Makalah Limnologi, Zooplankton [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SIFAT-SIFAT ZOOPLANKTON, NEKTON, NEUSTON, DAN VERTEBRATA AIR LAINNYA MAKALAH Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Limnologi Yang Dibimbing Oleh Dr. Hadi Suwono, M.Si dan Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si, M.Si



Oleh : Kelompok 12 Dwi Anggun Putri S.



(120342422482)



Roudhotul Mirsa



(120342422467)



Yoga Aditya Gumelar (120342422500)



UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN MATEMATIKA JURUSAN BIOLOGI September 2015



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan adalah suatu kumpulan massa air pada suatu wilayah tertentu, baik yang bersifat dinamis (bergerak atau mengalir) seperti laut dan sungai maupun statis (tergenang) seperti danau. Perairan ini dapat merupakan perairan tawar, payau, maupun asin (laut). Perairan merupaka habitat sebagaian organisme untuk melakukan kegiatannya sehari-hari. Ada beberapa organisme yang menyusun ekosistem perairan, antara lain : plankton, neuston, nekton dan vertebrata air. Plankton dapat dibedakan menjadi dua, yaitu fitoplankton dan zooplankton. Zooplankton merupakan organisme yang hanyut bebas dalam air dan daya renangnya sangat lemah yang bersifat hewani, selain itu sangat beraneka ragam dan terdiri dari bermacam larva dan bentuk dewasa yang mewakili hampir seluruh filum hewan. Neuston adalah organisme yang tidak melekat pada substrat dan ditemukan disemua lapisan air. Nekton adalah hewan perenang yang baik, didapatkan disemua ekosistem akuatik kecuali pada bagian sungai yang sangat deras sekali. Sedangkan vertebrata air adalah kelompok hewan yang memiliki tulang belakang yang umumnya memiliki tubuh simetri bilateral, rangka dalam, dan berbagai sistem yang ada dalam tubuh. Organisme-organisme tersebut memiliki banyak peranan dalam perairan. Salah satu peranannya adalah sebagai penyusun rantai makanan sehingga dalam peraiaran terjadi kestabilan ekosistem. Apabila terdapat ketidakhadiran salah satu organisme tersebut, ekosistem perairan tidak akan seimbang. Sebagai contoh, apabila zooplankton tidak ada dalam perairan, konsumen tingkat dua yang memanfaatkan zooplankton sebagai pemenuhan energi setiap harinya akan ikut menghilang karena berhentinya metabolisme pada tubuhnya. Selain itu kehadiran fitoplankton sebagai produsen dalam perairan pun akan melimpah. Untuk lebih jelasnya uraian diatas di



kaji kembali dalam isi makalah, mengenai sifat-sifat zooplankton, nekton, neuston dan vertebrata air. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan terdapat beberapa rumusan masalah yang muncul dan akan dibahas pada makalah ini, antar lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Bagaimana sifat-sifat zooplankton? Bagaimana peranan zooplankton di air? Apa saja taksa zooplanton? Bagaimana teknik/metode sampling dan analisisnya? Apa saja taksa nekton dan neuston? Apa saja jenis-jenis vertebrata air? Bagaimana identifikasi vertebrata air? Bagaimana peranan vertebrata air?



BAB II ISI 2.1 Sifat-Sifat Zooplankton Organisme di dalam air sangat beragam dan dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk kehidupannya atau kebiasaan hidupnya yaitu bentos, perifiton, plankton, nekton dan neuston. Plankton adalah organisme melayang atau mengambang di dalam air. Zooplankton merupakan anggota plankton yang bersifat hewani, sangat beranekaragam dan terdiri dari bermacam larva dan bentuk dewasa yang mewakili hampir seluruh filum hewan (Nybakken, 1992). Zooplankton dapat dijumpai mulai dari perairan pantai, perairan estuari di depan muara sampai ke perairan di tengah samudra, dari perairan tropis hingga ke perairan kutub (Nontji, 2008) Hampir semua hewan yang mampu berenang bebas (nekton) atau yang hidup di dasar laut (bentos) menjalani awal kehidupannya sebagai zooplankton yakni ketika masih berupa telur dan larva yang kemudian menjelang dewasa sifat hidupnya yang bermula sebagai plankton berubah menjadi nekton atau bentos (Nontji, 2008). Menurut Nontji (2008), berdasarkan daur hidupnya zooplankton dibagi menjadi 3 kelompok yaitu : 1) Holoplankton, yang seluruh daur hidupnya sebagai plankton (mulai dari telur, larva, hingga dewasa), 2) Meroplankton, golongan ini menjalani kehidupannya sebagai plankton hanya pada tahap awal dari daurhidup biota tersebut (pada tahap sebagai telur dan larva saja, beranjak dewasa akan berubah menjadi nekton), 3) Tikoplankton, sebenarnya bukanlah plankton yang sejatu karena biota ini dalam keadaan normalnya hidup di dasar laut sebagai bentos, namun karena gerakan air ia bisa terangkat lepas dari dasar dan terbawa arus sebagai plankton. Zooplankton dapat mengapung atau melayang dalam perairan. Hal itu disebabkan hewan tersebut memiliki berat jenis yang lebih besar daripada air, oleh karena itu zooplankton dapat tenggelam karena gravitasi (Suwono, 2011). Melayang atau mengapungnya zooplankton merupakan kemampuan migrasi vertikal harian, pada pagi hari menuju ke permukaan merupakan respon positif terhadap kadar oksigen dan kerapatan makanan, sedangkan pada siang hari menuju lapisan air yang



lebih dalam berkaitan dengan respon negatif terhadap cahaya matahari. Gerakan pada malam hari lebih banyak dilakukan karena adanya variasi makanan yaitu fitoplankton lebih banyak, selain itu dimungkinkan karena zooplankton menghindari sinar matahari langsung (Nontji, 1993). Kemampuan renang zooplankton sangat terbatas hingga keberadaannya sangat ditentukan oleh arus air yang membawanya. Zooplankton memiliki alat gerak seperti flagel ataupun silia, yang kemampuannya belum kuat untuk menahan gerakan air arus yang sangat kuat. Hal itu yang menyebabkan gerakan zooplankton ditentukan oleh arus air yang membawanya. Selain itu arus air ini juga menyebabkan persebaran zooplankton sangat luas. Distribusi zooplankton mulai dari muara sungai hingga samudra, mulai dari perairan tawar hingga asin, bahkan dari perairan tropis hingga kutub. Zooplankton memiliki sifat heterotrofik, tidak dapat memproduksi sendiri bahan organik dari bahan anorganik. Hal itu menyebabkan zooplankton mencari makanan berupa fitoplankton maupun bakterioplankton. Zooplankton memiliki bermacam-macam ukuran yang dapat dikelompokkan. Menurut Arinadi et al, (1997), zooplankton dapat dikelompokkan berdasarkan ukurannya menjadi lima sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5.



Mikroplankton, memiliki ukuran 20 - 200 μm. Mesoplankton, memiliki ukuran 200 μm – 2 m. Makroplankton, memiliki ukuran 2 - 20 mm. Mikronekton, memiliki ukuran 20 – 200 mm. Megaplankton, memiliki ukuran > 20 mm.



