Makalah Lingkungan Pemasaran Global [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS MAKALAH



LINGKUNGAN PEMASARAN GLOBAL



Disajikan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Pemasaran Global



Oleh : KELAS A - KELOMPOK 3 Poppy Nazmi Christanti



NIM. 210820101026



Nurul Lally Alfin



NIM. 210820101046



Dosen Pengampu : Dr. Deasy Wulandari, M.Si.



PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS JEMBER 2022



0



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat, karunia, serta hidayah-Nya lah, saya dapat menyelesaikan makalah tentang Topik 4 “Lingkungan Pemasaran Global” dengan mangutip dan menganalisis dari berbagai sumber ilmiah sebagai salah satu tugas mata kuliah Manajemen Pemasaran Global. Ucapan terima kasih saya haturkan kepada:



1. Dr. Deasy Wulandari, M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Pemasaran Global, 2. Partner dalam mengerjakan tugas kelompok makalah membahas topik ini, atas waktu yang telah diluangkan demi terselesaikannya tugas kita, 3. Dan dukungan penuh keluarga saya supaya dapat menyelesaikan studi Magister Manajemen ini dengan lancar dan tepat waktu.



Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah pengampu guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang dalam menyusun makalah. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.



Kediri, 12 Maret 2022 Penulis



1



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR .............................................................................................. 1 DAFTAR ISI............................................................................................................ 2 BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................................ 3 1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 3 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 3 1.3 Tujuan ......................................................................................................... 4 BAB 2. PEMBAHASAN........................................................................................... 5 2.1 Lingkungan Ekonomi................................................................................... 5 2.2 Lingkungan Politik .................................................................................... 12 2.3 Lingkungan Hukum ................................................................................... 14 2.4 Lingkungan Sosio-Kultural Global .............................................................. 19 2.5 Lingkungan Informasi dan Teknologi dalam Pemasaran Global ................ 35 2.6 Environmental Foresight .............................................................................. 42 BAB 3. KESIMPULAN .......................................................................................... 45 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 46



2



BAB 1. PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Pasar global semakin kompleks, menuntut sesuatu yang beda dan baru. Konsumen negara maju menentukan pembelian produk dari negara berkembang dengan menetapkan berbagai kriteria seperti masalah harga, kualitas, brand, keunikan, ketersedian dan sebagainya yang mensyaratkan penggunaan standar operasi yang telah mereka tentukan. Fenomena globalisasi yang berdampak pada meluasnya lingkup kegiatan bisnis yang semakin bersifat global menuntut perusahaan untuk bersaing melakukan kegiatan pemasaran dengan sebaik - baiknya. Globalisasi merupakan pelebaran dan pendalaman arus internasional perdagangan, keuangan, dan informasi yang terintegrasi dalam satu pasar global. Globalisasi memberikan dampak bagi berbagai bidang dimana salah satuya adalah pemasaran. Pemasaran global adalah kinerja kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan dan menetapkan harga, mempromosikan, dan mengarahakan aliran barang atau jasa kekonsumen atau pengguna yang lebih dari satu Negara untuk memperoleh keuntungan bagi perusahaan. Kegiatan bisnis internasional atau pemasaran global tidak akan pernah lepas dari lingkungan yang ada di sekelilingnya. Faktor lingkungan berpengaruh cukup besar pada aktivitas bisnis internasional. Ada beberapa lingkungan yang melingkari bisnis internasional diantaranya adalah lingkungan ekonomi, lingkungan budaya, lingkungan politik dan hukum, serta lingkungan teknologi.



1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan lingkungan ekonomi dalam pemasaran global? 2. Apa yang dimaksud dengan lingkungan politik dalam pemasaran global? 3. Apa yang dimaksud dengan lingkungan hukum dalam pemasaran global?



3



4. Apa yang dimaksud dengan lingkungan sosio-kultural global? 5. Apa yang dimaksud dengan lingkunga informasi dan teknologi dalam pemasaran global? 6. Apa yang dimaksud dengan environmental foresight?



1.3 Tujuan a. Untuk dapat mengetahui lingkungan ekonomi dalam pemasaran global, b. Untuk dapat mengetahui lingkungan politik dalam pemasaran global, c. Untuk dapat mengetahui lingkungan hukum dalam pemasaran global, d. Untuk dapat mengetahui lingkungan sosio-kultural global, e. Untuk dapat mengetahui lingkungan informasi dan teknologi dalam pemasaran global, f. Untuk dapat mengetahui environmental foresight



4



BAB 2. PEMBAHASAN



2.1 Lingkungan Ekonomi Kondisi ekonomi di negara tempat organisasi internasional beroperasi. Kondisi ekonomi memiliki dampak yang kuat terhadap kinerja dari setiap bisnis karena dapat mempengaruhi pendapatan atau beban dari bisnis tersebut. Ketika perekonomian kuat, tingkat lapangan kerja tinggi, dan kompensasi yang dibayarkan kepada karyawan juga tinggi. Oleh karena orang memiliki penghasilan yang relative baik dalam kondisi ini, mereka membeli sejumlah besar produk. Perusahaan yang menghasilkan produk-produk ini memperoleh manfaat dari besarnya permintaan. Perusahaan mempekerjakan banyak karyawan untuk memastikan bahwa perusahaan dapat menghasilkan produk dalam jumlah yang mencukupi guna memenuhi permintaan. Perusahaan juga dapat membayarkan upah yang tinggi kepada karyawan. Ketika



perekonomian



lemah,



perusahaan



cenderung



memberhentikan sebagian karyawannya dan tidak mampu membayarkan upah yang tinggi. Karena orang memiliki penghasilan yang relative rendah dalam kondisi ini, maka mereka membeli produk dengan jumlah yang sedikit. Perusahaan yang menghasilkan produk-produk ini sangat terpukul karena perusahaan tidak dapat menjual seluruh produk yang dihasilkannya. Konsekuensinya perusahaan mungkin perlu memberhentikan sebagian karyawan. Dalam kondisi ini, beberapa perusahaan mengalami kegagalan, dan seluruh karyawannya kehilangan pekerjaan sehingga membuat tingkat penggangguran meningkat. Lingkungan ekonomi terdiri dari faktor-faktor : – Pertumbuhan Ekonomi – Stabilitas Ekonomi – Pembangunan Ekonomi



5



Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi mencerminkan perubahan dalam tingkat aktivitas ekonomi secara umum. Kadang kala pertumbuhan ekonomi kuat, dan pada saat yang lain pertumbuhan ekonomi relative lemah. Misalnya, pada suatu waktu kira- kira separuh penduduk Amerika Serikat pernah terlibat dalam kgiatan produksi makanan. 2,5% duduk Amerika Serikat bekerja di bidang pertanian. Tetapi efisiensi pertanian telah meningkat karena ditemukan cara dan teknologi yang lebih baik untuk berproduksi dan teknologi yang lebih baik. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa produksi pertanian telah tumbuh karena mampu meningkatkan output ekonomi yang kuat dan pertumbuhan ekonomi yang lemah. PERUBAHAN DUNIA EKONOMI Setiap perusahaan yang melaksanakan pemasaran global akan menghadapi lingkungan ekonomi yang berbeda-beda di setiap negara yang di masuki. Ada pepatah yang menyaakan bahwa didunia ini tidak ada yang konstan selain perubahan. Demikian pula halnya dengan lingkungan ekonomi. Dewasa ini semakin banyak bermunculan pasar dan pesaing global yang bisa menjadi peluang sekaligus tantangan bagi para pamasar global. Menurut keegen (1989 , p.65) ada empat perubahan mendasarkan yang telah terjadi dalam beberapa dekade lalu, yaitu : 1. Perpindahan modal (capital movements) telah mengambil alih



peranan perdagangan sebagai driving force perekonomian dunia. 2. Aspek produksi mulai dapat “terlepas” dari aspek ketenagakerjaan.



Hal ini dapat dilihat pada kenyataan bahwa meskipun jumlah tenaga kerja dalam sektor industri dan pertanian mengalami penurunan atau bahkan konsisten, tetapi jumlah produksi tetapi meningkat. 3. Produk primer tidak lagi mendominasi ekonomi industrial. Adanya



penurunan sevara drastic dalam Negara bahan mentah tertenu (misalnya minyak) tidak akan menyebabkan depresi ekonomi



6



dunia. 4. Makro ekonomi sebagai pengendali ekonomi tidak lagi pada



tingkat Negara, tetapi berkembang pada tingkat ekonomi dunia. Pada dasarnya lingkungan ekonomi dapat di tinjau dari dua sudut pandang yaitu : sudut pandang makro dan mikro. Berdasarkan sudut pandang makro: kebutuhan dan keinginan masyarakat dan kebijakan ekonomi suatu Negara membentuk cakupan pasar dan pandangan ekonomi. Sedangkan sudut pandang mikro lebih berfokus pada kemampuan suatu perusahaan untuk bersaing dalam pasar tertentu. LINGKUNGAN MAKRO EKONOMI Perekonomian suatu Negara mencakup sumber-sumber pendapatan domestic dan alokasi sumber daya yang ada. Efisiensi perekonomian setiap Negara sangat bervariasi. Oleh karena itu situasi ekonomi Negara tertentu sebagai tujuan pemasaran global harus dipahami secara baik dalam rangka mengembangkan strategi pemasaran yang tepat. Adapun informasi mengenai lingkungan lingkungan makro ekonomi yang dibutuhkan meliputi karakteristik pasar (populasi dan pendapatan) neraca pembayaran, pola perdagangan, strukur konsumsi, dan perkembangan pasar. KARAKTERISTIK PASAR Informasi yang sering digunakan dalam merumuskan rencana pemasaran global adalah pertumbuhan serta distribusi pendapatan dan penduduk. Jumlah penduduk mencerminkan ukuran pasar. Sedangkan pendapatan mencerminkan daya beli sebagai konsumen, meskipun demikian tidak ada hubungan atau korelasi yang pasti antara pendapatan dan jumlah penduduk suatu Negara. India memiliki jumlah penduduk yang lebih besar. Tetapi tingkat nasionalnya rendah. Sementara itu Amerika serikat dan jepang memiliki jumlaj penduduk dan tingkat pendapatan yang tinggi. NERACA PEMBAYARAN Catatan dari keseluruhan transaksi ekonomi antara penduduk suatu negara dengan negara –negara lain. Neraca pembayaran terdiri atas current 7



