Makalah Konsep Fertilitas N Infertiltas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH



“KONSEP FERTILITAS DAN INFERTILITAS”



NAMA ANGGOTA KELOMPOK 6 HASNUR DJOHAN ( 202109030 ) FATIMA JAMUDDIN ( 202109025 ) SUKMAWATI ( 202109084 ) SURYANI ISKANDAR ( 202109076 ) JUMIANI DJOHAN ( 202109036 ) DESI HERLINA HAERUDDIN ( 202109024 ) MUTIAH ( 202109051 ) MARYAM ( 202109048 ) RAHMIANI ( 202109087 )



PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS MUHAMMADIYAH SIDRAP 2022



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaik makalah dengan judul “KONSEP FERTILITAS DAN INFERTILITAS”tepat pada waktunya. Makalah ini disusun dalam rangka untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Pada Remaja dan Premenopause. Kami berterima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah ini yang senantiasa telah membimbing dan mengarahkan dalam proses pembuatan tugas. Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini sehingga mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar dapat membantu kamimembuat tugas makalah yang baik dikemudian hari Demikian tugas makalah ini kami buat, semoga apa yang dituang dalam makalah ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi kelompok kami dan pembaca. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih. Sidrap, 20 September 2022



Penulis



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR.....................................................................................i DAFTAR ISI...................................................................................................ii BAB I : PENDAHULUAN...........................................................................1 A. Latar Belakang.....................................................................................1 B. Rumusan Masalah................................................................................2 C. Tujuan Penulisan..................................................................................2 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA..................................................................3 A. Fertilitas...............................................................................................3 B. Infertilitas............................................................................................12 BAB III : PENUTUP......................................................................................20 A. Kesimpulan.........................................................................................20 B. Saran...................................................................................................20 DAFTAR PUSTAKA



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat fertilitas atau yang sering disebut



dengan



kesuburan



merupakan hal penting bagi seseorang sebagai upaya mencapai kehidupan yang berkualitas untuk memberikan generasi penerus dalam keluarga. Fertilitas merupakan kemampuan alami seorang wanita untuk memberikan keturunan atau fertilitas sama dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan



dengan



adanya



tanda-tanda



kehidupan



misalnya bernafas, berteriak, jantung berdenyut, dan sebagainya. Pasangan yang baru menikah diharapkan secepat mungkin mendapat keturunan, namun banyak pasangan yang mengalami kegelisahan ketika kehamilan yang dinantinantikan tidak kunjung datang. Dalam realitasnya, tidak semua pasangan mudah memperoleh keturunan seperti yang diharapkan.



Di tengah gencarnya pencanangan



program pembatasan kelahiran yaitu program KB (Keluarga Berencana) di berbagai penjuru dunia, ternyata ada kelompok pasangan suami isteri yang justru mengalami kesulitan untuk memperoleh anak atau biasa disebut dengan pasangan infertil. Jumlah mereka tidak dapat dikatakan sedikit, sebagaimana yang dikemukakan oleh WHO bahwa terdapat sekitar 8-10% pasangan usia subur mengalami masalah kesuburan. Pihak isteri seringkali menjadi pi hak yang pertama kali dan seringkali dipaksa untuk memeriksakan diri ke dokter apabila ada masalah mengenai keturunan dalam sebuah keluarga. Padahal, secara realita, pihak suami juga berpeluang untuk mengalami infertilitas. Hal inilah



yang



mengakibatkan



wanita infertil lebih rentan untuk menghadapi stres. Pihak wanita sering mengalami kecemasan, depresi, dan kelelahan yang berkepanjangan (Kasdu, 2008). Oleh karena hal tersebut, penulis ingin



membahas



secara



lebih



terperinci mengenai konsep dari fertilitas dan infertilitas beserta penjelasan lebih lanjut tentang faktor penyebab dan penanganannya. 1



B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep fertilitas dan infertilitas? 2. Apa saja teori-teori mengenai fertilitas? 3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas dan infertilitas? 4. Bagaimana tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah infertilitas? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui konsep fertilitas dan infertilitas 2. Untuk mengetahui teori-teori mengenai fertilitas 3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas dan infertilitas 4. Untuk mengetahui tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah infertilitas



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Fertilitas 1. Konsep Fertilitas Secara umum, fertilitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan keturunan.