2.2 Peranan Zooplankton di air Zooplankton merupakan salah satu organisme yang sangat penting bagi kehidupan organisme lain yang ada di perairan. Dalam perairan zooplankton berperan sebagai kunci tingkat trofik terendah (fitoplankton) ke tingkatan trofik tertinggi (ikan) dalam rantai makanan di perairan (Kaswadji, 2001). Adapun pengamatan yang dilakuakan dengan melihat isi saluran pencernaan untuk mengetahui jaring-jaring makan antara fitoplakton, zooplankton dan ikan. Hasil pengamatan pada isi saluran pencernaan zooplankton di Ranu Grati memperlihatkan bahwa zooplankton merupakan pemakan fitoplankton dan bakterioplankton. Sedangkan isi saluan



pencernaan ikan terdapat zooplankton, ikan yang memakan zooplankton antara lain : Oreocromis mossambicus, Poecilia reticulata dan Aplocheilus pancax (Suwono, 2011). Jaring- jaring makanan dapat digambarkan seperti dibawah ini.



Aplocheilus pancax



Oreocromis mossambicus



Poecilia reticulata



Bakterioplankton



Zooplankton



Fitoplankton



Gambar 1. Jaring-jaring makanan di Ranu Grati, disusun berdasarkan hasil pengamatan Suwono (2004).



Zooplankton memiliki peran dalam membawa karbon dioksida ke perairan dalam karena mereka dapat berenang ke atas dan ke bawah (migrasi vertikal) dalam sehari (Nybakken, 1992). Seperti yang diketahui bahwasannya karbon dioksida merupakan senyawa yang menyebabkan pemansan global. Lingkungan perairan tawar sering berubah karena perubahan lingkungan. Perubahan massa air yang disebabkan pengaruh lingkungan akan berpengaruh pada dinamika biota perairan khususnya zooplakton (Suwono, 2011). Secara tidak langsung dalam perairan zooplankton menjadi penyeimbang iklim dengan menyebarkan karbon dioksida pada berbagai lapisan perairan. Kemelimpahan zooplankton akan menentukan kesuburan suatu perairan oleh karena itu dengan mengetahui keadaan plankton di suatu daerah perairan, maka akan diketahui kualitas perairan tersebut (Arinardi, 1997). Zooplankton memperoleh nitrogen organik dan anorganik dari fitoplankton dan mikroorganisme, kemudian mengekresikan nitrogen organik dalam feses yang akan mengendap atau menjadi terlarut. Dalam perairan nitrogen memegang peranan penting dalam daur bahan organik untuk menghasilkan asam amino yang merupakan bahan dasar penyusunan protein.



2.3 Taksa Zooplanton 1. Protozoa Protozoa merupakan hewan uniseluler yang memakan partikel bakteri dan memiliki berbagai macam bentuk, ada yang tetap dan ada yang tidak tetap. Protozoa hidup secara individu dan ada pula yang membentuk koloni. Laju pertumbuhan protozoa optimal pada air yang bernutrisi baik. Dalam kondisi ini pertumbuhan populasinya berkaitan langsung dengan suhu. Protozoa memiliki peranan penting dalam penggunaan karbon organik dan nutrien lainnya melalui siklus materi. Populasi protozoa sering berkembang baik pada air yang kadar oksigennya rendah, di mana populasi bakteri tinggi, misalnya di lapisan hipolimnion pada danau meromitik. a. Flagelata Flagelata merupakan komponen utama penyusun protozooplankton dalam jumlahnya berlimpah di air. Flagellata hidup di kolom air bagian atas dan distribusinya berkaitan dengan kedalaman distribusi cahaya, terutama flagellata yang berklorofil. Flagellata yang umum adalah Dinoflagellata, Chrysomonadea, Euglenoid, Volvocidae, Choanoflagellates. Berdasarkan ukurannya dibedakan menjadi dua kelompok utama, yaitu heterotrophic nanoflagellata (ukuran tubuh dibawah 15μm) dan heterotrophic flagellata (ukuran tubuh dalam kisaran > 15-200 μm). Beberapa flagelata seperti Ceratium berada dalam kedalaman yang memiliki cahaya yang tinggi, nutrisi yang baik dan kaya oksigen. Cryptomodales dan microflagellata yang lain dominan pada tipe danau oligotrophic sampai danau hypertrophic. Di danau–danau temperatur dan subtropika Dinoflagellata cenderung berlimpah terutama pada danau yang pH-nya rendah. Di danau-danau yang ber-pH asam jumlahnya mendominasi.



a.



b.



a Gambar 2. Beberapa jenis flagelata. a. Ceratium hirundinella dan b. Peridinium



b. Ciliata Cilliata merupakan anggota protozoa dengan ciri utama sel tubuhnya memiliki cilia. Cilia pada umumnya tersebar di semua permukaan sel. Terdapat tiga kelompok ciliata, yaitu Oligotrichia banyak ditemukan di danau tropis, Choreotrichida distribusinya di daerah temperate sampai tropis dan Haptoridae distribusinya secara luas dan berlimbah. Ciliata mendapatkan nutrisi dengan cara fotosintesis; ada pula yang bersifat holozoic; dan memakan bakteri, ganggang dan protista lain. Ciliata hidup di kolom air bagian atas dan distribusinya berkaitan dengan kedalaman distribusi cahaya. Ciliata merupakan zooplankton dari danau-danau yang eutrofik.



a.



b.



c.



d. Gambar 3. Beberapa jenis ciliata. a. Strombidium, b. Halteria grandinella, c. Tintinnidium fluviatilis dan d. Askenasia



c. Sarcodina Sarcodina merupakan protozoa yang sedikit ditemukan sebagai zooplankton air tawar. Bahkan di danau eutrofik kelimpahan Sarcodina tidak terlalu besar.



a.



b.



Gambar 4. Beberapa jenis sarcodina. a. Difflugia elegans dan b. Actynophrys sol.



2. Rotifera Rotifera memiliki ukuran tubuh yang kecil ditandai dengan terdapatnya silia yang disebut korona di bagian anterior tubuh. Rotifera merupakan suatu kelompok penting hewan penyusunan komunitas plankton. Rotifera memiliki variasi morfologi dan adaptasi. Rotifera yang banyak ditemukan adalah rotifera betina. Rotifera jantan jarang dibentuk (karena umumnya bereproduksi secara partenogenetik) dan umunya pendek hanya 2-3 hari saja. Umumnya bentuk badan memanjang dan memiliki bagian yang disebut kepala, batang tubuh, dan kaki; yang pada umumnya tak dapat dibedakan dengan jelas. Tubuh rotifera berbentuk silinder dengan panjang 1501000μ. Ujung anterior atau korona, memiliki silia, pada beberapa jenis seluruh tubuhnya juga ditutupi silia. Gerakan silia berguna untuk membantu gerak tubuh serta menggerakan makanan ke arah mulut itu. Kebanyakan rotifera bersifat sesil (melekat) dan nonpredator plankton. Rotifer yang bersifat omnivor memasukkan makanan ke dalam tubuh melalui gerakan silia yang mengarahkan aliran materi organik menuju mulut. Gerakan rotifer sangat lambat dan tergantung pada gerakan silia di bagian perifer tubuhnya. Kelimpahan rotifera berkaitan erat dengan keberadaan makrofita, terutama pada tumbuhan yang memiliki daun; kerapatan rotifer dapat mencapai 25.000 per liter. Ukuran makanan yang dikonsumsi rotifer bervariasi, mulai dari partikel makanan berukuran garis tengah kurang dari 12μm sampai yang berukuran 50μm. Perilaku makan rotifera berhubungan dengan jenis partikel makanan, ukuran makanan, kepadatan dan bentuk partikel. Pemilihan makanan dilakukan oleh beberapa rotifera dengan mekanisme penolakan dan penyaringan. Keberadaan makanan dapat membatasi pertumbuhan populasi dan penyebaran rotifera. Ambang batas konsentrasi makanan untuk rotifera adalah tinggi dibandingkan dengan zooplankton yang lain. Rotifera dapat



bereproduksi



secara



seksual



dan



aseksual



melalui



partenogenesis. Dalam kondisi stres, misalnya suhu terlalu panas atau musim salju atau makanan berkurang, akan terjadi reproduksi secara seksual (miktik). Ketahanan



dan laju reproduksi rotifer berkaitan erat dengan sumber daya makanan dan suhu. Makanan dan suhu juga menentukan keseimbangan reproduksi dan mortalitasnya (angka kematian).