account, capital account dan reserve account. Current account adalah catatan transaksi seluruh perdagangan barang dan jasa, hibah pribadi dan bantuan masyarakat antar-negara. Capital account merupakan catatan atas semua investasi langsung (yang mencakup 20% atau lebih dari kekayaan perusahaan ). Investasi portofolio (mencakup kurang dari 20% dari kekayaan perusahaan ) dan arus modal lainnya (jangka pendek maupun jangka panjang) sedangkan reserve account merupakan catatan atas segala perubahan yang terjadi karena transaksi dengan nama net errors and omissions yang akan menyeimbangkan neraca pembayan, dengan demikian neraca pembayaran suatu Negara akan selalu dalam keadaan seimbang. POLA PERDAGANGAN Perdagangan dunia tumbuh jauh lebih pesat dari pada produksi semenjak berkhirnya perang dunia II. Pertumbuhan yang cepat tersebut banyak di dukung oleh seKtor menufaktur dari pada pertambangan maupun pertanian. Pola perdagangan regional didominasi oleh ekspor dari Negara industry ke Negara industry lainnya. Pola perdagangan terbesar kedua adalah ekspor dari Negara berkembang ke Negara industry . sedangkan pola terbesar ketiga adalah ekspor dari Negara industri ke negara berkembang. Ada hubungan positif antara pertumbuhan ekspor menunjukan kemampuan suatu Negara untuk menembus pasar luar negeri. Dengan semakin luasnya pasar suatu negara, maka ekonominya akan semakin berkembang. POLA KONSUMSI Pola konsumsi suatu negara dapat dipandang dari suatu potensi dan struktur konsumsinya, pola konsumsi dipengaruhi oleh tingkat pendapatan seseorang atau suatu Negara. Hal ini yang mendasari dilakukannya segmentasi pasar atas dasar pendapatan. Ernst engel melakukan observasi atas hubungan antara perubahan permintaan dan perubahan pendapatan.



8



Dari hasil observasi tersebut dirumuskan hukum engel yang menyatakan bahwa “apabila pendapatan naik hingga melampaui tingkat minimum tertentu, maka pengeluaran untuk makanan dalam presentase terhadap keseluruhan pendapatan akan menurun, meskipun jumlah absolute pengeluaran untuk makanan tetap atau meningkat. Pada umumnya tingkat kejenuhan produk (product saturation level) akan meningkat apabila terjadi peningkatan pendapatan perkapita. Tingkat kejenuhan produk adalah persentase jumlah pembeli potensial aau rumah tangga yang memiliki produk tertentu. Apabila tingkat pendapatan telah cukup bagi pasar untuk membeli suatu produk, maka faktor lain (selain pendapatan) juga akan menentukan tingkat pembelian suatu produk. PERKEMBANGAN PASAR Berdasarkan GNP perkapita, tahap perkembangan pasar global dapat diklasifikasikan menjadi lima kategori, yaitu; Negara pra - industri a. Industrialisasi terbatas dan presentase penduduk yang bekerja dalam



sektor pertanian tinggi b. Tingkat kelahiran tinggi c. Tingkat melek rendah d. Tingkat ketergantungan pada bantuan luar negeri tinggi, e. Masih banyak kerusuhan dan ketidakstabilan politik



Negara belum berkembang a. Berada dalam tahap awal industrialisasi b. Mulai banyak didirikan pabrik untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri akan produk-produk seperti makanan dalam kemasan, baterai bahan bangunan dan sebagainya c. Negara belum berkembang juga merupakan lokasi bagi produkproduk yang telah didistandardisasi atau produk dewasa (dalam plc) seperti pakaian untuk diekspor.



9



Negara sedang berkembang a.



Persentase penduduk yang bekerja disektor pertanian menurun tajam, karena banyak yang berurbanisasi dan beralih ke sector industry.



b.



Meskipun ada peningkatan upah, tetapi masih lebih rendah di bandingkan Negara maju



c.



Tingkat melek huruf dan tingkat pendidikan relative tingggi



d.



Denagn dipacu oleh pertumbuhan ekspor, maka tingkat pertumbuhan ekonominya juga mengalami peningkatan.



Negara industri a.



Mengalami transisi ke arah status post industrial



b.



Terjadi peningkatan tingkat upah dan biaya



c.



Terjadi peningkatan infrastruktur



d.



Meningkatnya jumlah penduduk berpendidikan tinggi



Negara maju a.



Tingkat pendapatan tinggi sebagai hasil proses pertumbuhan ekonomi yang berkeseimbangan



b.



Kesempatan pasar sangat tergantung pada produk baru dan inovasi



c.



Perluasan pasar harus dilakukan melalui penciptaan pasar baru



d.



Teknologi informasi berkembang pesat



e.



Banyak menghasilkan produk baru dan produk inovatif



INDIKATOR EKONOMI LAINNYA Selain aspek – aspek lingkungan ekonomi yang telah diuraikan di atas, masih ada beberapa informasi lain yang dibutuhkan oleh pemasar global. Beberapa diantaranya adalah: 1. Indikator-indikator produksi ( misalnya produksi baja, mobil, minyak) 2. Harga ( misalnya harga gandum, emas) 3. keuangan ( tingkat bunga, obligasi) 4. indicator lainnya ( penjualan eceran )



10



Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa pemasaran global tidak di haruskan untuk mengumpulkan dan menganalisis semua indicator atau informasi ekonomi yang ada, karena sangat sulit dan bahkan hampir tidak mungkin untuk melakukan hal itu di semua Negara. Denagn demikian pemasar global harus mempertimbangkan dan memilih indicator ekonomi yang relevan dengan keputusan pemasaranya. LINGKUNGAN MIKRO EKONOMI Lingkungan yang mempengaruhi kepentingan produk dan atau pasar suatu perusahaan. Pengujian terhadap lingkungan mikro ekonomi dapat menentukan apakah perusahaan yang bersangkutan dapat menembus atau memasuki suatu pasar dengan sukses. Pada dasarnya lingkungan mikro ekonomi menyangkut aspek pesaingan. SUMBER PERSAINGAN Setiap perusahaan dalam suatu Negara menghadapi persaingan dalam pasar global dari tiga sumber utama, yaitu bisnis lokal, perusahaan lainnya dalam Negara yang sama, dan perusahaan luar negeri. Setiap pesaing yang berbeda dapat berusaha memenuhi jenis permintaan yang berlainan. Ada tiga jenis permintaan yang dapat di penuhi suatu perusahaan, yaitu : 1. Existing demand : produk yang di beli untuk memuaskan



kebuuhan tertentu. 2. Latent demand: situasi dimana kebutuhan tertentu telah diketahui



atau di identifikasi 3. Incipient demand: suatu kebutuhan yang diperkirakan akan



muncul apabila konsumen menyadarinya pada suatu saat dimasa mendatang. Disamping itu, persaingan dapat pula dianalisis berdasarkan karakteristik produk. Dalam hal ini produk dapat dikelompokan menjadi tiga ketegori, yaitu : 1. Breakthrough product: suatu inovasi unik yang sifatnya sangat teknis 2. Competitive product: salah satu dari sekian banyak merek yang



11



bersedia di pasar dan tidak memiliki keunggulan khusus atas produk- produk yang bersaing. 3. Improved product: produk yang tidak bersifat unik, tetapi secara



umum lebih superior dari pada kebanyakan merek yang ada. Sifat persaingan yang dihadapi suatu perusahaan dalam memasuki pasar luar negeri tertentu dapat ditentukan dengan menghubungkan ketiga jenis produk dengan ketiga tipe permintaan. Berdasarkan penilaian atas persaingan, suatu perusahaan dapat menetapkan produk/pasar mana yang paling sesuai untuk dipilih. KEUNGGULAN KOMPETITIF Langkah analisis sumber persaingan yang di hadapi saja belumlah cukup, tetapi juga dibutuhkan analisis lebih lanjut untuk menetapkan keunggulan kompetitif perusahaan atas para pesaingnya, baik pesaing yang ada saat ini maupun pesaing potensial.



2.2 Lingkungan Politik PERSPEKTIF POLITIK INTERNASIONAL Politik suatu negara dicerminkan oleh 1. Sistem Pemerintahan, diantaranya adalah : a.



Sistem parlameter (republik dan monarki konstitusi)



b.



Sistem Absolut (monarki absolut & diktatoriat)



2. Sistem Kepartaian a.



Sistem dua partai



b.



Sistem multi partai



c.



Satu partai yang dominan



3. Resiko Politik a.



Resiko



kepemilikan (ownership risk) = Kehidupan &



kekayaan perusahaan (konsfiskasi, ekspropriasi, domestikasi) b.



Resiko



operasional = ketidakpastian pemerintah negara tujuan



yang menghambat operasi bisnis perusahaan asing c.



Resiko pengalihan = pelarian modal, pembayaran, laba ke



12



perusahaan induknya (transfer risk) d.



General instability risk = ketidakpastian masa depan sistem politik negara tujuan Upaya Meminimisasi Resiko Politik:



1.



Meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal



2.



Mempekerjakan tenaga kerja lokal



3.



Membagi kepemilikan



4.



Menerapkan politik netral



5.



Lisensi



6.



Melakukan Lobbying



7.



Mengantisipasi resiko politik



8.



Menghindari bidang usaha yang sensitif terhadap politik.



