Makalah Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH LATAR BELAKANG BERDIRINYA MUHAMMADIYAH



Oleh : Kelompok 1 1. 2. 3. 4. 5.



Cici Afdaliah Rahmawati Sukma Dewi Cahyani Restu Dwi Saputra Rahmat Taufik



(105191101422) (105191100822) (105191101622) (105191102722) (105191102322)



KELAS 1A PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2022/2023



i



KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Salawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Alhamdulillah, berkat izin Allah yang Maha Besar, makalah yang berjudul “Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah” ini telah kami selesaikan. Di dalam makalah ini kami menjelaskan latar belakang berdirinya Muhammadiyah, visi dan misi Muhammadiyah, profil singkat KH. Ahmad Dahlan selaku pendiri Muhammadiyah, maksud dan tujuan Muhammadiyah dan ide-ide pembaharuan KH. Ahmad Dahlan. Kami menyadari, dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, yang disebabkan keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan pembaca pada umumnya.



Makassar, 29 September 2022



Penyusun



ii



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR...........................................................................................ii DAFTAR ISI.........................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1 1.1 Latar Belakang................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................1 1.2.1 Bagaimana latar belakang berdirinya Muhammadiyah ?.........................1 1.2.2 Apa saja faktor yang melatar belakangi berdirinya Muhammadiyah ?....1 1.2.3 Apa visi dan misi Muhammadiyah ?........................................................1 1.2.4 Siapa tokoh pendiri Muhammadiyah ?....................................................1 1.2.5 Apa maksud dan tujuan didirikannya Muhammadiyah ?.........................1 1.2.6 Apa ide-ide pembaharuan KH. Ahmad Dahlan ?.....................................1 BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2 2.1 Latar Belakang Muhammadiyah.....................................................................2 2.2 Faktor-faktor yang Melatar Belakangi Berdirinya Muhammadiyah...............3 2.3 Visi dan Misi Muhammadiyah........................................................................5 2.4 Tokoh Pendiri Muhammadiyah......................................................................6 2.5 Maksud dan Tujuan Muhammadiyah.............................................................7 2.6 Ide-ide Pembaharuan KH. Ahmad Dahlan....................................................10 BAB III PENUTUP..............................................................................................14 3.1 Kesimpulan...................................................................................................14 3.2 Saran..............................................................................................................14 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Muhammadiyah adalah salah satu oraganisasi Islam besar di Indonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912 oleh seorang yang bernama Muhammad Darwis, kemudian dikenal dengan KH. Ahmad Dahlan. Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai pedagang. Melihat keadaan ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist. Berdasarkan



itu



kami



ingin



menggali



lebih



dalam



tentang



Muhammadiyah yang satu-satunya menjadi organisasi masa islam yang modern tanpa mengesampingkan ajaran islam itu sendiri. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimana latar belakang berdirinya Muhammadiyah? 1.2.2 Apa saja faktor yang melatar belakangi berdirinya Muhammadiyah? 1.2.3 Apa visi dan misi Muhammadiyah? 1.2.4 Siapa tokoh pendiri Muhammadiyah? 1.2.5 Apa maksud dan tujuan didirikannya Muhammadiyah? 1.2.6 Apa ide-ide pembaharuan KH. Ahmad Dahlan?



1



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah Muhammadiyah secara etimologis berarti pengikut nabi Muhammad, karena berasal dari kata Muhammad, kemudian mendapatkan ya nisbiyah, sedangkan secara terminologi berarti gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi mungkar dan tajdid, bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah. Bulan Dzulhijjah (8 Dzulhijjah 1330 H) atau November (18 November 1912 M) merupakan momentum penting lahirnya Muhammadiyah. Itulah kelahiran sebuah gerakan Islam modernis terbesar di Indonesia, yang melakukan perintisan atau kepeloporan pemurnian sekaligus pembaruan Islam di negeri berpenduduk terbesar muslim di dunia. Keinginan dari Kiai Haji Akhmad Dahlan untuk mendirikan organisasi yang