Gambar 5. Beberapa jenis rotifera



C. Zooplankton Crustaceae Crustaceae merupakan hewan tak bertulang belakang yang umumnya hidup di perairan tawar; tetapi ada juga beberapa yang hidup di laut. Respirasi melalui permukaan tubuh atau insang. Badan dibedakan secara jelas ada abdomen (perut) dan cephalotorax (kepala-dada). Jadi segmen kepala dan dada menyatu. Di perairan tawar plakton crustacea yang dominan adalah Cladocera dan Copepoda, keduanya merupakan anggota kelas malacostraca (udang-udangan tingkat rendah). 1. Cladocera Cladocera merupakan penyusun utama zooplankton. Ukuran tubuhnya berkisar antara 0,2 sampai 0,3 mm. Tubuh cladocera tersusun atas kepala, dada dan perut. Dada dan perut ditutup oleh karapak pada bagian belakang. Di kepala terdapat sepasang mata majemuk, yang merupakan organ sensitif terhadap cahaya sehingga disebut sebagai bintik mata. Cladocera memiliki dua pasang antena yang besar berfungsi sebagai alat renang dan menjadi organ utama untuk gerak. Cladocera merupakan hewan pemakan dengan menyaring (filter feeders), dilengkapi dengan bulu-bulu yang sangat halus pada rongga mulut yang berfungsi untuk menyaring makanan. Struktur mulut terdiri atas; mandibula berkhitin yang



berfungsi untuk menggiling makanan, sepasang maksila (rahang atas), dan medium labrum yang mulut. Cladocera dapat bereproduksi secara seksual dan aseksua. Reproduksi secara aseksual dilakukan dengan cara parthenogenesis yang dilakukan dalam kondisi yang tidak



menguntungkan.



Reproduksi



seksual



dilakukan



dengan



cara



betina



menghasilkan telur-telur yang siap dibuahi. Telur yang telah dibuahi, kemudian di simpan pada kantung telur yang ada di bagian dorsal betina.



a.



b.



c.



Gambar 6. Beberapa jenis cladocera. a. Bosmina sp., b. Moina micrura, c. Daphnia obtusa.



2. Copepoda Salah satu kelompok zooplankton yang merupakan pemangsa utama fitoplankton adalah copepoda yang tergolong dalam Crustacea Subklas Copepoda. Zooplankton jenis ini seringkali dijumpai mendominasi dan banya memangsa diatom dibandingkan dengan zooplankton yang lainnya. Hal ini disebabkan karena copepoda memiliki kemampuan memecahkan dinding sel diatom yang kerangkanya dari silikat. Oleh karena itu copepoda memiliki peranan penting sebagai salah satu rantai penghubung antara fitoplankton dengan konsumer atau tingkatan tropik yang lebih tinggi.



Bagian mulut dari subordo harpacticoidae dapat digunakan untuk memotong partikel sedimen atau bagian tubuh makrovegetsi. Herpacticoidea aktif mengejar dan menangkap makanan yang berupa partikel tumbuhan maupun hewan. Makanan ditangkap oleh maxilla (rahang) atas kemudian didorong oleh rahang bawah untuk masuk ke saluran pencernaan. Berbagai partikel makanan dicerna dengan cara berbeda. Diatom mampu dicernanya tetapi beberapa ganggang mungkin tidak mampu dicerna. Copepoda bereproduksi secara seksual. Copepoda memiliki variasi periode kawin yang berbeda antar spesies, ada yang kawin sepanjang tahun ada pula yang hanya pada periode tertentu. Copepoda kaya akan protein, lemak, asam amino esensial yang dapat mempercepat pertumbuhan, meningkatkan daya tahan tubuh, serta mencerahkan warna pada udang dan ikan. Kandungan DHA copepoda yang tinggi



dapat



menyokong



perkembangan



mata



dan



meningkatkan



derajat



kelulushidupan larva. Selain itu kandungan lemak copepoda yang tinggi dapat menghasilkan pigmentasi yang lebih baik bagi larva ikan.



a.



b.



c.



d. Gambar 7. Beberapa jenis copepoda. a. Argulus indicus, b. Calanoida, c. Cyclopoida, d. Thermocyclops hyalinus



2.4 Teknik/Metode Sampling dan Analisisnya A. Teknik sampling Pengambilan sampel plankton di perairan dapat dilakukan secara tegak (vertical), miring (obligue), ataupun mendatar (horizontal). Pengambilan sampel plankton harus sesuai dengan pengambilan sampel air untuk analisis faktor fisika dan kimia air dengan beberapa kali ulangan secara random (Fachrul, 2007). Tiga hal yang diperhatikan dan dipertimbangkan ketika melakukan pengambilan sampel biota akuatik yaitu, 1. 2. 3. 4.



Lokasi, pemilihan lokasi harus mempertimbangkan sumber cemaran Waktu, bergantung pada dinamika biota akuatik Penggunaan alat yang tepat Teknik/metode sampling yang tepat



Ada dua teknik sampling yang dapat digunakan ketika akan dilakukan sampling plankton yaitu sampling plankton secara kualitatif dan sampling plankton secara kuantitatif (Wardana, 2003). 1. Sampling Plankton secara Kualitatif Pencuplikan plankton secara kualitatif dapat dilakukan dengan menarik jala plankton baik secara horizontal maupun vertical. Pada perairan yang memiliki banyak tumbuhan air pencuplikan plankton dapat dilakukan dengan jala plankton bertangkai. Di samping jala plankton, ikan planktivor dapat mengumpulkan berbagai jenis plankton yang tidak tertangkap jala. Untuk menghindari agar plankton yang dimakan tidak dicerna lebih lanjut, ikan yang diperoleh harus segera dibunuh.



