Makalah Manajemen Mutu Hard Point [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH MANAJEMEN MUTU TERPADU IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN MUTU PADA AGRIBISNIS PABRIK TAHU LOKAL



OLEH : Nama



: Zulfakri



NIM



: 1621301014



Kelas / Prodi : A4 / D-IV Teknologi Rekayasa Manufaktur



JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE 2019



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahu merupakan salah satu produk dari komoditas usaha kecil menengah berbahan baku kedelai (Glycine sp) yang banyak dijumpai di beberapa daerah. Mulai dari perkotaan sampai di pedesaan industri pembuatan tahu mulai dikembangkan. Hal ini disebabkan proses produksi tahu yang cukup sederhana, ditambah lagi pemerintah juga memberikan ruang bagi masyarakat untuk membuka dan mengembangkan usaha produksi tahu skala kecil dan menengah. Salah satunya Usaha Kecil Menengah pada Pabrik Tahu. Banyaknya pengusaha atau perusahaan tahu yang berkembang memberi dampak positif, yaitu mampu mencukupi permintaan pasar yang terus naik dari waktu ke waktu, Membuka lapangan kerja sekitar lingkungan pabrik tahu memperkecil angka pengangguran. 1.2 Defenisi Usaha Kecil dan Menengah Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.” 1.3 Jenis-jenis Usaha Kecil Menengah Ada 3 jenis usaha yang bisa dilakukan oleh UKM untuk menghasilkan laba. Ketiga jenis usaha tersebut adalah : 1. Usaha Manufakur (Manufacturing Business) Yaitu usaha yang mengubah input dasar menjadi produk yang bisa dijual kepada konsumen. contohnya adalah konveksi yang menghasilkan pakaian jadi atau pengrajin bambu yang menghasilkan mebel, hiasan rumah, souvenir dan sebagainya. 2. Usaha Dagang (Merchandising Business) Adalah usaha yang menjual produk kepada konsumen. Contohnya adalah pusat jajanan tradisional yang menjual segala macam jajanan tradisional atau toko kelontong yang menjual semua kebutuhan seharihari.



3. Usaha Jasa (Service Business) Yakni usaha yang menghasilkan jasa, bukan menghasilkan produk atau barang untuk konsumen. Sebagai contoh adalah jasa pengiriman barang atau warung internet (warnet) yang menyediakan alat dan layanan kepada konsumen agar mereka bisa browsing, searching, blogging atau yang lainnya.



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Biografi Nama Perusahaan



: Pabrik Tahu Pak Dul



Pemilik



: Abdul Hanaf



Alamat



: Kampung Meunasah Cut Mamplam, Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe



Tahun berdiri



: 1982



Jumlah Karyawan



: 25 Karyawan



2.2 Produksi yang dihasilkan Produk yang dihasilkan dari Pabrik Tahu Pak Dul antara lain:   



· · ·



Tahu Cina Tahu Potong (Tahu putih) Tahu Goreng (Tahu Coklat)



2.3 Pangsa Pasar dan Porsi Penjualan Dalam pangsa pasar, konsumen dari tahu ini sendiri adalah pedagang sayur, ibu rumah tangga, dan pedagang pasar. Porsi penjualan juga tergantung dari banyaknya pesanan. Pabrik rumahan ini juga membutuhkan sekitar 1,8 ton kedelai untuk menghasilkan 500 tahu tiap harinya yang akan diedarkan atau siap dijual ke pangsa pasar. 2.4 Harga jual   



· · ·



Tahu Cina : Rp 2.500 /tahu Tahu Potong : Rp 500/potong Tahu coklat : Rp 1000/potong



2.5 Pemasaran Bisa langsung dibeli dari pabrik dengan harga relative terjangkau, dan lewat pesanan yang diterima, contoh seperti di pasar inpres dan pasar kota.



2.6 Proses pembuatan Tahu Pak Dul 2.6.1 Bahan Baku: 1



Kacang kedelai



2



Air



3



Garam



4



Cuka



2.6.2 Alat yang diperlukan: 1



Bak untuk perendaman kacang



2



Mesin giling



3



Mesin molen



4



Tempat perebusan



5



Kain saring



6



Kain bungkus



7



Alat cetak



8



Mesin ketel



9



Bahan bakar kayu



10



Tempat bak untuk menampung hasil rebusan



2.7 Implementasi Manajemen Mutu 2.7.1 Fokus pada Proses Berusaha melakukan evaluasi yang berorientasi pada jangka panjang. Manajemen mutu terpadu merupakan paradigma baru dalam melaksanakan sebuah bisnis, oleh karena itu komitmen jangka panjang dibutuhkan untuk mengubah budaya lama. Tujuan jangka panjang dari sistem agribisnis kedelai lokal adalah menjadi sistem agribisnis terdepan yang mampu bersaing sampai pada level nasional. Upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan peningkatan kualitas kedelai lokal dan kapasitas produksinya untuk meningkatkan volume penjualan. Hal ini terlihat dengan adanya penambahan gudang penyimpanan produk dan perluasan lahan pengeringan. Hal ini merupakan langkah-langkah positif untuk memenuhi komitmen jangka panjang.



