Makalah Las Busur Listrik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH LAS BUSUR LISTRIK Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah : Proses Produksi 1 Dosen : Fajar Sidik, ST



Oleh : Deni



TEKNIK MESIN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI DR KHEZ MUTTAQIEN PURWAKARTA 2017 / 2018



KATA PENGANTAR



Puji syukur kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah mencurahkan rahmat-Nya kepada kita semua,sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah Pengelasan ini. Kami tahu dalam era modern sekarang diperlukan SDM yang pintar dalam prakteknya juga sangat menguasai teorinya,karena dengan hal itu seseorang dalam melaksanakan pengerjaan sudah mengetahui teorinya.Dengan hal itu juga pembangunan Negara menjadi lebih baik dan dapat disegani oleh Negara lainnya.Karena kami tahu teori tanpa praktek itu adalah tidak akan bisa,dan praktek tanpa teori itu hal ceroboh. Dalam proses pembuatan makalah ini kami sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami,yang tak bisa kami ucapkan satupersatu.Dan pada kesempatan ini juga kami memohn maaf apabila dalam makalah ini ada sebuah kesalahan ataupun hal yang menyinggung kami memohon maaf yang sebesar-besarnya karena kesalahan itu tidak kami rencanakan Makalah ini juga kami harapkan dapat membantu proses belajar – mengajar para insane yang berkecimpung di dunia pendidikan.Bila ada saran dalam makalah ini bisa menghubungi kami.Sekian,terima kasih.



Purwakarta, 10 Agustus 2018



Penyusun ii



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ……………………………………………………………ii DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..iii BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………...1 1.1 Latar belakang …..…………………………………………………...1 1.2 Rumusan masalah ….…………………………………………………2 1.3 Tujuan ………………..……………………………………………….2 1.4 Manfaat ………………..……………………………………………...3 BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………4 2.1 Mesin Las Busur Listrik …..…………...…..…………….…..………..4 2.2 Peralatan Mesin Las Busur Listrik ……………………………………8 2.3 Elektroda Las ………………………………………………………..12 2.4 Jenis-jenis Sambungan Las ………………………………………….19 2.5 Macam-macam Teknik Pengelasan ………………………………...23 BAB III PENUTUP ………………………………………………………….…25 3.1 Kesimpulan ……………………………………………………...…..25 3.2 Saran ………………………………………………………….…….25 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….…………..26



iii



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Las busur listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya dan merambat terus sampai habis. Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung tercampur dan mengisi celah dari kedua logam yang akan disambung, kemudian membeku dan tersambunglah kedua logam tersebut. Mesin las busur listrik dapat mengalirkan arus listrik cukup besar tetapi dengan tegangan yang aman (kurang dari 45 volt). Busur listrik yang terjadi akan menimbulkan energi panas yang cukup tinggi sehingga akan mudah mencairkan logam yang terkena. Besarnya arus listrik dapat diatur sesuai dengan keperluan dengan memperhatikan ukuran dan type elektrodanya. Pada las busur, sambungan terjadi oleh panas yang ditimbulkan oleh busur listrik yang terjadi antara benda kerja dan elektroda. Elektroda atau logam pengisi dipanaskan sampai mencair dan diendapkan pada sambungan sehingga terjadi sambungan las. Mula-mula terjadi kontak antara elektroda dan benda kerja sehingga terjadi aliran arus, kemudian dengan memisahkan penghantar timbullah busur. Energi listrik diubah menjadi energi panas dalam busur dan suhu dapat mencapai 5500 °C. Ada tiga jenis elektroda logam, yaitu elektroda polos, elektroda fluks dan elektroda berlapis tebal. Elektroda polos terbatas penggunaannya, antara lain untuk besi tempa dan baja lunak. Biasanya digunakan polaritas langsung.



1



Mutu pengelasan dapat ditingkatkan dengan memberikan lapisan fluks yang tipis pada kawat las. Fluks membantu melarutkan dan mencegah terbentuknya oksida-oksida yang tidak diinginkan. Tetapi kawat las berlapis merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam berbagai pengelasan komersil.