dapat dijadikan sebagai alat



perjuangan



dan da’wah



untuk



nenegakan amar ma’ruf nahyi munkar yang bersumber pada Al-Qur’an, surat Al-Imron:104 dan surat Al-ma’un sebagai sumber dari gerakan sosial praktis untuk mewujudkan gerakan tauhid. Ketidak murnian ajaran islam yang dipahami oleh sebagian umat islam Indonesia, sebagai bentuk adaptasi tidak tuntas antara tradisi islam dan tradisi lokal nusantara dalam awal bermuatan faham animisme dan dinamisme. Sehingga dalam prakteknya umat islam di indonesia memperlihatkan hal-hal yang bertentangan dengan prinsif-prinsif ajaran islam, terutama yang berhubuaan dengan prinsif akidah islam yang menolak segala bentuk kemusyrikan, taqlid, bid’ah, dan khurafat. Sehingga pemurnian ajaran menjadi pilihan mutlak bagi umat islam Indonesia. Keterbelakangan umat islam indonesia dalam segi kehidupan menjadi sumber keprihatinan untuk mencarikan solusi agar dapat keluar dari keterbelakangan. Keterbelakangan umat islam dalam dunia pendidikan menjadi sumber utama keterbelakangan dalam peradaban. Pesantren tidak bisa selamanya dianggap menjadi sumber lahirnya generasi baru muda islam



2



yang berpikir moderen. Kesejarteraan umat islam akan tetap berada dibawah garis kemiskinan jika kebodohan masih melengkupi umat islam indonesia. Maraknya kristenisasi di indonesia sebegai efek domino dari imperalisme Eropa ke dunia timur yang mayoritas beragama islam. Proyek kristenisasi satu paket dengan proyek imperialalisme dan modernisasi bangsa Eropa, selain keinginan untuk memperluas daerah koloni untuk memasarkan produkproduk hasil refolusi industeri yang melanda Eropa. Imperialisme Eropa tidak hanya membonceng gerilya gerejawan dan para penginjil untuk menyampaikan ’ajaran jesus’ untuk menyapa umat manusia diseluruh dunia untuk ’mengikuti’ ajaran jesus. Tetapi juga membawa angin modernisasi yang sedang melanda Eropa. Modernisasi yang terhembus melalui model pendidikan barat (belanda) di indonesia mengusung paham-paham yang melahirkan moernisasi Eropa, seperti sekularisme, individualisme, liberalisme dan rasionalisme. Jika penetrasi itu tidak dihentikan maka akan terlahir generasi baru islam yang rasional tetapi liberal dan sekuler. 2.2 Faktor–Faktor Yang Melatar Belakangi Berdirinya Muhammadiyah Setiap organisasi yang ada di dunia pada umumnya pasti memiliki faktor-faktor yang melatar belakangi berdirinya organisasi tersebut. Khususnya dalam organisasi Muhammadiyah memiliki beberapa faktor penting yaitu ada faktor dari dalam dan faktor dari luar. Berikut kami kutip dari situs resmi Muhammadiyah tentang faktor yang melatar belakangi berdirinya Muhammadiyah yaitu: 2.2.1 Faktor Internal



Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri umat islam sendiri yang tercermin dalam dua hal, yaitu sikap beragama dan sistem pendidikan islam. Sikap beragama umat islam saat itu pada umumnya belum dapat dikatakan sebagai sikap beragama yang rasional. Sirik, taklid, dan bid’ah masih menyelubungai kehidupan umat islam, terutama dalam lingkungan kraton, dimana kebudayaan hindu telah jauh tertanam. Sikap beragama yang demikian bukanlah terbentuk secara 3



tiba-tiba pada awal abad ke 20 itu, tetapi merupakan warisan yang berakar jauh pada masa terjadinya proses islamisasi beberapa abad sebelumnya. Seperti diketahui proses islamisasi di indonesia sangat di pengaruhi oleh dua hal, yaitu Tasawuf/Tarekat dan mazhab fikih, dan dalam proses tersebut para pedagang dan kaum sufi memegang peranan yag sangat penting. Melalui merekalah islam dapat menjangkau daerahdaerah hampir diseluruh nusantara ini. 2.2.2 Faktor eksternal Faktor