Fertilitas



dalam



pengertian



demografi



sendiri



adalah



kemampuan seorang wanita untuk melahirkan yang dicerminkan dalam jumlah bayi yang dilahirkan (Woyanti, 2009). Menurut Hatmadji (2008), terdapat konsep-konsep penting dalam mengkaji fertilitas, diantaranya: a. Lahir hidup (Life Birth) WHO mengemukakan bahwa lahir hidup adalah suatu kelahiran seorang bayi tanpa memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, dimana si bayi menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti bernafas, memiliki denyut jantung atau tali pusat serta gerakan-gerakan otot. b. Lahir mati (Still Birth) adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu tanpa menunjukkan tandatanda kehidupan. c. Abortus adalah kematian bayi dalam kandungan dengan umur kurang dari 28 minggu. Ada dua macam abortus, yakni disengaja (induced) dan tidak disengaja (spontaneus). Abortus yang disengaja mungkin lebih sering dikenal dengan istilah aborsi dan yang tidak disengaja lebih sering dikenal dengan istilah keguguran. d. Masa reproduksi (Childbearing age) adalah masa dimana perempuan melahirkan yang disebut juga usia subur (15-49 tahun) e. Fekunditas adalah kemampuan secara potensial seorang wanita untuk melahirkan anak. f. Sterilisasi adalah ketidakmampuan seorang pria atau wanita untuk menghasilkan suatu kelahiran. g. Natalitas adalah kelahiran yang merupakan komponen dari perubahan penduduk. 3



2. Teori-teori Fertilitas a. Teori Sosiologi Tentang Fertilitas Kajian tentang fertilitas pada dasarnya bermula dari disiplin sosiologi. Sebelum disiplin lain membahas secara sistematis tentang fertilitas, kajian sosiologis tentang fertilitas sudah lebih dahulu dimulai. Sudah lama kependudukan menjadi salah satu sub-bidang sosiologi. Sebagian besar analisa kependudukan (selain demografi formal) sesungguhnya merupakan analisis sosiologis. Davis and Blake (1956), Freedman (1962), Hawthorne (1970), dan Ronald Freedman (1979) telah mengembangkan berbagai kerangka teoritis tentang perilaku fertilitas yang pada hakekatnya bersifat sosiologis. 1. Davis dan Blake: Variabel Antara Dalam tulisannya yang berjudul “The Social structure and fertility: an analytic framework (1956)”2 Kingsley Davis dan Judith Blake melakukan analisis sosiologis tentang fertilitas. Davis and Blake mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas melalui apa yang disebut sebagai “variabel antara” (intermediate νariables). Menurut Davis dan Blake faktor-faktor sosial, ekonomi dan budaya yang mempengaruhi fertilitas akan melalui “variabel antara”. Ada 11 variabel antara yang mempengaruhi fertilitas, yang masingmasing dikelompokkan dalam tiga tahap proses reproduksi sebagai berikut: a) Faktor-faktor yang mempengaruhi



terjadinya



hubungan



kelamin (intercouse νariables): 1) Faktor-faktor yang mengatur tidak terjadinya hubungan kelamin: i. Umur mulai hubungan kelamin ii. Selibat permanen: proporsi wanita yang tidak pernah mengadakan hubungan kelamin iii. Lamanya masa reproduksi sesudah atau diantara masa hubangan kelamin: 4



 Bila kehidupan suami istri cerai atau pisah  Bila kehidupan suami istri terakhir karena suami meninggal dunia 2) Faktor-faktor yang mengatur terjadinya hubungan kelamin IV. Abstinensi sukarela V. Berpantang



karena



terpaksa



(oleh impotensi,



sakit, pisah sementara) VI. Frekuensi hubungan seksual b) Faktor-faktor



yang



mempengaruhi



terjadinya



konsepsi



(conception νariables):  Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh faktorfaktor yang tidak disengaja  Menggunakan atau tidak menggunakan metode kontrasepsi: a. Menggunakan cara-cara mekanik dan bahan-bahan kimia b. Menggunakan cara-cara lain  Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh faktorfaktor yang disengaja (sterilisasi, subinsisi, obat-obatan dan sebagainya) c) Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan dan kelahiran (gestation νariables)  Mortalitas janin yang disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak disengaja  Mortalitas



janin



oleh



faktor-faktor



yang



disengaja



(Mundiharno, 1997) 2. Ronald Freedman: Variabel Antara dan Norma Sosial Menurut Freedman variabel antara yang mempengaruhi langsung terhadap fertilitas pada dasarnya juga dipengaruhi oleh normanorma yang berlaku di suatu masyarakat. Pada akhirnya perilaku fertilitas seseorang dipengaruhi norma-norma yang ada yaitu norma tentang besarnya keluarga dan norma tentang variabel antara itu sendiri. Selanjutnya norma-norma tentang besarnya 5



keluarga dan variabel antara di pengaruhi oleh tingkat mortalitas dan struktur sosial ekonomi yang ada di masyarakat. Menurut Freedman intermediate νariables yang dikemukakan Davis-Blake menjadi variabel antara yang menghubungkan antara “norma-norma fertilitas” yang sudah mapan diterima masyarakat dengan jumlah anak yang dimiliki (outcome). Ia mengemukakan bahwa “norma fertilitas” yang sudah mapan diterima oleh masyarakat



