Makalah Konsep Stres Dan Adaptasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KONSEP STRES DAN ADAPTASI



Disusun Oleh :



ORIZA ZATIVA BERU BARUS NIM : P0 5140120030



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU PRODI DIII KEBIDANAN BENGKULU JURUSAN KEBIDANAN BENGKULU TAHUN 2020 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat dan kuasanya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam



bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada pihak yang telah membantu hingga selesainya tugas mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia ini. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk



memberikan



masukan-masukan



kesempurnaan makalah ini.  



yang



bersifat



membangun



untuk



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia dari berbagai lapisan bisa saja mengalami ketegangan hidup yang berakibat akan adanya tuntutan kesulitan atau ancaman terhadap bahaya kehidupan yang semakin sulit terpecahkan. Sehingga seringkali di dapati seorang mengalami ketegangan psikologi. Itu semua merupakan masalah yang relatif, tergantung dari tinggi rendahnya kedewasaan kepribadian dan bagaimana sudut pandang seseorang dalam menghadapinya. Strees adalah penekanan pada peristiwa – peristiwa dan situasi negatif yang di alami individu yang dapat menimbulkan efek yang tidak teratur pada perilakunya (Lahey & Ciminero , 1998) B. Rumusan Masalah 1.



Apa yang dimaksud dengan stres ?



2.



Apa saja sumber-sumber yang menyebabkan terjadinya stres ?



3.



Sebutkan bentuk-bentuk stres ?



4.



Bagaimana reaksi dan respon tubuh terhadap stres ?



5.



Bagaimana aptasi manusia terhadap stres ?



6.



Bagaimana respons manusia terhadap stres?



7.



Macam-macam adaptasi terhadap stress ?



C. Tujuan Penulisan 1.



Tujuan Umum Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia



2.



Tujuan Khusus a.



Untuk mengetahui pengertian stres, sumber-sumber stress dan bentukbentuk stres.



b.



Untuk mengetahui reaksi dan respon tuhuh terhadap stres serta adaptasi terhadap stres.



c.



Untuk mengetahui macam-macam adaptasi terhadap stress dan mekasisme koping.



d.



Untuk mengetahui peran seorang bidan dalam mengatasi stres.



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Stres Luthans  (2000),  mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh  perbedaan individu dan proses psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan lingkungan, situasi atau peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik seseorang. Menurut Schuler, stres adalah suatu kondisi dinamis dimana individu dihadapkan pada kesempatan, hambatan dan keinginan dan hasil yang diperoleh sangatlah penting tetapi tidak dapat dipastikan (Robbins, 2003:577).   Menurut Robert S. Fieldman (1989) stress adalah suatu proses yang menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam, menantang, ataupun membahayakan dan individu merespon peristiwa itu pada level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku. Peristiwa yang memunculkan stress dapat saja positif (misalnya: merencanakan perkawinan) atau negatif (contoh: kematian keluarga). Sesuatu didefinisikan sebagai peristiwa yang menekan (stressfull event) atau tidak, bergantung pada respon yang diberikan oleh individu. Stres adalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan menciptakan tuntutan fisik dan psikis pada seseorang. Stres membutuhkan koping



dan



adaptasi.



Sindrom



adaptasi



umum



atau



Teori



Selye,



menggambarkan stres sebagai kerusakan yang terjadi pada tubuh tanpa mempedulikan apakah penyebab stres tersebutpositif atau negatif. Respons tubuh dapat diprediksi tanpa memerhatikan stresor atau penyebab tertentu (Issac, 2004).