2.7.2 Skala Perbaikan Sistem agribisnis masih perlu melakukan perbaikan secara terus menerus agar kualitas yang dihasilkan dapat meningkat. Agar tetap eksis dalam persaingan harus tidak cepat puas dengan apa yang telah diraih saat ini, sehingga akan berupaya untuk melakukan perbaikan yang berkesinambungan. Upaya perbaikan sistem secara berkesinambungan yang dilakukan sistem agribisnis diantaranya adalah perbaikan struktur organisasi dan diversifikasi produk serta perbaikan dan peningkatan produktivitas dilakukan secara bertahap. 2.7.3 Organisasi Dalam menerapkan sistem manajemen mutu, sistem agribisnis berusaha menciptakan kerjasama tim, kemitraan dan hubungan yang baik antar petani, pemasok, pedagang, dan lembaga-lembaga pemerintah. Kerjasama tim dibutuhkan dalam penerapan sistem manajemen mutu, sehingga produk yang dihasilkan tidak merupakan tanggung jawab salah satu bagian saja, melainkan menjadi tanggung jawab seluruh jajaran agribisnis. Pola kerjasama tim yang cukup teratur telah ditunjukkan dalam sistem agribisnis kedelai lokal dengan terlihatnya suasana koordinasi antar lini agribisnis dengan pola komunikasi yang baik dan saling mendukung, mengayomi dan menghormati. Selain itu secara umum terdapat hubungan personal yang baik antar anggota sistem agribisnis yang menciptakan suasana kekeluargaan yang berdampak pada produktivitas kerja yang baik. Kondisi kebebasan yang terkendali dalam sistem agribisnis kedelai lokal muncul karena pelibatan dan pemberdayaan dilaksanakan atas dasar pengendalian yang terencana dan terlaksana dengan baik. Pengendalian dilakukan dengan metode-metode pelaksanaan yang sederhana yang dapat dengan mudah dipahami. Dalam hal ini para pelaku agribisnislah yang melakukan standardisasi proses dan mereka pula yang berusaha mencari cara untuk meyakinkan setiap orang untuk bersedia mengikuti prosedur standar tersebut. Sistem agribisnis yang menerapkan sistem manajemen mutu harus memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama antar lini sistem agribisnis tanpa ada bagian yang berbeda tujuan dalam menjalankan standar yang telah diterapkan. Sistem agribisnis kedelai lokal telah mampu menetapkan kesatuan tujuan.



2.7.4 Fokus Pada Pelanggan Para pelaku agribisnis kedelai lokal menempatkan pelanggan sebagai bagian yang sangat penting, hal ini terlihat dari upaya memproduksi kedelai lokal yang sesuai dengan keinginan pelanggan. Pengendalian mutu produk kedelai lokal dilakukan mulai dari pengendalian proses produksi hingga pengendalian mutu panen produk kedelai lokal yang dihasilkan. Berbagai inovasi produk pernah dilaksanakan untuk merespon keinginan pelanggan, mulai dari merekayasa teknik budidaya kedelai lokal untuk menghasilkan kedelai yang bermutu tinggi, sehingga sistem agribisnis mampu memenuhi permintaan pelanggan. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan secara tidak langsung pelanggan dilibatkan dalam menentukan kebijakan produksi sehingga produk kedelai lokal yang dihasilkan dapat memenuhi kepuasan pelanggan, karena pada hakikatnya tujuan dari sebuah bisnis adalah untuk mempertahankan para pelanggan. Pelaku agribisnis kedelai lokal berusaha memenuhi standar yang ditentukan konsumen dengan melakukan pemberian standar kerja kepada pekerja, sehingga para pekerja pada setiap sistem agribisnis berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya seoptimal mungkin dan berusaha mencapai standar dengan cara yang lebih baik dari sebelumnya agar kedelai lokal yang diproduksi memiliki peningkatan kualitas dari setiap periode panen. Dalam hal ini, untuk memuaskan pelanggan biaya perusahaan melakukan segala cara, mulai dari memberikan service kepada pelanggan tetap maupun menyelenggarakan reward setiap akhir tahun, Ini biasanya dilakukan oleh semua perusahaan baik kecil maupun besar setidaknya ada lima langkah untuk mendapatkan hal apa saja yang diinginkan oleh customer anatara lain : 1.