1.2



Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya maka rumusan masalah pada makalah kali ini adalah : 1. Apa yang dimaksud dengan Mesin Las Busur Listrik? 2. Apa saja peralatan Mesin Las Busur Listrik? 3. Apa yang dimaksud dengan Elektroda Las? 4. Apa saja jenis-jenis Sambungan Las? 5. Apa saja macam-macam Teknik Pengelasan?



1.3



Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah : 1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Mesin Las Busur Listrik. 2. Untuk mengetahui peralatan Mesin Las Busur Listrik. 3. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Elekroda Las. 4. Untuk mengetahui jenis-jenis Sambungan Las. 5. Untuk mengetahui macam-macam Teknik Pengelasan.



2



1.4



Manfaat Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah : 1. Mahasiswa mengetahui apa yang dimaksud dengan Mesin Las Busur Listrik. 2. Mahasiswa mengetahui peralatan Mesin Las Busur Listrik. 3. Mahasiswa dapat mengetahui yang dimaksud dengan Elekroda Las. 4. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis Sambungan Las. 5. Mahasiswa dapat mengetahui macam - macam Teknik Pengelasan.



3



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Mesin Las Busur Listrik



2.1.1



Pengertian Mesin Las Listrik Las busur listrik atau pada umumnya disebut las listrik termasuk suatu proses



penyambungan logam dengan menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas. Jadi surnber panas pada las listrik ditimbulkan oleh busur api arus listrik, antara elektroda las dan benda kerja. Benda kerja merupakan bagian dari rangkaian aliran arus listrik las. Elektroda mencair bersama-sama dengan benda kerja akibat dari busur api arus listriik. Gerakan busur api diatur sedemikian rupa, sehingga benda kerja dan elektroda yang mencair, setelah dingin dapat menjadi satu bagian yang sukar dipisahkan. Mesin las adalah alat yang digunakan untuk menyambung logam. Pengelasan (wedding) adalah tenik penyambungan logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa penekanan dan menghasilkan sambungan yang kontinyu. Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam kontruksi sangat luas, meliputi perkapalan, jembatan, rangka baja, bejana tekan, pipa pesat, pipa saluran dan sebagainya.



4



2.1.2 



Klasifikasi Mesin Las Berdasarkan Panas Listrik



SMAW (Shield Metal Arch Welding) adalah las busur nyala api listrik terlindung dengan mempergunagakan busur nyala listrik sebagai sumber panas pencair logam. Jenis ini paling banyak dipakai dimana–mana untuk hampir semua keperluan pekerjaan pengelasaan. Tegangan yang dipakai hanya 23 sampai dengan 45 Volt AC atau DC, sedangkan untuk pencairan pengelasan dibutuhkan arus hingga 500 Ampere. Namun secara umum yang dipakai berkisar 80 – 200 Ampere. Untuk arus AC (Alternating Current), pada voltage drop panjang kabel tidak banyak pengaruhnya, kurang cocok untuk arus yang lemah, tidak semua jenis elektroda dapat dipakai, arc starting lebih sulit terutama untuk diameter elektrode kecil, pole tidak dapat dipertukarkan, arc bow bukan merupakan masalah. Sedangkan pada arus DC (Direct Current), voltage drop sensitif terhadap panjang kabel sependek mungkin, dapat dipakai untuk arus kecil dengan diameter electroda kecil, semua jenis elektrode dapat dipakai, arc starting lebih mudah terutama untuk arus kecil, pole dapat dipertukarkan, arc bow sensitif pada bagian ujung, sudut atau bagian yang banyak lekukanya.