dapat



sesuai dengan fertilitas yang dinginkan



seseorang. Selain itu, norma sosial dianggap sebagai faktor yang dominan. Jadi norma merupakan “resep” untuk membimbing serangkaian tingkah laku tertentu



pada



berbagai situasi yang



sama. Norma merupakan unsur kunci dalam teori sosiologi tentang fertilitas. Dalam artikelnya yang berjudul “Theories of fertility decline: a reappraisal” (1979). Freedman juga mengemukakan bahwa tingkat fertilitas yang cenderung terus menurun di beberapa negara pada dasarnya bukan semata-mata akibat variabel-variabel pembangunan makro seperti urbanisasi dan industrialisasi sebagaimana dikemukakan oleh model transisi demografi klasik tetapi berubahnya motivasi fertilitas akibat bertambahnya penduduk yang melek huruf serta berkembangnya jaringan-jaringan komunikasi dan transportasi. Menurut Freedman, tingginya tingkat modernisasi tipe Barat bukan merupakan syarat yang penting terjadinya penurunan fertilitas (Mundiharno, 1997). b.



Teori Ekonomi tentang Fertilitas Pandangan bahwa faktor-faktor ekonomi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap fertilitas bukanlah suatu hal yang baru. Dasar pemikiran utama dari teori ‘transisi demografis'



yang sudah terkenal luas



adalah bahwa sejalan dengan diadakannya pembangunan sosialekonomi, maka fertilitas lebih merupakan suatu proses ekonomis dari pada proses biologis. 6



Berbagai



metode



pengendalian



fertilitas



seperti



penundaan



perkawinan, senggama terputus dan kontrasepsi dapat digunakan oleh pasangan suami istri yang tidak menginginkan mempunyai keluarga besar, dengan anggapan bahwa mempunyai banyak



anak



berarti



memikul beban ekonomis dan menghambat peningkatan kesejahteraan sosial dan material. Bahkan sejak awal pertengahan abad ini, sudah diterima secara umum bahwa hal inilah yang menyebabkan penurunan fertilitas di Eropa Barat dan Utara dalam abad 19. Leibenstein dapat dikatakan sebagai peletak dasar dari apa yang dikenal



dengan



“teori



ekonomi



tentang



fertilitas”.



Menurut



Leibenstein tujuan teori ekonomi fertilitas adalah: “Untuk merumuskan suatu teori yang menjelaskan faktor-faktor yang menentukan jumlah kelahiran anak yang dinginkan per keluarga. Tentunya, besarnya juga tergantung pada berapa banyak kelahiran yang dapat bertahan hidup (survive). Tekanan yang utama adalah bahwa cara bertingkah laku itu sesuai dengan yang dikehendaki apabila orang melaksanakan perhitungan-perhitungan kasar mengenai jumlah



kelahiran



anak



yang



dinginkannya.



Dan



perhitungan



perhitungan yang demikian ini tergantung pada keseimbangan antara kepuasan atau kegunaan (utility) yang diperoleh dari biaya tambahan kelahiran anak, baik berupa uang maupun psikis. Ada tiga macam tipe kegunaan yaitu (a) kegunaan yang diperoleh dari anak sebagai suatu ‘barang konsumsi' misalnya sebagai sumber hiburan bagi orang tua; (b) kegunaan yang diperoleh dari anak sebagai suatu sarana produksi, yakni, dalam beberapa hal tertentu anak diharapkan untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu dan menambah pendapatan keluarga; dan (c) kegunaan yang diperoleh dari anak sebagai sumber ketentraman, baik pada hari tua maupun sebaliknya”. Menurut Leibenstein anak dilihat dari dua aspek yaitu aspek kegunaannya (utility) dan aspek biaya (cost). Kegunaannya adalah 7



memberikan kepuasaan, dapat memberikan balas jasa ekonomi atau membantu dalam kegiatan berproduksi serta merupakan sumber yang dapat menghidupi orang tua di masa depan. Sedangkan pengeluaran untuk membesarkan anak adalah biaya dari mempunyai anak tersebut. Biaya memiliki tambahan seoarang anak dapat dibedakan atas biaya langsung dan biaya tidak langsung. Yang dimaksud biaya langsung adalah biaya yang dikeluarkan dalam memelihara



