Makalah KLP 6 Psikologi Kepribadian. [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PSIKOLOGI KEPRIBADIAN



“TEORI PSIKOLOGI EGO OLEH ERICSSON”



DOSEN PENGAMPU : Dr. YARMIS SYUKUR, M.Pd., Kons.



ANGGOTA KELOMPOK : 1.



ADELLA MONICA ( 20006047 )



2.



ALYA ERESTI ( 20006051 )



3.



AZMI SRI WAHYU JULIA ( 20006005 )



4.



TAUFIK NURHASAN ( 20006041 )



5.



IRDA YANI BR PURBA ( 20006019 )



JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2021



KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.



Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Teori Psikologi Ego Oleh Ericsson” untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Kepribadian. Tugas ini saya buat dengan sungguh-sungguh untuk mempermudah memahami materi dan bisa bermanfaat meningkatkan pengetahuan, motivasi, inovasi dan kreatifitas. Dalam pembuatan makalah ini adalah bentuk dari pembelajaran. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yaitunya Ibuk Yarmis Syukur, M.Pd., Kons dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. Terima kasih.



Pesisir Selatan, 27 September 2021



Penulis



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR......................................................................................................... DAFTAR ISI........................................................................................................................ BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...................................................................................................... B. Rumusan Masalah................................................................................................. C. Tujuan Penulisan.................................................................................................. BAB II PEMBAHASAN A. Riwayat Singkat.................................................................................................. B. Pandangan Tentang Manusia.............................................................................. C. Struktur Kepribadian........................................................................................... D. Dinamika Kepribadian........................................................................................ E. Perkembangan Kepribadian................................................................................ F. Implikasinya dalam Konseling............................................................................ BAB III PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................................. ..... B. Saran......................................................................................................... .... DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. ......



BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk yang penuh misteri. Banyak hal-hal yang belum terungkap sepenuhnya dalam diri manusia. upaya-upaya untuk memahami pribadi manusia ini telah dilakukan oleh para ahli sejak lama bahkan hingga saat ini. Hal ini dibuktikan dengan buku-buku kontemporer yang membahasa tentang kepribadian manudia yang terus dicetak dan diperbaharui dari tahun ketahun. Salah satu upaya yang dilakukan oleh para ahli untuk memahami kepribadian manusia adalah dengan disusunnya teori-teori kepribadian. Menurut Farozin dan Fathiyah (2004:3) kata kepribadian berasal dari kata personality (inggris) yang berasal dari kata persona (latin) yang berarti topeng. Topeng adalah instrumen yang digunakan oleh para pemain peran, digunakan untuk menutupi muka, saat tampil di atas panggung. Istilah topeng ini digunakan untuk menggambarkan watak, atau perilaku seseorang yang terkadang menampilkan ekspresi berbeda antara perasaan dan wajahnya. Untuk menjelaskan fenomena-fenomena tersebut maka lahirlah teori-teori kepribadian yang diharapkan dapat memberikan kemudahan kepada kita untuk mendapatkan pemahaman tentang manusia. Menurut Hall dan Lindzey (sebuah teori kepribadian diharapkan mampu memberikan jawaban atas pertanyaan sekitar apa, bagaimana, dan mengapa tentang tingkah laku manusia. Konsep dasar kepribadian manusia menurut Erik Erikson tidak hanya dipengaruhi oleh keinginan/dorongan dari dalam diri individu, tapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar, seperti adat, budaya, dan lingkungan tempat dimana kepribadian individu berkembang dengan menghadapi serangkaian tahapan-tahapan sejak manusia lahir (bayi) hingga memasuki usila lanjut usia (masa dewasa akhir). Sejak zaman dahulu hingga saat ini telah banyak teori kepribadian yang telah diajarkan oleh para ahli-ahli psikologi. Salah satunya adalah teori kepribadian Erik Erikson. Makalah ini akan membahas tentang teori kepribadian Erik Erikson untuk memahami riwayat singkat, pandangan tentang manusia, struktur kepribadian, dinamika kepribadian dan perkembangan kepribadian serta implikasinya dalam konseling.



