Makalah LED (Laju Endap Darah) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH (LED)



Disusun Oleh : Aisya Barid Nur Fauziah



1172023



Anggi Parasitekta



1172025



Anjun Lutfia Dewi



1172027



Fahira Adelia W



1172050



Fanisa Desty R



1172052



Hudatul Anam M.E



1172054



Indra Fitriani



1172056



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA 2018



DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 1 DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... 2 BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 3 A. Latar Belakang............................................................................................................. 3 B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 4 BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 5 A. Definisi LED ............................................................................................................... 5 B. Fase-fase LED ............................................................................................................. 6 C. Antikoagulan ............................................................................................................... 7 D. Metode Pemeriksaan.................................................................................................... 8 E. Faktor yang Mempengaruhi LED ................................................................................ 10 F. Faktor yang Meningkatkan LED ................................................................................. 14 G. Faktor yang Menurunkan LED .................................................................................... 14 BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 15 A. Kesimpulan .................................................................................................................. 15 B. Saran ............................................................................................................................ 15 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 16



1



DAFTAR GAMBAR halaman Gambar 1. Fase Terjadi Rouleaux ........................................................................................... 6 Gambar 2. Pemeriksaan LED Metode Westergren ................................................................. 9 Gambar 3. Pemeriksaan LED Metode Wintrobe ..................................................................... 10 Gambar 4. Nilai Normal Pemeriksaan LED ............................................................................ 10



2



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Pemeriksaan darah lengkap merupakan pemeriksaan yang sering di minta oleh klinisi karena dari pemeriksaan darah lengkap dapat membantu diagnosis penderita. Pemeriksaan darah lengkap juga dapat digunakan untuk menentukan langkah pemeriksaan selanjutnya atau kemana penderita itu akan dirujuk. Oleh karena itu, pemeriksaan darah lengkap merupakan pemeriksaan dasar yang sangat penting dan perlu dilakukan secara cepat dan tepat, sehingga hasil yang diterima oleh penderita dan dibaca oleh klinisi dapat dipercaya ketepatannya. Laju endap darah (Erithrocyte Sedimentation Rate, ESR) yang juga disebut kecepatan endap darah (KED) atau laju sedimentasi eritrosit adalah kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan). Sebagian ahli hematologi, LED tidak andal karena tidak spesifik, dan dipengaruhi oleh faktor fisiologis yang menyebabkan temuan tidak akurat. Pemeriksaan darah lengkap pada rumah sakit ditempat yang lebih maju saat ini sudah menggunakan alat-alat otomatis, sehingga hasil pemeriksaan darah lengkap dapat diambil segera. Tetapi untuk efisiensi kerja dan kelanggengan alat yang digunakan, tidak jarang bahan atau sampel darah yang akan digunakan untuk pemeriksaan darah lengkap tersebut dikumpulkan atau disimpan terlebih dahulu untuk diperiksa bersamaan. Selain itu,bila hasil pemeriksaan yang ada tidak sesuai dengan keadaan klinis dari penderita dan timbul keragu-raguan terhadap hasil tersebut, maka pemeriksaan darah lengkap harus diulang. Laju endap darah (LED) adalah menurunnya atau mengendapnya sel darah merah dalam darah dengan antikoagulan yang diukur dengan tingginya kolom plasma yang terbentuk dalam waktu tertentu dinyatakan dalam millimeter per jam. Laju endap darah adalah tes yang tidak spesifik namun masih umum digunakan sebagai indicator penilaian aktifnya suatu penyakit. Oleh karena itu, laju endap darah masih sering digunakan rutin secara manual. Metode Westergren adalah metode yang lebih banyak digunakan untuk pemeriksaan laju endap darah. 3



Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju endap darah antara lain faktor eritrosit, komposisi plasma dan teknik. Dalam hal ini, penggunaan sampel darah yang disimpan tentulah berpengaruh terhadap nilai LED. B. Rumusan Masalah 1.



Bagaimana tahapan pra analitik, analitik, dan post analitik dari pemeriksaan Laju Endap Darah?



2.



Bagaimana fase-fase Laju Endap Darah?



3.



Bagaimana metode pemeriksaan Laju Endap Darah?



4.



Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan Laju Endap Darah secara teknis dan klinis?