anak



seperti



memenuhi kebutuhan sandang dan pangan anak sampai ia dapat berdiri sendiri. Yang dimaksud biaya tidak langsung adalah kesempatan yang hilang karena adanya tambahan seoarang anak. Misalnya, seoarang ibu tidak dapat bekerja lagi karena harus merawat anak, kehilangan penghasilan selama masa hamil, atau berkurangnya mobilitas orang tua yang mempunyai tanggungan keluarga besar. Apabila ada kenaikan pendapatan maka aspirasi orang tua akan berubah. Orang tua menginginkan anak dengan kualitas yang baik. Ini berarti biayanya naik (Leibenstein, 1958). Pengembangan lebih lanjut tentang ekonomi fertiitas dilakukan oleh Gary S. Becker dengan artikelnya yang cukup terkenal yaitu “An Economic Analysis of Fertility”. Menurut Becker anak dari sisi ekonomi pada dasarnya dapat dianggap sebagai barang konsumsi (a consumption good, consumer’s durable) yang memberikan suatu kepuasan (utility) tertentu bagi orang tua. Bagi banyak orang tua, anak merupakan sumber pendapatan dan kepuasan (satisfaction). Secara ekonomi fertilitas dipengaruhi oleh



pendapatan



keluarga,



biaya



memiliki anak dan selera. Meningkatnya pendapatan (income) dapat meningkatkan permintaan terhadap anak. Karya Becker kemudian berkembang terus antara lain dengan terbitanya buku A Treatise on the Family. Perkembangan selanjutnya analisis ekonomi fertilitas tersebut kemudian membentuk teori baru yang disebut sebagai ekonomi rumah tangga (household economics). 8



Analisis ekonomi fertilitas yang dilakukan oleh Becker kemudian diikuti pula oleh beberapa ahli lain seperti Paul T. Schultz, Mark Nerlove, Robert J. Willis dan sebagainya. Dalam tulisannya yang berjudul Economic growth and population: Perspectiνe of the new home economics6 Nerlove mengemukakan: “Ekonomi rumah tangga terdiri dari empat unsur utama, yaitu (a) suatu fungsi kegunaan. Yang dimaksud kegunaan disini bukanlah dalam arti komoditi fisik melainkan berbagai kepuasan yang dihasilkan rumah tangga; (b) suatu teknologi produksi rumah



tangga;



(c)



suatu



lingkungan pasar tenaga kerja yang menyediakan sarana untuk merubah sumber-sumber daya rumah tangga menjadi komoditi pasar; dan (d) sejumlah keterbatasan sumber-sumber daya rumah tangga yang terdiri dari harta warisan dan waktu yang tersedia bagi setiap anggota rumah tangga untuk melakukan produksi rumah tangga dan kegiatankegiatan pasar. Waktu yang tersedia dapat berbeda-beda kualitasnya, dan dalam hal ini tentunya termasuk juga sumberdaya manusia (human capital) yang diwariskan dan investasi sumberdaya manusia



dilakukan



oleh suatu generasi baik untuk kepentingan



tingkah laku generasi-generasi yang akan datang maupun untuk kepentingan tingkah laku sendiri ”New household economics berpendapat bahwa (a) orang tua mulai lebih menyukai anak-anak yang berkualitas lebih tinggi dalam jumlah yang hanya sedikit sehingga “harga beli” meningkat; (b) bila pendapatan dan pendidikan meningkat maka semakin banyak waktu (khususnya waktu ibu) yang digunakan untuk merawat anak. Jadi anak menjadi lebih mahal. Di dalam setiap kasus, semua pendekatan ekonomi melihat fertilitas sebagai hasil dari suatu keputusan rasional yang didasarkan atas usaha untuk memaksimalkan fungsi utility ekonomis yang cukup rumit yang tergantung pada biaya langsung dan tidak langsung, keterbatasan sumberdaya, selera. Topik-topik 9



yang



dibahas



dalam ekonomi



fertilitas antara berkaitan dengan pilihan-pilihan ekonomi seseorang dalam menentukan fertilitas (jumlah dan kualitas anak). Pertimbangan ekonomi dalam menentukan fertilitas terkait dengan income, biaya (langsung maupun tidak langsung), selera, modernisasi dan sebagainya. Sejalan dengan apa yang telah dikemukakan Becker, Bulato menulis tentang konsep demand for children and supply of children. Konsep demand for children dan supply of



children



dikemukakan dalam kaitan menganalisis economic determinan factors dari fertilitas. Bulatao mengartikan konsep demand for children sebagai jumlah anak yang dinginkan. Termasuk dalam pengertian jumlah adalah jenis kelamin anak, kualitas, waktu memliki anak dan sebagainya. Konsep demand for children diukur melalui pertanyaan survey tentang “jumlah keluarga yang ideal atau diharapkan atau diinginkan”. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fertilitas Menurut Ida Bagus Mantra (2010), terdapat sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi fertilitas yang dibedakan atas faktor-faktor demografi dan factor-faktor non demografi. Faktor-faktor demografi antara lain: struktur atau komposisi umur, status perkawinan, umur kawin pertama, fekunditas, dan proporsi penduduk



yang



kawin.