Pengkutuban Langsung



5



Pengkutuban Terbalik 



SAW (Submerged Arch Welding) adalah las busur terbenam atau pengelasan dengan busur nyala api listrik. Untuk mecegah oksidasi cairan metal induk dan material tambahan, dipergunakan butiran–butiran fluks / slag sehingga bususr nyala terpendam di dalam ukuran–ukuran fluks tersebut. Las Busur terpendam banyak digunakan untuk penyambungan tabung-tabung gas, pipa besar, dan penyambungan benda-benda yang sama serta banyak. Pengelasan dilakukan secara otomatis dan fluksnya berupa butiran. Satu unit mesin las SAW terdiri dari sebuah travo, kontrol, elektroda gulungan, nosel, dan perlengkapan untuk menaburkan fluks. Pengelasan dimulai dengan mengalirkan arus listrik pada rangkaian listrik SAW. Elektroda berjalan dan menyentuh benda kerja. Loncatan busur listrik dari elektroda ke benda kerja mencairkan keduanya. Pada saat bersamaan butiran fluks ditaburkan agar deposit lasan yang terbentuk terlindung dari udara luar.



6







ESW (Electro Slag Welding) adalah pengelasan busur terhenti, pengelasan sejenis SAW namun bedanya pada jenis ESW busurnya nyala mencairkan fluks, busur terhenti dan proses pencairan fluk berjalan terus dam menjadi bahan pengantar arus listrik (konduktif). Sehingga elektroda terhubungkan dengan benda yang dilas melalui konduktor tersebut. Panas yang dihasilkan dari tahanan terhadap arus listrik melalui cairan fluk / slag cukup tinggi untuk mencairkan bahan tambahan las dan bahan induk yang dilas tempraturnya mencapai 3500° F atau setara dengan 1925° C







SW (Stud Welding) adalah las baut pondasi, gunanya untuk menyambung bagian satu konstruksi baja dengan bagian yang terdapat di dalam beton (baut angker) atau “ Shear Connector “







ERW (Electric Resistant Welding) adalah las tahanan listrik yaitu dengan tahanan yang besar panas yang dihasilkan oleh aliran listrik menjadi semakin tinggi sehingga mencairkan logam yang akan dilas. Contohnya adalah pada pembuatan pipa ERW, pengelasan plat–plat dinding pesawat, atau pada pagar kawat







EBW (Electron Beam Welding) adalah las dengan proses pemboman elektron, suatu pengelasan uang pencairannya disebabkan oleh panas yang dihasilkan dari suatu berkas loncatan elektron yang dimamapatkan dan diarahkan pada benda yang akan dilas. Penelasan ini dilaksanakan di dalam ruang hampa, sehingga menghapus kemungkinan terjadinya oksidasi atau kontaminasi.







TIG (tungsten inert gas) Las listrik TIG merupakan pengelasn dengan memakai busur nyala dengan tungsten/elektroda yang terbuat dari wolfram. Busur listrik yang terjadi antara ujung elektroda wolfrm dan bahan dasar adalah merupakan sumber panas untuk pengelasa. Titik cair dari eletroda wolfram sedemikan tingginya samapai 3410o sehingga tidak ikut mencair pada saat terjadi busur listrik. Tangkai las dilengkapi dengan nosel keramik untuk penyembur gas 7



pelindung yang melindungi daerah las dari pengaruh luar pada saat pengelasan. Sebagai bahan tambah dipakaielektroda tanpa selaput yang digerakkan dan didekatkan ke buur listrik yang terjadi antara elektroda wolfram dengan bahan dasar.



2.2 Peralatan Las Busur Listrik 2.2.1 Mesin Las



Jika ditinjau dari arus yang ke luar, pesawat las dapat digolongkan menjadi : 1) Pesawat Las Arus Bolak-Balik (AC) Pesawat las jenis ini terdiri dari transformator yang dihubungkan dengan jala PLN atau dengan pembangkit listrik, motor disel, atau



motor bensin. Kapasitas trafo



biasanya 200 sampai 500 ampere. Sedangkan voltase (tegangan) yang ke luar dari pesawat trafo ini antara 36 sampai 70 volt, dan ini bervariasi menurut pabrik yang 8