4



BAB II PEMBAHASAN



A. Definisi Laju Endap Darah Pemeriksaan LED adalah salah satu pemeriksaan hematologi yang rutin diusulkan oleh para klinisi sebagai penunjang diagnosis penyakit, karena selain prosedur pemeriksaan LED relatif mudah dan sederhana, biayanya cukup ekonomis, tetapi masih memiliki aspek klinik penting untuk membantu menunjang diagnosis, memantau perjalanan penyakit, serta evaluasi hasil penatalaksaan. Pemeriksaan LED adalah pemeriksaan darah yang menggambarkan kecepatan pengendapan eritrosit dalam plasma darah yang menggunakan antikoagulan Natrium Sitrat 3,8% dan dinyatakan dalam mm/jam. Ada beberapa metode pemeriksaan LED diantaranya metode Westergren dan Wintrobe, kedua metode ini merupakan cara manual. Metode Westergren merupakan metode yang disarankan oleh International Communitte for Standarization in Hematology (ICSH) (Ibrahim N, dkk., 2016) Berdasarkan



ICSH



harus



menggunakan



metode



Westergren



menggunakan



antikoagulan Natrium sitrat 3,8 % namun metode ini mempunyai kelemahan waktu yang lama maksimal 2 jam. Sedangkan di lapangan memerlukan waktu yang cepat, Sehingga dilapangan banyak yang menggunakan metode sedimat untuk pemeriksaan Laju Endap Darah. Namun, tes LED manual metode Westergren mempunyai beberapa kelebihan, antara lain memiliki skala tabung yang panjang sehingga memungkinkan untuk menghitung skala pembacaan yang besar. Kekurangannya bila pemasangan tabung tidak tegak lurus akan memberikan hasil yang berbeda. (Mukherjee, 1988) Laju endap darah menggambarkan komposisi plasma dan perbandingan antara eritrosit dengan plasma. Darah dengan antikoagulan yang dimasukan ke dalam tabung berlumen kecil dan diletakkan vertical akan menghasilkan pengendapan eritrosit dengan kecepatan tertentu. Kecepatan pengendapan ini ditentukan oleh interaksi antara 2 kekuatan fisik yang berlawanan, yaitu tarikan kebawah oleh grativasi dan tekanan ke atas akibat perpindahan plasma. Pengendapan sel ini yang disebut Laju Endap Darah (LED) nilainya pada keadaan normal relatif kecil karena pengendapan eritrosit akibat tarikan grativasi diimbangi oleh tekanan ke atas. Makin berat partikel yang mengendap makin besar tarikan grativasi, tetapi makin besar luas permukaan partikel makin besar tekanan ke atas yang diterimanya (Siti Boedina Kresno, 1998). 5



B. Fase-fase LED Proses pengendapan eritrosit pada pemeriksaan LED terdiri dari 3 fase, yaitu : fase pertama adalah fase pembentukan rouleaux yang berlangsung selama 10 menit; fase kedua adalah fase pengendapan sel-sel eritrosit secara cepat yang berlangsung selama 40 menit; fase ketiga adalah fase pemadatan rouleaux eritrosit disertai pengendapan dengan kecepatan lambat dimana terjadi proses agregasi sel-sel eritrosit dan pemadatan rouleaux sehingga eritrosit mengendap ke dasar tabung, fase ini berlangsung dalam waktu 10 menit,sehingga pemeriksaan LED dinilai setiap 60 menit. 1.



Fase pertama (fase pembentukan rouleaux) Pada fase ini terjadi rouleaux formasi yaitu eritrosit mulai saling menyatukan diri. Waktu yang dibutuhkan adalah dari beberapa menit hingga 30 menit. Adanya makromolekul dengan konsentrasi tinggi di dalam plasma, dapat mengurangi sifat saling menolak di antara sel eritrosit, dan mengakibatkan eritrosit lebih mudah melekat satu dengan yang lain, sehingga memudahkan terbentuknya rouleaux. Rouleaux adalah gumpalan eritrosit yang terjadi bukan karena antibodi atau ikatan konvalen, tetapi karena saling tarik-menarik di antara permukaan sel. Bila perbandingan globulin terhadap albumin meningkat atau kadar fibrinogen sangat tinggi, pembentukan rouleaux dipermudah hingga LED meningkat.



Gambar 1. Fase Terjadi Rouleaux 2.



