, seng) (Purwanto, 2011). Menurut Kushartono (2002), untuk menghindari timbulnya jasad-jasad pengganggu selama penyimpanan perlu adanya tindakan pencegahan sebagai berikut : 



Menjaga kebersihan gudang;







Bahan pakan jangan disimpan terlalu lama;







Hindari kemasan yang rusak;







Perhatikan kadar air bahan, batas simpan yang baik, kandungan air tidak lebih dari 13%;







Pemakaian bahan baku first in first out (FIFO);







Bahan baku pakan diletakkan diatas pallet.



5



Toto Laksono dalam Sihombing (2012) menyatakan bahwa yang terpenting bukanlah khusus gudangnya, tetapi pemenuhan syarat seperti temperatur, kelembaban, kebersihan, layout, serta bebas dari kontaminasi. Beberapa parameter untuk gudang yang baik yaitu : terhindar dari matahari langsung, terhindar dari hujan dan bocor, temperature dikisaran 30oC – 34oC, kelembaban tidak lebih dari 70% dan bebas dari hama kutu dan tikus, tidak bercampur dengan bahan kimia seperti pupuk, pestisida dan racun tikus. Layout atau desain yang baik adalah cukup luas untuk mengatur FIFO (first in first out).Memiliki catatan stok yang rapi dan cukup jarak antara dinding terhadap tumpukan (atau antar tumpukan). Sementara untuk bahan baku, keperluan gudang akan sangat bergantung pada jenis bahan tersebut.



2.3.



Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan bahan pakan Pengeluaran pakan dari tempat penyimpanan pakan agar diatur sedemikian



rupa sehingga pakan tidak terlalu lama dipenyimpanan. Penyimpanan pakan yang terlalu lama akan menurunkan kualitas dari pakan tersebut.



Berdasarkan



pengalaman dilapangan bahwa kerusakan bahan pakan terjadi setelah satu bulan bahan tersebut disimpan (Kushartono, 1996).Faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpanan pakan adalah tipe atau jenis pakan, periode atau lama penyimpanan, metode penyimpanan, temperatur, kandungan air, kelembaban udara dan komposisi zat-zat makanan. Menurut Prof. Bhadriraju Subramanyam seperti dikutip dalam Trobos (2013), ada tiga hal yang menjadi perhatian dalam penyimpanan bahan pakan terutama yang berupa biji-bijian yaitu bagaimana mempertahankan kualitas, dan bagaimana mengatur ekosistem penyimpanan.Ekosistem penyimpanan merupakan kombinasi faktor fisik dan biologis atau dikenal juga dengan kombinasi faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik mencakup organisme hidup seperti serangga, tungau, rodensia (hewan pengerat, contohnya tikus), burung, dan jamur.Faktor biotik terbagi menjadi dua kelompok.Serangga dan tungau termasuk dalam kelompok invertebrate (tak bertulang belakang), sedangkan burung dan rodensia masuk kedalam kelompok vertebrata (bertulang belakang).Kelompok invertebrata dapat merusak biji-bijian



6



secara langsung, meninggalkan kotorannya yang disebut dengan frass, dan merusak kernel (bagian inti) biji-bijian.Begitu pula dengan kelompok vertebrata, bedanya kelompok vertebrata merupakan organisme pembawa penyakit. Faktor abiotik meliputi segala hal yang tak hidup, seperti cahaya, suhu, kelembaban, dan benda-benda eksternal lainnya (batu, besi, dan biji-bijian non bahan baku pakan). Faktor abiotik seperti cahaya, suhu dan kelembaban dapat mempengaruhi faktor biotik.Contohnya mempengaruhi populasi serangga dan jamur, germinasi biji-bijian, dan kerusakan lainnya oleh mikroorganisme. Kondisi lingkungan mempengaruhi kadar air bahan pakan (butiran) menentukan tingkat kerusakan dan penyusutan selama penyimpanan. Lingkungan yang lembab dan kotor merupakan salah satu penyebab kenaikan kadar air, hama, jamur