MASALAH DAN INTERVENSI POLITIK Permasalahan menjalankan bisnis di negara asing: a. Kedaulatan politik b. Konflik politik



Bentuk-bentuk intervensi a. Ekspropriasi: pengambilalihan kekayaan/investasi asing oleh



pemerintah lokal disertai kompensasi tertentu berdasarkan nilai pasar. b. Konfiskasi:



pengambilalihan kekayaan/investasi asing oleh



pemerintah lokal tanpa disertai kompensasi tertentu berdasarkan nilai pasar. c. Nasionalisasi:



pengambilalihan industri tertentu/keseluruhan



perusahaan asing secara terpaksa oleh pemerintah lokal d. Domestikasi: pengambilalihan perusahaan asing oleh pemerintah



lokal secara bertahap atau sebagian saja. PENGARUH



POLITIK



INTERNASIONAL



PADA



INTERNASIONAL a. Politik bilateral antara negara asal dengan negara tujuan



13



BISNIS



b. Perjanjian multilateral antara beberapa negara



Tidak selalu pengaruh politik internasional positif. Jika hubungan bilateral antar negara berkembang positif, maka bisnispun dapat merasakan manfaatnya. PENGARUH POLITIK DUNIA a. Relasi global b. Politik transnasional c. Kekuatan politik tinggi



2.3 Lingkungan Hukum SISTEM HUKUM INTERNASIONAL Setiap perusahaan global akan menghadapi kondisi yang kompleks, karena selain harus mentaati peraturan atau hukum di negara asalnya, juga wajib mematuhi hukum di negara tujuan. Pada hakikatnya ada dua macam sistim hukum internasional, yaitu: • Common law: Dikembangkan di Inggris merupakan sistim yang



didasarkan pada Presiden, kebiasaan masa lalu, dan interpretasi terhadap hukum apa yang harus diterapkan. Contohnya Inggris, Amerika Serikat, Kanada, India, dll. • Code law: Sistem hukum yang didasarkan pada aturan-aturan



legislative yang tertulis. Contohnya Perancis, Jerman, Italia, Belanda, dll. Dalam kenyataannya seringkali terjadi tumpang tindih antara kedua sistim hukum ini, tetapi ada satu perbedaan pokok yaitu dalam hal kebebasan hakim dalam melakukan interpretasi terhadap hukum. Hukum yang sah berdasarkan sistem code, dibedakan= - Hukum Dagang (Commercial Law) - Hukum perdata / sipil (civil law) - Hukum pidana / kriminal (criminal law)



LINGKUNGAN HUKUM



14



Lingkungan hukum merupakan latar belakang hukum dan peraturan dimana perusahaan-perusahaan menjalankan operasinya. Suatu perusahaan dalam negeri harus mengikuti hukum dan kebiasaan negara asalnya. Bisnis internasional menghadapi tugas yang lebih rumit: perusahaan itu harus menaati bukan hanya undang-undang negaranya sendiri tetapi undang – undang semua negara tujuan tempat beroperasinya. Hukum negara asal maupun negara tujuan dapat sangat mempengaruhi cara perusahaan – perusahaan internasional menjalankan bisnisnya. Undang – undang ini menentukan pasar yang boleh dilayani perusahaan – perusahaan, harga yang dapat dikenakan untuk barang – barang mereka, dan aya masukkan yang diperlukan seperti tenaga kerja, bahan baku, dan teknologi. Undang – undang tersebut mungkin akan mempengaruhi lokasi aktivitas ekonominya. Contohnya, beberapa perusahaan internet telah memilih menempatkan usahanya di luar RRC karna peraturan – peraturan yang tampaknya diterapkan dengan sewenang – wenang oleh pemerintahnya. “E-WORLD” membahas dampak lain yang dibawah pertumbuhan pesat internet terhadap sistem hukum beberapa negara. Lingkungan hukum dan berbagai permasalahannya membawa dampak pada setiap perusahaan yang ingin melaksanakan pemasaran global. Implikasi lingkngan hukum internasional terhadap bauran pemasaran suatu pemasaran akan adalah sebagai berikut: 1. Produk Secara hukum tidak semua produk dapat diimpor secara bebas. Ada beberapa jenis produk yang dilarang diimpor kesebagian besar Negara di dunia. Secara umum produk yang tidak dapat diimpor secara bebas bisa dikelompokkan menjadi: a. Produk terlarang, seperti obat-obatan terlarang, bahan/materi yang



mengandung unsure pornografi, uang palsu, peralatan spionase, hewan dan tumbuhan langka



15



b. Produk-produk yang harus dimodifikasi terlebih dahulu, baik



modifikasi yang sangat teknis maupun modifikasi minor (seperti perubahan kemasan) Selain itu umumnya setiap produk yang akan masuk ke suatu Negara akan diperiksa dan harus memenuhi persyaratan atau spesifikasi tertentu, baik persyaratan kualitas, kandungan atau komposisi bahan, jaminan kesehatan bagi pemakai, dan persyaratan kesehatan. Setiap produk harus memenuhi peraturan mengenai hak cipta, paten, dan merek dagang di setiap Negara tujuan. 2. Harga Masalah harga perlu mendapatkan perhatian penting dari pada pemasar global. Setiap Negara cenderung akan melakukan pengendalian harga dengan tujuan melindungi kepentingan konsumen, mengendalikan inflasi, serta melindungi upah/gaji karyawan. Pembentukan blok-blok perdagangan akan berpengaruh besar terhadap harga setiap produk dari berbagai Negara, karena akan ada diskriminasi harga terhadap produk dari sesama anggota Negara dan terhadap bukan Negara anggota. 3. Distribusi Saluran distribusi di setiap Negara bermacam-macam. Di Amerika Serikat, suatu perusahaan bebas memilih saluran distribusi yang dikehendaki sepanjang tidak menjurus ke monopoli atau usaha menghilangkan persaingan. Akan tetapi ketentuan di Negara-negara lain tidaklah selonggar di amerika. Misalnya di spanyol ada larangan untuk mengirim paket ke setiap rumah. Oleh karena itu system pemasaran langsung sulit berkembang di spanyol. Selain itu tidak semua jenis distributor tersedia di suatu Negara. Di jepang misalnya, distribusi didominasi oleh toko-toko kecil. Sedangkan supermarket atau superstore sangat dibatasi pertumbuhannya. Oleh karena itu biaya distribusi produk di jepang bisa membengkak bila dibandingkan dengan Negara lain.



16



Peraturan mengenai jenis saluran yang sesuai untuk jenis produk tertentu juga bervariasi antarnegara. Misalnya mengenai obat-obatan, ada Negara yang mewajibkan segala jenis obat hanya boleh diperdagangkan di apotek, tetapi ada pula Negara yang memperbolehkan jenis obat tertentu dijual di tempat-tampat selain di apotek, misalnya di supermarket dan toko obat. 4. Promosi Di Amerika Serikat, setiap perusahaan bebas mengalokasikan dananya untuk melakukan promosi. Akan tetapi dibeberapa Negara, ada pajak langsung yang dikenakan atas biaya, agen, atau media periklanan. Tujuannya adalah untuk menghambat atau mengurangi jumlah iklan sehingga permintaab dan inflasi dapat ditekan. Ada pula Negara yang menggunakan pembatasan iklan sebagai hambatan non-tarif terhadap impor tertentu, misalnya jepang tidak mengizinkan rokok asing diiklankan dalam bahasa jepang. Disamping itu standar etika periklanan diberbagai Negara juga berbeda- beda. Misalnya masalah penggunaan anak-anak dalam periklanan, iklan rokok dan minuman keras, iklan yang bersifat menyesatkan, iklan perbandingan langsung (comperative, advertising), visualisasi iklan (seperti iklan pakaian dalam wanita, alat kontrasepsi dan sebagainya). Perbedaan juga ada dalam hal materi periklanan. Keanekaragaman Lingkungan Hukum Lingkungan hukum sangat beranekaragam dan secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : 1) Lingkungan hukum domestik



Dalam lingkungan domestik, setiap pelaku bisnis harus mematuhi hukumnegara asalnya. Hukum domestik dapat mempengaruhi impor maupun ekspor produk tertentu. Banyak negara yang melarang impor produk seperti obat- obatan terlarang,senjata, meinuman keras, dan lain sebagainya. 2) Lingkungan hukum luar negeri



17



Sekali suatu produk telah melampaui batas negara, maka produk itu akanterkena hukum yang berbeda. Dalam situasi ini negara produsen harus mematuhi sega peraturan dan persyaratan di negara tujuan, walaupun sering dijumpai perlakuandiskriminatif terhadap bisnis dan produk asing. Hukum yang bisa menghambat untuk memasuki pasar negara tujuan adalah sebagai berikut : a.



Tarif



b.



Hukum anti dumping



c.



Lisensi ekspor/impor



d.



Regulasi investasi asing



e.



Insentif legal



Masalah-masalah Hukum Internasional Implikasi lingkungan hukum internasional terhadap bauran pemasaran diuraikan sebagai berikut 1) Produk: Secara umum tidak semua produk dapat diimpor secara



bebas. Ada beberapa jenis produk dilarang impor di beberapa negara di dunia. Umumnya setiap produk yang akan masuk ke suatu negara akan diperiksa dan harus memenuhi persyaratan atau spesifikasi tertentu. 2)



Harga: Setiap negara cenderung akan melakukan pengendalian harga



dengan



tujuan



melindungi



kepentingan



konsumen,



mengendalikan inflasi, serta melindungi upah/gaji karyawan 3) Distribusi: Saluran distribusi di setiap negara bermacam-macam.



Selain itu tidak semua jenis distributor tersedia di semua negara. Peraturan mengenai jenis saluran yang sesuai untuk jenis produk tertentu juga bervariasi antar negara. 4) Promosi: Saluran promosi di setiap negara bermacam-macam.