Faktor-faktor non



demografi antaranya keadaan ekonomi penduduk, tingkat pendidikan, perbaikan status wanita, urbanisasi dan industrialisasi. Faktor-faktor tersebut dapat berpengaruh secara langsung ataupun tidak langsung terhadap fertilitas. Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas adalah sebagai berikut : a. Hypothalamus dan kelenjar pituitary Stuktur-stuktur dalam otak merupakan pengendali yang penting dalam proses menstruasi. Penyakit-penyakit langka tertentu,kelainan bawaan. Atau kecelakaan bisa menyebabkan tidak berfungsinya stuktur-stuktur itu. Ketakutan/stress bisa mempengaruhi kesuburan karena dapat 10



mencegah pembuahan secara tidak langsung ada beberapa pendapat bahwa ketakutan bisa menimbulkan beban atas hubungna seksual dimana menyebabkan kontraksi-kontraksi pada otot-otot tabung fallopian sehingga gerakan telur ke arah sperma terganggu. b. Hormon-hormon dan ovulasi Bila telur tidak dilepaskan maka pembuahan tidak dapat terjadi. c. Tidak adanya tabung-tabung rahim dapat mempengaruhi fertilitas,yang menyebabkan tabung-tabung rahim ini tidak ada diantaranya adalah adanya perlekatan setelah menjalani operasi tertentu karena infeksi, kehamilan yang gagal sebelumnya, penyakit kelamin yang parah sebelumnya, kista ovarium, endometriosis, radang usus buntu, serta radang usus halus. d. Penggunaan IUD sebagai kontrasepsi dan dapat menghambat pembuahan karena menggelitik rahim pum dapat mempengaruhi fertilitas. e. Penyakit seperti kanker dan kehamilan yang gagal berulang kali dapat menghilangkan proses reproduksi. f. Produksi cairan serviks. Bila serviks tidak berhasil memproduksi lendir atau produksinya terhambat karena pengobatan-pengobatan tertentu, maka gerakan sperma akan terhambat dan mempengaruhi fertilitas. g. Dalam keadaan tertentu (hanya 10% dari kalangan pria yang yang terkena penyakit gondok) di masa kanak-kanak atau dewasa bisa berakibat pada organ-organ reproduksi sehingga menyebabkan radang/infeksi lainnya, seperti ghonorrea bias menghentikan produksi sperma. h. Faktor-faktor gaya hidup seperti merokok terlalu banyak, alkohol, kesehatan yang buruk pada umumnya, dpat mempengaruhi kesuburan. Kelemahan-kelemahan fisik seperti kelainan pertumbuhan biji pelir atau hambatan pertumbuhan pada masa bayi lebih menyebabkan tidak suburnya pria. 11



banyak



i. Kurangnya hormon untuk memproduksi sperma. j. Kelebihan hormon FSH dianggap menyebabkan kemandulan. k. Infeksi/radang ada prostat bisa menimbulkan sperma yang tidak yang tidak normal dan rusak sangat mempengaruhi fertilitas. l. Kegagalan pengendalian suhu agar produksi sperma bisa baik bisa terjadi bila zakar tidak berhasil mengatasi suhu tubuh atau karena gerakannya terhambat. Hal ini terjadi karena sering mandi air hangat, selimut listrik yang terlalu panas, celana dalam yang terlalu ketat serta kegemukan. m. Usia pun mempengaruhi fertilitas. Wanita yang berusia 35 tahun ke atas kesuburannya berkurang dengan cepat. Sedangkan untuk pria penurunannya bertahap dan paling nampak sejak usia 60 tahun. n. Pekerjaan pun mempengaruhi fertilitas, terutama bila pekerjaannya berkaitan denngan radio aktif atau cairan kimia tertentu. Pekerjaan yang penuh stress bisa mempengaruhi kesuburan. o. Jarangnya berhubungan seksual/tidak efektifnya berhubungan seksual dapat mempengaruhi fertilitas (Murray,1990). p. Riset telah membuktikan bahwa sel telur yang diambil dari wanita peroko sulit dibuahi oleh sperma. Racun lingkungan xenoestrogen menyebabkan ketidaksuburan karena zat kimia ini mempunyai daya kerja mirip dengan hormon estrogen, sehingga merusak keseimbangan estrogen dan progesteron (vitahealt. 2007) B. Infertilitas 1. Konsep Infertilitas Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk mengandung sampai melahirkan bayi hidup setelah satu tahun melakukan hubungan seksual yang teratur dan tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun atau setelah memutuskan untuk mempunyai anak (Norwitz dan Schorge, 2014).