2. Sampling Plankton secara Kuantitatif Teknik sampling ini umumnya dilakukan untuk mengetahui kepadatan plankton persatuan volume dengan pasti. 2.1 Sampling Plankton dengan Botol Botol gelas yang bermulut lebar dan bertutup gelas dipasang pada tali dan diturunkan sampai kedalaman yang ditentukan dan air dibiarkan masuk di dalamnya. Cara pengumpulan plankton seperti ini memiliki kekurangan karena plankton motil dapat menghindar masuk ke dalam botol. Untuk mengumpulkan plankton secara vertical pada kedalaman tertentu dapat digunakan botol Kemmerer atau Nensen. 2.2 Sampling Plankton dengan Jala Umumnya jala berbentuk kerucut dengan mulut melingkar dan di ujung jala diberi botol penampung. Bahan jala terbuat dari nilon dengan ukuran mesh tertentu. Pencuplikan plankton dapat dilakukan dengan menyaring air yang telah diketahui volumenya melalui jala plankton. Pencuplikan plankton juga dapat dilakukan dengan tarikan jala plankton secara horizontal di bawah permukaan air atau vertical. Penarikan dilakukan dengan kecepatan konstan sekitar 10 cm/detik. Setelah tarikan selesai jala dibilas agar semua plankton masuk ke dalam botol penampung. Banyak macam jala yang dipergunakan untuk mencuplik plankton, baik yang terbuka maupun tertutup. Salah satu jala terbuka adalah jala zeppelin yang mirip jala plankton standar. Jala birge, jala winconsin, juday, dan Clarke-Bumpus adalah beberapa jala canggih yang digunakan dalam kajian plankton. Jala plankton dengan peralatan tertutup umumnya digunakan untuk memperoleh sampel plankton dari kedalaman tertentu.



C A



B



Gambar 8. Macam Jala Plankton , A) Clarke-Bumpus Net, B) Winconsin Net, dan C) Juday Trap



2.3 Sampling Plankton dengan Pompa Pompa plankton yang cocok untuk mencuplik fitoplankton umumnya yang menggunakan gerakan memutar. Air dari kedalaman tertentu dipompa melalui pipa yang telah diberi tanda. Pada ujung pipa perlu diberi pemberat agar tetap tegak lurus. Corong dipasangkan pada saluran masuk pipa untuk mencegah lepasnya plankton motil. Air keluaran dari pompa disaring dengan jala plankton yang dibiarkan sebagian terendam dalam air untuk mencegah rusaknya plankton. 2.4 Sampling Plankton Continous Plankton Recorder (CPR) CPR merupakan salah satu alat pengumpul plankton yang ditarik dengan kapal. Di dalam alat CPR terdapat dua gulungan jala dengan mesh 270 µ. Selama ditarik kapal sampel plankton akan tertampung pada jala dan digulung sedemikian rupa dalam satu tangki berisi larutan formalin. B. Pengawetan Sampel Plankton Umumnya fiksasi dan pengawetan plankton dapat dilakukan dengan larutan formalin 2-5%. Formalin 40% komersial merupakan larutan jenuh gas formaldehida dalam air. Penggunaannya sebagai larutan fiksasi atau pengawet harus melalui pengenceran dengan perbandingan 1:5. Formalin yang akan digunakan harus tersimpan dalam botol gelas atau polythene. Sebelum digunakan formalin harus



ditambahkan borax (kalsium karbonat atau sodium karbonat) untuk menetralkan asam yang ada di dalamnya. Untuk penyimpanan dalam jangka lama sebaiknya sampel plankton di awetkan dalam larutan formalin 5% dalam air suling. Sampel disimpan dalam botol yang tertutup rapat pemanfaatan formalin mengawetkan fitoplankton perlu ditambahkan 5 tetes terusi (CuSO4) agar fitoplankton tetap berwarna hijau. Sedangkan sampel nanoplankton paling baik difiksasi dan diawetkan dalam lugol yang ditambah dengan asam asetat dan disimpan pada tempat yang gelap atau tidak terkena sinar secara langsung. Asam asetat akan mengawetkan flagellum dan silia. C. Analisis Plankton Umumnya analisis plankton yang mudah dilakukan adalah pengukuran biomassa (berat kering, berat basah, atau volume plankton) dan pencacahan plankter. Biomasa zooplankton diukur dengan metode pemindahan volume air (water displacement volume), dilakukan dengan meniriskan zooplankton kemudian dimasukkan ke dalam botol pengukur volume plankton, kemudian botol diisi dengan air hingga garis batas tertentu di leher botol. Banyaknya air yang diperlukan untuk mencapai garis tersebut menunjukkan volume pindahan. Pengukuran biomasa zooplankton dilakukan dengan cara menuang sampel plankton ke atas selembar jaring plankton yang telah diketahui volumenya. Selanjutnya jaring yang berisi plankton dimasukkan ke dalam tabung gelas yang telah diketahui volumenya. Melalui buret, air dialirkan ke dalam tabung gelas tersebut sampai tanda batas pada leher tabung. Berkurangnya air di dalam buret akan menunjukkan volume plankton didalam tabung pengukur. Pengukuran biomassa fitoplankton dilakukan dengan cara mengendapkan sampel fitoplankton (settling volume). Sampel yang diperoleh dituang ke dalam gelas ukur dan diendapkan selama 24 jam, kemudian tinggi endapan fitoplankton dicatat. Volume endapan yang terukur adalah volume fitoplankton (Djumanto at al,.2009). Masing-masing cara tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pengukuran biomassa bertujuan untuk mengetahui banyaknya plankton secara kuantitatif tanpa mengidentifikasi. Ini merupakan cara yang praktis dan sederhana namun kurang teliti karena sering terbawa materi lain di luar plankton. Pengukuran



volume plankton kurang memberikan informasi yang tepat, oleh karena rongga antara plankton sering ikut terukur. Pencacahan plankton dengan cara menghitung jumlah plankter persatuan volume merupakan informasi yang lebih teliti, karena dapat memberikan gambaran yang lebih pasti mengenai kepadatan plankton di suatu tempat. Kepadatan plankton dapat digunakan untuk mengetahui penyebaran atau distribusi plankton dalam suatu area. D. Pencacahan Plankton Satu sampel plankton dapat terdiri atas ribuan bahkan jutaan sel atau individu plankton. Oleh karena itu mencacah seluruh sampel akan membutuhkan waktu yang lama. Untuk mempermudah umumnya dilakukan pengenceran sampel yang diperoleh dan diambil sebagian kecil sampel. Tata cara pencacahan seperti ini disebut metode subsample. Cara pencacahan dengan metode subsampel pada dasarnya dilakukan dengan mencuplik sebagian kecil (sub sampel) sampel plankton dan dicacah dibawah mikroskop. Terdapat beberapa cara pencacahan plankton dengan metode subsample. 1. Cara I Adapun langkah yang dapat dilakukan pada pencacahan cara I, 1) Menuangkan sampel plankton ke dalam gelas piala bervolume 250 ml. 2) Volume sampel dapat diencerkan menjadi 100-200 ml (bergantung pada kepekatan sampel) dengan cara menambah atau mengurangi larutan pengawetnya. 3) Diaduk hingga homogen. 4) Ambil subsampelnya dengan mempergunakan pipet stempel bervolume 0,1 (untuk fitoplankton) atau 2,5 ml (untuk zooplankton). 5) Subsampel dituangkan ke dalam talam pencacah. 6) Talam pencacah yang sering digunakan adalah sedwick –rafter cell untuk fitoplankton dan Bogorov atau yang sejenis untuk zooplankton. 7) Plankton dicacah dan diidentifikasi di bawah mikroskop dengan perbesaran sampai 25-200 kali bergantung pada ukuran plankter. Pencacahan dilakukan dengan cara menghitung seluruh plankter yang tampak pada talam pencacah.