Disamping itu standar etika periklanan di berbagai negara juga berbeda-beda. Ada tiga alternatif cara memecahkan konflik:



18



1) Kedua pihak bermusyawarah dan menyelesaikan masalah yang ada



secara bersama. 2) Menyelesaikan konflik melalui arbitrasi. Arbitrasi merupakan proses



penyelesaian suatu perselisihan dengan menggunakan hakim yang tidak berpihak pada pandangan umum yang akan mengikat pihakpihak yang berselisih Salah satu pihak menuntut pihak lainnya. Umumnya cara ini dihindari oleh pihak- pihak yang berkonflik karena beberapa pertimbangan yaitu : a. Menghabiskan biaya besar dan waktu yang lama b. Kekhawatiran akan timbulnya image buruk yang menganggu



hubungan dengan publik c. Kekhawatiran akan perlakuan yang tidak adil di pengadilan negara



asing d. Kekhawatiran akan terbukanya rahasia perusahaan



2.4 Lingkungan Sosio-Kultural Global Budaya atau kebudayaan memiliki beberapa karakteristik pokok, di antaranya: (1) preskriptif, yakni mengatur tentang tipe-tipe perilaku tertentu yang dianggap dapat diterima dalam masyarakat tertentu: (2) digunakan dan dikembangkan bersama dalam masyarakat, (3) bukan merupakan bawaan sejak lahir, tetapi dipelajari (learned) melalui proses sosialisasi (enculturation) dan akulturasi, (4) kumulatif dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, (5) dinamis (berkembang dan berubah seiring perjalanan waktu): serta (6) menentukan batas-batas antarkelompok yang berlainan. Budaya bertindak sebagai cara hidup (way of living) dalam konteks institusi sosial, seperti keluarga, lembaga pendidikan, kelompok religius, pemerintah, dan institusi bisnis. Budaya meliputi perilaku yang tampak maupun tak tampak yang membentuk perilaku manusia (lihat Gambar 1 dan Gambar 2) dan diwariskan secara turun-temurun.



19



Gambar 1. Elemen-elemen budaya Budaya berasal dari nilai dan norma yang berlaku dalam sebuah masyarakat. Menurut Hill (2014) Nilai adalah ide-ide abstrak tentang apa yang kelompok percayai sebagai seuatu hal yang baik benar dan diinginkan. Dengan kata lain, nilai yaitu asumsi bersama tentang bagaimana hal-hal yang seharusnya. Masih menurut Hill (2014) norma merupakan auran-aturan sosial dan pedoman yang merumuskan perilaku yang tepat dalam situasi tertentu , dan masyarakat merupakan sekelompok orang yang berbagi seperangkat nilai dan norma.



Gambar 2. Ruang Lingkup Budaya



20



Budaya dibentuk dari beberapa elemen yaitu : a.



Struktur Sosial. Struktur sosial menjadi salah satu elemen pembentuk budaya karena dalam struktur sosial tersebut terdiri dari individu yang membentuk keluarga dan anggota dari sebuah kelompok. Dalam kelompok-kelompok sosial ini terdapat strata sosial yang dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, status pernikahan, status ekonomi dan lain sebagainya.



b.



Nilai/perilaku. Nilai adalah kumpulan prinsip dan standar yang diterima oleh anggota dalam sebuah masyarakat. Sedangkan perilaku adalah mencakup tindakan perasaan dan pikiran yang dihasilkan dari nilai-nilai tersebut.



c.



Bahasa. Di dunia ini terdapat lebih dari 3.000 bahasa dan lebih darai 10.000 dialek yang berbeda. Bahasa menjadi pembeda yang utama dalam kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Dari bahasa kita dapat membedakan budaya yang ada. Perbedaan bahasa dapat menyebabkan perbedaan persepsi yang mengarah kepada konflik. Para pelaku bisnis internasional harus benar-benar menguasai bahasa counterpart sehingga tidak terjadi kesalahpahaman yang ditimbulkan dari perbedaan bahasa.



d.



Komunikasi. Komunikasi menjadi bagian dari budaya, karena dengan komunikasi



ini



setiap



anggota



masyarakat



dapat



berhubungan.



Komunikasi dibedakan menjadi dua yaitu komunikasi verbal melalui bahasa dan komunikasi non verbal melalui perilaku. e.



Agama. Agama memberikan batasan pada peran individu dalam masyarakat, agama pula mempengaruhi produk yang dikonsumsi oleh masyarakat, contohnya bagi kaum muslim penganut agama Islam ada makanan yang halal dan juga haram.



Dalam konteks bisnis internasional, dimana kegiatan bisnis yang melibatkan antara negara dan bangsa yang memiliki budaya yang berbeda, maka setiap kegiatan bisnis internasional tersebut harus mampu memodifikasi



21



perilakunya di negara yang satu dengan yang lainnya. Ada beberapa karakteristik budaya yang mempengaruhi organisasi internasional yaitu : a.



Jarak Kekuasaan. Jarang kekuasaan yang tinggi berarti orang menerima ketidaksetaraan di antara institusi, organisasi dan orang.



b.



Penghindaran Ketidakpastian. Berarti anggota dalam suatu masyarakat merasa tidak nyaman dengan ketidakpastian dan ambiguitas, sehingga mendukung keyakinan yang menjanjikan kepastian dan kecocokan.



c.



Individualisme dan Kolektivisme. Individualisme mencerminkan nilai terhadap ikatan kerangka sosial yang longgar dimana masing-masing orang diharapkan untuk mengurus diri mereka sendiri.



d.



Maskulinisme dan Feminisme. Maskulinitas berarti preferensi budaya terhadap pencapaian kepahlawanan, ketegasan, berpusat pada pekerjaan dan keberhasilan dalam hal materi, sedangkan feminisme mencerminkan nilai hubungan Kerjasama dan pengambilan keputusan dalam kelompok dan kualitas hidup.



Pengaruh Budaya Dalam Bisnis Internasional Cateora dan Graham mengemukakan dan membahas empat jenis masalah negosiasi bisnis internasional yang disebabkan oleh budaya diantaranya adalah : 1. Perbedaan bahasa 2. Perilaku perilaku non verbal 3. Nilai –nilai 4. Perbedaan pada proses-proses berfikir dan pengambilan keputusan



Budaya Mempengaruhi Semua Fungsi Bisnis Pemasaran Beraneka ragam sikap dan nilai menghambat banyak perusahaan untuk menggunakan bauran pemasaran yang sama di semua pasar. Contoh cara mengiklankan produk.



22



Manajemen Sumber Daya Manusia Budaya menentukan pula suatu perusahaan dalam ngevaluasi dan merekrut para karyawan dan manajer, terkadang perusahaan melihat latar belakang budaya seseorang dan tingkat pendidikan. Produksi Nilai dan sikap yang dianut oleh masyarakat suatu Negara secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap metode proses produksi baru. Keuangan Nilai dan sikap masyarakat suatu negara berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan individu maupun perusahaan. Sistem pencatatan keuangan harus dibekali dengan sikap kejujuran dan pencatatan yang rapih disertai bukti penerimaan-pengeluaran arus kas yang akan nantinya menentukan profitabilitas suatu perusahaan.



Budaya Dan Pemasaran Budaya mempengaruhi setiap aspek dalam pemasaran, Sebuah perusahaan yang berorientasi pada pemasaran harus mengambil keputusan berdasarkan sudut pandang pelanggan. Tindakan-tindakan para pelanggan dibentuk oleh gaya hidup dan pola tingkah laku yang yang berasal dari kebudayaan masyarakat mereka. Jadi, barang-barang yang mereka beli, lambang yang bernilai bagi mereka serta prinsip-prinsip yang mereka anut dipengaruhi oleh kebudayaan mereka. a. Produk Ada dua yang mirip yang diperkenalkan di sebuah negara. Satu di antaranya diterima dengan baik, sementara yang satu lagi gagal. Mengapa? Walaupun keadaan produk dipasar tergantung pada berbagai macam faktor, namun dalam beberapa kasus kegagalan secara langsung terjadi karena kesalahpahaman dalam berhadapan dengan kebudayaan. b. Distribusi



23



Dimensi cultural suatu bangsa dapat menjadikan suatu rencana distribusi lebih hidup dan bergairah, salain itu, saluran distribusi barang perlu dimodifikasi agar sesuai dengan kondisi setempat. c. Promosi Praktek-praktek promosi, khususnya iklan, barangkali adalah yang paling mudah terkenal kesalah pahaman budaya. Dalam proses promosi setiap perusahan harus dapat menentukan bagaimana cara yang terbaik sehingga bagaimana informasi tersbut dapat diterima dengan baik tanpa ada diskomunikasi. d. Harga Kesediaan pelanggan untuk membayar produk yang dipasarkan akan bervariasi pada daerah yang memiliki budaya yang berbeda. Produk yang dianggap memiliki nilai yang baik dalam satu budaya, mungkin memiliki nilai lebih dan dihargai lebih mahal dibandingkan dalam budaya lain.



Salah satu riset yang bisa dikatakan paling komprehensif dalam rangka mengukur perbedaan budaya berskala global adalah studi yang dilakukan oleh Hofstede (1980). Ia melakukan survei global terhadap para karyawan IBM di berbagai penjuru dunia dan mengidentifikasi empat dimensi utama budaya: Individualism/Collectivism, Power Distance, Masculine/Feminine, dan Uncertainty Avoidance. Dalam studi berikutnya yang ia lakukan Bersama mitranya Bond (1988), mereka menambahkan dimensi kelima, yakni Longterm/short-term Orientation. 1. Dimensi budaya yang pertama, individualism versus collectivism, merefleksikan sejauh mana individu dalam suatu budaya menempatkan kepentingan pribadinya dibandingkan kepentingan keluarga dekat dan kelompok sosial lainya. Dalam masyarakat kolektif, identitas individual. Kondisi sebaliknya dijumpai pada masyarakat yang cenderung lebih individualis. Studi Hofstede menunjukan bahwa Republik Rakyat Cina merupakan negara yang paling kolektivis (skor 15 pada skala individualisme



24



versus kolektivisme), sedangkan Amerika Serikat adalah negara yang paling individualis (Skor 91). 2. Dimensi kedua, high versus low power distance, mencerminkan sejauh mana kelompok masyarakat yang paling lemah (less power) dalam suatu kultur menerima ketidakadilan dan ketimpangan dalam hal distribusi kekuasaan sebagai situasi yang normal. Meskipun ketidakadilan adalaah situasi yang lumrah dijumpai di semua negara, tingkat penerimaan masyarakat



terhadap



realitas



tersebut



berbeda-beda



antarbudaya.