12



Infertilitas juga dapat didefinisikan sebagai kekurangmampuan pasangan untuk menghasilkan keturunan, jadi bukan merupakan ketidakmampuan mutlak untuk memiliki keturunan (steril). Infertilitas diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Pasangan dikatakan mengalami infertilitas primer apabila terjadi tanpa kehamilan sebelumnya dalam hal ini berarti pasangan tidak pernah mencapai



kehamilan,



sedangkan



infertilitas sekunder



apabila sebelumnya pernah terjadi konsepsi setidaknya satu pembuahan sebelumnya (Norwitz dan Schorge, 2014; Lestari dkk, 2014). 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Infertilitas Faktor-faktor yang berhubungan dengan infertilitas secara umum adalah : a. Pada Wanita 1) Gangguan organ reproduksi 



Infeksi vagina menyebabkan meningkatnya keasaman vagina yang akan membunuh sperma, dan pengkerutan vagina akan menghambat transportasi sperma ke vagina.







Kelainan pada serviks akibat defisiensi hormon esterogen yang mengganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu. Selain itu, bekas operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut juga dapat menutup serviks sehingga sperma tidak dapat masuk ke Rahim







Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang.







Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu. 13



2) Gangguan ovulasi Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal seperti adanya hambatan pada sekresi hormone FSH dan LH yang memiliki pengaruh besar terhadap ovulasi. Hambatan ini dapat terjadi karena adanya tumor cranial, stress, dan pengguna obat-obatan yang menyebabkan terjadinya disfungsi hipotalamus dan hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormon ini, maka folikel mengalami hambatan untuk matang dan berakhir pada gangguan ovulasi. 3) Kegagalan Implantasi Nidasi adalah peristiwa tertanamnya atau bersarangnya sel telur yang telah dibuahi ke dalam endometrium. Wanita dengan kadar progesteron yang rendah akan mengalami kegagalan dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi/implantasi. Setelah terjadi pembuahan, proses nidasi/implantasi pada endometrium tidak berlangsung baik. Akibatnya fetus tidak dapat berkembang dan terjadilah abortus. 4) Endometriosis Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya berada dilapisan paling dalam rahim (lapisan endometrium) terletak dan tumbuh ditempat lain. Endometriosis bisa terletak di lapisan tengah dinding rahim (lapisan myometrium) yang disebut juga adenomyosis, atau bisa juga terletak di indung telur, saluran telur, atau bahkan dalam rongga perut. Gejala umum penyakit endometriosis adalah nyeri yang sangat pada daerah panggul terutama pada s at haid dan berhubungan intim. 5) Faktor Immunologis Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu memberikan reaksi negatif sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil. 14



6) Lingkungan Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, zat kimia,dan pestisida dapat menyebabkan toksik pada seluruh bagian tubuh termasuk organ reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan. b. Pada Pria 1) Bentuk dan Gerakan Sperma Tidak Sempurna Bentuk dan gerakan sperma yang tidak sempurna. Sperma harus berbentuk sempurna serta dapat bergerak cepat dan akurat menuju ke telur agar dapat terjadi pembuahan. Bila bentuk dan struktur (morfologi) sperma tidak normal atau gerakannya (motilitas) tidak sempurna, sperma tidak dapat mencapai atau menembus sel telur. 2) Konsentrasi Sperma Rendah Konsentrasi sperma yang normal adalah 20 juta sperma/ml semen atau lebih. Bila 10 juta/ml atau kurang maka menujukkan konsentrasi yang rendah (kurang subur). Hitungan 40 juta sperma/ml atau lebih berarti sangat subur. Jarang sekali ada pria yang sama sekali tidak memproduksi sperma. Kurangnya konsentrasi sperma ini dapat disebabkan oleh testis yang kepanasan (misalnya karena selalu memakai celana ketat), terlalu sering berejakulasi (hiperseks), merokok, alcohol dan kelelahan. 3) Tidak Adanya Semen Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju vagina. Bila tidak ada semen, maka sperma tidak terangkut (tidak ada ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan penyakit atau kecelakaan yangmemengaruhi tulang belakang. 4) Varikosel Varikosel adalah varises atau pelebaran pembuluh darah vena yang berhubungan dengan testis. Sebagaimana diketahui, testis adalah tempat



produksi



dan



penyimpanan



sperma.



