Makalah Manajemen Risiko Proyek Bar [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SISTEM MENEJEMEN RISIKO PROYEK KONTRUKSI untuk memenuhi tugas matakuliah Menejemen Proyek Konstruksi yang dibina oleh Bapak Mohammad Musthofa Al Ansyorie, S.Pd, MPd



Disusun Oleh: Nanang Agung Novendra (180521629039) Nanda Ayu Febriyani



(180521629002)



UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL 2019



DAFTAR ISI DAFTAR ISI ....................................................................................................... i BAB I .................................................................................................................. 1 PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 A. Latar Belakang ...................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................. 1 C. Tujuan Masalah ..................................................................................... 2 BAB II................................................................................................................. 3 PEMBAHASAN.................................................................................................. 3 A. Definisi Manajemen Risiko Proyek Konstruksi.................................... 3 1. Definisi Risiko……………………………………………………. 4 2. Definisi Manajemen Risiko………………………………………. 5 3. Definisi Manajemen Risiko Proyek Konstruksi………………….. 5 B. Tujuan Manajemen Risiko Proyek Konstruksi……………………….. 6 C. Tahapan-tahapan dalam Manajemen Risiko Proyek Kosntruksi……... 6 1. Identifikasi Risiko………………………………………………… 6 2. Analisis Risiko………………………………………………..……9 3. Respons Risiko………………………………….…………………11 4. Pengurangan, Monitoring, dan Menejemen Resiko (RMMM)……12 BAB III ............................................................................................................. ..14 PENUTUP..............................................................................................................14 A. Kesimpulan ….............................................................................................14 DAFTAR RUJUKAN ......................................................................................15 LAMPIRAN .....................................................................................................16



i



BAB 1 PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Di dalam kehidupan ini penuh dengan ketidakpastian kecuali kematian, namun kapan dan bagaimana kematian tersebut terjadi juga termasuk ketidakpastian. Entah itu setahun, sebulan, seminggu, sehari, atau bahka sejam yang akan datang, kita tidak tau kejadian apa yang akan menimpa. Ketidakpastian tersebut ada yang mengguntungkan dan ada yang merugikan, menurut Wideman (1992) ketidakpastian yang mengguntungkan disebut dengan peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang merugikan disebut resiko (risk). Flanagan dan Norman (1993) mendefinisikan resiko sebagai suatu faktor penyebab terjadinya kondisi yang tidak diinginkan dan menimbulkan kerusakan serta kerugian. Jadi resiko itu adalah suatu hal yang negatif dan merugikan jika terjadi. Dalam suatu proyek konstruksi, resiko akan selalu ada dalam setiap proses pekerjaan proyek tersebut. Berdasarkan laporan International Labor Organization (ILO) dalam rinanti (2013), ada sekitar 6000 kasus kecelakaan setiap harinya. Disamping itu kerugian yang harus ditanggung akibat kecelakaan kerja di negara berkembang empat kali lipat lebih tinggi dari negara industri. Resiko pada suatu proyek konstruksi mengakibatkan terkendalnya biaya, waktu, dan mutu sehingga ketepatan dalam penyelesaian proyek tersebut akan meleset dari jadwal yang telah diperkirakan atau tidak tepat waktu. Untuk mengurangi dampak yang merugikan pada suatu proyek kostruksi, diperlukan suatu sistem manajemen risiko yang meliputi identifikasi, analisa, dan juga respon terhadap berbagai resiko yang mungkin terjadi dalam suatu proyek konstruksi (Situmorang, Arsjad, dan Tjakra 2018) B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari manajemen risiko pada proyek konstruksi? 2. Apa tujuan manajemen risiko proyek konstruksi? 3. Bagaimana tahapan proses manajemen risiko pada proyek konstruksi? C. Tujuan 1. Untuk menginformasi definisi manajemen risiko proyek konstruksi 1



2. Untuk mengetahui tujuan dari manajemen risiko proyek konstruksi 3. Untuk mengetahui tahapan – tahapan proses manajemen risiko proyek konstruksi