Masyarakat yang memiliki high power distance cenderung kurang egalitarian, sementara negara-negara demokratis umumnya menunjukkan low power distance. Contoh negara yang tergolong high power distance meliputi Filipina, Kolumbia, Venezuela, Peru, Thailand, Meksiko, Turki, Brazil, dan India. Sedangkan negara yang memiliki low power distance antara lain Kanada, Selandia Baru, Amerika Serikat Inggris, Finlandia, Norwegia, dan Denmark. 3. Dimensi ketiga, masculine versus feminine, mengacu pada sejauh mana suatu budaya didominasi oleh assertive males dibandingkan nurturing females. Negara yang bercirikan kultur maskulin cenderung menekankan kesuksesan material dan asertivitas, sedangkan kultur feminin lebih mengutamakan kualitas hidup dan perhatian pada kaum lemah. Menurut hasil riset Hofstede, Swedia adalah negara yang paling bercirikan kultur feminine, sementara Jepang adalah negara paling maskulin di dunia. 4. Dimensi keempat, uncertainty avoidance, merefleksikan sejauh mana masyarakat dalam suatu budaya merasa terancam dengan situasi yang penuh ketidakpastian, tidak bisa di prediksi, emosional, dan tidak toleran. Sebaliknya, budaya yang memiliki uncertainty avoidance lemah cenderung lebih kontemplatif, kurang agresif, tidak emosional, dan toleran. Negara yang memiliki tinngkat uncertainty avoidance paling kuat adalah Jepang, sedangkan yang paling lemah adalah Singapura. Meskipun riset awal Hofstede memberikan wawasan penting dalam memahami perbedaan antarbudaya, ada sejumlah kelemahan dasar yang perlu diperhatikan.



25



Pertama, sampelnya terdiri atas para eksekutif IBM di setiap negara. Seperti banyak diketahui, IBM merupakan perusahaan yang memiliki budaya perusahaan (corporate culture) sangat kuat, sehingga mungkin saja budaya organisasi tersebut justru mempengaruhi perbedaan



– perbedaan



antarbudaya yang diidentifikasi dalam riset Hofstede. Kedua, survey Hofstede dilakukan di akhir decade 1970-an. Perubahan besar sangat mungkin telah terjadipada masing – masing negara. Selain itu, era globalosasi dan liberalisasi pasti berdampang pada berubahan budaya di seetiap negara. Ketiga, dimensi – dimensi budaya versi Hofstede banyak dikritik dan dianggap terlalu bias ke kultur Barat, sehinngga mungkin saja tidak terlalu relevan untuk negara – negara Asia tertentu. Dalam budaya negara – negara Asia, kolektivisme tidak selalu berarti mengabaikan individualisme. Selain itu, uncertainty avoidance tidak banyak bermakna di kultur negara Asia. Oleh sebab itu, muncul isu tentang kemungkinan adanya faktor lain selain empat dimensi kultur Hofstede tersebut. Hofstede sendiri kelihatannya tanggap terhadap kelemahan ini. Dalam riset berikutnya, Hofstede berkolaborasi dengan Bond, staf di Chinese University of Hong Kong, dan mengidentifikasi dimensi kelima yang semula diberi nama Confucian dynamism, namun kemudian diubah menjadi long-term versus short-term orientation. 5. Dimensi kelima long-term versus short-term orientation ini mengacu pada sejauh mana suatu budaya memiliki perspektif pragmatis jangka panjang atau orientasi jangka pendek historis. Budaya yang berorientasi jangka panjang cenderung memiliki nilai-nilai kehati-hatian, keuletan, ketekunan, lebih menguta- makan upaya membangun pangsa pasar ketimbang mengejar laba jangka pendek, tradisi, memenuhi tanggung jawab respek pada sosial, dan menjaga kehormatan (save face) orang lain dalam berbisnis. Mudah diduga bahwa negara-negara seperti RRC, Hong Kong, Taiwan, Jepang, dan Korea Selatan memiliki orientasi jangka panjang. Sebaliknya, negaranegara di Kawasan Afrika Barat cenderung berorientasi jangka pendek.



26



Berdasarkan analisisnya terhadap dimensi budaya di sejumlah negara tersebut, Geert Hofstede juga mengidentifikasi sejumlah observasi menarik berkaitan dengan praktik bisnis dan budaya spesifik di masing-masing negara sebagai berikut: Indonesia 1. Ya (yes) bisa berarti ya (setuju) dan juga bisa berarti tidak. Seringkali orang Indonesia mengatakan “ya” hanya untuk sopan-santun, Hal ini kadang membingungkan bagi orang asing, terutama mereka yang berasal dari budaya Barat. 2. Tidak boleh ada kontak fisik antara pria dan wanita di muka umum, kecuali sebatas jabat tangan. 3. Pertemuan atau rapat biasanya dimulai terlambat dan bukan hal yang aneh jika mitra bisnis dari Indonesia datang telat. Akan tetapi, mitra bisnis lainnya biasanya diharapkan datang tepat waktu dan jangan sekali-kali berkomentar atas keterlambatan yang terjadi. 4. Selalu gunakan tangan kanan sewaktu makan, menyentuh seseorang, atau memegang kertas/uang. 5. Berbicara selagi makan dianggap tidak sopan. Biasanya pembicaraan dilakukan sebelum atau sesudah makan. 6. Jangan sekali-kali menyentuh kepala orang lain. 7. Jangan makan sambil berjalan di muka umum. 8. Jangan mengunyah tusuk gigi di depan orang lain. 9. Jangan menguap di depan publik. Jika terpaksa harus menguap, jangan lupa tutup mulut. 10. Buka topi dan sunglasses jika masuk ke ruangan tertutup. 11. Jika mendapat kado, jangan Jangsung dibuka di hadapan yang memberi. 12. Orang Indonesia biasa berjabat tangan sewaktu berjumpa dan akan berpisah, serta selalu menggunakan tangan kanan. 13. Titel dan status individu sangat penting dalam budaya Indonesia, karena itu nama lengkap plus gelar akademik maupun gelar kehormatan perlu disebut lengkap, terutama dalam Surat-menyurat.



27



Jepang 1. Orang Jepang akan sangat terkesan dengan orang yang berbusana sesuai dengan status atau posisinya 2. Wanita sebaiknya menghindari menggunakan sepatu berhak tinggi, supaya tidak kelihatan lebih tinggi dari para pria 3. Senyuman bisa bermakna ganda: senang atau marah/kecewa. Oleh sebab itu, kesalahpahaman seringkali terjadi antara orang Jepang dan mitra bisnis dari negara lain berkaitan dengan ekspresi wajah seperti itu. 4. Orang Jepang terbiasa dengan suasana diam sejenak. Oleh karena itu, jangan kaget jika mitra bisnis Jepang akan duduk diam beberapa saat sebelum melanjutkan perbincangan. 5. Jangan menuang minuman sendiri; biarkan orang lain yang melakukanya untuk Anda. 6. Kebanyakan hiburan bisnis (business entertaining) dilakukan di restoran, karaokem atau bar selepas jam kerja. 7. Tuan rumah biasanya yang memesan makanan dan membayarnya. 8. Bila Anda diundang ke acara sosial (social event), anda tidak perlu datang tepat waktu Justru sebaliknya, “agak terlambat” malah tidak masalah. 9. Kata-kata penting yang perlu diingat: “itadakimasu” di awal jamuan makan malam dan “gochisou-sama-deshita” di akhir jamuan. Kata-kata tersebut mencerminkan bahwa kita benar-benar menikmati jamuan makan bersama mitra Jepang tersebut. 10. Pemberian kado sangat penting, baik sebagai pemberian pribadi maupun bisnis. 11. Bungkus kado sangat penting bagi orang Jepang. Jangan sekali-kali menggunakan



pembungkus



kado



berwarna



putih,



karena



itu



melambangkan kematian. 12. Bila mitra bisnis Jepang Anda membungkuk sewaktu menyapa Anda, balaslah membung- kuk serendah mungkin. Seberapa rendah Anda membungkuk akan menentukan status hubungan Anda dengan mitra Jepang Anda tersebut.



28



Amerika Serikat 1. Perbincangan bisnis kerapkali dilakukan sewaktu jamuan makan 2. Pemberian kado atau hadiah (gift giving) sangat dibatasi oleh banyak perusahaan Amerika 3. Budata antri sangat penting di Amerika 4. Jangan menggunakan ayau mengunyah tusuk gigi di muka umum 5. Banyak tempat – tempat umum yang tidak membolehkan orang merokok 6. Kontak mata (eye contact) sangat penting sewaktu berbicara dan berjabat tangan. 7. Sewaktu selain berkenalan, tukar – menukar kartu nama sudah menjadi hal yang lazim dilakukan



Kompleksitas budaya mengacu pada sejauh mana pemahaman kondisi dalam suatu budaya tergantung pada kepemilikan data latar belakang (background data) yang menempatkannya dalam konteks yang tepat. Budaya sangat berbeda dalam hal sejauh mana aturan-aturan tidak tertulis yang tidak dirumuskan dan tidak eksplisit mengatur penanganan informasi dan cara orang berinteraksi serta berhubungan satu sama lain. Berkaitan dengan itu, Edward T. Hall mengemukakan konsep budata konteks tinggi dan budaya konteks rendah sebagai cara untuk memahami berbagai macam orientasi budaya. Pengelompokan ini dilakukan atas dasar tingkatan komunikasi budaya.