Fase kedua (fase pengendapan cepat) Fase ini disebut juga fase pengendapan maksimal, karena telah terjadi agregasi atau pembentukan rouleaux atau dengan kata lain partikel-partikel eritrosit menjadi lebih besar dengan permukaan yang lebih kecil sehingga menjadi lebih cepat pula pengendapannya. Kecepatan pengendapan pada fase ini adalah konstan. Waktunya 30 menit sampai 120 menit.



3.



Fase ketiga (fase pengendapan lambat/ pemadatan)



6



Fase ini terjadi pengendapan eritrosit yang sangat lambat. Dalam keadaan normal dibutuhkan waktu setengah jam hingga satu jam untuk mencapai fase ketiga tersebut. Pengendapan eritrosit ini disebut sebagai laju endap darah dan dinyatakan dala mm/1jam.



C. Antikoagulan 1.



Natrium sitrat Antikoagulan Natrium sitrat (Na3C6H5O7.2H2O) sering digunakan dalam bentuk larutan isotonis dengan konsentrasi 3,8 % dan 3,2 %, dimana cara kerjanya sebagai bahan yang isotonis dengan darah dan mencegah pembekuan darah dengan mengikat ion Ca++ melalui gugus karboksilat dari senyawa lini membentuk ikatan kompleks khelasi larut. Sering digunakan beberapa macam pemeriksaan percobaan hemostasis dan LED metode westergren, pemeriksaan LED metode westergren digunakan perbandingan 1 bagian Natrium sitrat 3,8 % dan 4 bagian darah. Antikoagulan Natrium sitrat 3,8 % dan 3,2 % tidak bisa lagi digunakan bila mengalami kekeruhan. Keuntungan antikoagulan Natrium sitrat 3,8 % yaitu bersifat tidak toksis maka sering digunakan dalam unit transfuse darah ACD (Acid Citric Dextrose) dan LED. Dan kerugiannya yaitu pemakaian terbatas dalam pemeriksaan hematologi.



2.



EDTA (Ethylene Diamine Tetraacetate Acid) EDTA yang dipakai dalam bentuk garam kalium ( K2EDTA ) dan garam natrium (Na2EDTA). Garam-garam ini mengubah ion calcium dari darah menjadi bentuk yang bukan ion. EDTA tidak berpengaruh terhadap besar dan bentuk eritrosit juga terhadap bentuk leukosit. Selain itu EDTA mencegah trombosit menggumpal. Tiap 1 mg EDTA dapat mencegah pembekuan 1ml darah dan digunakan dalam keadaan kering (serbuk) Perbandingan darah dengan antikoagulan harus tepat bila pemakaian EDTA lebih dari 1 mg/ml darah akan mempengaruhi bentuk eritrosit sehingga eritrosit akan mengkerut maka nilai Hematokrit menjadi rendah yang akan menyebabkan LED menjadi rendah. EDTA sering dipakai juga dalam bentuk larutan 10%, dimana perbandingannya yaitu 0,1 ml untuk 1 ml darah tetapi ini akan terjadi pengenceran darah. Keuntungan EDTA yaitu tidak berpengaruh terhadap besar dan bentuknya eritrosit dan leukosit, mencegah trombosit menggumpal, dapat digunakan berbagai macam pemeriksaan hematologi. Kerugiannya yaitu lambat larut karena sering digunakan dalam bentuk 7



kering sehingga harus menggoncangkan dulu yang berisi darah EDTA selama 1-2 menit. NaCl 0,85 % merupakan larutan fisiologis yang terdapat dalam tubuh, oleh karena itu maka larutan ini tidak menimbulkan reaksi hipersensitifitas terhadap tubuh. Larutan fisiologis ini merupakan larutan isotonis aman untuk tubuh, tidak iritan, melindungi granulasi jaringan dari kondisi kering. NaCl fisiologis ini di pakai untuk mengencerkan EDTA pada pemeriksaan LED (Liswanti, 2014). 3.



Heparin Berfungsi seperti antitrombin. Dalam praktek sehari-hari heparin kurang banyak dipakai karena harganya mahal. Tiap 1 mg heparin menjaga membekunya 10 ml darah. Heparin boleh dipakai sebagai larutan atau dalam bentuk kering.



4.