2



BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Manajemen Risiko Proyek Konstruksi 1. Definisi Risiko Risiko merupakan variasi dalam hal ini yang mungkin terjadi secara alami didalam suatu situasi (Fisk,1997). Sedangkan menurut Duffield & Trigunarsyah (1999) risiko adalah ancaman terhadap kehidupan properti atau keuntungan finansial akibat bahaya yang terjadi. Secara umum risiko dikaitkan dengan kemungkinan (probabilitas) terjadinya peristiwa diluar yang diharapkan (Soeharto, 1995). Sebuah statement dalam Software Risk Management : Principles and Practices oleh Barry W. Boehm, bahwa resiko didalam kamus webster’s diartikan “the possibility of loss and injury”. Ini dapat diartikan dalam konsep dasar dari menejemen resiko yaitu yang disebut pemaparan resiko merupakan “risk impact” (dampak resiko) atau “risk factor” (faktor resiko). Perpaduan dari nilai kemungkinan dari hasil yang tidak diinginkan/tidak memuaskan dan nilai kerugian yang diakibatkan jika hasil tersebut benar tidak diinginkan/tidak memuaskan. Dimana hasil yang tidak diinginkan berhubungan dengan customer, developer, user dan maintainer Resiko selalu melibatkan dua karakteristik berikut:  Uncertainty (ketidakpastian) : kejadian dimana menandakan bahwa resiko dapat terjadi ataupun tidak bakal terjadi. Maka tidak ada 100% kemungkinan dari resiko.  Loss (rugi/hilang) : jika resiko benar–benar terjadi maka akan ada konsekuensi yang tidak diharapkan ataupun mengalami kerugian. Agar dapat mengenali resiko–resiko, perlu untuk mengenal dan menganalisis kualifikasi resiko berdasarkan ketidakpastiannya dan tingkat kerugian dari masing– masing resiko, untuk itu perlu memperhatikan kategori resiko : a. Project risks (resiko proyek), akan mengancam rencana proyek. Bila resiko proyek benar menjadi kenyataan, maka kemungkinan jadwal proyek akan meleset dan biaya akan membengkak. Resiko proyek mengidentifikan akan pembiayaan potensial, penjadwalan, staff/organisasi, sumber daya, pelanggan dan requirement 3



permintaan dan yang berdampak pada proyek. Selain itu juga kompleksitas proyek, ukuran dan ketidakpastian level struktural juga sebagai faktor resiko proyek. b. Technical risks (resiko teknik), akan mengancam kualitas dan waktu pengerjaan proyek. Bila resiko teknik ini menjadi kenyataan, maka implementasi akan menjadi susah ataupun menjadi tidak mungkin. Resiko teknik mengidentifikasikan akan desain potensia, implementasi, interface, verifikasi, dan pemeliharaan. Didalamnya spesifikasi yang ambiguitas, ketidakpastian teknik, keusangan teknik, dan “leading edge” teknologi juga merupakan faktor resiko. Resiko teknik terjadi dikarenakan masalah yang terjadi ternyata lebih sulit untuk dipecahkan daripada yang dibayangkan c. Business risk (resiko bisnis), akan mengancam ketahanan dari proyek yang dibangun. Resiko bisnis dapat membayakan proyek atau produk. Lima resiko bisnis utama yaitu :  Resiko pasar, dimana membuat produk atau sistem tetapi tidak ada yang membutuhkan atau tidak ada yang mau.  Resiko strategi, dimana membuat produk yang tidak mampu untuk menangani keseluruhan proses bisnis yang diinginkan.  Resiko pemasaran, dimana membuat produk tetapi bagian pemasaran bingung cara untuk memasarkannya.  Resiko menejemen, dimana tidak adanya dukungan dari menejemen senior sehubungan dengan perubahan focus atau perubahan manusia  Resiko biaya, dimana kehilangan pembiayaan dan personal d. Kategori umum lain yang dipublikasikan oleh Charette. Known risk (resiko yang diketahui), resiko yang ditemukan setelah evaluasi yang hati–hati dari rencana proyek, bisnis dan lingkungan teknik saat proyek sedang dikembangkan dan sumber informasi yang reliabel lainnya (tanggal penyelesaian yang tidak mungkin, kurangnya domentasi requirement dari batasan proyek, lingkungan pengembang yang buruk). e. Predictable risk (resiko yang telah diprediksi), resiko dari pengalaman proyek yang sebelumnya (perubahan staf, kurangnya komunikasi dengan customer)