29



Dalam budaya konteks rendah, Sebagian besar informasi disampaikan melalui kata – kata dalam pesan – pesan yang dinyatakan secara eksplisit. Dalam buku “Ethnologue: Languages of the World” edisi 2009 yang dikutip dalam Time Almanac 2012 (Safra & Aguilar-Cauz, 2011) terungkap sebuah fakta menarik bahwa ternyata Bahasa Jawa termasuk dalam 12 besar Bahasa yang paling banyak digunakan di dunia (most widely spoken languages). Menurut estimasi, setidaknya ada sekitar 85juta penutur Bahasa Jawa di dunia. Tiga Bahasa yang paling banyak dipakai di dunia adalah Bahasa Mandarin (845Juta penutur), diikuti Bahasa spanyol (329 juta orang) dan bahasa inggris (328 juta pemakai). Sementara itu, dalam budaya konteks tinggi, tidak terlalu banyak informasi yang terkandung dalam pesan verbal, karena Sebagian besar informasi berada dalam konteks komunikasi yang meliputi latar belakang, hubungan/asosiasi, dan nilai – nilai dasar komunikator. Dengan kata lain, bagi seorang turis atau orang asing, kemudahan berkomunikasi dan memahami suatu budaya sangan berkaitan erat dengan pemahaman atas arti penting “silent language” dan “hidden dimensions” dalam budaya bersangkutan. Oleh sebab itu, dalam budaya konteks tinggi (seperti Jepang atau Arab), pemberian kredit bank lebih banyak didasarkan pada posisi dan kedudukan sosial seseorang daripada pertimbangan analisis formal. Kondisi sebaliknya terjadi dalam budaya konteks rendah (seperti Amerika, Swiss, Jerman).



30



Permusuhan atau pertentangan kultural merupakan ukuran sejauh mana kondisi-kondisi dalam suatu budaya menghambat atau mengancam tujuan organisasional. Tingkat permusuhan/ hostilitas tergantung pada persepsi terhadap akseptabilitas dan legitimasi perusahaan. Hostilitas berarti perusahaan bakal sukar mendapatkan bahan mentah, modal, personil, informasi, goodwill, dukungan politis dan sumber daya lainnya. Hostilitas juga bisa mengurangi kemampuan perusahaan untuk memasarkan produk dan jasanya. Heterogenitas budaya menyangkut sejauh mana dua atau lebih budaya serupa atau berbeda. Budaya di mana sebuah perusahaan beroperasi bisa bervariasi dari relatif homogen hingga sangat heterogen. Meningkatnya heterogenitas berarti bahwa semakin banyak variasi dan factor yang patut diperhitungkan organisasi dalam pembuatan keputusan tersentralisasi. Organisasi yang beroperasi dalam lingkungan yang sangat heterogen biasanya berusaha mengidentifikasi segmen-segmen homogen atau sub-lingkungan. Untuk itu diperlukan desentralisasi wewenang dan pembentukan unit operasi semi-otonom untuk mengelola sub-lingkungan tersebut. Selain masalah struktur, praktik manajemen juga cenderung terdiferensiasi dalam lingkungan yang heterogeny. Salah satu ukuran yang berkaitan dengan heterogenitas budaya adalah psychic distance yang mengukur seberapa ‘jauh’ atay ‘berbeda’ negara tertentu dipersepsikan dengan negara lain dalam hal sejumlah variable lingkungan. Variabel – variable yang digunakan meliputi factor Bahasa, Pendidikan, politik pembangunan, dan budaya. Menurut Fletcher & Brown (1999), budaya merupakan factor terpenting dalam psychic distance. Sebagai contorh, pengusaha Australia cenderung lebih suka mengekspor produknya ke Amerika atau Inggris dibandingkan Perancis, karena adanya factor kedekatan dalam hal budaya dengan AS dan Inggris. Demikian pula halnya eskportir Indonesia akan memiliki preferensi lebih besar berbisnis di Malaysia ketimbang di Jerman dan Finlandia. Interdependensi budaya mengacu pada sejauh mana kondisi di budaya tertentu sensitive terhadap perkembangan di budaya lainnya. Interdependensi



31



budaya beroperasi lewat cara berkontak. Kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi, pertumbuhan pertukaran ekonomi antarnegara, ekspansi institusi regional dan internasional serta munculnya transcultural interest groups meningkatkan volume transaksi antarbudaya yang berbeda. Adanya peningkatan interdependensi budaya ini menyebabkan tindakan suatu perusahaan di satu budaya tertentu akan terpantau dan diamati secara cermat oleh pemerintah dan interest groups di budaya lain. Sementara itu, analisis mikro terhadap lingkungan budaya internasional meliputi ideologi nasional, persepsi terhadap orang asing dan sikap terhadap difusi inovasi. Ideologi nasional mencerminkan cara para warga negara tertentu berpikir dan bereaksi terhadap berbagai stimuli. Ideologi nasional meliputi sikap, filosofi ekonomi, dan usia identitas kultural. Sebagai contoh, sekalipun mayoritas penduduk Perancis, Italia, dan Portugis beragama Katolik Roma, orang Portugis cenderung bakal bereaksi lebih keras terhadap setiap pelanggaran terhadap nilai – nilai religious dibandingkan orang Italia maupun Perancis. Sementara itu, orang Perancis punya kebanggaan nasional dan rasa kesatuan yang lebih tinggi dibandingkan orang Portugis dan Italia. Konsekuensinya, mereka cenderung cinta produk buatan dalam negeri dan kurang bersedia menggantikan produk buatan Perancis dengan produk impor, apalagi kalau produknya mencerminkan kebanggaan nasional. Kadangkala stereotyping semacam ini bisa bermanfaat, namun juga bisa menjadi hambatan besar dalam memahami lingkungan budaya mikro. Filosofi ckonomi merupakan unsur penting dalam ideologi nasional. Swedia memiliki komitmen nasional yang kuat pada sosialisme dan telah lama mengijinkan keterlibatan pemerintah secara ekstensif dalam urusan bisnis dan ekonomi. Hal ini sangat kontras dengan Amerika Serikat dan negara-negara lainnya yang menganut ideologi kapitalistik, di mana campur tangan pemerintah dalam bidang ekonomi sangat dibatasi. Ideologi nasional sangat kuat dan paling konsisten di negara-negara yang memiliki sejarah identitas kultural yang panjang. Contohnya, Mesir memiliki ideologi nasional yang kuat dan sejarah kultural yang konsisten.



32



Orang mungkin saja mempersepsikan sesuatu yang asing sebagai ancaman terhadap pola tindakan dan perilaku yang sudah ada. Di beberapa negara, reaksi seperti itu terhadap orang asing dan cara-cara asing tercermin dalam ketakutan akan 'kontaminasi' atau perubahan dari luar. Contoh ekstrem mengenai hal ini adalah kebijakan pemerintah RRC di masa lalu yang melarang masuknya orang asing dan produk luar negeri. Walaupun orang asing dan produk luar negeri tidak dipersepsikan sebagai ancaman terhadap perekonomian lokal, kadangkala mereka tetap saja dipersepsikan sebagai berbeda dan/atau inferior. Itulah sebabnya perusahaanperusahaan global seringkali berusaha menurunkan tingkat keasingan (foreignness) mereka dan mencoba berbaur dengan situasi dan kondisi lokal. Meskipun demikian, tidak semua sikap terhadap orang asing dan produk luar negeri bersifat negatif. Individu-individu yang bertalenta dan sangat canggih bisa dipersepsikan 'menarik' dan bukan sekadar 'berbeda' oleh penduduk di negara lain. Demikian pula halnya. produk-produk luar negeri yang berkualitas tinggi bisa pula dipersepsikan positif. Contohnya meliputi anggur Perancis arloji Swiss, kamera Jepang, mikroskop Jerman, dan seterusnya. Oleh karena itu, kesuksesan di pasar luar negeri tergantung pula dua hal: 1. kemampuan



perusahaan untuk berbaur dalam kondisi lokal dan



mengembangkan identitas domestik, 2. kemampuan perusahaan untuk meyakinkan pembeli lokal bahwa “foreign



means better”. Sikap terhadap difusi inovasi berpengaruh pada kesuksesan atau kegagalan perusahaan global. Tingkat adopsi itu sendiri dipengaruhi oleh lima faktor utama: (1) resistensi terhadap perubahan, (2) persepsi terhadap superioritas produk, (3) bisa tidaknya produk bersangkutan dicoba atau “dijelaskan”, (4) biaya produk, dan (5) kompatibilitas produk dengan nilai dan tradisi budaya.



33



Seringkali saat sebuah perusahaan asing masuk ke pasar tertentu, perusahaan tersebut memperkenalkan produk atau jasa yang mencerminkan ‘inovasi’ dalam pasar bersangkutan. Jika produk itu cukup berbeda dengan produk – produk lainya di pasar, konsumen local akan mengganggapnya sebagai sesuatu yang sama sekali baru. Karena itu, perusahaan tersebut harus berusaha mengantisipasi reaksi konsumen terhadap perubahan. Bila konsumen lokal menunjukan resistensi yang kuat terhadap perubahan, munhkin pasar lain yang tingkat resestensinya lebih rendah bakal lebih menjanjikan. Bahkan meskipun introduksi produk baru tampaknya menjanjukan, tetap saja perusahaan harus memahami proses pengenalan dan Penerimaan perubahan. Oleh sebab itu, prinsip – prinsip difusi yang berlaku pada pengenalan produk baru juga berlaku di pasar internasional. Persepsi konsumen terhadap suatu inovasi bisa berpengaruh kuat terhadap kecepatan proses adopsinya. Inovasi yang dipersepsikan superior dibandingkan produk lainakan diadopsi secara lebih cepat daripada produk – produk tapa keunggulan relative seperti itu. Bila konsumen gampang memahami fungsi – fungsi suatu inovasi dan dimungkinkan bagi mereka untuk mencobanya, maka produk atau jasa tersebut akan diadopsi secara cepat. Demikian pula halnya produk – produk yang lebih murah dan lebih kompatibel dengan nilai budaya dan cara tradisional melakukan suatu akan diadopsi lebih cepat. Perusahaan – perusahaan global harus mengkomunikasikan kualitas – kualitas tersebut kepada pasar jika produknya dipersepsikan ‘baru’. Dalam rangka pemahaman aspek budaya internasional, setiap pemasar perlu menghindari hambatan yang disebut Self-Reference Criterion (SRC). SRC adalah kecenderungan seseorang untuk menggunakan nilai, keyakinan, pengalaman, dan pengetahuanya sebagai ukuran/standar untuk memahami dan menanggapi setiap situasi yang dihadapi. SRC bisa memberikan pengaruh buruk dalam menjalin bisnis global dan dapat pula menjadi penyebab utama kegagalan dan kesalahpahaman. Contohnya, salah satu kekeliruan yang kerapkali dilakukan wirausahawan Amerika di Asia adalah menolak makanan dan minuman saat ditawarkan. Di Amerika,