dan



jasad



pengganggu



perusak



lain



sehingga



mempercepat



kerusakan. Kandungan air yang terlalu tinggi mengakibatkan kerusakan mekanis sehingga bahan pakan kurang tahan disimpan, karena mikroorganisme mudah menyerang (Kushartono, 2002). Daya tahan dan daya simpan pakan dan bahan baku sangat tergantung kadar air yang terkandung didalamnya. Standard Nasional Indonesia (SNI) menetapkan angka ideal kadar air dalam pakan ternak tak melebihi 14%. Pengeringan sampai kadar dibawah 13% sangat cocok untuk mempertahankan daya simpan. Makin tinggi kadar air makin cepat penguapan dan makin banyak CO2, air dan panas selama penyimpanan. Lingkungan yang lembab dan kotor merupakan salah satu faktor penyebab kenaikan kadar air butiran, hama, jamur dan jasad pengganggu perusak lain sehingga mempercepat kerusakan.



2.4. Jenis-jenis kerusakan Kerusakan yang dapat timbul terhadap pakan dan bahan pakan pada saat penyimpanan antara lain : 



Penyusutan atau kehilangan berat







Perubahan ukuran dan bentuk







Penurunan mutu dan perubahan jenis mutu







Penurunan atau kehilangan nilai gizi.







Kehilangan harga / penurunan nilai ekonomi 7



Ada empat tipe kerusakan bahan pakan/pakan yang disimpan dalam kondisi yang buruk yaitu : 



Kerusakan fisik dan mekanik, yaitu kerusakan yang terjadi jika bahan tidak ditangani secara hati-hati waktu kegiatan panen, transportasi, pengolahan dan penyimpanan;







Kerusakan kimia, yaitu meliputi kerusakan bahan akibat reaksi kimia atau reaksi pencoklatan non enzimatik yang merusak partikel karbohidrat, penurunan kandungan vitamin dan asam nukleat;







Kerusakan enzimatik, yaitu terjadi akibat kerja beberapa enzim seperti protease, amylase dan lipase, misalnya : pemecahan molekul lemak menjadi asam lemak bebas dan glycerol oleh enzim lipolitik dan aktivitas enzim proteolitik memecah protein menjadi polipeptida dan asam amino;







Kerusakan biologis, terjadi akibat serangan serangga, binatang pengerat, burung, dan mikroorganisme selama penyimpanan. Kerusakan bahan pakan/pakan dalam penyimpanan ditentukan oleh interaksi yang kompleks antara kondisi bahan pakan/pakan, kondisi lingkungan dan organisme (mikroorganisme, serangga dan rodentia) perusak kualitas bahan pakan/pakan. Kerugian yang ditimbulkan selama penyimpanan adalah kehilangan berat, penurunan kualitas, meningkatnya resiko terhadap kesehatan dan kerugian ekonomis



2.5.



Mengatasi kerusakan pakan Tindakan untuk mengatasi kerusakan bahan pakan dan pakan dapat



dilakukan dengan dua cara, yaitu tindakan pencegahan (preventif) dan tindakan pemberantasan hama (kuratif). Secara umum untuk mengatasi kerusakan bahan pakan dan pakan dapat dilakukan dengan cara mengatur kondisi lingkungan serta penggunaan insektisida/fungisida, maupun rodentisida. 



Mengatur kondisi lingkungan Pengaturan kondisi lingkungan lebih bersifat pencegahan, dengan



melakukan pengaturan terhadap kelembaban udara, suhu udara serta kebersihan gudang dan lingkungannya. Kondisi di Indonesia suhu udara berkisar 22 - 34ºC, kelembaban 52 - 89%, dengn curah hujan yang tinggi. Sementara kondisi yang ideal



8



untuk gudang penyimpanan adalahpada suhu18ºC dengan kelembaban 65%. Kondisi demikian tidak mudah mencegah pengaruhnya terhadap kerusakan bahan dalam penyimpanan, karena harus memerlukan biaya yang sangat tinggi untuk membuat gudang dengan perlengkapan pengaturan kondisi suhu dan kelembaban ruang gudang. Hal yang mungkin dapat dilakukan adalah dengan membuat ventilasi sehingga pengaruh buruk udaral uar dan sekitarnya dapat dikurangi. Letak atau lokasi gudang juga perlu diperhatikan. Lokasi gudang sebaiknya lebih tinggi dari tanah sekitar, dibuat sistem drainase yang baik serta bebas banjir. Demikian juga kebersihannya harus selalu dijaga agar tidak mengundang berbagai hama, terutama tikus. 