4



f. Unpredictable risk (resiko yang tidak dapat diprediksi), resiko yang tersembunyi, bisa benar – benar terjadi tetapi sangat sulit diidentikasi. 2. Definisi Manajemen Risiko Menurut Djojosoedarso (2003 : 4), pengertian manjemen risiko adalah pelaksanaan fungsi – fungsi manajemen dalam penanggulangan risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh organisasi/perusahaan, keluarga dan masyarakat. Jadi meliputi aktivitas merencanakan,



mengorganisisr,



menyusun,



memimpin/mengkoordinir



dan



mengawasi(termaasuk mengevaluasi) program penganggulangan risiko Sedangkan Smith (1990) pengertian manajemen risiko adalah proses identifikasi dari identifikasi, pengukuran, dan control keaungan dari sebuah risiko yang mengancam asset dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan tersebut. 3. Definisi Manajemen Risiko Proyek Konstruksi Manajemen risiko pada proyek meliputi langkah memahami dan mengidentifikasi masalah potensial yang mungkin terjadi, mengevaluasi, memonitoring dan menangani risiko. Manajemen risiko yang proaktif artinya menjawab bagaimana orang secara aktif berusaha mengurangi risiko serta memperbaiki tingkat probabilitas keberhasilan pelaksanaan proyek. Manajemen Resiko Proyek adalah sebuah proses sistematis untuk merencanakan, mengidentifikasi dan merespon resiko proyek. Manajemen resiko proyek meliputi aspek teknik, dan non teknik. Contoh aspek teknik misalnya adalah hal-hal yang berhubungan dengan item pekerjaan. Contoh aspek non teknik misalnya adalah hubungan antara proyek dengan lingkungan dan masyarakat sekitar, dengan pemerintah, dan lainlain. Menurut Smith, (1990) Manajemen Resiko proyek didefinisikan sebagai proses identifikasi, pengukuran, dan kontrol keuangan dari sebuah resiko



yang



mengancam aset dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan tersebut. Sedangkang menurut Clough and Sears (1994) Manajemen Risiko proyek adalah suatu pendekatan yang komprehensif untuk menangani semua kejadian yang menimbulkan kerugian.



5



B. Tujuan Manajemen Risiko Proyek Konstruksi Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk mengenali risiko dalam sebuah proyek dan mengembangkan strategi untuk mengurangi atau bahkan menghindarinya, dilain sisi juga harus dicari cara untuk memaksimalkan peluang yang ada (Wideman, 1992). Tujuan dari manajemen resiko proyek menurut (C. Duffield & B. Trigunarsyah, 1999) antara lain: 1.



Membatasi kemungkinan-kemungkinan dari ketidakpastian



2.



Membuat langkah-langkah yang lebih mengarah pada tindakan proaktif dibandingkan reaktif dalam memandang kemungkinan ancaman dan kerugian yang besar.



3.



Membatasi kerugian dan ketidakpastian pada stake holder



4.



Menjaga kesinambungan program operasi, sehingga tidak terganggu dengan kejadiankejadian yang belum terantisipasi sebelumnya.



5.



Menjalankan program manajemen risiko secara efektif sehingga mempunyai pengaruh yang menguntungkan dan bukan menimbulkan biaya baru.



C. Tahapan-tahapan dalam Manajemen Risiko Proyek Kosntruksi Cara atau langkah–langkah yang diambil untuk menghadapi resiko– resiko yang mungkin akan terjadi yaitu pertama memulai dengan recognizing / mengenal apa yang bisa menjadi salah, disebut juga “risk identification” atau mengidentifikasi resiko. Berikutnya, tiap resiko dianalisis kemungkinan yang mungkin terjadi dan kerusakan yang diakibatkan bila benar terjadi (komponen resiko, proyeksi resiko, menilai dampak resiko). Setelah membuat informasi, resiko diurutkan berdasarkan kemungkinan dan dampaknya. Terakhir, membangun rencana untuk mengatur resiko dengan kemungkinan yang tinggi dan dampak yang tinggi tersebut yaitu dengan RMMM (Risk Mitigation, Monitoring, Manage). Manajemen risiko terdiri dari empat tahapan proses, yaitu sebagai berikut: 1. Identifikasi Risiko Langkah awal dari proses manajemen risiko adalah melakukan identifikasi terhadap risiko-risiko yang mungkin terjadi (Asiyanto2009). Identifikasi risiko merupakan proses penganalisisan untuk menemukan secara sistematis dan secara berkesinambungan risiko (kerugian yang potensial) yang menantang perusahaan.