8) Jarum sonde digunakan selama proses identifikasi, untuk membolak-balik plankton. Kepadatan plankton dalam sel atau individu per satuan volume dapat diketahui dengan mempergunakan rumus,



Keterangan: D = Jumlah plankter per satuan volume q = Jumlah plankter dalam subsample f = Fraksi yang diambil (volume subsample per volume sampel) v = Volume air tersaring



2. Cara II Pencacahan plankton pada Sedgwick-rafter cell juga dapat dilakukan dengan cara lain. 1) Isi penuh Sedgwick-rafter cell dengan sampel plankton dan tutup dengan cover gelas secara baik sehingga tidak ada rongga udara di dalamnya. 2) Letakkan Sedgwick-rafter cell berisi sampel plankton tersebut di bawah mikroskop yang lensa okulernya dilengkapi dengan micrometer okuler whipple. 3) Cacah jumlah plankton dari 10 lapangan pandang teratur dan berurutan. Pada setiap lapang pandang hitunglah jumlah tiap jenis plankton yang terlihat. Jumlah plankter persatuan volume dapat ditentukan dengan rumus,



Keterangan: D = Jumlah plankter per satuan volume q = Jumlah plankter dalam 10 pandangan s = Jumlah lapang pandang Sedgwick-rafter cell lp = Jumlah lapang pandang yang digunakan p = Volume subsample



v = Volume air tersaring



Apabila terdapat plankter yang terletak pada garis batas okuler micrometer Whipple di sebelah atas dan di sebelah kiri garis dimasukkan ke dalam perhitungan sedang pada garis batas bawah dan sebelah kanan tidak. Hal ini bukanlah hal mutlak, yang terpenting adalah dilakukan secara konsisten. 3. Cara III Metode subsample pada cara III ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut, 1) Mengambil 0,04 ml sampel yang telah diaduk homogen dengan pipet ukur 1 ml. 2) Subsample diteteskan pada objek glass dan tutup dengan cover glass berukuran 18x18 mm. 3) Diletakkan dibawah mikroskop, diambil secara acak 20 pandangan yang meliputi seluruh permukaan cover glass. 4) Diameter dari pandangan harus ditentukan terlebih dahulu dengan micrometer okuler. 5) Pada setiap pandangan dihitung semua jenis plankton yang terlihat. Jumlah plankter dalam satuan volume dapat ditentukan dengan rumus:



Keterangan: D = Jumlah plankter persatuan volume q = Jumlah plankter dalam 20 pandangan p = Volume subsample c = Luas cover glass (324 mm2) lp = Luas 20 pandangan (mm2) v = Volume air tersaring



Cara tersebut sangat tidak praktis dan kemungkinan terjadi kesalahan dalam perkiraan kepadatan jumlah plankter sangat besar, walaupun pencacahan plankton tidak dilakukan hanya pada 20 lapang pandang tetapi pada seluruh permukaan cover glass.



Selain menggunakan talam pencacah dan cover glass seperti yang diuraikan di atas, pencacahan plankton juga dapat dilakukan dengan menggunakan talam pencacah lain. Hal penting yang perlu diperhatikan dan diketahui adalah jumlah volume dan kedalaman talam pencacah tersebut. Selain itu juga harus diketahui ukuran plankton yang akan dicacah. Zooplankton tidak mungkin dicacah dengan menggunakan Haemocytometer, Improve Naeubouer, atau Petroff Houser, karena ukuran rata-rata individu zooplankton relative lebih besar dari 0,2 mm. Tabel 1. Beberapa jenis alat yang dipergunakan dalam mencacah sel plankton



Berdasarkan ke-tiga cara pencacahan plankton dapat di ketahui bahwa hal yang terpenting dan harus diketahui secara pasti adalah, 1. Jumlah volume air yang berhasil tersaring oleh plankton net (dalam liter atau meter kubik). Sebelum jaring plankton diturunkan, pada bagian tengah mulut jaring dipasang flow meter untuk mengukur volume air yang tersaring. Volume air yang tersaring dihitung dengan formula berikut (Djumanto at al,.2009): V=Rxaxp Keterangan: V = volume air tersaring (m3) R = jumlah rotasi baling-baling flow meter a = luas mulut jaring (m2) p = panjang kolom air yang ditempuh untuk satu kali putaran



2. Jumlah volume sampel yang tertampung dalam botol plankton net (dalam milliliter) 3. Jumlah volume subsample yang diambil (dalam mililiter) 4. Memperhitungkan apabila dilakukan pengenceran terhadap sampel plankton 4. Cara Umum



Apapun tipe talam pencacahannya kepadatan plankter dalam volume tertentu dapat dihitung dengan mempergunakan rumus berikut,



Keterangan: D = Jumlah plankter per satuan volume q = Jumlah plankter dalam subsampel p = Volume subsample I = Volume sampel v = Volume air tersaring Contoh: Misalkan volume air tersaring 15 m 3, volume sampel 10 ml, volume subsample 1 ml. berdasarkan hasil pencacahan diperoleh jumlah Ceratium focus sebanyak 7 sel dalam sub sampel. Maka jumlah Ceratium focus m3 dapat diketahui dengan cara: Perhitungannya: D = (I/p) q (1/v) D = (10/1) 7 (1/15) D = 5 sel/ m3



Gambar 9. Langkah Skematis Pengamatan Jumlah Plankton dalam Subsample (Sumber: Wardana, 2003)



Sebagai kelengkapan alat bantu, jumlah plankter yang tercacah dalam subsample dapat dimasukkan dalam data sheet yang dicantumkan pada lampiran 2. Data sheet



dapat disesuaikan dengan tujuan penelitian. Data-data yang dimasukkan ke dalam Data sheet kemudian dianalisis dengan menghitung indeks-indeks di bawah ini, 1. Indeks Keanekaragaman Indeks keanekaragaman (H’) digunakan untuk mengetahui kenekaragaman jenis biota di perairan. Untuk mengetahui indeks keanekaragaman tersebut dapat dilakukan dengan tiga cara perhitungan (Wardana, Tanpa tahun) yaitu, 1.1 Indeks Keanekaragaman jenis Simpson



Keterangan: D = Indeks keanekaragaman Simpson Pi = Proporsi individu terhadap populasi total N = Jumlah total Individu Ni = Jumlah Individu dalam genus ke-i



Nilai indeks keanekaragaman berkisar 0-1, jika indeks mendekati 0 maka nilai keanekaragamannya rendah dan jika indeks mendekati 1 maka nilai keanekaragaman tinggi. Kestabilamn ekosistem perairan dinyatakan baik jika mempunyai nilai indeks keanekaragaman simpson antara 0,6-0,8 (Odum dalam Amanta, 2012). 1.2 Indeks Keanekaragaman jenis Margalef α= Keterangan: α = indeks keanekaragaman; S = jumlah jenis; N = jumlah total individu



S−1 log eN



Nilai “α” menjadi 0 jika semua individu berasal dari satu populasi atau jenis dan dalam beberapa hal tergantung dari besarnya. 1.3 Indeks Keanekaragaman jenis Shannon & Wiener H = − Σ Pi ln Pi Keterangan: H = jumlah informasi dalam contoh (bits/ind) atau indeks keragaman jenis pi = ni/N jumlah jenis ke i perjumlah total seluruh jenis, ni = nilai penting setiap spesies, dan N = total nilai penting;



Indeks keanekaragaman (H’) digunakan untuk mengetahui kenekaragaman jenis



biota



di



perairan.