Stres adalah reaksi atau respons psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan). Stres dewasa ini digunakan secara bergantian untuk menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai berupa respons fisiologis, perilaku, dan subyektif terhadapat stres. Konteks yang menjembatani pertemuan antara individu dengan stimulus yang membuat stres, semuanya sebagai sistem (WHO,158) B. Sumber-Sumber Stress Terdapat beberapa sumber-sumber stress yang dapat mengganggu kesehatan psikis manusia. Menurut Lazarus & Folkman (dalam Morgan, 1986) kondisi fisik, lingkungan dan sosial yang merupakan penyebab dari kondisi stres disebut dengan stressor. Stressor dapat berwujud dan berbentuk fisik, seperti polusi udara dan dapat juga berkaitan dengan lingkungan sosial. Pikiran ataupun perasaan individu sendiri yang dianggap sebagai suatu ancaman baik yang nyata maupun imajinasi dapat juga menjadi stressor. Lazarus & Cohen (1984) mengklasifikasikan stressor kedalam tiga kategori, yaitu : 1. Catacysmic Event Fenomena besar atau tiba–tiba terjadi, seperti kejadian-kejadian penting yang mempengaruhi banyak orang seperti bencana alam. 2. Personal Stressor Kejadian–kejadian penting mempengaruhi sedikit orang atau sejumlah orang tertentu, seperti kritis keluarga. 3. Background stressor Pertikaian atau permasalahan yang bisa terjadi setiap hari, seperti masalah dalam pekerjaan dan rutinitas pekerjaan. Sarafino (1998) membagi tiga jenis sumber stres yang dapat terjadi pada kehidupan individu : 1. Sumber yang berasal dari individu



Ada dua cara stres berasal dari individu. Pertama adalah melalui adanya penyakit. Penyakit yang diderita individu menyebabkan tekanan biologis dan psikologis sehingga menimbulkan stres. Sejauh mana tingkat stres yang dialami individu dengan penyakitnya dipengaruhi faktor usia dan keparahan penyakit yang dialaminya. Cara kedua adalah melalui terjadinya konflik.\Konflik merupakan sumber yang paling utama. Didalam konflik individu memiliki dua kecenderungan yang berlawanan : menjauh dan mendekat. Individu harus memiliki dua atau lebih alternatif pilihan yang masing–masing memiliki kelebihan dan kekuhrangannya se ndiri. Keadaan seperti ini banyak dijumpai saat individu dihadapkan pada keputusan– keputusan mengenai kesehatannya. 2. Sumber yang berasal dari keluarga Stres dalam keluarga dihasilkan melalui adanya perilaku, kebutuhan–kebutuhan dan kepribadian dari masing –masing anggota keluarga yang berdampak kepada anggota keluarga lainnya. Konflik interpersonal ini dapat timbul dari adanya masalah finansial, perilaku yang tidak sesuai, melalui adanya tujuan yang berbeda antar anggota keluarga, bertambahnya anggota keluarga perceraian orang tua, penyakit dan kecacatan yang dialami anggota keluarga dan kematian anggota keluarga. 3. Sumber stres yang berasal dari komunitas dan masyarakat Adanya hubungan manusia dengan lingkungan luar menyebabkan banyak kemungkinan munculnya sumber – sumber stres. Misalnya: stres yang dirasakan anak sekolah akibat adanya kompetisi – kompetisi dalam hal seperti olah raga. Di sisi lain, stres yang dialami oleh orang dewasa banyak diperoleh melalui pekerjaannya dan berbagai situasi lingkungan. Stres yang diperoleh melalui pekerjaan contohnya dikarenakan : diluar sisi kerja, kontrol yang rendah terhadap pekerjaan yang diemban, kurangnya