Campuran ammonium oxalat dan kaliumoxalat Menurut Paul dan Heller yang juga dikenal sebagai campuran oxalate seimbang. Dipakai dalam keadaan kering agar tidak mengencerkan darah yang diperiksa. Jika memakai amoniumoxalat tersendiri eritrosit membengkak, kaliumoxalat tersendiri menyebabkan eritrosit mengkerut. Campuran kedua garam itu dalam perbandingan 3:2 tidak berpengaruh terhadap besarnya eritrosit tetapi berpengaruh terhadap morfologi leukosit.



D. Metode Pemeriksaan Metode yang dipakai dalam pengukuran LED ada dua cara yaitu secara makro dan mikro. Secara makro yaitu metode crista (Hellige volmer) dan metode landau. Kedua metode ini sangat kurang popular di Indonesia. Metode westergren didapat nilai yang lebih tinggi, hal itu disebabkan karena pipet westergren yang hampir dua kali panjang pipet wintrobe. Pembacaan metode westergren dilihat dengan panjangnya kolom plasma di atas tiang eritrosit dengan memperhatikan beberapa hal yaitu warna plasma di atas eritrosit, kejernihan plasma misalnya menjadi keruh oleh karena hiperlipemia, lapisan leukosit pada kolom eritrosit akan meningkat oleh leukositosa dan leukimia, tajamnya batas antara darah dan plasma yang menjadi tidak tajam oleh anisositosa (Wagner, 2002). Penting sekali untuk menaruh pipet atau tabung LED dalam sikap tegak lurus, selisih kecil dari garis vertikal sudah dapat berpengaruh banyak terhadap hasil LED. (R. Gandasoebrata, 2007). 8



1.



Pemeriksaan Laju Endap Darah Metode Westergreen a.



Bahan : darah vena dengan antikoagulan citras natrikus 3,8 % dengan perbandingan 1 : 4 . Bila menggunakan antikoagulan EDTA ( 1 mg EDTA untuk tiap ml darah ) maka darah EDTA tersebut harus diencerkan dengan menggunakan garam fisiologis dengan perbandingan darah : larutan garam fisiologis = 4 : 1



b.



Cara Pemeriksaan 1) Hisap darah vena dengan antikoagulan EDTA atau citras natrikus yang sudah diencerkan menggunakan tabung Westergren sampai tanda 0. 2) Tutup lubang atas tabung dengan jari. Kemudian ditempatkan di rak tabung Westergren dengan posisi vertikal. 3) Baca permukaan kolom sel darah merah setelah 1 jam.



c.



Nilai Normal Pria : 0 - 15 mm/jam Wanita : 0 - 20 mm/jam (Depkes RI, 2011)



Gambar 2. Pemeriksaan LED Metode Westergren 2.



Pemeriksaan Laju Endap Darah Metode Wintrobe a.



Bahan : Sampel yang digunakan berupa darah EDTA atau darah Amoniumkalium oksalat. Homogenisasi sampel sebelum diperiksa.



b.



Cara Pemeriksaan 1) Sampel dimasukkan ke dalam tabung Wintrobe menggunakan pipet Pasteur sampai tanda 0. 2) Letakkan tabung dengan posisi tegak lurus. 3) Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm menurunnya eritrosit.



c.



Nilai Normal Pria : 0 - 9 mm/jam 9



Wanita : 0 - 15 mm/jam



Gambar 3. Pemeriksaan LED Metode Wintrobe



Gambar 4. Nilai Normal Pemeriksaan LED



E. Faktor yang Dapat Mempengaruhi LED Rangkaian pemeriksaan laboratorium meliputi pra analitik, analitik dan post analitik yang merupakan tahapan penting pada pemeriksaan dan hasil pemeriksaan. Kesalahan pada tahapan pra analitik memberikan persentase terbesar yaitu 68,2%, analitik 13,39% dan post analitik 18,5% (Gandasoebrata, 2007). Menurut Kiswari (2014) menyatakan : faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keakuratan hasil pemeriksaan laju endap darah adalah tabung harus diletakan pada posisi vertikal karena posisi tabung yang miring dapat mempercepat proses pengendapan sebanyak 30%, Suhu ruangan harus dalam kisaran 20º - 25ºC, lebih rendah dan lebih tinggi suhu dapat mengubah laju endap darah. Ketika pencampuran darah dengan antikoagulan terlalu kuat menyebabkan darah menjadi lisis dan waktu pemeriksaan dilakukan dalam waktu 2 jam setelah sampel darah diperoleh. Adapun beberapa faktor dan sumber kesalahan dalam pemeriksaan LED adalah sebagi berikut: 1.