Pelanggan Eksternal  Buat rencana pengumpulan informasi  Mengumpulkan informasi  Analisa hasil  Periksa validasi dari hasil  Lakukan tindakan



2.



Pelanggan internal  Tim yang di kelola sendiri  Pelatihan komunikasi  Coffe morning, Olahraga bersama



2.7.4 Teknik Pendidikan dan pelatihan mengenai pengendalian mutu dari proses budidaya sampai dengan panen kedelai lokal bertujuan untuk menyebarluaskan gagasan mengenai pengendalian mutu dalam rangka mengembangkan manajemen mutu terpadu. Kegiatan pelatihan yang dilaksanakan direncanakan untuk setiap periode tertentu dalam satu tahun. Pelatihan dilakukan dengan cara mendatangkan trainer baik dari internal maupun dari pihak eksternal tergantung materi training yang diberikan. Kegiatan pelatihan yang telah diselenggarakan, antara lain training pengembangan teknik budidaya, training teknik pengelolaan lahan, training pasca panen, dan training pemasaran. Dengan demikian pendidikan dan pelatihan dilaksanakan untuk meningkatkan kinerja agribisnis meskipun belum semua pelaku agribisnis memperoleh kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan. 2.7.5 Family-Related Factors ini manganut Family-Related Factors untuk daya kompetitif dalam menjalankan usaha, usaha ini memiliki sumber daya manusia yang berasal dari kerabat sendiri sehingga dapat memperoleh tenaga kerja yang terbaik, jujur, dapat diandalkan dan memiliki motivasi yang tinggi untuk membangun mutu usaha ini karena usaha ini juga merupakan usaha kerabat terdekat dan teman teman. Dan juga tenaga kerja yang lain yang bekerja pada usaha ini adalah tetangga – tetangga sekitar. Para pekerja diberi pelatihan langsung tentang bagaimana tugas - tugas yang akan dilakukan oleh mereka pada usaha ini. sehingga mereka dapat terfokus terhadap tugas mereka masing–masing. 2.8 Prioritas Penerapan Sistem Mutu klausul Fokus Pada Pelanggan, sedangkan prioritas terakhir adalah klausul Teknik. Klausul Fokus Pada Pelanggan dapat lebih dioptimalkan dengan menerapkan pengendalian kualitas terhadap kedelai lokal yang akan dijual mulai dari pemeliharaan tanaman hingga pasca panen. Untuk mewujudkan hal itu sistem agribisnis kedelai lokal dapat membentuk sistem lini manajemen yang terintegrasi dan berkesinambungan karena pada dasarnya sebagian besar kendala yang berasal dari bagian lini berhubungan dan saling mempengaruhi dengan bagian lain. Hal ini sejalan dengan unsur-unsur dasar dari sistem manajemen mutu yang merupakan mata rantai proses, dimana setiap satu proses pekerjaan berkaitan dengan proses lainnya dan output pekerjaan suatu proses merupakan input bagi proses lainnya. Di



samping itu, dalam pendekatan sistem manajemen mutu, kualitas ditentukan oleh pelanggan. Semua usaha dalam sistem agribisnis kedelai lokal diarahkan pada satu tujuan utama, yaitu terciptanya kepuasan pelanggan. Apapun yang dilakukan sistem agribisnis ini tidak akan ada gunanya bila akhirnya tidak menghasilkan peningkatan kepuasan pelanggan, karena kepuasan pelanggan dapat memberikan manfaat yang baik bagi sebuah perusahaan. Sebaliknya klausul Teknik menjadi prioritas yang paling rendah, hal ini berpangkal pada pendekatan atau konsep sistem manajemen mutu yang mengacu pada teori statistika yang didasarkan pada sampling dan analisis varians. Teori statistika dianggap terlalu rumit dan belum saatnya digunakan pada agribisnis dengan kondisi sumber daya manusia yang kurang familiar dengan teori statistika. Dalam hal ini pengalaman dari para ahli perkedelaian dirasa lebih ideal digunakan untuk proses pengendalian mutu produk kedelai lokal. Fakta dari fenomena penggunaan teknik yang tidak menjadi prioritas dapat dilihat pada hasil penilaian manajemen terhadap kesiapan agribisnis dalam penerapan sistem manajemen mutu, seperti yang disajikan pada Gambar 1 yang menunjukkan teknik pendekatan statistik yang dinilai kurang siap. Berbeda halnya apabila agribisnis kedelai lokal diberikan pilihan seperti good farming practice yang mengajarkan bagaimana teknik budidaya yang baik, maka petani lebih merasa sesuai dalam mengendalikan standar mutu kedelai lokal yang menghasilkan nilai tambah untuk menghadapi persaingan pasar