Penggunaan insektisida dan fungisida Insektisida dan fungisida merupakan racun untuk memberantas hama



serangga dan jamur. Racun yang digunakan dapat berupa racun kontak, racun pencernaan dan racun pernapasan atau fumigan. Beberapa jenis insektisida kontak antara lain Lindane, Dichlorvos, Benzene Hexachlorida, Dieldrin dan sebagainya. Beberapa jenis fumigan antara lain Phostoxin, Karbondisulfida (CS2), Metilbromida, Gas hidrosianida (HCN) dan sebagainya. 



Pengeringan bahan pakan Bahan pakan sebaiknya dikeringkan terlebih dahulu untuk mengurangi



kadar airnya untuk mengurangi pertumbuhan jamur yang akan mengkontaminasi pakan. 



Pengolahan menjadi pelet Pengolahan menjadi pelet bertujuan untuk mengurangi pakan tercecer dan



efisien dalam pemberian pakan. 



Penambahan zat aditif seperti anti jamur dan antioksidan



Penambahan zat aditif seperti anti jamur dan antioksidan bertujuan meminimalisir pertumbuhan jamur pada pakan.



KESIMPULAN



9



Kerusakan



pakan



menimbulkan



banyak



kerugian



terutama



pada



produktivitas ternak dan biaya produksi. Kerusakan pakan bisa terjadi akibat secara fisik kimia dan biologis. Kerusakan secara fisik dalam penyimpanan bisa saja menjadi pemicu untuk kerusakan secara kimia dan biologis. Kerusakan penyimpanan harus dicegah dengan berbagai cara diantaranya dengan cara mengeringkan bahan pakan, diolah menjadi pelet, menjaga kebersihan gudang pakan dan lingkungannya, menjaga kelembaban, suhu dan udara didalam gudang dengan ventilasi, pemakaian fungisida dan insektisida, penambahan zat aditif seperti anti jamur dan antioksidan



DAFTAR PUSTAKA



10



Direktorat Pembinaan SMK. Agribisnis Pakan Ternak Unggas Untuk Kelas 11 Semester 3. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2013 https://ourakuntansi2.blogspot.com/2016/07/penyimpanan-bahan-baku-pakanternak.html (diakses pada tanggal 20 mei 2018, 13:45 WIB) http://portal.bangkabaratkab.go.id/content/teknologi-penyimpanan-pakan (diakses pada tanggal 20 mei 2018, 13:30 WIB) http://manik-ps.blogspot.com/2012/04/teknik-penyimpanan-bahan-pakanternak.html (diakses pada tanggal 20 mei 2018, 13:32 WIB) Kushartono B. 1996. Pengendalian Jasad Pengganggu Bahan Pakan Ternak Selama Penyimpanan. Prosiding Lokakarya Fungsional Non Peneliti.Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.Hal. 94-97 Kushartono B. 2002. Manajemen Pengolahan Pakan. Prosiding Lokakarya Fungsional



Non



Peneliti.Pusat



Penelitian



dan



Pengembangan



Peternakan.Hal.202-209. Purwanto E. 2011. Laporan Akhir Praktikum Pengemasan, Penyimpanan dan Penggudangan. Program Studi Teknologi Hasil pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas. Padang. Sihombing A. 2012. Gudang Pakan Ayam Yang Baik. Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Dwiguna dan Ayam.Sembawa. Tangendjaja B. 2009. Teknologi Pakan Dalam Menunjang Industri Peternakan di Indonesia. Jurnal Pengembangan inovasi pertanian 2 (3).Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.Hal.192-207. Trobos. Edisi 160 Tahun XIV.Januari 2013.Hal.41-48.



11