lain



yang



melatarbelakangi



lahirnya



pemikiran



Muhammadiah adalah faktor yang bersifat eksternal yang disebabkan oleh politik penjajahan kolonial belanda. Faktor tersebut antara lain tanpak dalam system pendidikan kolonial serta usaha kearah westrnisasi dan kristenisasi. Pendidikan kolonial dikelola oleh pemerintah kolonial untuk anakanak bumi putra, ataupun yang diserahkan kepada misi and zending Kristen dengan bantuan financial dari pemerintah belanda. Pendidikan demikian pada awal abad ke 20 telah meyebar dibeberapa kota, sejak dari pendidikan dasar sampai atas, yang terdiri dari lembaga pendidikan guru dan sekolah kejuruan. Adanya lembaga pendidikan colonial terdapatlah dua macam pendidikan diawal abad 20, yaitu pendidikan islam tradisional dan pendideikan colonial. Kedua jenis pendidikan ini dibedakan, bukan hanya dari segi tujuan yang ingin dicapai, tetapi juga dari kurikulumnya. Pendidikan kolonial melarang masuknya pelajaran agama dalam sekolah-sekolah colonial, dan dalam artian ini orang menilai pendidikan colonial sebagai pendidikan yang bersifat sekuler, disamping sebagai peyebar kebudayaan barat. Dengan corak pendidikan yang demikian pemerintah colonial tidak hanya menginginkan lahirnya golongan pribumi yang terdidik, tetapi juga berkebudayaan barat. Hal ini merupakan salah satu sisi politik etis yang disebut politik asisiasi yang pada hakekatnya tidak lain dari usaha westernisasi yang bertujuan



4



menarik penduduk asli Indonesia kedalam orbit kebudayaan barat. Dari lembaga pendidikan ini lahirlah golongan intlektual yang biasanya memuja barat dan menyudutkan tradisi nenek moyang serta kurang menghargai islam, agama yang dianutnya. Hal ini agaknya wajar, karena mereka lebih dikenalkan dengan ilmu-ilmu dan kebudayaan barat yang sekuler tanpa mengimbanginya dengan pendidiakan agama konsumsi moral dan jiwanya. Sikap umat yang demikianlah yang dimaksud sebagai ancaman dan tantangan bagi islam diawal abad ke 20. 2.3 Visi Dan Misi Muhammadiyah



Muhammadiyah adalah Gerakan Islam yang melaksanakan da’wah amar ma’ruf nahi munkar dengan maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenarbenarnya. Muhammadiyah berpandangan bahwa Agama Islam menyangkut seluruh aspek kehidupan meliputi aqidah, ibadah, akhlaq, dan mu’amalat dunyawiyah yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan harus dilaksanakan dalam kehidupan perseorangan maupun kolektif. Dengan mengemban misi gerakan tersebut Muhammadiyah dapat mewujudkan atau mengaktualisasikan Agama Islam menjadi rahmatan lil-’alamin dalam kehidupan di muka bumi ini. Visi Muhammadiyah adalah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan alQur’an dan as-Sunnah dengan watak tajdid yang dimilikinya senantiasa istiqamah dan aktif dalam melaksanakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar di segala bidang, sehingga menjadi rahmatan li al-‘alamin bagi umat, bangsa dan dunia kemanusiaan menuju terciptanya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yang diridhai Allah Subhanahu wa taala dalam kehidupan di dunia ini. Misi Muhammadiyah adalah: 1)



Menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah Subhanahu wa taala yang dibawa oleh Rasulullah yang disyariatkan sejak Nabi Nuh hingga Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam.



5



2) Memahami agama dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan yang bersifat duniawi. 3)



Menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber pada al-Qur’an sebagai kitab Allah yang terakhir untuk umat manusia sebagai penjelasannya.