2. Rumusan Masalah. 1. Bagaimana Riwayat Singkat Ericsson? 2. Bagaimana Pandangan Ericsson Tentang Manusia? 3. Bagaimana Struktur Kepribadian Ericsson Tentang Manusia? 4. Bagaimana Dinamika Kepribadian menurut Ericsson? 5. Bagaimana Perkembangan Kepribadian menurut Ericsson? 6. Bagaimana Implikasinya dalam Konseling? 3. TujuanPenulisan. 1. Mengetahui Riwayat Singkat Ericsson. 2. Mengetahui Pandangan Ericsson Tentang Manusia. 3. Mengetahui Struktur Kepribadian Ericsson Tentang Manusia. 4. Mengetahui Dinamika Kepribadian menurut Ericsson. 5. Mengetahui Perkembangan Kepribadian menurut Ericsson. 6. Mengetahui Implikasinya dalam Konseling. 7. Agar dapat menambah wawasan para pembaca.



BAB II PEMBAHASAN A. RIWAYAT SINGKAT. Erik Homburger Erikson dilahirkan di Frankurt, Jerman pada tanggal 15 juni 1902. Sangat sedikit yang bisa diketahui tentang asal usulnya. Ayahnya adalah seorang laki-laki berkebangsaan Denmark yang tidak dikenal namanya dan tidak mau mengaku Erikson sebagai anaknya sewaktu masih dalam kandungan dan langsung meninggalkan ibunya. Ibunya bernama Karla Abrahamsen yang berkebangsaan Yahudi. Saat Erikson berusia tiga tahun ibunya menikah lagi dengan seorang dokter bernama Theodore Homburger, kemudian mereka pindah kedaerah Karlsruhe di Jerman Selatan. Pada 1911 Erik secara resmi diadopsi oleh ayah tirinya. Nama Erik Erikson dipakai pada tahun 1939 sebagai ganti Erik Homburger. Erikson menyebut dirinya sebagai ayah bagi dirinya sendiri, nama Homburger direduksi sebagai nama tengah bukan nama akhir. Setelah lulus SMA, Erikson menjadi seniman namun tidak mengambil kuliah seni dan memelih berkeliling Eropa untuk menikmati dan belajar seni. Erikson menjadi guru pada sekolah yang dikelolah Dorothy Burlingham, teman Anna Freud yang direkomendasikan oleh Peter Blos pada usia 25 tahun. Tahun 1927 – 1933, Erikson belajar sebagai Child Analyst di Vienna Psycholoanalytic Institute bersama Anna Freud dan menikahi Joan Serson pada tahun 1930 serta memiliki tiga orang anak. Selama tahun tersebut, Erikson mendapat sertifikan dari Motessori Education dan Vienna Psychoanalityc Society. Tahun 1933 ketika Nazi berkuasa, Erikson Pindah ke Copenhagen, lalu pindah ke Denmark dan ke Boston, Amerika. Erikson mengajar di Harvard Medical School dan membuka praktik psikoanalisis anak-anak. Di sinilah Erikson bertemu Henry Murray dan Kurt Lewin serta tokoh-tokoh besar lainnya. Selanjutnya, Erikson mengajar di University of California di Berkeley dan melakukan penelitian tentang kehidupan modern dalam suku Lakota dan Yurok. Tahun 1939, Erikson mengubah namanya dari Erik Homberger menjadi Erik H. Erikson. Pada tahun 1950, Erikson membuat Childhood and Society, analisis Maxim Gorky dan Adolph Hitler, diskusi “Kepribadian Amerika”, beberapa ringkasan teori Freudian, dan Gandhi’s Truth yang memenangkan Award dan National Book Award. Beberapa tahun kemudian, Erikson meninggalkan Berkeley kemudian bekerja dan mengajar di sebuah klinik di Massachussets selama 10 tahun, dan 10 tahun kemudian



kembali ke Harvard. Tahun 1970, Erikson menulis dan melakukan penelitian bersama istrinya dan akhirnya meninggal pada tahun 1994.