hubungan interpersonal dengan sesama rekan kerja, promosi jabatan, kehilangan pekerjaan lainnya. Stres yang diperoleh dari lingkungan juga dapat diakibatkan oleh lingkungan yang berisik dan padat serta lingkungan yang tercemar (Sarafino, 1998). C. Bentuk-Bentuk Stres Berikut ini adalah beberapa jenis stres yang perlu Anda kenali agar Anda tahu harus berbuat apa seperti yang saya kutip dari forum online, silahkan disimak : 1. Stres Biasa Stres tidak hanya dipicu sepenuhnya oleh pengalaman negatif. Bahkan, pengalaman positif juga dapat membawa stres, seperti upacara kelulusan atau pernikahan. Namun, tipe stres seperti ini dalam dosis kecil sebenarnya baik untuk sistem imun kita. Selain itu, tipe stres ini juga dapat membuat banyak orang lebih mudah untuk menciptakan tujuan dan menikmati proses mencapainya dengan penuh energi. 2. Distres Internal Ini adalah tipe stres yang buruk. Distres merupakan tipe stres negatif hasil dari pengalaman buruk, ancaman, atau perubahan situasi yang tidak terduga dan tidak nyaman. Pada dasarnya, tubuh kita menginginkan rasa aman sehingga apabila rasa tersebut terusik, tubuh pun mengalami distres. 3. Distres Akut Distres akut terjadi ketika seseorang mengalami distres yang dipicu oleh peristiwa buruk yang berlalu dengan cepat. Sementara stres kronik terjadi ketika seseorang harus menahan stres dalam waktu yang lama. Kedua tipe stres tadi akan memicu timbulnya hiperstres. 4. Hipostres Ternyata hari-hari tanpa kekhawatiran dan tantangan juga dapat memicu tipe stres lainnya, yaitu hipostres. Hipostres merupakan "ketidakadaan" stres, tetapi bisa juga diartikan kebosanan yang ekstrem.



Seseorang yang mengalami hipostres mungkin merasa tidak tertantang, tidak memiliki motivasi untuk melakukan apa pun. Hipostres dapat memicu perasaan depresi dan kesia-siaan. 5. Eustres Eustres merupakan stres yang sangat berguna lantaran dapat membuat tubuh menjadi lebih waspada. Eustres membuat tubuh dan pikiran menjadi siap untuk menghadapi banyak tantangan, bahkan bisa tanpa disadari. Tipe stres ini dapat membantu memberi kekuatan dan menentukan keputusan, contohnya menemukan solusi untuk masalah. D. Reaksi dan Respon Tubuh Terhadap Stres Respon stres melibatkan semua fungsi tubuh, sehingga terlampau besarnya stres yang menghabiskan sumber-sumber adaptif kita dapat menyebabkan kelelahan, beragam masalah kesehatan, dan bahkan akibat yang fatal. 1. Respon Fisik a) Rambut Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami perubahan warna menjadi kecoklat-coklatan serta kusam. Ubanan (rambut memutih) terjadi sebelum waktunya, demikian pula dengan kerontokan rambut. b) Mata Ketajaman mata seringkali terganggu misalnya kalau membaca tidak jelas karena kabur. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata



mengalami



kekenduran



atau



sebaliknya



sehingga



mempengaruhi fokus lensa mata. c) Telinga  Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging (tinitus).



d) Ekspresi wajah Wajah seseorang yang stres nampak tegang, dahi berkerut, mimik nampak



serius,



tidak



santai,



bicara



berat,



sukar



untuk



senyum/tertawa. e) Mulut Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum. Selain daripada itu pada tenggorokan seolah-olah ada ganjalan sehingga ia sukar menelan, hal ini disebabkan karena otot-otot lingkar di tenggorokan mengalami spasme (muscle cramps) sehingga serasa “tercekik”. f) Kulit Pada orang yang mengalami stres reaksi kulit bermacam-macam; pada kulit dari sebahagian tubuh terasa panas atau dingin atau keringat berlebihan. Reaksi lain kelembaban kulit yang berubah, kulit menjadi lebih kering. Selain daripada itu perubahan kulit lainnya adalah merupakan penyakit kulit, seperti munculnya eksim, urtikaria (biduran), gatal-gatal dan pada kulit muka seringkali timbul jerawat (acne) berlebihan; juga sering dijumpai kedua belah tapak tangan dan kaki berkeringat (basah). g) Sistem Pernafasan Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stres dapat terganggu misalnya nafas terasa berat dan sesak disebabkan terjadi penyempitanpada



saluran



pernafasan



mulai



dari



hidung,



tenggorokan dan otot-otot rongga dada. Nafas terasa sesak dan berat dikarenakan otot-otot rongga dada (otototot antar tulang iga) mengalami spasme dan tidak atau kurang elastis sebagaimana biasanya. Sehingga ia harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk menarik nafas. Stres juga dapat memicu timbulnya penyakit asma (asthma bronchiale) disebabkan karena otot-otot pada saluran nafas paru - paru juga mengalami spasme.