6



Sebuah metode untuk mengidentifikasi resiko dengan membuat checklist item resiko. Checklist ini digunakan untuk mengidentifikasi dan memfokus pada bagian resiko yang telah diketahui dan diprediksi dari subkategori berikut : a. Ukuran produk : resiko yang berhubungan dengan keseluruhan dari ukuran proyek yang sedang dibuat atau dimodifikasi. Sebuah pernyataan bahwa resiko berbanding langsung dengan ukuran produk. Dalam masing–masing kasus, informasi produk yang akan dikembangkan harus dibandingkan dengan pengalaman sebelumnya. Bila presentase deviasi besar atau sama tetapi hasil yang lalu sangat kurang dari yang diharapkan maka resikonya adalah tinggi. b. Dampak bisnis : resiko yang berhubungan dengan batasan dari menejemen dan pasar. Bagian pemasaran dikendalikan oleh pertimbangan bisnis, dan pertimbangan bisnis kadang mengalami konflik dengan kenyataan teknik. Respon pada produk yang akan dikembangkan harus dibandingkan dengan pengalaman sebelumnya. Bila presentase deviasi besar atau sama tetapi hasil yang lalu sangat kurang dari yang diharapkan maka resikonya adalah tinggi. c. Karakteristik customer : resiko yang berhubungan dengan keinginan customer dan kemampuan pengembang dengan customer pada waktu yang tepat. Customer tidak diciptakan sama semua. Menurut Pressman dan Herron menyatakan :  Customer memiliki keinginan yang berbeda. Beberapa ada yang tahu apa yang mereka inginkan dan yang lain tahu apa yang tidak mereka inginkan.  Customer memiliki kepribadian yang berbeda. Beberapa menikmati sebagai pelanggan dan yang lain tidak mengharapkannya. Beberapa akan senang menerima produk yang buruk, sementara beberapa yang lainya akan mengeluh dengan produk yang kurang.  Customer memiliki hubungan yang bervariasi dengan pengembang. Beberapa mengenali produk dan produser secara baik, yang lain tidak.  Customer juga bertentanan. Menginginkan gratis dan ada yang teperangkan kontradiksi dalam diri.  Customer yang buruk akan berpengaruh yang besar terhadap kemampuan tim untuk menyelesaikan proyek tepat waktu dan sesuai anggaran.



7



d. Proses pendefinisian : resiko yang berhubungan dengan level dari proses software yang telah didefinisikan dan disesuaikan dengan organisasi pengembang. e. Lingkungan pengembang : resiko yang berhubungan dengan kecocokan dan kualitas tools yang akan digunakan dalam membuat produk. Peranti yang tidak sesuai dan tidak efektif dan menumpulkan usaha bahkan dari pembuat yang trampil sekalipun. f. Teknologi yang akan dibangun: resiko yang berhubungan dengan kompleksitas dari sistem yang akan dibangun. Membuka batasan teknologi merupakan hal yang menantang dan menyenangkan karena memaksa seseorang pengembang untuk menggunakan keterampilannya secara penuh, tetapi hal tersebut sangatlah berisiko. g. Ukuran dan pengalaman staf : resiko yang berhubungan dengan keseluruhan pengalaman teknik dan proyek dari software engineer. Setelah mengidentifikasi risiko, kemudian disusul dengan mencari kemungkinan peristiwa yang menyebabkan dampak terhadap sasaran tersebut. Beberapa penyebab risiko diantaranya, risiko dikategorikan secara struktural untuk memastikan terbentuknya identifikasi risiko yang sistematis. Pengkategorian risiko ini dalam bentuk RBS (Risk Breakdown Sructure). RBS adalah pengaturan secara hierarki yang menggambarkan identifikasi penyebab risiko ke dalam suatu kategori dan subkategori. Berdasarkan penelitian identifikasi resiko yang dituangkan dalam Risk Management during Requirements oleh Tom DeMarco and Tim Lister terdapat 5 resiko yang sering muncul dan merupakan resiko inti yaitu : a. Kekurangan penjadwalan : estimasi bahwa kesalahan dimulai dari hari pertama,



yang sering berdasarkan hanya pada kebijaksanaan. b. Spesifikasi yang keliru : kegagalan dalam konsensuk pada pelanggan akan apa yang



ingin dibangun. c. Ruang lingkup yang merayap : requirement/permintaan tambahan yang menambah



setting-an yang diterima pada permulaan. d. Hilangnya personel : anggota proyek yang telah meninggalkan sebelum proyek



selesai. 8



e. Variasi produktifitas : perbedaan antara pelaksanaan nyata dengan asumsi.