Faktor Teknis 10



a.



Waktu Waktu yang digunakan pada pemeriksaan LED tidak lebih dari 2 jam. Apabila pemeriksaan dilakukan lebih dari 2 jam maka bentuk eritrosit akan berubah dan akan mempercepat pengendapan (Santi Kurnia dkk, 2012).



b.



Antikoagulan EDTA (Ethylene Diamine Tetraacetate Acid) merupakan garam nartium yang mengubah ion kalsium dari darah bentuk bukan ion. EDTA tidak berpengaruh terhadap besar kecilnya eritrosit dan bentuk lekosit juga mencegah terjadinya gumpalan trombosit. Tiap 1 mg EDTA menghindarkan membekunya 1mL darah. Natrium sitrat 3,8% merupakan larutan yang isotonik dengan darah. Dapat dipakai untuk beberapa macam percobaan hemoragik dan untuk laju endap darah metode westergren (Gandasoebrata, 2007).



c.



Kemiringan Pemasangan tabung yang baik harus dipasang secara tegak lurus. Kemiringan tabung dapat meningkatkan nilai LED. Kemiringan 30 o dapat meningkatkan nilai LED sebanyak 30% (Nugraha, 2013). Hal ini disebabkan karena tenggelamnya sel-sel pada satu sisi tabung. Kesalahan pemasangan tabung yang tidak tegak lurus atau vertikal merupakan faktor yang sangat mempengaruhi laju pengendapan darah. Di sisi lain tabung atau pipet tidak boleh digoyang atau bergetar karena ini akan mempercepat pengendapan.



d.



Suhu Pemeriksaan harus dilakukan dalam suhu 20-25oC lebih rendah dan lebih tinggi suhu dapat mempengaruhi nilai LED. Apabila darah telah disimpan dalam keadaan dingin maka darah tersebut harus disesuaikan pada suhu ruangan terlebih dahulu (Kiswari, 2014). Pada suhu yang rendah kekentalan darah akan meningkat dan laju endap darah akan menurun sedangkan pada suhu yang tinggi kekentalan darah menjadi rendah sehingga nilai laju endap darah meningkat. Pada suhu tinggi akan terjadi proses percepatan pengendapan, sebaliknya ketika suhu rendah maka akan memperlambat proses pengendapan. Dalam peningkatan suhu ini, pada proses pelekatan sel eritrosit dapat meningkatkan terjadinya 11



rouleaux (penumpukan) dan akibatnya akan mempercepat laju endap darah sehingga nilai laju endap darah akan tinggi (Jou JM, 2011). Selain itu tinggi rendahnya nilai pada LED dipengaruhi juga oleh keadaan suhu tubuh, terutama pada saat terjadi radang dan penggunaan konsumsi obat terapi. Akan tetapi pada orang anemia, dalam kehamilan dan paralansia memiliki nilai LED yang tinggi. Sehingga pada orang normal bias memiliki LED tinggi dan sebaliknya LED normal belum tentu tidak ada masalah (Azhar, 2009). Semakin rendah suhu menyebabkan viskositas plasma menjadi tinggi dan menetralkan tarikan ke bawah atau mengendapnya sel darah merah menjadi lambat (Riswanto, 2013). e. Pengaruh Penundaan Uji Kecepatan laju endap darah tidak beruabah selama satu jam atau dua jam setelah darah diambil, tetapi penurunan besar ditemukan bila tes dilakukan setelah tiga jam atau lebih. 2.



Faktor Klinis a.