mengeluarkan pesawat las trafo ini. Gambar memperlihatkan salah satu jenis pesawat las transformator AC. 2) Pesawat Las Arus Searah (DC) Pesawat ini dapat berupa pesawat tranformator rectifier, pembangkit listrik motor disel atau motor bensin, maupun pesawat pembangkit listrik yang digerakan oleh motor listrik digerakkan oleh motor listrik (motor generator). 3) Pesawat Las AC-DC Pesawat las ini merupakan gabungan dari pesawat las arus bolak-balik dan arus searah. Dengan pesawat ini akn lebih banyak kemungkinan pemakainya karena arus yang



keluar



dapat



searah



maupun



bolak-balik



(AC-DC).



Pesawat las jenis ini mialnya tranformator rectifier maupun pembangkit listrik motor disel. 2.2.1 Kabel Las



Kabel las biasanya dibuat dari tembaga yang dipilin dan dibungkus dengan karet isolasi. Yang disebut kabel las ada tiga macam, yaitu : a.



Kabel elektroda , yaitu kabel yang menghubungkan pesawat las dengan



elektroda. b. Kabel masa, yaitu yang menghubungkan pesawat las dengan benda kerja. c. Kabel tenaga, yaitu kabel yang menghubungkan sumber tenaga atau jaringan lisrtik dengan pesawat las.



9



2.2.3 Pemegang Elektroda



Ujung yang berselaput dari elektroda dijepit dengan pemegang elektroda. Ini terdiri dari mulut penjepit dan pemegang yang dibungkus oleh bahan penyekat (biasanya dari



embonit).



2.2.4 Palu Las



Palu ini digunakan untuk melepaskan dan mngeluarkan terak las pada jalur las dengan jalan memukulkan atau menggoreskan pada daerah las. Gunakanlah kaca mata terng pada waktu poembersihan terak, sebeb dapat memercikan pada mata. 2.2.5 Sikat Kawat



Sikat kawat digunakan untuk: a. Membersihkan benda kerja yang akan dilas, b. Membersihkan terak las yang sudah dilepas dari jalur las oleh pukulan palu las



10



2.2.6 Klem massa



Ini adalah alat untuk menghubungkan kabel masa ke benda kerja. Terbuat dari bahan yang menghantar dengan baik (tembaga). Klem masa dilengkapi dengan pegas yang kuat, yang dapat menjepit benda kerja dengan baik. Tempat yang dijepit harus bersih dari kotoran (karet, cat, minyak dan sebagainya). 2.2.7 Penjepit



Ini digubakan untuk memegang atau memindahkan benda kerja yang masih panas sehabis pengelaan. 2.2.8 Elektroda



Elektroda yang dipergunakan pada las busur mempunyai perbedaan komposisi selaput



maupun



kawat



inti.



Diantaranya



adalah



elektroda



berselaput,



Pada elektroda ini pengelasan fluksi pada kawat inti dapat dengan cara destruksi, semprot atau celup. Ukuran standar diameter kawat inti dari 1,5 sampai 7 mm dengan panjang antara 350 sampai 450 mm. 11



2.3 Elektroda Las



2.3.1 Elektroda dibagi menjadi beberapa klasifikasi, antara lain :



1. Elektroda menurut bahannya : a. Elektroda baja karbon b. Elektroda baja paduan c. Elektroda bukan baja (non ferrous) Komposisi bahan elektroda dibedakan untuk dapat mempermudah memilih bahan tambah untuk mengelas benda kerja yang sesuai dengan bahan elektroda. 2. Elektroda berdasarkan fungsinya dalam kaitan hubungan dengan bahan pengelasan yaitu: a. Elektroda yang habis terpakai (Shielded Metal Arc Welding) Elektroda yang habis terpakai maksudnya adalah elektroda yang habis menutupi bahan atau kampuh las dalam proses las dan juga gas yang keluar akibat melelehnya elektroda dan lapisan pelindung digunakan sebagai pelindung saat pengelasan busur. Tujuannya lapisan las dilindungi adalah untuk mencegah oksidasi. Lapisan pelindung ini jika sudah mengering akan membentuk terak yang mudah untuk dihilangkan dengan palu atau sikat terak. Sedangkan bahan yang digunakan untuk melindngi oksidasi berasal dari gas pembakaran busur itu sendiri atau dengan lapisan pelindung kimia dan butir – butir zat pelindung oksidasi pada las SAW (Submerged Arc Welding). Adapun lapisan – lapisan tersebut terdiri dari beberapa jenis yang disesuaikan dengan maksud dan cara perlindungan yang tepat untuk berbagai jenis pengelasan. Jenis – jenis lapisan pelindung yang dimaksud antara lain :  High cellulose sodium  High cellulose potassium  Low hydrogen sodium  Low hydrogen potassium  Iron powder, low hydrogen  High iron oxide  High iron oxide, iron powder  High titania potassium  Iron powder, titania  High tittania sodium