Kriteria



tingkat



pencemaran



berdasarkan



indeks



keanekaragaman (H’) adalah H’ < 1 berarti komunitas biota tidak stabil atau kualitas air tercemar berat, jika nilai tersebut 1 < H’ < 3 dikatakan stabilita komunitas biota sedang atau kualitas air tercemar sedang, dan H’ < 3 maka stabilitas komunitas biota dalam kondisi stabil (Fachrull, 2007). 2. Indeks Kemerataan (E) E



=



H' logatS al,.(2009) indeks kemerataan (E) dapat dihitung Sedangkan menurut Djumanto dengan menggunakan rumus, E =H’/Hmax Keterangan: E = Indeks kemerataan, H’ = Indeks Keanekaragaman H maks = Ln S S = Jumlah Spesies



Indeks kemerataan (E) digunakan untuk mengetahui pola dari penyebaran biota plankton dalam suatu kawasan, yaitu merata atau tidak. Jika nilai indeks kemerataan dari jenis suatu biota relatif tinggi, maka keberadaan dari biota tersebut di



perairan dalam kondisi merata. Nilai indeks berkisar antara 0-1, dengan E ≈ 0 dimana kemerataan antar spesies rendah, artinya kekayaan individu yang dimiliki masingmasing spesies sangat jauh berbeda. E = 1, yang berarti kemerataan antar spesies relatif merata atau jumlah individu masing-masing spesies relatif sama (Fachrull, 2007). 3. Indeks Dominasi (D) Menurut Odum (1997) dalam Fachrull (2007), menyatakan bahwa untuk mengetahui indeks dominansi (D) dari kualitas perairan dengan keragaman jenis yang tinggi, maka kisaran nilainya adalah jika D ≈ 0, maka tidak terdapat spesies yang mendominansi spesies lainnya atau struktur komunitas dalam keadan stabil. Tetapi jika D = 1, maka terdapat spesies yang mendominansi spesies lainnya atau struktur komunitas labil, karena terjadi tekanan ekologis atau stres. Menurut Djumanto at al,. (2009) rumus yang digunakan untuk menghitung Indeks Dominansi (D) yaitu, Keterangan:



D = Σ (ni/N)2



ni = Nilai penting setiap spesies N = Total nilai penting



Densitas (density) merupakan banyaknya individu yang dinyatakan dengan persatuan luas, maka nilai itu disebut kepadatan (density). Nilai kepadatan ini dapat menggambarkan bahwa jenis dengan nilai kerapatan tinggi memiliki pola penyesuaian yang besar. Kepadatan ditaksir dengan menghitung jumlah individu setiap jenis dalam kuadrat yang jumlahnya ditentukan, kemudian penghitungannya diulang ditempat yang tersebar secara acak (Fachrul, 2007). 4. Kelimpahan (N) Kelimpahan (N) plankton dinyatakan secara kuantitatif dalam jumlah sel perliter. Dalam pencacahan fitoplankton dihitung persel bukan dalam bentuk perrangkaian sel dan hasilnya dinyatakan dalam sel perliter, sedangkan untuk



pencacahan zooplankton berdasarkan jumlah individu yang terlihat (Fachrull, 2007). Kelimpahan plankton dapat dihitung dengan menggunakan rumus, N = n i x (Vr/Vo) x (1 /Vs) Keterangan: N = Jumlah individu plankton genus i/m3 Vr =Volume air tersaring (ml) Vo = Volume yang diamati (ml) Vs = Volume air yang disaring (m3) ni = Jumlah plankton genus i pada volume air yang diamati (individu)



2.5 Nekton dan Neuston 2.5.1 Nekton Nekton adalah kelompok organisme yang tinggal di dalam kolom air, baik di perairan tawar maupun laut. Kata “nekton" diberikan oleh Ernst Haeckel tahun 1890 yang berasal dari kata Yunani (Greek) yang artinya berenang. Jadi, nekton dapat diartikan sebagai organisme perairan yang memiliki kemampuan gerak secara aktif (berenang) dan tidak bergantung pada arus. Nekton umumnya memakan plankton. Nekton merupakan organisme laut yang sangat bermanfaat bagi manusia terutama untuk perbaikan gizi dan peningkatan ekonomi (Wikipedia, 2013). Adapun contoh dari nekton yang dapat ditemukan di Indonesia yaitu, 1.



Ikan Ikan (Pisces) adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang



hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Ada spesies ikan yang hidup di air tawar dan sebagian ikan primer air tawar, misalnya ikan paru-paru. Jenis ikan tertentu mungkin memiliki periode hidup di laut atau air payau dan meneruskan hidupnya di air tawar atau sebaliknya. Ikan yang selalu berpindah hidupnya dari air tawar ke air asin atau sebaliknya dari air asin ke air tawar



sepanjang hidupnya disebut spesies diadromous, misalnya ikan salmon Pasifik dan sidat air tawar (Sukiya, 2005). Ikan yang dapat ditemukan di perairan tawar yaitu ikan dari familia Cyrinidae, Synbranchidae, Cichilidae, Poecilidae, Mugidae, Lutjanidae, Engraulidae, Chandidae, Hemirampidae, Mugilidae, Heterosomata, Balitoridae, Belontidae, Characidae, Clariidae, Cyprinidae, Datnioididae, Gobidae, Homalopteridae, Megalopidae, Anguillidae, Ophichthidae, Sisoridae, Syngbathidae, Scopaenidae, Tetraponidae, Carangidae,



Channidae,



Hemiramphidae,



Nandidae,



Eleotrididedae, Pristolepididae,



Bagridae,



Siluridae,



Eleotrididae,



Chacidae,



Luciocephalidae,



Anabantidae, dan Tetraodontidae. Selain jenis ikan juga terdapat jenis Crustaceae yang tergolong dalam kelompok nekton serta mampu hidup dan beradaptasi diperairan tawar yaitu Penaeidae dan Portunidae. Spesies hewan dari familia di atas ditampilkan pada Lampiran 1.



Nemacheilus chrysolaimos



Channa striata



Colossoma macroponum



Monopterus albus



Trichogaster trichopterus



Carassius auratus



Puntius binotatus



Clarias gariepinus



Gambar 10. Berbagai spesies ikan yang di peroleh dari Sungai Pesanggrahan Hulu (Bogor, Jawa Barat) hingga hilir (Kembangan, DKI Jakarta) (Sumber: Hadi, 2012)



Gambar 11. Udang dan Kepiting (Wikipedia. 2015 dan Wikipedia. 2015)



2. Hewan lainnya Kelompok nekton telah dijelaskan sebelumnya sebagai hewan yang mampu berenang tanpa harus bergantung bergantung pada arus. Dan telah dicontohkan sebagian besar kelompoknya di dominasi oleh superkelas Pisces. Meskipun demikian, terdapat beberapa kelompok hewan yang dimasukkan ke dalam kelompok nekton, yaitu beberapa hewan dari Amphipi dan Reptil, beberapa dari Coleoptera (serangga larva dan kumbang penyelam), Hemiptera (Dytiscid, dan Notonectid), serta larva dan pupa Diptera.



Gambar 11. Acilius sulcatus, seekor kumbang penyelam memperlihatkan kaki belakang yang telah beradaptasi untuk hidup di dalam air (Sumber: Wikipedia, 2015).