4)



Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.



2.4 Tokoh Pendiri Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868, Nama kecil KH. Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwis. Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Pendiri Muhammadiyah ini termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah seorang yang terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor penyebaran agama Islam di Jawa. Silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana 'Ainul Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang Djurung Djuru Kapindo, Kyai Ilyas, Kyai Murtadla, KH. Muhammad Sulaiman, KH. Abu Bakar, dan Muhammad Darwisy (Ahmad Dahlan). Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada periode ini, KH. Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta. Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak Kiai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai 6



Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan dan Siti Zaharah. Disamping itu KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah. la juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Ia pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta. 2.5 Maksud dan Tujuan Muhammadiyah Segala hal yang dikerjakan oleh muhammadiyah didahului dengan adanya maksud dan tujuan tertentu. Dan dengan maksud dan tujuan itu pula akan mengarahkan gerak perjuangan, menentukan besar kecillnya kegiatan serta macam macam amal usaha muhammadiyah. Pada waktu pertama berdirinya Muhamadiyah memiliki maksud dan tujuan sebagi berikut: 1) Menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada penduduk bumi-putra, di dalam residensi Yogyakarta. 2) Memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya. Sejak pertama kali didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan sampai Muktamar Muhammadiyah ke-44 di Jakarta tahun 2000. Rumusan maksud dan tujuan Muhammadiyah telah mengalami tujuh kali perubahan redaksional, susunan bahasa dan istilah yang dipergunakan. Saat ini Muhammadiyah menggunakan rumusan yang dihasilkan saat Muktamar ke-34 di Yogyakarta, yaitu: “Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.” Muhammadiyah juga hadir dengan ciri-ciri yang melekat dalam aktivis pergerakannya sebagai berikut : 1) Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam Muhammadiyah secara proaktif tampil mempelopori pembaharuan untuk



kesempurnaan. Karena Muhammadiyah merupakan gerakannya 7



Islam, maka gerak- gerik langkah usahanya selalu berdasarkan tuntunan agama Islam, sehingga segala sesuatunya dijalankan dengan cara-cara yang dibenarkan oleh ajaran Islam. Dari latar belakang berdirinya Muhammadiyah, maka jelaslah bahwa sesungguhnya kelahiran Muhammadiyah itu tidak lain karena di ilhami, di motivasi dan di semangati oleh ajaran-ajaran Al Quran. Oleh karena itu, seluruh gerak dan langkahnya tidak ada motif lain, kecuali sematamata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam, baik dalam bidang pendidikan dan pengajaran, kemasyarakatan, kerumahtanggaan, perekonomian dan sebagainya yang tidak dapat dilepaskan dari ajaranajaran Islam. Tegasnya,



gerakan



Muhammadiyah



hendak



berusaha



untuk menampilkan wajah Islam dalam wujud yag riil, konkret dan nyata, yang dapat dihayati dirasakan dan dinikmati oleh umat, sebagai rahmatan lil a’lamin. 2) Muhammadiyah sebagai gerakan Dakwah Karena pola gerakannya berdasarkan pada QS. Ali Imran ayat 104, maka tampak bahwa sifat gerakannya selalu mendakwahkan Islam, di tengah-tengah masyarakat dalam berbagai bentuk. Dalam dakwah amar ma’ruf nai nahi mungkar Muhammadiyah mengarahkan kepada



dua



bidang : 



Bidang perorangan Orang yang telah masuk Islam, sifat dakwahnya adalah tajdid, yaitu pemurnian ajaran agama Islam sebagaimana yang telah diajarkan dalam Al-Quran dan Al-Hadist, pemurnian itu meliputi : Pemurnian Akidah, yaitu tauhid yang bersih dari tahayyul. Khutofat dan syirik serta pengamatan terhadap benda-benda serta pengeramatan terhadapan manusia baik yang hidup maupun yang sudah mati. Pemurnian Ibadah, yaitu membersihkan amal ibadah dari bid’ah dan taqlid, seperti : berkirim pahala kepada orang yang telah mati