12



 Low hydrogen potassium, iron powder b. Elektroda yang tidak langsung habis terpakai (tungsten electrode) Adalah jika elektroda yang dipakai berbahan tungsten, yaitu elektroda yang memiliki ketahanan panas yang tinggi terhadap suhu las dan hanya digunakan sebagai busur tetap untuk jarak tertentu. Elektroda ini digunakan pada pengelasan dengan metode GTAW (Gas Tungsten Arc Welding). 3. Elektroda menurut lapisan pelindungnya a. Elektroda berbalut Elektroda las yang berbalut banyak dipergunakan pada proses mengelas dengan busur nyala, dimana balutan dari suatu kawat inti elektroda terbuat dari bahan – bahan seperti soda silikat, alumunium silikat, besi mangan, titan dioksida, kalsium karbonat dan sebagainya. Pada umumnya elektroda berbalut dibedakan menjadi dua yaitu :  Elektroda berbalut tipis mempunyai tebal lapisan balutan 0,1mm dan berat lapisan sekitar 1% – 5% dari berat elektroda.  Elektroda berbalut tebal mempunyai lapisan sekitar 1 – 3 mm dan berat lapisan sekitar 15% – 30% dari berat elektroda. Secara keseluruhan, fungsi lapisan elektroda adalah sebagai beikut: 1. Menyediakan Suatu perisai yang melindungi sekeliling busur api sehingga oksigen dan nitrogen tidak memasuki logam las. 2. Membuat busur api stabil dan mudah dikontrol. 3. Mengisi setiap kekurangan yang disebabkan oleh oksidasi elemenelemen tertentu dari genangan las. 4. Menyediakan suatu terak pelindung untuk menurunkan kerapuhan akibat pendinginan. 5. Membantu pengontrolan ukuran dan frekuensi tetesan logam cair. 6. Memungkinkan dipergunakannya posisi-posisi yang berbeda. b. Elektroda tidak berbungkus (elektroda polos) Elektroda ini sangat jarang digunakan karena sukar memelihara kestabilan busur nyala dibandingkan dengan elektroda berbalut. Pada umumnya elektroda ini digunakan dalam menggunakan las otomatis karena kampuh las mempunyai bahan pengisi tersendiri dan pemakainnya pada mesin las tangan hanya pada mesin las arus searah yang digunakan untuk mengelas benda kerja yang tidak terlalu penting (berkualitas rendah) seperti : mengela pagar, jeruji jendela, dan sebagainya.



13



2.3.2 Simbol Elektroda dan Maknanya



Berhubung sangat banyaknya jenis elektroda yang dipergunakan untuk berbagai jenis pengelasan, maka untuk memudahkan pengidentifikasiannya agar sesuai dengan bahan yang akan dilas dan cara pengelasannya, dibuatlah system symbol atau kode yang akan mengidentifikasi jenis bahan dan lapisan pelindungnya, kekuatan mekanisnya, posisi/cara pengelasan, dan jenis arus serta polaritas listrik yang dikehendaki. Masing-masing Negara maju menyusun symbol untuk negaranya sendiri sehingga sangat banyak jumlah symbol yang digunakan. Namun dengan persetujuan diantara mereka, terdapat kesamaan ataupun kemiripan dalam sifat mekanis maupun susunan kimianya, sehingga dapat disusun suatu daftar, cara, dan metode pembacaan yang berorientasi pada AWS (American Welding Society).  Bagian elektroda yang tidak berlapis pelindung dimaksudkan untuk nantinya dijepit oleh geraham las. Bagian elektroda tersebut adalah sebagai berikut:



Untuk pengumpan (feeder) yang otomatis, bagian tak bersalut elektroda untuk pegangan tanggam tidak boleh kurang dari 1” (25mm). Ujung elektroda harus terbuka dan sisi lapis pelindung harus diserong untuk memudahkan penorehan busur nyala pendahuluan. Lapis pelindung harus menyelubungi kawat inti paling sedikit ¼ lingkaran kawat tersebut dari nyala busur listrik.  Pengujian Elektroda Semua jenis elektroda diuji untuk menentukan mutu apakah sesuai dengan semua persyaratan suatu elektroda las yang baik atau tidak. Adapun cara pengujiannya adalah sebagai berikut: a) Uji analisis kimiawi, Komposisi kimiawi elektroda baja karbon tidak boleh melebihi limitasi yang tertera pada table limit komposisi logam las. b) Uji mekanis, Uji mekanis meliputi uji tarik bahan yang sudah dilaskan secara transversal c) Uji tumbukan (Charpy u-notch impact test)



14



d) Uji lengkung bahan yang sudah dilaskan secara longitudinal terarah (longitudinal guided bend test) e) Uji las fillet. Setelah bahan dilaskan secara fillet, hasilnya diuji sifat wujudnya untuk menentukan apakah las fillet bebas dari retakan, overlap, kerak terperangkap, porositas permukaan, dan undercut yang lebih dalam dari 1/32” (0,8 mm). Kecembungan dan panjang kakinya harus sesuai dengan table berikut:



Ukuran standar dan panjang Ukuran standar dan panjang elektroda tercantum dalam tebel di bawah:



15



Kandungan air pada lapis pelindung Elektroda dibuat dengan limit kandungan air yang dapat diterima tergantung dari jenis dan kekuatan kawat intinya. Elektroda low hydrogen (E7015, E7016, E7018, E7028, dan E7048) sangat peka terhadap penyerapan air. Lapis anorganiknya dirancang untuk mengandung sangat sedikit kelembaban sehingga penyimpanannya harus sangat teliti. Jika ternyata elektroda telah banyak menyerap air melebihi batas yang dibolehkan, maka agar dapat dipergunakan kembali elektroda harus dipanaskan untuk menghilangkan kandungan air tadi. Berikut adalah daftar syarat penyimpanan dan pengeringan elektroda:



16



Secara keseluruhan, elektroda dapat diklasifikasikan menurut klasifikasi AWS, jenis bahan pelindung, posisi pengelasan yang sesuai, dan jenis arus listrik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table di bawah ini:



17



18



Dalam penulisan kode elektroda pada tabel klasifikasi elektroda, biasanya berisi EXXXX. Dengan keterangan sebagai berikut: 1. E = Elektroda 2. XX = dua huruf X terdepan (XX) menandakan kekuatan tarik bahan las setelah dilaskan, misalnya E60XX berarti bahan tersebut kuat tariknya setelah dilaskan 60.000 psi, E70XX berarti bahan tersebut kuat tariknya setelah 70.000 psi, begitu pula seterusnya. 3. X = huruf X ketiga menunjukkan posisi pengelasan yang tepat. Untuk angka “1” menunjukkan boleh dipergunakan untuk semua posisi. Angka “2” menunjukkan hanya bisa dipergunakan dengan posisi tertentu. 4. X = huruf X terakhir menunjukkan jenis arus listrik yang sesuai dengan lapisan elektrodanya.