1



2 Gambar 12. 1) Notonectidae (Sumber: Wikipedia, 2015), 2) larva dan pupa Diptera (Sumber: Evan Shannon & D. Scott Smith, MD, 2013)



2.5.2 Neuston Neuston adalah istilah untuk organisme yang mengapung di atas air (epineuston) atau hidup di bawah permukaan ( hyponeuston ). Neustons terdiri dari beberapa spesies ikan (flying fish), kumbang (whirligig beetle, Familia Gyrinidae), protozoa, bakteri, laba-laba (fishing spider dan diving bell spider), water strider (Familia Gerridae) dan strider air berbahu lebar (Familia Veliidae). Istilah neuston terkadang hanya merujuk pada organisme yang mengambang atau yang bergantung pada tegangan permukaan untuk mengapung, sedangkan istilah pleuston merujuk pada organisme yang mengapung akibat daya apung. Oleh karena itu, perbedaan antara neuston dan pleuston sangat penting untuk dipahami lebih awal. Contoh pleuston yaitu beberapa Cyanobacteria, beberapa Gastropoda, pakis Azolla dan Salvinia dan tanaman biji Lemna, Wolffia, Pistia, eceng gondok dan Hydrocharis.



Diving Bell Spider



Water Strider



Protozoa



Fishing Spider



Flying Fish



Water Strider Veliidae



Gambar 13. Kelompok Neuston (Sumber: Wikipedia, 2015)



2.6 Jenis-jenis vertebrata air 2.6.1 Amphibia (Amfibi) Amfibi dikenal sebagai hewan yang hidup di dua alam, karena kemampuannya bertahan hidup baik di darat maupun di air. Tubuh ditutupi kulit yang selalu basah dan tidak bersisik. Sebagian besar Amfibi mengalami metamorfosis, fase larva bernapas dengan insang dan hidup di air, setelah dewasa bernapas dengan paruparu dan kulit, dan hidup di darat. Jantungnya beruang tiga, terdiri dua atrium (serambi) dan satu ventrikel (bilik). Pada Amfibi, jenis kelamin terpisah dan pembiakan bersifat ovipar (bertelur) 1) Ordo Caudata (Urodela) Contoh: Megalobatrachus sp. 2) Ordo Salientia (Anura) Contoh: Bufo terrestris, Rana pipiens 3) Ordo Apoda (Gymnophiona) Contoh: Ichthyosis glutinosus 2.6.2 Reptilia (Hewan Melata) Reptilia (hewan melata) berkulit kering, tertutup oleh sisik-sisik atau papan epidermal. Vertebrae berkembang baik, terbagi manjadi lima bagian, yaitu servikal, thorakal, lumbar, sacral, dan ekor. Anggota gerak jari-jarinya bercakar, mata memiliki kelenjar air mata yang menjaga agar mata tetap basah. Reptilia bernapas dengan paruparu, di mana strukturnya lebih kompleks daripada paru-paru amfibi. Jantung beruang empat, terdiri dua atrium (serambi) dan dua ventrikel (bilik). 1) Ordo Chelonia Contoh: Chelonia myotas (penyu), Chelydra serpentina (kura-kura air tawar) 2) Ordo Crocodilia Contoh: Crocodylus sp, Alligator sp.



2.6.3 Aves (Burung) Aves merupakan Vertebrata yang tubuhnya ditutupi bulu, bersayap, dan dapat terbang. Anggota gerak depan pada Aves berupa sepasang sayap, dan anggota gerak belakang berupa sepasang kaki yang berfungsi untuk berjalan, bertengger, atau berenang. Aves yang dapat berenang pada jari-jari kakinya terdapat selaput renang (selaput interdigital). Mata pada Aves berkembang baik, memiliki membran niktitan. Respirasinya menggunakan paru-paru, dibantu dengan pundi-pundi hawa (saccus pneumaticus). 1) Ordo Pelecaniformes Contoh: Pelecanus occidentalis (pelikan putih), Morus bassana (camar). 2) Ordo Ciconiiformes Contoh: osmerodius albus (blekok putih), Ardea herodias (blekok biru), Phoeniopterus rubber (flamengo). 3) Ordo Anseriformes Contoh: Anas sp (bebek liar), Anser sp (entok), Cygnus sp (angsa). 2.6.4 Mamalia (Hewan Menyusui) Mamalia merupakan anggota Vertebrata yang tubuhnya ditutupi rambut. Mamalia betina mempunyai glandula mammae (kelenjar susu) yang berkembang. Anggota gerak pada mamalia berfungsi untuk berjalan, memegang, berenang atau terbang. Pada jari-jarinya terdapat kuku dan cakar. Gigi mamalia berkembang baik, meliputi gigi seri, taring, geraham (molar). Mamalia bernapas dengan paru-paru, contoh: Eumetopias jubata (anjing laut) dan Lutrinae (berang berang). 2.7



Identifikasi vertebrata air 1. Amphibia (Amfibi)



ciri-ciri morfologi: 1. Dapat hidup di air dan di darat ataupun tempat-tempat yang lembab 2. Disebut juga hewan yang mempunyai tempat hidup (habitat) di dua alam



3. Hewan bernafas dengan paru-paru dan kulit. 4. Kulit terdiri dari dermis tidak memiliki daun telinga 2. Reptilia (Hewan Melata) Ciri-ciri morfologi: 1. Kulit kering bersisik dari zat tanduk karena zat kertin 2. Berdarah dingin (porkoliokonal) yakni yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan 3. Alat gerak berupa kaki dan ekor Tidak memiliki daun telinga 3. Aves (Burung) Cirri-ciri morfologi: 1. Alat penglihatan, alat pendengaran dan alat suara sudah berkembang dengan baik 2. Berdarah panas (homoioteral) 3. Kulit berbulu 4. Tidak memiliki daun telinga Memiliki sayap 4. Mamalia (Hewan Menyusui) Cirri-ciri morfologi: 1. Umumnya hidup di daratan, tetapi ada pula yang hidup di air seperti ikan paus, lumba-luma 2. Berdarah panas 3. Pada kulit terdapat kelenjar keringat dan kelenjar minyak Memiliki daun telinga 2.8



Peranan pada vertebrata air



1. Sumber protein nabati yang tinggi. Contoh: ikan salmon, ikan gurame 2. Sebagai hewan peliharaan. Contoh: ikan mas, ikan koi 3. Sebagai bahan penelitian 4. Sebagai rekreasi/ hiburan. Contoh: kegiatan memancing 5. Digunakan untuk kedokteran sebagai penguat denyut jantung 6. Keperluan praktikum zoologi bagi siswa dan mahasiswa 7. Membantu membinasahkan nyamuk 8. Sebagai natural biological control



BAB III PENUTUP



3.1 Kesimpulan 1. Sifat zooplankton yaitu mengapung atau melayang dalam perairan dan keberadaannya terpangaruh oleh arus air. 2. Peranan zooplankton dalam perairan yaitu sebagai kunci tingkat trofik terendah (fitoplankton) ke tingkatan trofik tertinggi (ikan) dalam rantai makanan di perairan, zooplankton memiliki peran dalam membawa karbon dioksida ke perairan dalam karena mereka dapat berenang ke atas dan ke bawah, selain itu kemelimpahan zooplankton juga menentukan kesuburan suatu perairan oleh karena itu dengan mengetahui keadaan plankton di suatu daerah perairan, maka akan diketahui kualitas perairan tersebut. 3. Taksa zooplanton diantaranya, protozoa, Rotifera, Cladocera dan Copepoda. 4. Teknik/metode sampling dapat dilakukan dengan cara kuantitatif dan kualitatif. Teknik sampling kuantatif merupakan metode sampling dengan ketelitian tang rendah, karena teknik ini tidak ada perhitungan yang cukup akurat. Sedangkan teknik sampling kualitatif merupakan teknik dengan menghitung jumlah plankton persatuan volume. 5. Taksa nekton sebagian besar dari superclass pisces, dan yang lainnya dari golongan vertebrata, dan serangga dari Hemiptera, Diptera dan Coleoptera. Familia dari superclass pisces yang sering ditemukan di perairan Indonesia yaitu familia Cyrinidae, Synbranchidae, Cichilidae, Poecilidae, Mugidae, Lutjanidae,