Eritrosit Eritrosit dengan bentuk abnormal atau tidak teratur, seperti sel sabit atau sferosit, menghambat pembentukan rouleaux sehingga menurunkan LED (Kiswari, 2014). Faktor yang dapat mempengaruhi laju endap darah salah satunya adalah jumlah eritrosit. Pb dapat mempengaruhi eritrosit karena afinitas eritrosit terhadap Pb sangat tinggi. Eritrosit mengikat 99% Pb dalam darah. Pb ini menimbulkan destabilitas membran sel, menurunkan fluiditas membran dan meningkatkan kecepatan hemolisis. Pb dianggap sebagai agen hemolitik seperti juga tembaga dan air raksa, menyebabkan penghancuran eritrosit melalui pembentukan peroksida-peroksida lipid dalam membran sel sehingga akan menyebabkan menurunnya masa hidup eritrosit. Terjadinya pemendekan masa hidup eritrosit akibat efek kronis timbal pada tubuh menyebabkan jumlah eritrosit yang kurang dari normal. Apabila jumlah eritrosit sedikit maka pengendapan sel-sel darah merah akan semakin cepat sehingga dapat meningkatkan laju endap darah. Selain faktor eritrosit, kadar albumin pada pekerja juga dapat mempengaruhi laju endap darah. 12



b.



Plasma LED dipercepat oleh peningkatan fibrinogen dan globulin. Albumin dan lesitin dapat menghambat sedimentasi sedangkan peningkatan kolesterol mempercepat



LED



mempermudah



(Kiswari,



pembentukan



2014). rouleaux



Menurunnya yang



dapat



albumin



dapat



menyebabkan



meningkatnya laju endap darah. Adapun fungsi utama albumin adalah menyebabkan tekanan osmotik pada membran kapiler. Tekanan ini disebut sebagai tekanan osmotik koloid, mencegah cairan plasma keluar dari kapiler masuk ke dalam ruang interstisial. c.



Umur Adanya dampak kronis tersebut dapat dipengaruhi oleh umur dan masa kerja yang lama pada pekerja di industri karoseri ini. Semakin lama masa kerja seseorang akan dapat menyebabkan timbal berakumulasi dalam tubuh lebih banyak dibandingkan dengan orang yang baru bekerja di industri. Akumulasi timbal akan meningkat seiring dengan berjalannya waktu akan menyebabkan berbagai dampak pada tubuh karena timbal telah menyerang organ-ogan tubuh tertentu, terutama ginjal. Umur juga dapat mempengaruhi laju endap darah. Laju endap darah akan terus meningkat seiring dengan pertambahan usia. Secara keseluruhan, laju endap darah akan meningkat 0,85 mm/jam untuk setiap 5 tahun peningkatan usia. Setelah menopause, sekitar usia 50 tahun laju endap darah naik lebih cepat bagi perempuan daripada laki-laki. Penyebab peningkatan laju endap darah dengan usia belum diketahui secara pasti, tetapi dapat ditunjukkan dari adanya peningkatan kadar fibrinogen.



d.



Penyakit Tertentu Sejumlah penyakit dan keracunan yang ditandai dengan peningkatan laju endap darah diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Infeksi lokal akut 2) Reaktivasi infeksi kronis 3) Tumor ganas dengan nekrosis 4) Keracunan timbal dan arsen 5) Artritis rheumatoid 6) Infark miokard 13



7) Hipertiroidisme 8) Hiperlipidemia 9) Tuberkulosis 10) Hepatitis akut



F. Faktor yang Meningkatkan LED 1.



Jumlah eritrosit kurang dari normal



2.



Ukuran eritrosit yang lebih besar dari ukuran normal, sehingga lebih mudah atau cepat membentuk rouleaux, sehingga LED dapat meningkat.



3.



Peningkatan kadar fibrinogen dalam darah akan mempercepat pembentukan rouleaux, sehingga LED dapat meningkat.



4.



Tabung pemeriksaan digoyang/bergetar akan mempercepat pengendapan, LED dapat meningkat.



5.



Suhu saat pemeriksaan lebih tinggi dari suhu ideal (>20oC) akan mempercepat pengendapan, sehingga LED dapat meningkat.



G. Faktor yang Menurunkan LED Lekositosis berat, polsitemia, abnormalitas protein (hyperviskositas), faktor teknik (problem pengenceran, darah sampel beku, tabung LED pendek, getaran pada saat pemeriksaan) (Herdiman T. Pohan, 2004). LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi/peradangan akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan). Laju endap darah yang cepat menunjukkan suatu lesi yang aktif, peningkatan LED) dibandingkan sebelumnya menunjukkan proses yang meluas, sedangkan Laju Endap Darah (LED) yang menurun dibandingkan sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan. LED yang menurun dibandingkan sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan. Selain pada keadaan patologik, LED yang cepat juga dapat dijumpai pada keadaan-keadaan fisiologik seperti pada waktu haid, kehamilan setelah bulan ketiga dan pada orang tua.