34



menolak secara halus dan sopan merupakan perilaku yang bisa diterima, namun di Asia (lebih-lebih Timur Tengah) penolakan bisa dinilai sebagai Tindakan yang ‘menyakitkan hati’ tuan rumah. Untuk mengatasi hal semacam itu, James A. Lee (dalam Keegan, 1999) mengemukakan rerangka sistematis yang terdiri dari empat Langkah: 1. Menetapkan masalah atau tujuan bisnis, dipandang dari aspek karakteristik, kebiasaan, dan norma budaya home country. 2. Menetapkan masalah atau tujuan bisnis, dipandang dari aspek karakteristik, kebiasaan, dan norma budaya asing. 3. Memisahkan pengaruh SRC terhadap masalah yang ditentukan/dihadapi dan menilainya secra cermat untuk mengetahui bagaimana SRC dapat memperumit masalah. 4. Menentukan Kembali masalah tanpa pengaruh SRC dan mencaari solusi bagi situasi tujuan bisnis yang optimum. 2.5 Lingkungan Informasi dan Teknologi dalam Pemasaran Global Lingkungan teknologi merupakan salah satu faktor yang paling dramatis dalam mempengaruhi perubahan lingkungan internasional. Berbagai inovasi teknologi setelah, sedang, dan akan terus berkembang diantaranya dalam bidang bioteknologi, teknologi komputer, teknologi informasi dan komunikasi, transportasi, robotika,dll. Freeman & Perez (1988) menegaskan bahwa difusi teknologi utama dan sumber daya yang berkaitan dengan masing-masing paradigma teknoekonomik mengubah pasar internasional secara radikal, baik pada level negara dan industri makro, maupun level bisnis dan individual mikro, meliputi: 1.



Berkembangnya industri-industri baru berdasarkan teknologi dan sumber daya kunci.



2.



Solusi efektif bagi keterbatasan paradigma tekno-ekonomik sebelumnya.



2.



Infrastuktur baru pada level nasional dan internasional.



35



3.



Sejumlah negara mendapatkan posisi kepemimpinan dalam hal teknologi dan ekonomi berdasarkan penerapan teknologi dan sumber daya kunci yang relevan dengan paradigma baru.



4.



Perubahan dalam kepadatan penduduk dan urbanisasi.



5.



Perubahan radikal dalam bentuk-bentuk organisasi berkaitan dengan



6.



kemunculan perusahaan-perusahaan dalam industri baru.



7.



Sistem pelatihan dan pendidikan baru.



8.



Berkembangnya jasa-jasa baru yang terkait dengan paradigma teknoekonomik



9.



Munculnya para wirausaha inofatif baru. Lingkungan teknologi, khususnya teknologi informasi meyebabkan



pertumbuhan ecommerce, pembelian dan penjualan barang melalui internet. Kemajuan teknologi menjadi salah satu pertimbangan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Perkembangan teknologi yang semakin pesatnya, masyarakat menyebutnya sebagai era HiTech atau NewTech. Kemudahan serta kualitas yang ditawarkan oleh kemajuan teknologi menjadi nilai plus di mata masyarakat. Kini teknologi sudah menjadi kebutuhan umum dan sangat penting sehingga mempengaruhi dunia bisnis, yang amat bergantung pada skema yang berkembang kehidupan masyarakat. Perkembangan teknologi informasi yang semakin tinggi, semakin canggih, dan semakin hebat tanpa disadari membawa pengaruh terhadap perkembangan dunia bisnis. Perkembangan teknologi di bidang komputer turut mempengaruhi kinerja di seluruh aspek usaha, terutama di bidang administrasi seperti sistem database. Dengan tingkat teknologi yang ada, kinerja karyawan dapat meningkat. Baik dalam hal meningkatkan kualitas manajemen perusahaan, menghemat biaya produksi, meningkatkan inovasi dan pelayanan, serta memperluas jaringan, efisiensi waktu, maupun dalam hal ketepatan atau keakurasian, kerja karyawan menjadi lebih ringan, Dengan hal ini, produktivitas karyawan pun bisa meningkat. Namun karyawan-karyawan tersebut dituntut untuk bisa menguasai teknologi demi



36



menjalankan pekerjaannya di perusahaannya dan menciptakan tenaga-tenaga yang terampil, cakap, ahli serta siap pakai dalam melaksanakan pekerjaanpekerjaan dan penggunaan teknologi. Perusahaan yang menggunakan strategi bisnis yang berbasis IT terbukti efektif dalam mengembangkan bisnis, yang menggunakan IT secara konservatif sehingga memberikan keuntungan bagi perusahaan melalui penggunaan sumber daya yang ada dalam lingkungan yang mendukung untuk memenuhi kebutuhan pasar dan memenuhi harapan usaha. Perubahan paradigma yang dipengaruhi berkembangnya era informasi dan konvergensi industry yang memanfaatkan teknologi digital membuka peluang besar bagi pemasar internasional untuk memasuki pasar global secara lebih cepat. Berdasarkan aplikasi dan difusi teknologi dan sumber daya kunci di negara-negara maju dalam perekonomian internasional, Freeman & Perez (1988) mengidentidikasi lima siklus bisnis yang disebut “techno-economic paradigms”: 1. Early mechanization (1770-an — 1840-an). 2. Steam power and railway (1830-an -— 1890-an) 3. Electrical and heavy engineering (1880-an — 1940-an) 4. Fordist mass production (1930-an — 1990-an). 5. Information and communication (1980-an — 2040-an). Menurut Freeman & Perez (1988), setiap paradigma memiliki siklus waktu sekitar 60-70 tahun, dengan selang waktu 10 tahun untuk masa perkembangan masing-masing paradigma baru. Pola semacam ini ditandai dengan periode transisi, di mana terjadi krisis struktural dan penyesuaian dalam perekonomian internasional. Sumber daya dan infrastruktur utama pada masing-masing



paradigma



berbeda-beda.



Contohnya,



tahap



early



mechanization ditandai dengan sumber daya utama berupa kapas dan infrastrukturnya adalah water power/canals. Tahap steam power and railway menekankan pentingnya batubara dan transportasi kereta api (sumber daya teknologi) dan jaringan kereta api, sistem pos, dan kapal (infrastruktur). Tahap electrical and heavy engineering ditunjang oleh kebutuhan akan baja (sumber



37



daya) dan jaringan listrik serta sistem perbankan (infrastruktur utama). Tahap Fordist mass production diwarnai dengan kebutuhan akan energi (terutama minyak) dan ketersediaan jaringan highways, motorways, telepon, dan penerbangan (infrastruktur). Sedangkan tahap information and communication bercirikan kebutuhan akan mikroprosesor sebagai sumber daya utama dan infrastruktur informasi global (seperti Internet). Lebih lanjut, Freeman & Perez (1988) menegaskan bahwa difusi teknologi utama dan sumber daya yang berkaitan dengan masing-masing paradigma tekno-ekonomik mengubah pasar internasional secara radikal, baik pada level negara dan industri makro, maupun level bisnis dan individual mikro. Contohnya antara lain meliputi: • Berkembangnya industri-industri baru berdasarkan teknologi dan sumber daya kunci. • Solusi efektif bagi keterbatasan paradigma tekno-ekonomik sebelumnya • Infrastruktur baru pada level nasional dan internasional. • Sejumlah negara mendapatkan posisi kepemimpinan dalam hal teknologi dan ekonomi berdasarkan penerapan teknologi dan sumber daya kunci yang relevan dengan paradigma baru. • Perubahan dalam kepadatan penduduk dan urbanisasi. • Perubahan radikal dalam bentuk-bentuk organisasi berkaitan dengan kemunculan perusahaan- perusahaan dalam industri baru. • Sistem pelatihan dan pendidikan baru. • Berkembangnya jasa-jasa baru yang terkait dengan paradigma teknoekonomilk. • Munculnya para wirausahawan inovatif baru



Dalam paradigma tekno-ekonomik kelima ini, faktor pemicu utamanya adalah perkembangan mikroprosesor yang menunjang sejumlah teknologi baru, seperti sistem computer, sistem operasi, perangkat lunak, peralatan telekomunikasi, optical fibres, satelit, consumer electronics, professional electronics, robotika, Flexible Manufacturing System, jaringan elektronik,



38



information content providers dan seterusnya. Akses ke infrastruktur baru dalam era revolusi informasi meniputi jaringa telepon, computer bulletin boards, commercial on-line services, satellite dan broadcast TV, jaringan kabel, jaringan seluler, dan lain – lain. Teknologi internet muncul sebagai penghubung antara berbagai jaringan yang beraneka ragam .