Varises



yang



disebabkan kerusakan pada sistem katup pembuluh darah tersebut 15



membuat pembuluh darah melebar dan mengumpulkan darah. Akibatnya, fungsi testis memproduksi dan menyalurkan sperma menjadi terganggu. 5) Testis Tidak Turun Testis gagal turun adalah kelainan bawaan sejak lahir, terjadi saat salah satu atau kedua buah testis tetap berada di perut dan tidak turun ke kantong skrotum. Karena suhu yang lebih tinggi dibandingkan suhu pada skrotum, produksi sperma mungkin terganggu. 6) Kekurangan Hormon Testosteron Kekurangan hormon ini dapat memengaruhi kemampuan testis dalammemproduksi sperma. 7) Kelainan Genetik Dalam kelainan genetik yang disebut Syndroma Klinefelter, yaitu seorang pria memiliki duakromosom X dan satu kromosom Y, bukannya satu X dan satu Y. Hal ini menyebabkan pertumbuhan abnormal pada testis sehingga sedikit atau sama sekali tidak memproduksi sperma. Dalam penyakit Cystic fibrosis,beberapa pria penderitanya tidak dapat mengeluarkan sperma dari testis mereka, meskipun sperma tersedia dalam jumlah yang cukup. Hal ini karena mereka tidak memiliki vas deferens, saluran yang menghubungkan testis dengan saluran ejakulasi. 8) Infeksi Infeksi dapat memengaruhi motilitas sperma untuk sementara. Penyakit menular seksual seperti clamidia dan gonore sering menyebabkan infertilitas karena menyebabkan skar (penonjolan kulit ) yang memblokir jalannya sperma. 9) Masalah Seksual Masalah seksual dapat menyebabkan infertilitas misalnya disfungsi ereksi,ejakulasi



dini,



sakit 16



saat



berhubungan



(disparunia).



Demikian juga dengan penggunaan minyak atau pelumas tertentu yang bersifat toksik terhadap sperma. 10) Ejakulasi balik Hal ini terjadi ketika semen yang dikeluarkan justru berbalik masuk ke kantung kemih, bukannya keluar melalui penis saat terjadi



ejakulasi.



Ada



beberapa



kondisi



yang



dapat



menyebabkannya, di antaranya adalah diabetes, pembedahan di kemih, prostat, dan pengaruh obat-obatan tertentu. 11) Sumbatan di Epididimis / saluran ejakulasi Beberapa pria terlahir dengan sumbatan di daerah testis yang berisi sperma (epididimis) atau saluran ejakulasi. Beberapa pria tidak memiliki pembuluh yang membawa sperma dari testis ke lubang penis. 12) Lubang kencing yang salah tempat (hipoepispadia) Kelainan bawaan ini terjadi saat lubang kencing berada di bagian bawah penis. Bila tidak dioperasi maka sperma dapat kesulitan mencapai serviks. 13) Antibodi pembunuh sperma Antibodi yang membunuh atau melemahkan sperma biasanya terjadi setelah pria menjalani vasektomi. Keberadaan antibodi ini menyulitkannya mendapatkan anak kembali saat vasektomi. 14) Pencemaran lingkungan Paparan polusi lingkungan dapat mengurangi jumlah sperma dengan efek langsung pada fungsi testis dan sistem hormon. Beberapa bahan kimia yang mempengaruhi produksi sperma antara lain: radikal bebas, pestisida (DDT,aldrin, dieldrin, PCPs, dioxin, furan), bahan kimia plastik, hidrokarbon (etilbenzena, benzena, toluena, dan xilena), dan logam berat seperti timbal, kadmium atau arsenik. 15) Kanker Testis 17



Kanker testis berpengaruh langsung terhadap kemampuan testis memproduksi dan menyimpan sperma. Penyakit ini paling sering terjadipada pria usia 18 — 32 tahun 3. Tindakan yang dilakukan terkait Masalah Infertilitas Tindakan yang dilakukan pada masalah infertilitas adalah sebagai berikut : a. Pemberian antibiotik Pemberian antibiotik diberikan pada pria yang memiliki gangguan infeksi traktus genitalis yang menyumbat vas deferens atau merusak jaringan testis. b. Pembedahan Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada pasien mioma dan tuba yang tersumbat. Tindakan pembedahan ini akan meninggalkan parut yang dapat menyumbat atau menekuk tuba sehingga akhirnya memerlukan pembedahan untuk mengatasinya. c. Terapi Terapi yang dapat dilakukan pada penderita endometriosis. Terapi endometriosis terdiri dari menunggu sampai terjadi kehamilan sendiri, pengobatan hormonal, atau pembedahan konservatif. d. Tindakan pembedahan / operasi varikokel Tindakan yang saat ini dianggap paling tepat adalah dengan operasi berupa pengikatan pembuluh darh yang melebar (varikokel) tersebut. Suatu penelitian dengan pembanding menunjukkan keberhasilan tindakan pada 66 % penderita berupa peningkatan jumlah sperma dan kehamilan, dibandingkan dengan hanya 10 % pada kelompok yang tidak dioperasi. e. Memberikan suplemen vitamin Infertilitas yang tidak diketahui penyebabnya merupakan masalah bermakna karena meliputi 20 % penderita. Penanggulangannya berupa pemberian beberapa macam obat, yang dari pengalaman berhasil menaikkan jumlah dan kualitas sperma. Usaha menemukan penyebab 18