B. PANDANGAN TENTANG MANUSIA. Erik Erikson (1902-1994) menganggap bahwa manusia melakukan sesuatu tidak hanya dipengaruhi oleh tekanan seksual belaka namun juga sosial, maka teori Erikson ini lalu dikenal dengan istilah psikososial (Boeree, 2005). Dalam teori perkembangan kepribadian Erikson mengatakan bahwa individu berkembang dalam tahap-tahap psikososial yang menekankan perubahan perkembangan sepanjang siklus kehidupan manusia, sementara Freud berpendapat bahwa kepribadian dasar individu dibentuk pada lima tahun pertama kehidupan. Selain itu, dalam teori psikososial, Erikson lebih menekankan faktor Ego, sementara dalam teori psikoseksual, Freud lebih mementingkan id (Boeree, 2005). Menurut teori psikososial Erikson, perkembangan manusia dibedakan berdasarkan kualitas ego dalam delapan tahap perkembangan. Empat tahap pertama terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak, tahap kelima pada masa remaja, dan tiga tahap terakhir pada masa dewasa dan masa tua. Dari delapan tahap perkembangan tersebut, Erikson lebih memberikan penekanan pada masa remaja, karena masa tersebut merupakan masa peralihan dari masa kanak kanak ke masa dewasa. Berikut ini akan diuraikan secara singkat kedelapan tahap perkembangan psikososial Erikson tersebut (Boeree, 1997).



C. STRUKTUR KEPRIBADIAN. Erikson (Alwisol, 2009:85-88) menyatakan bahwa struktur kepribadian manusia dibagi menjadi tiga bagian, yaitunya sebagai berikut : 1. Ego Kreatif. Ego kreatif adalah ego yang dapat menemukan pemecahan kreativitas atas masalah baru pada setiap tahap kehidupan. Apabila menemukan hambatan atau konflik pada suatu fase, ego tidak menyerah tetapi bereaksi dengan menggunakan kombinasi antara kesiapan batin dan kesempatan yang disediakan lingkungan. Ego yg sempurna memiliki 3 dimensi, yaitu faktualisasi, universalitas dan aktualitas. 



Faktualisasi adalah kumpulan sumber data dan fakta serta metode yang dapat dicocokkan atau diverifikasi dengan metode yang sedang digunakan pada suatu peristiwa. Dalam hal ini, ego berisikan kumpulan hasil interaksi individu dengan lingkungannya yang dikemas dalam bentuk data dan fakta.







Universalitas adalah dimensi yang mirip dengan prinsip realita yang dikemukakan oleh Freud. Dimensi ini berkaitan dengan sens of reality yang menggabungkan pandangan semesta atau alam dengan sesuatu yang dianggap konkrit dan praktis.







Aktualitas adalah metode baru yang digunakan oleh individu untuk berhubungan dengan orang lain demi mencapai tujuan bersama. Dalam hal ini, ego merupakan realitas masa kini yang berusaha mengembangankan cara baru untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapi, menjadi lebih efektif, progresif dan prospektif. Erikson (Alwisol, 2009:86) berpendapat bahwa sebagian ego yang ada pada



individu bersifat tak sadar, mengorganisir pengalaman yang terjadi pada masa lalu dan pengalaman yang akan terjadi pada masa mendatang. Dalam hal ini, Erikson menemukan tiga aspek yang saling berhubungan, yaitu body ego, ego ideal dan ego identity yang umumnya akan mengalami perkembangan pesat pada masa dewasa meskipun ketiga aspek tersebut terjadi pada setiap fase kehidupan. 



Body ego merupakan suatu pengalam individu terkait dengan tubuh atau fisiknya sendiri. Individu cenderung akan melihat fisiknya berbeda dengan fisik tubuh orang lain.







Ego ideal merupakan suatu gambaran terkait dengan konsep diri yang sempurna. Individu cenderung akan berimajinasi untuk memiliki konsep ego yang lebih ideal dibanding dengan orang lain.