8



dengan bermacam-macam bacaan dan memperingatinya pada hari tertentu. Memurnikah Akhlak, yaitu berakhlak sesuai yang dituntunkan Nabi Muhammad SAW. Orang yang belum masuk Islam, sifat dakwahnya adalah seruan dan ajakan disertai dengan berbagai alasan dan penjelasan yang penuh dengan kebijaksanaan, sehingga akhirnya menjatuhkan pilihan Islam sebagai agama yang mampu menyelamatkan dirinya baik di dunia maupun di akhirat. 



Bidang Masyarakat Sifat dakwahnya berupa bimbingan, perbaikan, dan peringatan kepada masyarakat, sambil meyakinkan mereka, bahwa perbaikan masyarakat akan mereka peroleh apabila mereka melaksanakan petunjuk-petunjuk Allah sebagai pedoman dalam segala segi kehidupannya.



Semua



itu



dilaksanakan



semata-mata



untuk



kemaslahatan masyarakat itu sendiri. 3) Muhammadiyah Sebagai Gerakan Tajdid Muhammadiyah selalu melangkah dan bergerak sesuai tuntunan nash Al Quran dan Sunnah, serta menunjukkan metode-metode baru dalam melaksanakan



ajaran



Islam



di



tengah-tengah



kehidupan



dan



perkembangan masyarakat. Pada



ciri



ketiga



ini



yang



sangat



melekat



pada



gerakan



Muhammadiyah adalah adanya gerakan tajdid atau reformasi. Sejak awal berdirinya, Muhammadiyah menempatkan diri sebagai salah satu organisasi yang berkhidmat menyebarluaskan ajaran ajaran Islam sebagaimana yang tercantum dalam Al Quran dan Sunnah. Disamping itu juga sekaligus membersihkan berbagai amalan umat yang terangterangan menyimpang dari ajaran Islam, baik berupa bid’ah, khurafat dan syirik, karena bagi Muhammadiyah segala bentuk amalan yang bernuansa sinkretisme maupun formalis merupakan benalu yang dapat merusak akidah dan ibadah seseorang.



9



Sifat tajdid yang dilakukan Muhammadiyah tidak hanya sebatas pengertian upaya pemurnian ajaran Islam dari kotoran yang menempel pada tubuhnya, melainkan juga termasuk upaya Muhammadiyah melakukan pembaharuan dalam hal cara-cara pelaksanaan ajaran Islam dalam kehidupan bermasyarakat, semacam penyantunan terhadap fakir miskin dan anak yatim, cara pengelolaan rumah sakit, pelaksanaan shalat eid, pelaksanaan qurban, dan sebagainya. Untuk membedakan antara keduanya, maka tajdid dalam pengertian ‘pemurnian’ dapat disebut dengan purifikasi dan tajdid dalam pengertian ‘pembaharuan’ dapat disebut reformasi. Jadi jelas, bahwa persyarkiatan Muhammadiyah adalah merupakan sebuah gerakan tajdid yang tergolong dalam purifikasi sekaligus reformasi. 2.6 Ide-ide pembaharuan KH. Ahmad Dahlan Formalitas beragama adalah fokus utama yang ingin didekonstruksi oleh KH. Ahmad Dahlan. Ide pembaharuannya menyangkut akidah dan syariat, misalnya tentang upacara ritual kematian, upacara perkawinan, kehamilan, sunatan, berziarah ke kuburan keramat, memberikan sesajen kepada hal yang dianggap keramat dan sebagainya. Menurut KH. Ahmad Dahlan, hal-hal tersebut bertentangan dengan Islam dan dapat menimbulkan perbuatan syirik dan musyrik. KH. Amad Dahlan juga berupaya menegakkan ajaran Islam sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist, berusaha mengedepankan ijtihad jika ada hal yang tidak dapat dalam Al-Qur’an maupun Hadist serta berusaha menghilangkan taqlid (pendapat ulama terdahulu tanpa ada dasarnya) dalam fiqih dan menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.