ditingkat kromosom dan keberhasilan manipulasi genetik tampaknya menjadi titik harapan di masa datang. f. Tindakan operasi pada penyumbatan di saluran sperma Bila sumbatan tidak begitu parah, dengan bantuan mikroskop dapat diusahakan koreksinya. Pada operasi yang sama, dapat juga dipastikan ada atau tidaknya produksi sperma di buah zakar. g. Menghentikan obat-obatan yang diduga menyebabkan gangguan sperma. h. Menjalani teknik reproduksi bantuan Dalam hal ini adalah inseminasi intra uterine dan program bayi tabung. Tindakan inseminasi dilakukan apabila ada masalah jumlah sperma yang sangat sedikit atau akibat masalah antibodi di mulut rahim. Pria dengan jumlah sperma hanya 5-10 juta/cc (dari normal 20 juta) dapat mencoba inseminasi buatan.



19



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Fertilitas adalah kemampuan alami seseorang untuk menghasilkan keturunan. Fertilitas dalam pengertian demografi sendiri adalah kemampuan seorang wanita untuk melahirkan, yang dicerminkan dalam jumlah bayi yang dilahirkan (Woyanti, 2009). Beberapa konsep tentang fertilitas yaitu fekunditas, sterilisasi, natalis,abortus, lahir hidup, lahir mati, masa reproduksi, dan lain sebagainya. Adapun teori tentang fertilitas yaitu teori sosiologi dan teori ekonomi. Berbeda dengan fertilitas, fekunditas berkaitan dengan potensi untuk melahirkan tanpa memperhatikan apakah seorang wanita benar-benar melahirkan seorang anak atau tidak. Adapun



faktor-faktor



yang



mempengaruhi



fertilitas



yaitu



hipothalamus dan kelenjar pituitary, gaya hidup, status gizi, dll. Kesehatan Maternal sangat penting bagi ibu yang dimulai dari pelayanan kesehatan berupa pelayanan ANC, persalinan oleh tenaga kesehatan dan perawatan ibu nifas. Infeksi Menular Seksual (IMS) berhubungan dengan fertilitas seorang wanita. jaringan parut/bekas luka di dalam rahim juga dapat mencegah sel telur yang sudah dibuahi untuk dapat menempel pada dinding rahim. Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil setelah 12 bulan hubungan seksual yang sering tanpa kontrasepsi dan bukan merupakan ketidakmampuan mutlak untuk memiliki keturunan (steril). Ada banyak faktor-faktor yang mempengaruhi infertilitas, diantaranya yaitu gangguan reproduksi, gangguan ovulasi, kegagalan implantasi, dan lain-lain. B. Saran Diperlukan referensi lain selain makalah ini agar pemahaman mengenai fertilitas dan infertilitas didapatkan secara luas dan menyeluruh. 20



Selain itu, bagi tenaga kesehatan disarankan untuk melakukan konseling dan pelayanan terkait infertilitas kepada pasangan suami isteri secara holistik dan dengan komunikasi interpersonal yang baik agar dapat dilakukan penanganan yang tepat apabila kasus infertilitas terjadi pada pasangan tersebut.



21



DAFTAR PUSTAKA Ismail, Ageng W. 2016. Faktor yang Mempengaruhi Fertilitas di Kelurahan Tanjung Raya Kecamatan Kedamaian Kota Bandar Lampung. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung Bandar Lampung. Prairohardjo S, Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2011: 425-430. Tom Marshall, Ali Zazri, Idrus Jus'at, Endang Achadi& zahidul A. Huque. 2010. Kesehatan Maternal dan Neonatal ( Baseline Survey 1996). Maryadi. 2015. Infertilitas dan Infeksi Menular Seksual. Makasar: DMCA dr. Savitri. 2017. Penyakit Kelamin Membuat Wanita Infertil. Jakarta: Health Group Pte. Ltd Prawirohardjo. Sarwono. 2009.Ilmu Kebidanan: Jakarta. PT Pustaka Bagoes Mantra, Ida. 2010. Demografi Umum. Jakarta : Pustaka Pelajar. Lestari, T.W. dkk. 2014. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Berbasis Kompetensi. Jakarta: EGC. Karavolos S, Stewart J, McEleny K, Aird I. 2013. Assessment of TheInfertile Male. The Obstetrician & Gynaecologist. 15: 1-9. Norwitz, E R dan Shcorge, J. 2014. At a Glance: Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Erlangga. WHO. 2013. Infertility.



22