Ego identity merupakan gambaran yang dimiliki individu terkait dengan diri yang melakukan peran sosial pada lingkungan tertentu.



2. Ego Otonomi Fungsional. Ego otonomi fungsional adalah ego yang berfokus pada penyesuaian ego terhadap realita. Contohnya yaitu hubungan ibu dan anak. Meskipun Erikson sependapat dengan Freud mengenai hubungan ibu dan anak mampu memengaruhi serta menjadi hal terpenting dari perkembangan kepribadian anak, tetapi Erikson tidak membatasi teori-teori hubungan id-ego dalam bentuk usaha memuaskan kebutuhan id oleh ego. Erikson (Alwisol, 2009:86) menganggap bahwa proses pemberian makanan pada bayi merupakan model interaksi sosial antara bayi dengan lingkungan



sosialnya. Lapar adalah menifestasi biologis dan konsekuensinya akan menimbulkan kesan terhadap dunia luar bayi ketika mendapat pemuasan id yang dilakukan oleh ibu. Bayi belajar untuk mengantisipasi interaksi dalam bentuk basic trust pada saat diberi makan oleh ibunya. Basic trust yang dimaksud yaitu suatu kepercayaan dasar anak yang memandang kontak dengan manusia dan dunia luar adalah hal yang sangat menyenangkan karena pada masa lalu (bayi) hubungan tersebut menimbulkan rasa aman dan menyenangkan terhadap dirinya.



3. Pengaruh Masyarakat. Pengaruh masyarakat adalah pembentuk bagian tersebesar ego, mesikipun kapasitas yang dibawa sejak lahir oleh individu juga penting dalam perkembangan kepribadian. Erikson mengemukakan faktor yang memengaruhi kepribadian yang berbeda dengan Freud. Meskipun Freud menyatakan bahwa kepribadian dipengaruhi oleh biologikal, Erikson memandang kepribadian dipengaruhi oleh faktor sosial dan historikal. Erikson (Alwisol, 2009:88) menyatakan bahwa potensi yang dimiliki individu adalah ego yang muncul bersama kelahiran dan harus ditegakkan dalam lingkungan budaya. Anak yang diasuh dalam budaya masyakarat berbeda, cenderung akan membentuk kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai dan kebutuhan budaya sendiri.



D. DINAMIKA KEPRIBADIAN. Feist dan Feist (2008, 215-217) menyatakan bahwa perwujudan dinamika kepribadian adalah hasil interaksi antara kebutuhan biologis yang mendasar dan pengungkapannya melalui tindakan-tindakan sosial. Hal ini berarti bahwa perkembangan kehidupan individu dari bayi hingga dewasa umumnya dipengaruhi oleh hasil interaksi sosial dengan individu lainnya sehingga membuat individu menjadi matang baik secara fisik maupun secara psikologis. Erikson (Alwisol, 2009:87) menyatakan bahwa ego adalah sumber kesadaran diri indvidu. Ego mengembangkan perasaan yang berkelanjutan diri antara masa lalu dengan masa yang akan datang selama proses penyesuaian diri dengan realita. Friedman dan Schustack (2006, 156) mengemukakan bahwa ego berkembang mengikuti tahap epigenik, artinya tiap bagian dari ego berkembang pada tahap perkembangan tertentu dalam rentang waktu tertentu. Menurutnya, semua yg berkembang mempunyai rencana dasar dan dari perencanaan ini muncul bagian-bagian, masing-masing



bagian mempunya waktu khusus utk menjadi pusat perkembangan, sampai semua bagian muncul untuk membentuk keseluruhan fungsi. Bagi Erikson, dinamika kepribadian selalu diwujudkan sebagai hasil interaksi antara kebutuhan dasar biologis dan pengungkapannya sebagai tindakan-tindakan sosial. Tampak dengan jelas bahwa yang dimaksudkan dengan psikososial apabila istilah ini dipakai dalam kaitannya dengan perkembangan. Secara khusus hal ini berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis. Sedangkan konsep perkembangan yang diajukan dalam teori psikoseksual yang menyangkut tiga tahap yaitu oral, anal, dan genital, diperluasnya menjadi delapan tahap sedemikian rupa sehingga dimasukkannya cara-cara dalam mana hubungan sosial individu terbentuk dan sekaligus dibentuk oleh perjuangan-perjuangan insting pada setiap tahapnya.



E. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN.



Perkembangan Kepribadian Menurut Erikson Teori perkembangan kepribadian yang dikemukakan Erik Erikson merupakan salah satu teori yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi. Bersama dengan Sigmund Freud, Erikson mendapat posisi penting dalam psikologi. Hal ini dikarenakan ia menjelaskan tahap perkembangan manusia mulai dari lahir hingga lanjut usia, satu hal yang tidak dilakukan oleh Freud. Selain itu karena Freud lebih banyak berbicara dalam wilayah ketidaksadaran manusia, teori Erikson yang membawa aspek kehidupan sosial dan fungsi budaya dianggap lebih realistis. Teori Erikson dikatakan sebagai salah satu teori yang sangat selektif karena didasarkan pada tiga alasan. Alasannya yaitunya sebagai berikut : 1. Teorinya sangat representatif dikarenakan memiliki kaitan atau hubungan dengan ego yang merupakan salah satu aspek yang mendekati kepribadian manusia. 2. Menekankan pada pentingnya perubahan yang terjadi pada setiap tahap perkembangan dalam lingkaran kehidupan. 3. Menggambarkan secara eksplisit mengenai usahanya dalam mengabungkan pengertian klinik dengan sosial dan latar belakang yang dapat memberikan kekuatan atau kemajuan dalam perkembangan kepribadian didalam sebuah lingkungan.



Melalui teorinya Erikson memberikan sesuatu yang baru dalam mempelajari mengenai perilaku manusia dan merupakan suatu pemikiran yang sangat maju guna memahami persoalan atau masalah psikologi yang dihadapi oleh manusia pada jaman modern seperti ini. Oleh karena itu, teori Erikson banyak digunakan untuk menjelaskan kasus atau hasil penelitian yang terkait dengan tahap perkembangan baik anak, dewasa maupun lansia. Erikson dalam membentuk teorinya secara baik, sangat berkaitan erat dengan kehidupan pribadinya dalam hal ini mengenai pertumbuhan egonya. Erikson berpendapat bahwa pandangan-pandangannya sesuai dengan ajaran dasar psikoanalisis yang diletakkan oleh Freud. Jadi dapat dikatakan bahwa Erikson adalah seorang post-freudian atau neofreudian. Akan tetapi, teori Erikson lebih tertuju pada masyarakat dan kebudayaan. Hal ini terjadi karena dia adalah seorang ilmuwan yang punya ketertarikan terhadap antropologis yang sangat besar, bahkan dia sering meminggirkan masalah insting dan alam bawah sadar. Oleh sebab itu, maka di satu pihak ia menerima konsep struktur mental Freud, dan di lain pihak menambahkan dimensi sosial-psikologis pada konsep dinamika dan perkembangan kepribadian yang diajukan oleh Freud. Tahap Perkembangan teori psikososial dari Erik Erikson meliputi delapan tahap yang saling berurutan sepanjang hidup. Hasil dari tiap tahap bergantung pada hasil tahapan sebelumnya dan resolusi yang sukses dari tiap krisis ego adalah pentingnya bagi individu untuk dapat tumbuh secara optimal. Ego harus mengembangkan kesanggupan yang berbeda untuk mengatasi tiap tuntutan penyesuaian dari masyarakat (Berk, 2003). Berikut adalah delapan tahapan perkembangan psikososial menurut Erik Erikson (Berk, 2003) : 1. Tahap I : Trust versus Mistrust (0-1 tahun). Dalam tahap ini, bayi berusaha keras untuk mendapatkan pengasuhan dan kehangatan, jika ibu berhasil memenuhi kebutuhan anaknya, sang anak akan mengembangkan kemampuan untuk dapat mempercayai dan mengembangkan asa (hope). Jika krisis ego ini tidak pernah terselesaikan, individu tersebut akan mengalami kesulitan dalam membentuk rasa percaya dengan orang lain sepanjang