2.4 Jenis-jenis Sambungan Las Jenis Sambungan Las adalah tipe sambungan material atau plat yang digunakan untuk proses pengelasan. Jenis sambungan las mempunyai beberapa macam yang menjadi jenis sambungan utama yaitu Butt Joint, Fillet (T) Joint, Corner Joint, Lap Joint dan Edge Joint. Macam Macam Sambungan Las: 1. 2. 3. 4. 5.



Butt Joint Fillet (T) Joint Corner Joint Lap Joint Edge Joint



1. ButtJoint Sambungan butt joint adalah jenis sambungan tumpul, dalam aplikasinya jenis sambungan ini terdapat berbagai macam jenis kampuh atau groove yaitu V groove (kampuh V), single bevel, J groove, U Groove, Square Groove untuk melihat macam macam kampuh las lebih detail silahkan lihat gambar berikut ini.



19



Macam macam kampuh las 2. T(Fillet)Joint T Joint adalah jenis sambungan yang berbentuk seperti huruf T, tipe sambungan ini banyak diaplikasikan untuk pembutan kontruksi atap, konveyor dan jenis konstruksi lainnya. Untuk tipe groove juga terkadang digunakan untuk sambungan fillet adalah double bevel, namun hal tersebut sangat jarang kecuali pelat atau materialnya sangat tebal. Berikut ini gambar sambungan T pada pengelasan.



Gambar Sambungan Fillet



20



3. Corner Joint Corner Joint mempunyai desain sambungan yang hampir sama dengan T Joint, namun yang membedakannya adalah letak dari materialnya. Pada sambungan ini materialnya yang disambung adalah bagian ujung dengan ujung. Ada dua jenis Corner Joint, yaitu Close dan Open. Untuk detailnya silahkan lihat pada gambar di bawah ini :



Gambar Sambungan Las Corner 4. Lap Joint Tipe sambungan Las yang sering digunakan untuk pengelasan spot atau seam. Karena materialnya ini ditumpuk atau disusun sehingga sering digunakan untuk aplikasi pada bagian body kereta dan cenderung untuk plat-plat tipis. Jika menggunakan proses Las SMAW, GMAW, atau FCAW pengelasannya sama dengan sambungan Fillet.



21



5. Edge Joint Sambungan Tekuk (Edge Joint), sisi-sisi yang ditekuk dari kedua bagian yang akan disambung sejajar, dan sambungan dibuat pada kedua ujung bagian tekukan yang sejajar tersebut.



22



2.5 Macam-Macam Teknik Las 2.5.1 Posisi Di Bawah Tangan Kemiringan elektroda 10 derajat – 20 derajat terhadap garis vertical kearah jalan elektroda dan 70 derajat-80 derajat terhadap benda kerja. 2.5.2 Posisi Tegak (vertical) Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas atau ke bawah. Dengan kemiringan elektroda sekitar 10 derajat-15 derajat terhadapvertikal dan 70 derajat-85 derajat terhadap benda kerja. 2.5.3 Posisi Datar (horizontal) Mengelas dengan horizontal biasa disebut juga mengelas merata dimana kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horizontal. Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring sekitar 5 derajat – 10 derajat terhadap garis vertical dan 70 derajat – 80 derajat kearah benda kerja. 2.5.4 Posisi Di Atas Kepala (Overhead) Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5 derajat – 20 derajat terhadap garis vertical dan 75 derajat-85 derajat terhadap benda kerja. 2.5.5