1) Pembaharuan Lewat Politik Sebelum Muhammadiyah berdiri, KH. Ahmad Dahlan telah melakukan berbagai kegiatan keagamaan dan dakwah. Tahun 1906, KH. Ahmad Dahlan diangkat sebagai khatib Masjid Besar Yogyakarta dengan gelar Katib Amin oleh Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat dalam



10



usianya yang relatif muda sekitar 28 tahun, ketika ayahanda Kiai mulai uzur dari jabatan serupa. Satu tahun kemudian (1907) Kiai memelopori Musyawarah Alim Ulama. Dalam rapat pertama beliau menyampaikan arah kiblat Masjid Besar kurang tepat. Tahun 1922 KH. Ahmad Dahlan membentuk Badan Musyawarah Ulama. Tujuan badan itu ialah mempersatukan ulama di seluruh Hindia Belanda dan merumuskan berbagai kaidah hukum Islam sebagai pedoman pengamalan Islam khususnya bagi warga Muhammadiyah. Badan Musyawarah ini diketuai RH. Moehammad Kamaludiningrat, penghulu Kraton. Meskipun pernah berbeda pendapat, Moehammad Kamaludiningrat ini yang mendorong para pimpinan Muhammadiyah kemudian membentuk Majelis Tarjih (1927). Majelis ini diketuai Kiai Mas Mansur. Dengan tujuan dakwah agar manusia berfikir dan tertarik pada kebagusan Islam melalui pembuktian jalan kepandaian dan ilmu. Tahun 1909, KH. Ahmad Dahlan bergabung dengan Boedi Oetomo. Tujuannya selain sebagai wadah semangat kebangsaan, juga untuk memperlancar aktivitas dakwah dan pendidikan Islam yang dilakukannya. Ketika Muhammadiyah terbentuk, bahkan 7 orang pengurusnya menyusul bergabung dengan Boedi Oetomo. Hubungan Muhammadiyah dengan Boedi Oetomo sangat erat, sehingga Kongres Boedi Oetomo tahun 1917 diselenggarakan di rumah KH. Ahmad Dahlan. Di sisi lain Dr. Soetomo pendiri Boedi Oetomo juga banyak terlibat dalam kegiatan-kegiatan Muhammadiyah dan menjadi Penasehat (Adviseur Besar) Muhammadiyah. Dalam Kongres Muhammadiyah ke26 (Surabaya), Dr.Soetomo memberikan ceramah (khutbah) dengan tema Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO). Khutbah ini yang mendorong lahirnya PKO dengan rumah sakit dan panti asuhannya kemudian. Dr.Soetomo pun membantu memperlancar pengesahan berdirinya Muhammadiyah, tiga tahun setelah berdirinya. Untuk mengetahui informasi perkembangan pemikiran di Timur Tengah KH. Ahmad Dahlan menjalin hubungan intensif melalui Jami’at