hidupnya, selalu meyakinkan dirinya bahwa orang lain berusaha mengambil keuntungan dari dirinya. 2. Tahap II: Autonomy versus Shame and Doubt (l-3 tahun). Dalam tahap ini, anak akan belajar bahwa dirinya memiliki kontrol atas tubuhnya. Orang tua seharusnya menuntun anaknya, mengajarkannya untuk mengontrol keinginan atau impuls-impulsnya, namun tidak dengan perlakuan yang kasar. Mereka melatih kehendak, tepatnya otonomi. Harapan idealnya, anak bisa belajar menyesuaikan diri dengan aturan-aturan sosial tanpa banyak kehilangan pemahaman awal mereka mengenai otonomi, inilah resolusi yang diharapkan. Alwisol (2009:93) melanjutkan bahwa apabila anak tidak berhasil melewati fase ini, maka anak tidak akan memiliki inisiatif yang dibutuhkan pada tahap berikutnya dan akan mengalami hambatan terus-menerus pada tahap selanjutnya. 3. Tahap III : Initiative versus Guilt (3-6 tahun). Pada periode inilah anak belajar bagaimana merencanakan dan melaksanakan tindakannya. Resolusi yang tidak berhasil dari tahapan ini akan membuat sang anak takut mengambil inisiatif atau membuat keputusan karena takut berbuat salah. Anak memiliki rasa percaya diri yang rendah dan tidak mau mengembangkan harapanharapan ketika ia dewasa. Bila anak berhasil melewati masa ini dengan baik, maka keterampilan ego yang diperoleh adalah memiliki tujuan dalam hidupnya. 4. Tahap IV: Industry versus Inferiority (6-12 tahun). Pada saat ini, anak-anak belajar untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan dari menyelesaikan tugas khususnya tugas-tugas akademik. Penyelesaian yang sukses pada tahapan ini akan menciptakan anak yang dapat memecahkan masalah dan bangga akan prestasi yang diperoleh. Keterampilan ego yang diperoleh adalah kompetensi. Di sisi lain, anak yang tidak mampu untuk menemukan solusi positif dan tidak mampu mencapai apa yang diraih teman-teman sebaya akan merasa inferior. 5. Tahap V : Identity versus Identity Confusion (12-20 tahun). Pada tahap ini, terjadi perubahan pada fisik dan jiwa di masa biologis seperti orang dewasa sehingga tampak adanya kontraindikasi bahwa di lain pihak anak dianggap dewasa tetapi di sisi lain dianggap belum dewasa. Tahap ini merupakan masa stansarisasi diri yaitu anak mencari identitas dalam bidang seksual, umur dan kegiatan. Peran orang tua sebagai sumber perlindungan dan nilai utama mulai menurun. Adapun peran kelompok atau teman sebaya tinggi. Apabila anak tidak



sukses pada fase ini, maka akan membuat anak mengalami krisis identitas, begitupun sebaliknya. 6. Tahap VI: Intimacy versus Isolation (masa dewasa muda, 20-30 tahun). Dalam tahap ini, orang dewasa muda mempelajari cara berinteraksi dengan orang lain secara lebih mendalam. Ketidakmampuan untuk membentuk ikatan sosial yang kuat akan menciptakan rasa kesepian. Bila individu berhasil mengatasi krisis ini, maka keterampilan ego yang diperoleh adalah cinta. 7. Tahap VII: Generativity versus Stagnation (masa dewasa menengah, 30-65 tahun). Pada tahap ini, individu memberikan sesuatu kepada dunia sebagai balasan dari apa yang telah dunia berikan untuk dirinya, juga melakukan sesuatu yang dapat memastikan kelangsungan generasi penerus di masa depan. Ketidakmampuan untuk memiliki pandangan generatif akan menciptakan perasaan bahwa hidup ini tidak berharga dan membosankan. Bila individu berhasil mengatasi krisis pada masa ini maka ketrampilan ego yang dimiliki adalah perhatian, sedangkan bila individu tidak sukses melewatinya maka akan merasa bahwa hidupnya tidak berarti. 8. Tahap VIII: Ego Integrity versus Despair (masa dewasa akhir, 65 tahun ke atas). Pada tahap usia lanjut ini, mereka juga dapat mengingat kembali masa lalu dan melihat makna, ketentraman dan integritas. Refleksi ke masa lalu itu terasa menyenangkan dan pencarian saat ini adalah untuk mengintegrasikan tujuan hidup yang telah dikejar selama bertahun-tahun. Apabila individu sukses melewati faase ini maka akan timbul perasaan puas akan diri, sedangkan apabila mengalami kegagalan dalam melewati tahapan ini akan menyebabkan munculnya rasa putus asa.