2.5.6



2.5.7



Posisi Datar (1G) Pada posisi ini sebaiknya menggunakan metode weaving yaitu zigzag dan setengah bulan Untuk jenis sambungan ini dapat dilakukan penetrasi pada kedua sisi, tetapi dapat juga dilakukan penetrasi pada satu sisi saja. Type posisi datar (1G) didalam pelaksanaannya sangat mudah. Dapat diapplikasikan pada material pipa dengan jalan pipa diputar. Posisi Horizontal (2G) Pengelasan pipa 2G adalah pengelasan posisi horizontal, yaitu pipa pada posisi tegak dan pengelasan dilakukan secara horizontal mengelilingi pipa. posisi sudut electrode pengelasan pipa 2G yaitu 90º Panjang gerakan elektrode antara 1-2 kali diameter elektrode. Bila terlalu panjang dapat mengakibatkan kurang baiknya mutu las. Panjang busur diusahakan sependek mungkin yaitu ½ kali diameter elektrode las. Untuk pengelasan pengisian dilakukan dengan gerakan melingkar dan diusahakan dapat membakar dengan baik pada kedua sisi kampuh agar tidak terjadi cacat. Gerakan seperti ini diulangi untuk pengisian berikutnya. Posisi vertikal (3G) Pengelasan posisi 3G dilakukan pada material plate. Posisi 3G ini dilaksanakan pada plate dan elektrode vertikal.



23



2.5.8



Posisi Horizontal Pipa (5G) Pada pengelasan posisi 5G dibagi menjadi 2, yaitu :  Pengelasan naik Biasanya dilakukan pada pipa yang mempunyai dinding teal karena membutuhkan panas yang tinggi. Pengelasan arah naik kecepatannya lebih rendah dibandingkan pengelasan dengan arah turun, sehingga panas masukan tiap satuan luas lebih tinggi dibanding dengan pengelasan turun.Posisi pengelasan 5G pipa diletakkan pada posisi horizontal tetap dan pengelasan dilakukan mengelilingi pipa tersebut. Supaya hasil pengelasan baik, maka diperlukan las kancing (tack weld) pada posisi jam 5-8-11 dan 2. Mulai pengelasan pada jam 5.30 ke jam 12.00 melalui jam 6 dan kemudian dilanjutkan dengan posisi jam 5.30 ke jam 12.00 melalui jam 3. Gerakan elektrode untuk posisi root pass (las akar) adalah berbentuk segitiga teratur dengan jarak busur ½ kali diameter elektrode.  Pengelasan turun Biasanya dilakukan pada pipa yang tipis dan pipa saluran minyak serta gas bumi. Alasan penggunaan las turun lebih menguntungkan dikarenakan lebih cepat dan lebih ekonomis.



24



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dari berbagai penjelasan diatas maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa las busur listrik adalah suatu proses penyambungan logam dengan menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas. Jadi surnber panas pada las listrik ditimbulkan oleh busur api arus listrik, antara elektroda las dan benda kerja dengan mempergunakan berbagai macam peralatan seperti palu, sikat kawat, dan penjepit selain dari mesin las itu sendiri. Elektroda las banyak macamnya tergantung dari jenis pengelasan dan bahan yang akan dilas itu sendiri. Jenis-jenis sambungan las pada umumnya ada Butt Joint, Fillet (T) Joint, Corner Joint, Lap Joint, dan Edge Joint. Dan untuk membuat konstruksi las terdapat beberapa teknik pengelasan diantaranya yaitu posisi di bawah tangan, posisi tegak (Vertikal), posisi datar (Horizontal), posisi di atas kepala (Over Head), Posisi 1G, 2G, 3G, dan 5G. 3.2 Saran Dalam hal pengelasan terdapat berbagai macam mesin las beserta peralatan, jenis elektroda, jenis sambungan, dan macam teknik pengelasan. Sebagai orang Teknik maka haruslah diperdalam tentang pengetahuan yang mumpuni beserta praktik implementasinya.



25



DAFTAR PUSTAKA



Anonim. 2012. Pengertian Mesin Las. http://fikrimiftahidayat3m2.blogspot.com 2012/ 01/pengertian-mesin-las.html diakses pada tanggal 20 November. Anton, Andri ; Arafic ; dkk. Makalah Listrik dan Gas. Jakarta. https://id.wikipedia.org/wiki/Las_listrik https://www.crafter.id/mengenal-mesin-las-listrik-stik-busur-listrik-dan-bagianbagiannya/ https://www.pengelasan.net/sambungan-las/ http://ahmadcholid-smkn35-jakbar.blogspot.com/2013/01/macam-macam-tekniklas.html



26