Proses difusi dan adopsi teknologi dan produk baru di pasar internasional merupakan salah satu komponen penting dalam analisis lingkungan informasi dan teknologi. Sebagai contoh, Australia memiliki tingkat penerimaan dan difusi yang tinggi terhadap teknologi baru dan konsep produk baru. Pada tahun 1998, Australia merupakan negara ketiga setelah Swedia dan Finlandia yang memiliki tingkat penetrasi telepon genggam terbesar di dunia. Indikator semacam ini bermanfaat dalam menilai kemungkinan tingkat penerimaan pasar luar negeri terhadap teknologi dan produk baru. Difusi mengacu pada sejauh mana sebuah produk baru mampu masuk dan beredar di pasar luar egeri sedemikian rupa sehingga tersedia bagi para pelanggan di pasar bersanngkutan. Salah satu konnsep penting dalam rangka menilai tingkat adopsi teknolohi adalah siklus hidup adopsi teknologi (Technology Adoption Life Cycle) yang dikemukakan oleh Moore (1995). Teori ini cocok diterapkan untuk inovasi yang sifatnya discontinuous berbasis



39



teknologi baru. Gambar menampilkan enam zone dalam siklus tersebut diantaranya:



1.



The early market, yaitu periode waktu di mana innovators dan early adopters menerima atau mengadopsi paradigma teknologi baru. Innovator adalah mereka yang terobsesi dengan teknologi mutakhir dan berusaha selalu menjadi yang pertama dalam menerapkannya. Biasanya mereka juga yang pertama kali meninggalkan teknologi lama jika mereka merasa mendapatkan penggantinya. Kelompok ini tidak banyak jumlahnya, hanya sekitar 596 dari total pelanggan. Inovator berperan penting sebagai “gatekeepers” yang bisa mempengaruhi kelompok pelanggan lainnya dalam mengadopsi suatu teknologi atau produk baru. Kelompok berikutnya



adalah



early



adopters



(Moore



(1995)



menyebutnya



visionaries), yakni mereka yang memiliki visi dalam mengadopsi teknologi baru untuk menyelesaikan masalah mereka dan mengeksploitasi keunggulan kompetitif. Kelompok ini sangat optimistik terhadap pemanfaatan teknologi, misalnya mereka akan puas apabila suatu produk bisa memberikan solusi 8096 atas permasalahan mereka. Ini berbeda dengan kelompok pragmatis yang biasanya menuntut solusi 10096. Menurut Moore (1995), apabila early adopters sudah dipenetrasi, barulah perusahaan masuk ke tahap yang paling sukar, yaitu melewati the chasm.



40



2.



The chasm, mencerminkan tahap kritis dalam adopsi teknologi untuk beralih dari early adopters ke kelompok pragmatis yang menjadi mainstream dalam suatu pasar. The chasm juga mencerminkan gap waktu yang harus dilewati sebelum suatu inovasi bisa diterima secara luas. Kemampuan melewati tahap ini dengan sukses sangat vital bagi penciptaan nilai jangka panjang dan dominasi pasar. Moore (1995) menyarankan agar perusahaan inovator berfokus pada solusi total (beachhead) bagi suatu masalah yang dirancang berdasarkan kebutuhan ceruk pasar spesifik (niche market). Solusi total ini dikemas dalam konsep whole product yang didefinisikan oleh Moore (1995) sebagai “serangkaian minimum produk dan jasa yang diperlukan untuk memastikan bahwa pelanggan sasaran akan mendapatkan alasan kuat untuk membeli”.



2.



The bowling alley, yakni tahap yang merefleksikan kelompok early majority. Pengembangan whole product untuk memenuhi kebutuhan ceruk pasar membutuhkan strategi lebih lanjut di luar kepemimpinan produk, yaitu strategi customer intimacy. Apabila whole product mampu memuaskan kebutuhan beberapa ceruk pasar, maka kelompok pragmatis akan mulai menerima teknologi baru, dan efeknya kemudian ibarat bola bowling yang jatuh menimpa bola lainnya dan seterusnya. Keberhasilan dalam tahap ini akan menumbuhkan persepsi bahwa solusi teknologi baru bukan sekadar terbatas pada ceruk pasar tertentu, namun bisa diperluas ke solusi untuk semua masalah. Dengan demikian, momentum untuk memperluas penerimaan terhadap teknologi baru mulai berkembang. Ini menandai tahap pertumbuhan dramatis berikutnya: the tornado.



3.



The tornado, merupakan periode adopsi pasar massal, di mana sebagian besar pasar beralih ke paradigma infrastruktur baru. Bagi investor, tahap ini adalah tahap yang paling menyenangkan, karena peluang investasi terbentang luas.



4.



Main Street, yaitu periode aftermarket development, di mana infrastruktur dasar telah terbentuk dan tersebar, sehingga tujuan utamanya adalah mengoptimumkan potens Paradigma tersebut.



41



5.



End of life, yaitu berakhirnya adopso produk berteknologi tinggi tertentu dikarenakan munculnya paradigma dan teknologi baru yang lebih superior.



2.6 Environmental Foresight Dalam rangka menganalisis dan mengantisipasi setiap perubahan maupun perkembangan lingkungan pemasaran global, dibutuhkan dua macam piranti analisis: 1. Diskontinuitas, meliputi analisis terhadap sejumlah tren yang saling berinteraksi dan menghasilkan ‘breakpoint’ utama (lihat Gambar 3.8). Diskontinuitas berpotensi mengubah industry secara keseluruhan, baik dalam bentuk; impak yang sangat besar dan dominan; aturan main (rules of the game) yang sama sekali baru dan berbeda dengan sebelumnya; peluang dan ancaman pokok; maupun berwujud potensi penciptaan kesejahteraan yang signifikasn. Umumnya diskontinuitas bisa diramalkan melalui insight, outsight, maupun foresight. Contoh global aspek diskontinuitas meliputi : a. Trend ‘global clock’ dalam berbisnis : 24 jam sehari, 7 hari seminggu, kapan pun dan di mana pun b. Keruntuhan komunisme c. Aksesbilitas/komunikasi personal yang bersifat universal d. Mass customization e. Portable entertainment f. RRC muncul sebagai kandidat superpower ekonomi, dll



42



2. Scenario planning, yaitu Menyusun atau mengembangkan sejumlah skenario yang mungkin terjadi untuk masa depan. Unit analisisnya bisa global maupun berupa satu atau beberapa negara. Proses penyusunannya sendiri sangat membutuhkan kreativitas dan kemampuan analitis, serta kesediaan untuk ‘mempertanyakan' status quo. Yang dimaksud dengan skenario adalah skema alur utama yang terdiri atas berbagai situasi, “adegan', dan seterusnya. Pada prinsipnya scenario merupakan hipotesis konsisten tentang rangkaian kejadian di masa datang. Termasuk pula di dalamnya penilaian terhadap impak scenario terhadap bisnis dan segala sesuatu yang bisa dipersiapkan untuk menghadapi kejadian atau peristiwa yang diprediksi bakal terjadi tersebut. Proses penyusunan skenario itu sendiri lebih merupakan proses 'hunting and gathering', yang mencakup upaya mengkompilasi data dari berbagai bidang, seperti seni, sains, dan bidang-bidang peripheral lainnya (outsight). Untuk itu diperlukan curah gagasan (brainstorming) dengan berbagai pihak, seperti pelanggan, pemasok, mitra jaringan distribusi, akademisi, konsultan, dan lain-lain. Ada lima konsep penting dalam scenario planning: • Fakta (fact), yaitu pernyataan tunggal dan ringkas mengenai informasi (baik soft information maupun hard information) yang relevan. • Kekuatan (forces), yakni setiap faktor yang menghambat atau memicu perubahan dalam lingkungan.



43



• Kecenderungan (trend), yaitu deskripsi kualitatif mengenai perubahanperubahan dalam karakteristik kekuatan (force) sepanjang waktu. • Signpost, yakni kejadian diskrit yang mengindikasikan bahwa telah terjadi sebuah peristiwa penting menyangkut skenario tertentu. • Wildcard, yaitu diskontinuitas atau kejadian ekstrem dan provokatif dengan probabilitas terjadinya yang kecil, namun berdampak sangat besar terhadap industry atau negara tertentu.



44



BAB 3. KESIMPULAN



Dari uraian makalah ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.



Kondisi ekonomi memiliki dampak yang kuat terhadap kinerja dari setiap bisnis karena dapat mempengaruhi pendapatan atau beban dari bisnis tersebut. Dan setiap perusahaan yang melaksanakan pemasaran global akan menghadapi lingkungan ekonomi yang berbeda-beda di setiap negara yang di masuki,



2.



Perusahaan juga harus bersiap menghadapi permasalahan menjalankan bisnis di luar negara asal produk yaitu Kedaulatan dan Konflik politik negara tujuan,



3.



Setiap perusahaan global akan menghadapi kondisi yang kompleks, karena selain harus mentaati peraturan atau hukum di negara asalnya, juga wajib mematuhi hukum di negara tujuan,



4.



Dalam konteks bisnis internasional, dimana kegiatan bisnis yang melibatkan antara negara dan bangsa yang memiliki budaya yang berbeda, maka setiap kegiatan bisnis internasional tersebut harus mampu memodifikasi perilakunya di negara yang satu dengan yang lainnya



5.



Kemajuan teknologi menjadi salah satu pertimbangan penting masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya dan teknologi sudah menjadi kebutuhan umum dan sangat penting pula sehingga mempengaruhi dunia bisnis baik pemasaran lokal hingga secara global,



6.



Dan dalam environmental foresight, menganalisis dan mengantisipasi setiap perubahan maupun perkembangan lingkungan pemasaran global bisa dilakuakn dengan dua acara y aitu diskontinuitas dan scenario planning



45



DAFTAR PUSTAKA



Kartawinata, B. R., dkk. 2014. Bisnis Internasional. Bandung: PT. Karya Manunggal Lithomas Griffin, Pustay. 2010. International Business. New York: Pearson. Sahir, Syafrida Hafni. 2020. Pemasasaran Global Edisi Pertama. Jogjakarta: Penerbit KBM Indonesia. Tjiptono, Fandy dan Chandra, Gregorius. 2012. Pemasaran Global Konteks Offlone & Online. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Mahanani, Estu.2016. Pemasaran internasional. Jakarta: Universitas Persada Indonesia Y.A.I



46