F. IMPLIKASINYA DALAM KONSELING. konseling menurut Erikson adalah memfungsikan ego klien secara penuh. Tujuan lainnya adalah melakukan perubahan-perubahan pada diri klien sehingga terbentuk coping behavior yang dikehendaki dan dapat terbina agar ego klien itu menjadi lebih kuat. Ego yang baik adalah ego yang kuat, yaitu yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan dimana dia berada. Beberapa aturan dalam konseling ego yaitunya : 



Proses konseling harus bertitik tolak dari proses kesadaran.







Proses konseling bertitik tolak dari asas kekinian.







Proses konseling lebih ditekankan pada pembahasan secara rasional.







Konselor hendaknya menciptakan suasana hangat dan spontan, baik dalam penerimaan klien maupun dalam proses konseling.







Konseling harus dilakukan secara profesional.







Proses konseling hendaklah tidak berusaha mengorganisir keseluruhan kepribadian individu, melainkan hanya pada pola-pola tingkah laku salah suai saja.



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN. Erik Erikson adalah salah satu diantara para ahli tokoh psikologi. Dari perspektif psikologi, ia menguraikan manusia dari sudut perkembangannya sejak dari masa 0 tahun hingga usia lanjut. Erikson beraliran psikoanalisa dan pengembang teori Freud. Kelebihan yang dapat kita temukan dari Erikson adalah bahwa ia mengurai seluruh siklus hidup manusia, tidak seperti Freud yang hanya sampai pada masa remaja. Termasuk disini adalah bahwa Erikson memasukkan faktor-faktor sosial yang mempengaruhi perkembangan tahapan manusia, tidak hanya sekedar faktor libidinal sexsual saja. Dalam teori perkembangan kepribadian Erikson mengatakan bahwa individu berkembang dalam tahap-tahap psikososial yang menekankan perubahan perkembangan sepanjang siklus kehidupan manusia, sementara Freud berpendapat bahwa kepribadian dasar individu dibentuk pada lima tahun pertama kehidupan. Selain itu, dalam teori psikososial, Erikson lebih menekankan faktor Ego, sementara dalam teori psikoseksual, Freud lebih mementingkan id.



B. SARAN. Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya dengan makalah ini. Maka dari itu, kami banyak berharap kepada para pembaca memberikan kritikan dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnyanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca .



DAFTAR PUSTAKA Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang. UMM Press Corey, Gerals. 2007. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama. Erik H Erikson. 1977. Chilhood and Society. Paladin Grafton Books. Farozin, H Muh dan Fathiyah, Nur Kartika. 2004. Pemahaman Tingkah Laku. Jakarta: PT Rineka Cipta. Friedman, S Howard., Schustack, Miriam W. 2006. PERSONALITY “Classic Theories and Modern Research ” (Terjemahan). Jakarta : Penerbit Erlangga. Hall, Calvin S., & G. Lindzey. 1957. Theories of Personality. John willy & Sons, New York, Hansen, James C. 1977. Counseling Theory and Process. Boston: Allyn and Bacon, Inc. Pasiska dan Takdir Alisyahbana. 2020. Manusia dalam pandangan psikologi. Sleman: CV Budi Utama Robert Coles. 1978. The Erik Erikson Reader. w.w Norton and Company New York.