h) Sistem Kardiovaskuler Sistem jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskuler dapat terganggu faalnya karena stres. Misalnya, jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar (dilatation) atau menyempit (constriction) sehingga yang bersangkutan nampak mukanya merah atau pucat. Pembuluh darah tepi (perifer) terutama di bagian ujung jari-jari tangan atau kaki juga menyempit sehingga terasa dingin dan kesemutan. Selain daripada itu sebahagian atau seluruh tubuh terasa “panas” (subfebril) atau sebaliknya terasa “dingin”. i) Sistem Pencernaan Orang yang mengalami stres seringkali mengalami gangguan pada sistem pencernaannya. Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual dan pedih; hal ini disebabkan karena asam lambung yang berlebihan (hiperacidity). Dalam istilah kedokteran disebut gastritis atau dalam istilah awam dikenal dengan sebutan penyakit maag. Selain gangguan pada lambung tadi, gangguan juga dapat terjadi pada usus, sehingga yang bersangkutan merasakan perutnya mulas, sukar buang air besar atau sebaliknya sering diare. j) Sistem Perkemihan. Orang yang sedang menderita stres faal perkemihan (air seni) dapat juga terganggu. Yang sering dikeluhkan orang adalah frekuensi untuk buang air kecil lebih sering dari biasanya, meskipun ia bukan penderita kencing manis (diabetes mellitus) k) Sistem Otot dan tulang



Stres dapat pula menjelma dalam bentuk keluhan-keluhan pada otot dan tulang (musculoskeletal). Yang bersangkutan sering mengeluh otot terasa sakit (keju) seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang. Selain daripada itu keluhan-keluhan pada tulang persendian sering pula dialami, misalnya rasa ngilu atau rasa kaku bila menggerakan anggota tubuhnya. Masyarakat awam sering mengenal gejala ini sebagai keluhan ”pegal-linu”. l) Sistem Endokrin Gangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang mengalami stres adalah kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini berkepanjangan bisa mengakibatkan yang bersangkutan menderita penyakit kencing manis (diabetes mellitus); gangguan hormonal lain misalnya pada wanita adalah gangguan menstruasi yang tidak teratur dan rasa sakit (dysmenorrhoe). 2. Respon Psikologis Faktor-faktor Psikologis dapat mempengaruhi fungsi fisik, faktor-faktor fisik juga dapat mempengaruhi fungsi mental. Gangguan fisik yang diyakini disebabkan atau dipengaruhi faktor psikologis pada masa



lalu



yang



disebut



psikosomatis



(psychosomatic)



atau psikofisiologis.  3. Daya pikir Pada orang seseorang yang mengalami stres, kemampuan bepikir dan mengingat serta konsentrasi menurun. Orang menjadi pelupa dan seringkali mengeluh sakit kepala pusing. E. Adaptasi Terhadap Stress Adaptasi suatu cara untuk mengatasi tekanan dari lingkungan sekitar untuk tetap menjaga keseimbangan tubuhnya. Sehingga terjadi perubahan



anatomi, fisiologis dan psikologis di dalam diri seseorang sebagai reaksi terhadap stress. Adaptasi pada Stress dapat meliputi : 1. Secara Frontal : cara menyesuaikan diri terhadap stress dengan menghadapi rintangan secara sadar realistik, obyektif, dan rasional. 2. Menggunakan Mekanisme Defensif yaitu : a) Proyeksi : Menyalahkan orang lain b) Introversi : Menarik diri c) Kegembiraan dan kesibukan Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang optimal. Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk perlindungan, mekanisme koping dan idealnya dapat mengarah pada penyesuaian atau penguasaan situasi (Selye, 1976, Monsen, Floyd dan Brookman, 1992). Stresor yang menstimulasi adaptasi mungkin berjangka pendek, seperti demam atau berjangka panjang seperti paralysis dari anggota gerak tubuh. Agar dapat berfungsi optimal, seseorang harus mampu berespons terhadap stressor dan beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang dibutuhkan. Sehingga adaptasi membutuhkan respons aktif dari seluruh individu.