Engraulidae,



Chandidae,



Hemirampidae,



Mugilidae,



Heterosomata, Balitoridae, Belontidae, Characidae, Clariidae, Cyprinidae, Datnioididae,



Gobidae,



Ophichthidae,



Sisoridae,



Homalopteridae, Syngbathidae,



Megalopidae, Scopaenidae,



Anguillidae, Tetraponidae,



Carangidae, Channidae, Eleotrididedae, Bagridae, Siluridae, Chacidae, Hemiramphidae, Nandidae, Pristolepididae, Eleotrididae, Luciocephalidae, Anabantidae, dan Tetraodontidae. Selain jenis ikan juga terdapat jenis



Crustaceae yaitu Penaeidae dan Portunidae. Neuston terdiri dari beberapa spesies ikan (flying fish), kumbang (whirligig beetle, Familia Gyrinidae), protozoa, bakteri, laba-laba (fishing spider dan diving bell spider), water strider (Familia Gerridae) dan strider air berbahu lebar (Familia Veliidae). 6. Jenis-jenis vertebrata yang juga hidup di perairan yaitu dari superkelas amphibia, reptilia, aves, dan mamalia. 7. Ciri morfologi Amphibia (Amfibi) yaitu hidup di air dan di darat ataupun tempat-tempat yang lembab, bernafas dengan paru-paru dan kulit, dan kulitnya terdiri dari dermis tidak memiliki daun telinga. Ciri morfologi Reptilia (Hewan Melata) yaitu kulit kering bersisik dari zat tanduk karena zat kertin, berdarah dingin (porkoliokonal) yakni yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan, alat gerak berupa kaki dan ekor tidak memiliki daun telinga. Ciri morfologi Aves (Burung) yaitu alat penglihatan, alat pendengaran dan alat suara sudah berkembang dengan baik, berdarah panas (homoioteral), kulit berbulu, dan tidak memiliki daun telinga Memiliki sayap. Ciri morfologi Mamalia (Hewan Menyusui) yaitu umumnya hidup di daratan, tetapi ada pula yang hidup di air seperti ikan paus, lumba-lumba, berdarah panas, kulitnya terdapat kelenjar keringat dan kelenjar minyak dan memiliki daun telinga. 8. Peranan vertebrata air



yaitu sebagai sumber protein nabati yang tinggi,



sebagai hewan peliharaan, sebagai bahan penelitian, sebagai rekreasi/ hiburan, digunakan untuk kedokteran sebagai penguat denyut jantung, keperluan praktikum zoologi bagi siswa dan mahasiswa, membantu membinasahkan nyamuk, dan sebagai natural biological control.



DAFTAR PUSTAKA



Ama Rustama, Editor. 1982. Anatomi Ikan, Katak, Kadal, Merpati dan Marmut. Buku Penunjang Seri BI:1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Amanta, Rinaldy., Hasan, Zahidah., Rosidah. 2012. Struktur Komunitas Plankton Di Situ Patengan Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Jurnal Perikanan dan Kelautan Unpad Arinardi et al. 1997. Plankton : Fitoplankton dan Zooplankton. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Bratowidjoyo, Mukayat Djarubito. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta : Penerbit Erlangga Djumanto & Pontororing, Tumpak Sidabutar Hanny. 2009. Pola Sebaran Horizontal dan Kerapatan Plankton di Perairan Bawean. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta LON-LIPI, Jakarta, Universitas Sam Ratu Langi, Manado, Universitas Pattimura, Ambon. Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara Hadi, Nestiyanto. 2012. Penilaian Kesehatan Sungai Pesanggrahan Hulu (Bogor, Jawa Barat) hingga hilir (Kembangan, DKI Jakarta) dengan Metrik Index of Biotic Integrity (IBI). Departemen Biologi Depok. Kaswadji, R. 2001. Keterkaitan Ekosistem Di Dalam Wilayah Pesisir. Sebagian bahan kuliah SPL.727 (Analisis Ekosistem Pesisir dan Laut). Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB. Bogor, Indonesia. Latupapua, Marcus J. J. 2011. Keanekaragaman Jenis Nekton Di Mangrove Kawasan Segoro Anak Taman Nasional Alas Purwo. Tobelo: Politeknik Perdamaian Halmahera Nontji, Anugrah. 1993. Laut Nusantara. Jakarta : Djambatan. Nontji, Anugrah. 2008. Plankton Laut. Jakarta : LIPI Press. Nurudin, Febrian Achmad. 2013. Keanekaragaman Jenis Ikan di Sungai Sekonyer Taman Nasional Tanjung Putting, Kalimantan Tengah. Universitas Negeri Semarang.



Nybakken, James W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta : Gramedia. Putra, Rian Eka. 2011. Valuasi Ekonomi Keanekaragaman Hayati Rawa Bento, Kecamatan Gunung Tujuh, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Padang:Universitas Andalas Shannon, Evan & Smith, D. Scott. 2013. Dengue: The Global Health Challenge. Stanford University Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang: UM Press Suwono, Hadi. 2011. Limnologi : Konsep Dasar dan Pembelajaran. Malang : Bayumedia Publishing. Wikipedia, 2015. Kumbang. https://id.wikipedia.org/wiki/Kumbang Wikipedia, 2015. Notonectidae. https://en.wikipedia.org/wiki/Notonectidae Wikipedia. 2013. Nekton. (online), https://id.wikipedia.org/wiki/Nekton, diakses tanggal 21 September 2015 Wikipedia. 2015. Neuston. (online), https://en.wikipedia.org/wiki/Neuston, diakses tanggal 21 September 2015 Wikipedia. 2015. Panaeus. (online), https://en.wikipedia.org/wiki/Penaeus diakses tanggal 21 September 2015. Wikipedia. 2015. Scylla serrata. (online), https://en.wikipedia.org/wiki/Scylla_serrata diakses tanggal 21 September 2015.



LAMPIRAN 1



Tabel 1. Daftar Spesies Ikan Di Rawa Bento, Kecamatan Gunung Tujuh Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi



(Sumber: Putra, 2011)



Tabel 2. Daftar Jenis Nekton Di Mangrove Kawasan Segoro Anak Taman Nasional Alas Purwo



(Sumber: Latupapua, 2011)



Tabel 3. Daftar Jenis Ikan Di Sungai Pesanggrahan Bogor, Jawa Barat



(Sumber: Hadi, 2012)



Tabel 4. Daftar Jenis Ikan Di Sungai Cibareno Kembangan, DKI Jakarta



(Sumber: Hadi, 2012) Tabel 5. Daftar Jenis Ikan Di Taman Nasional Tanjung Putting Kalimantan Tengah



(Sumber: Nurudin, 2013)



LAMPIRAN 2



s