11



Khair dan masuk menjadi anggotanya pada tahun 1910. Ketika Syarikat Islam berdiri, KH. Ahmad Dahlan pun ikut serta menjadi anggota. Rupannya dengan masuknya KH. Ahmad Dahlan pada semua organisasi tersebut di atas dakwahnya semakin meluas dan mendapat respon positif dan di dukung oleh kalangan modernis dan perkotaan. Dari sinilah KH. Ahmad Dahlan mendapat masukan dari berbagai pihak, yang akhirnya pada tanggal 18 November 1912 KH. Ahmad Dahlan mendirikan wadah gerakan bagi pikirannya yaitu “Muhammadiyah”. 2) Pembaharuan Lewat Pendidikan Tak kalah penting dalam pembicaraan kita tentang KH. Ahmad Dahlan adalah semangatnya sebagai seorang pendidik. Beliau begitu intens mengkritik dualisme pendidikan pada masanya. Pandangan muslim tradisional terhadap pendidikan terlalu menitikberatkan pada aspek spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terlihat dari lembaga pendidikannya yaitu pesantren. Pesantren lebih mengembangkan ilmu agama dibanding ilmu pengetahuan sehingga menyebabkan kemunduran pada dunia Islam karena umat Islam hanya memikirkan masalah akhirat dan menimbulkan sikap pasrah. Begitu pun dengan sistem pendidikan kolonial. Dilihat dari metode pengajaran dan alat-alat pendidikannya, memang terbilang banyak sekali manfaat dan kemajuan yang bisa diraih siswa dari pendidikan kolonial ini. hanya saja, dalam sekolah kolonial tidak terdapat pelajaran tentang agama, khususnya Islam. Hal ini menyebabkan siswa cakap secara intelektual namun lemah karakter dan moralitasnya. Karena itulah KH. Ahmad Dahlan memandang penting persoalan sinergi antara ilmu umum dan agama. Karena itulah institusi pendidikan Muhammadiyah tidak memberlakukan pemisahan antara ilmu umum dan agama. Sekolah Muhammadiyah yang pertama telah berdiri satu tahun sebelum Muhammadiyah sebagai organisasi berdiri. Pada tahun 1911 KH. Ahmad Dahlan mendirikan sebuah madrasah di rumahnya yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhan kaum muslim terhadap pendidikan



12



agama dan pada saat yang sama memberikan mata pelajaran umum. Di sekolah itu, pendidikan agama diberikan oleh KH. Ahmad Dahlan sendiri dan pelajaran umum diajarkan oleh seorang anggota Budi Utomo yang juga guru di sekolah pemerintah. Ketika sekolah ini dibuka hanya ada 9 murid yang mendaftar. Hal itu membuktikan bahwa umat Islam belum memandang pentingnya ilmu pengetahuan umum dan agama. Respon tersebut tidak mematahkan semangat KH. Ahmad Dahlan. Ia tidak segan-segan mendatangi anakanak sampai ke rumahnya untuk mengajak mereka masuk sekolah. KH. Ahmad Dahlan juga memberikan perhatian khusus pada pendidikan anak-anak perempuan. Karena bila anak laki-laki maju, anak perempuan terbelakang maka terjadi kepincangan. Pada tahun 1918 didirikan sekolah Aisyiyah. Suatu pertanda bahwa pemikiran emansipasi pendidikan juga menjadi perhatian KH. Ahmad Dahlan. Sinergi antara ilmu umum dan agama juga merupakan tanda bahwa KH. Ahmad Dahlan sangat menyadari pentingnya pembangunan kepribadian sebagai salah satu tujuan pendidikan. Entah disadari atau tidak, upayah KH. Ahmad Dahlan menyinergikan antara ilmu umum dan agama ini merupakan sebuah antitesis terhadap Prof. Snouck Hurgronje. Inilah sebab mengapa pemikiran KH. Ahmad Dahlan di bidang pendidikan merupakan sebuah terobosan yang membawa dampak besar bagi umat. Lebih jauh kedepan, dapat kita lihat hasilnya dengan munculnya kader-kader Muhammadiyah yang turut mewarnai dunia politik dengan membawa identitas ke-Islamannya.



13



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Muhammadiyah adalah salah satu oraganisasi Islam besar di Indonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912 oleh seorang yang bernama Muhammad Darwis, kemudian dikenal dengan KH. Ahmad Dahlan. Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai pedagang. Melihat keadaan ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist. 3.2 Saran Dalam penyusunan makalah yang berjudul “Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah”, kami dari kelompok 1 menyadari bahwa masih banyak kesalahan sehingga belum sempurnanya makalah kami. Maka kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari dosen pembimbing dan teman-teman sekalian.



14



DAFTAR PUSTAKA https://tonijulianto.wordpress.com/2012/12/14/sejarah-berdirinyamuhammadiyah-di-indonesia/ http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-44-cam-tentangmuhammadiyah.html http://www.muhammadiyah.or.id/content-178-det-sejarah-singkat.html http://suara-muhammadiyah.com/



15