F. Respons Respons berasal dari kata “response” yang berarti jawaban, balasan atau tanggapan. Jadi, respons adalah setiap tingkah laku pada hakekatnya merupakan tanggapan/balasan (respons) terhadap rangsangan/stimulus (Sarlito, 1995). Menurut Steven M. Caffe, respons dibagi menjadi (3) bagian yaitu : 1. Kognitif : berkaitan dengan pengetahuan keterampilan dan informasi seseorang terhadap sesuatu. Respons ini timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh banyak orang.



2. Afektif : berhubungan dengan emosi, sikap dan menilai seseorang terhadap sesuatu. Respons ini timbul ketika ada perubahan yang disenangi oleh banyak orang. 3. Konatif : berhubungan dengan prilaku nyata yang meliputi tindakan atau perbuatan, oleh karena itu proses perubahan sikap tersebut tergantung pada keselarasan. G. Macam-Macam Adaptasi Terhadap Stress Adaptasi terhadap stress dapat berupa : 1. Adaptasi Fisiologis Indikator



fisiologis



stress



adalah



objektif,



lebih



mudah



diidentifikasi dan secara umum dapat diamati atau diukur. Namun, indikator ini tidak selalu teramati sepanjang waktu pada semua klien yang mengalami stress, serta indikator tersebut bervariasi menurut individunya. Tanda-tanda vital biasanya meningkat dan klien mungkin tampak gelisah dan tidak mampu untuk beristirahat. Indikator ini dapat timbul sepanjang tahap stress. Durasi dan intensitas dari gejala secara langsung berkaitan dengan durasi dan intensitas stressor yang diterima. Indikator fisiologis timbul dari berbagai sistem. Oleh



karenanya



pengkajian



tentang



stress



mencakup



pengumpulan data dari semua sistem. Sekarang penyebab utama kematian adalah penyakit yang mencakup stressor gaya hidup. Indikator fisiologis stress :  Tekanan darah meningkat.  Peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung.  Denyut nadi dan frekwensi pernafasan meningkat.  Telapak tangan berkeringat dan kaki dingin.  Postur tubuh yang tidak tegap.  Keletihan, sakit kepala, gangguan lambung, diare dan suara bernada tinggi.  Mual, muntah, nafsu makan berkurang, BB berubah.



             2. Adaptasi Psikologis Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan mengamati perilaku klien. Stress mempengaruhi kesejahteraan emosional dalam berbagai cara. Ketiga karakteristik ini adalah media terhadap stress, meliputi rasa kontrol terhadap peristiwa kehidupan, komitmen terhadap aktivitas yang berhasil, dan antisipasi dari tantangan sebagai suatu kesempatan untuk pertumbuhan (Wiebe dan Williams, 1992 ; Tarstasky, 1993). Indikator emosional / psikologi dan perilaku stress : 



Ansietas







Depresi, kehilangan motivasi, mudah lupa







Kepenatan, kehilangan harga diri







Peningkatan penggunaan bahan kimia







Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola



aktivitas. 



Kelelahan mental, perasaan tidak adekuat, dsb.



3. Adaptasi Perkembangan Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk



menyelesaikan



tugas



perkembangan.



Pada



setiap



tahap



perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut.



Stress



yang



berkepanjangan



dapat



mengganggu



atau



menghambat kelancaran menyelesaikan tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk yang ekstrem, stress yang berkepanjangan dapat mengarah pada krisis pendewasaan, yang meliputi :  Masa Bayi, mereka mampu mengembangkan harga diri yang sehat dan pada akhirnya belajar respons koping adaptif yang sehat (Haber et al, 1992).