14



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Laju Endap Darah (LED) merupakan pemeriksaan darah lengkap dalam pemeriksaan hematologi rutin sederhana yang tidak spesifik namun masih umum digunakan sebagai indikator penilai aktifnya suatu penyakit. LED adalah suatu pemeriksaan yang masih sering dilakukan secara rutin karena pada kenyataannya LED adalah tes laboratorium yang sederhana dan tidak tergolong mahal, dikerjakan secara manual menggunakan metode Westegren yang digunakan sebagai tolok ukur terjadinya infeksi dalam tubuh maupun memantau respon terhadap terapi. Namun, LED banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor sel darah merah, komposisi plasma, dan faktor teknik mulai dari ukuran, jumlah, bentuk sel darah merah, plasma protein, suhu, ukuran dan posisi tabung, waktu dan lain-lain. Secara klinik, faktor inilah yang menyebabkan LED adalah suatu tes yang bisa dikatakan kurang spesifik dan sensitif. Jenis kelamin, umur, kehamilan, obat-obatan dan merokok juga berperan dalam hal ini. B. Saran Pemeriksaan LED merupakan pemeriksaan penunjang yang memiliki banyak faktor dan sumber kesalahan baik secara klinis maupun teknis yang menyebabkan penurunan atau peningkatan nilai LED pada seseorang. Oleh karena itu, pemeriksaan ini harus dilakukan dengan teliti agar dapat memperoleh hasil yang tepat dan sesuai.



15



DAFTAR PUSTAKA



Agustina. 2014.. Perbandingan Hasil Pemeriksaan Laju Endap Darah Cara Westergren Antara Sampel Darah Simpan Dan Sampel Darah Segar Vol.1 No.1. Analis Kesehatan Akademi Analis Kesehatan Malang. Depkes RI. 2011. Pedoman Interprestasi Klinik. Jakarta: Depkes RI. Herdiman T. Pohan. 2004. Manfaat Klinik Pemeriksaan Laju Endap Darah. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitan Indonesia. Ibrahim, N., dkk. 2016. Hasil Tes Laju Endap Darah Cara Manual Dan Automatik Volume 4. Makassar: Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal) Jou.J.M (2011). ICSH review of the measurent of the erythrocyte sedimentation rate. Barcelona: International Journal of Laboratory Hematologi. Kiswari, Rukman. 2014. Hematologi & Transfusi. Jakarta : Erlangga. Laila, Rizka., Dkk. 2013. Perbedaan Laju Endap Darah Sebelum Dan Sesudah Pemberian Air Kelapa Hijau (Cocos Nucifera L) Pada Pekerja Bagian Pengecatan Di Industri Karoseri Semarang. Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro. Liswanti, Yane. 2014. Gambaran Laju Endap Darah (Metode Sedimat) Menggunakan Natrium Sitrat 3,8% dan EDTA yang Di Tambah Nacl 0,85% Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 12 No 1 Marufah. 2007. Perbandingan Hasil Antara Sampel Darah Dengan Pengenceran dan Tanpa Pengenceran Pada Pemeriksaan Laju Endap Darah Cara Westergren. Malang: Analis Kesehatan AAKMAL. Mukherjee, KL. 1988. Medical Laboratory Technology. Philadelphia: Tata Mc Graw Hill Publishing, Co. Ltd, Nugraha, Gilang (2013). Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar. Jakarta : Penerbit CV. Trans Info Media. Nugraha, Gilang. 2013. Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar. Jakarta: CV. Trans Info Media R. Gandasoebrata (2007). Penuntun Laboratorium klinik. Jakarta : Dian Rakyat. Riswanto. 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta: Alfamedia & Kanal Medika Santi Kurnia., dkk. 2012. Perbedaan Hasil Pemeriksaan Laju Endap Darah Dengan Anti koagulan EDTA Terhadap Variasi Suhu 16°C, 20°C DAN 27°C Metode Westergren. 16



Siti Boedina Kresno. 1998. Ilmu Dasar Onkologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Wagner. 2002. Segmented Regression Analysis of Interrupted Time Series Studies in Medical Use Research. USA : Journal of Clinical Pharmacy and Therapeutics.



17