 Anak Usia Sekolah, stress ditunjukkan oleh ketidakmampuann atau



ketidakinginan



untuk



mengembangkan



hubungan



berteman.  Remaja, mengembangkan rasa identitas yang kuat tetapi pada waktu yang bersamaan perlu diterima oleh teman sebaya. Tanpa



sistem



pendukung



sosial



sering



menunjukkan



peningkatan masalah psikososial (Dubos, 1992).  Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman masa remaja ke tanggung jawab orang dewasa. Konflik dapat berkembang antara tanggung jawab pekerjaan dan keluarga. Stresor mencakup konflik antara harapan dan realitas.  Usia setengah baya biasanya terlibat dalam membangun keluarga, menciptakan karier yang stabil dan kemungkinan merawat orang tua mereka. Mereka biasanya dapat mengontrol keinginan dan pada beberapa kasus menggantikan kebutuhan pasangan, anak-anak, atau orang tua dari kebutuhan mereka. Namun dapat timbul stress, jika mereka merasa terlalu banyak tanggung jawab yang membebani mereka.  Usia lansia biasanya menghadapi adaptasi terhadap perubahan dalam keluarga dan kemungkinan terhadap kematian dari pasangan atau teman hidup. Usia dewasa tua juga harus menyesuaikan terhadap perubahan penampilan fisik dan fungsi fisiologis. Perubahan besar dalam kehidupan seperti memasuki masa pensiun juga menegangkan. 4. Adaptasi Sosial Budaya Mengkaji stressor dan sumber koping dalam dimensi sosial mencakup penggalian bersama klien tentang besarnya, tipe, dan kualitas dari interaksi sosial yang ada. Stresor pada keluarga dapat menimbulkan efek disfungsi yang mempengaruhi klien atau keluarga secara keseluruhan (Reis & Heppner, 1993). Perawat juga harus waspada



tentang perbedaan cultural dalam respons stress atau mekanisme koping. Misalnya klien dari suku Afrika-Amerika mungkin lebih menyukai mendapatkan dukungan sosial dari anggota keluarga ketimbang dari bantuan professional (Murata, 1994). 5. Adaptasi Spiritual Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress dalam banyak cara, tetapi stress dapat juga bermanifestasi dalam dimensi spiritual. Stress yang berat dapat mengakibatkan kemarahan pada Tuhan, atau individu mungkin memandang stressor sebagai hukuman. Stresor seperti penyakit akut atau kematian dari orang yang disayangi dapat mengganggu makna hidup seseorang dan dapat menyebabkan depresi. Ketika perawatan pada klien yang mengalami gangguan spiritual, perawat tidak boleh menilai kesesuaian perasaan atau praktik keagamaan klien tetapi harus memeriksa bagaimana keyakinan dan nilai telah berubah



BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Sebenarnya stres memiliki dampak positif dan negatif. Tergantung bagaimana kita mengatasinya dalam kehidupan sehari-hari. Kita juga perlu mengatasi stress dengan langkah –langkah diatas. Cobalah untuk menjadi seseorang yang selalu berfikiran positif. Jadi, stress bisa berdampak positif maupun negatif, tergantung bagaimana kita mengatasinya dalam kehidupan kita sehari- hari. Stres tidak untuk dihindari tetapi dikelola dan dioptimalkan dengan cara dan waktu yang tepat. Tanamkan pada diri anda bahwa anda dapat mengatasi segala sesuatu dengan baik daripada hanya memikirkan betapa buruknya segala sesuatu yang terjadi. Stress sebenarnya dapat membantu ingatan, terutama pada ingatan jangka pendek dan tidak terlalu kompleks. Stress dapat menyebabkan peningkatan glukosa yang menuju otak, yang memberikan energi lebih pada neuron. Hal ini, sebaliknya, meningkatkan pembentukan dan pengembalian ingatan. B. SARAN 1.



Jangan terlalu menganggap hal- hal sepele menjadi hal- hal yang berat, karena akan menambah beban pikiran bagi kita.



2.



Jagalah kesehatan dengan rajin berolahraga agar tubuh tetap sehat dan bugar



3.



Apabila anda merasa stress, hindari aktivitas yang dapat menyebabkan kejenuhan dalam berfikir, dan sebaiknya anda harus melakukan liburan bersama orang- orang terdekat anda



4.



Hindari mengkonsumsi obat- obatan yang dapat mempengaruhi system kerja saraf otak yang akan menimbulkan stress.



5.



Anda harus memiliki dukungan yang bagus terhadap karir atau pekerjaan anda.