2. Analisis Risiko Semua identifikasi risiko yang telah dicari penyebabnya, perlu dicari tingkatannya untuk prioritas penanganannya. Kelompok tingkatan risiko dibagi menjadi empat, yaitu: high (H), significant (S), medium (M), dan low (L) (Asiyanto, 2009). Penetapan tingkatan risiko (risk level), ditentukan berdasarkan dua kriteria, yaitu sebagai berikut: a. Frekuensi kejadian (probability) b. Dampak dari kejadian (impact/severity) Analisi risiko dapat dilakukan dengan cara yaitu komponen resiko, proyeksi resiko, mengembangkan tabel risiko dan menilai dampak resiko Komponen Risiko Komponen resiko didefinisikan dengan: 1) Performance risk (resiko kinerja) : derajat ketidakpastian bahwa produk akan sesuai dengan requirement dan bakal digunakan. 2) Cost risk (resiko biaya) : derajat ketidakpastian bahwa biaya proyek akan dijaga. 3) Support risk (resiko pendukung) : derajat ketidakpastian bahwa software yang dihasilkan akan mudah diperbaiki, adaptasi dan dikembangkan. 4) Schedule risk (resiko jadwal) : derajat ketidakpastian bahwa jadwal proyek akan dijaga, dan produk akan selesai pada waktunya. Proyeksi Risiko Proyeksi resiko disebut juga estimasi resiko, menjangkau resiko dengan dua cara yaitu kemungkinan resiko yang terjadi dan konsekuensi dari resiko tersebut. Kemudian perencana proyek, menejer, dan staf teknik melakukan 4 tahap proyeksi resiko yaitu : o Membuat skala dimana merefleksikan resiko yang mungkin terjadi. o Menggambarkan konsekuensi dari resiko tersebut. o Mengestimasi pengaruh resiko dalam proyek dan produk. o Mencatat keseluruhan ketepatan dari proyeksi resiko, sehingga tidak ada kesalahpahaman.



9



Dengan membuat prioritas resiko, tim bisa melokasikan sumber daya ke tempat paling besar dampaknya. Mengembangkan Tabel Risiko Tabel resiko akan memberi menejer teknik yang sederhana untuk proyeksi resiko. Tim proyek memulai dengan mendaftarkan semua resiko dengan bantuan dari checklist item resiko yang telah diketahui sebelumnya. Disesuikan dengan kategorinya, kemudian dinilai presentasi kemungkinan terjadinya. Nilai kemungkinan didapat dari rata–rata dari nilai yang diberikan oleh tiap–tiap anggota tim. Dan terakhir menilai tingkat pengaruhnya dilihat dari tabel komponen yang telah diketahui sebelumnya. Setelah kesemuanya diisi dan dinilai maka diurutkan sesuai dengan kemungkinan dan dampaknya. Kemungkinan yang paling tinggi, pengaruh paling besar berada paling atas tabel, dan sebaliknya. Menaksirkan Dampak Resiko Tiga faktor yang mempengaruhi konsekuensi jika sebuah resiko benar–benar terjadi yaitu sifatnya, ruang lingkup, dan waktunya. Sifat mengindikasikan pada masalah yang muncul jika resiko itu terjadi. Ruang lingkup adalah kombinasi dari kerumitan dan keseluruhan distribusinya. Waktunya suatu resiko dipertimbangkan dari kapan dan lamanya resiko tersebut akan dialami. Keseluruhan dari risk exposure (pembukaan resiko), RE, adalah ditentukan dengan relasi berikut :



P adalah kemungkinan terjadi dari resiko. C adalah biaya dari proyek bila resiko benar terjadi Menurut Software Risk Management : Principles and Practices oleh Barry W. Boehm, bahwa risk exposure (RE) memiliki relasi berikut :



10



P(UO) adalah nilai kemungkinan dari hasil yang tidak diinginkan/tidak memuaskan L(UO) adalah nilai kerugian yang diakibatkan jika hasil tersebut benar tidak diinginkan/tidak memuaskan. Setelah analisis risiko dilakukan, berikutnya adalah memutuskan prioritas atas risiko-risiko tersebut dalam pemberian tanggapan dan perlakuan (Subiyanto, Eddy. 2010)



3. Respons Risiko Tanggapan dan perlakuan terhadap risiko diantaranya sebagai berikut : a. Dihindari (avoid) Salah satu cara menghindari risiko adalah dengan menghindari harta, orang, atau kegiatan dari suatu keterbukaan (exposure) terhadap risiko dengan jalan menolak memiliki, menerima, atau melaksanakan kegiatan itu walaupun hanya untuk sementara dan menyerahkan kembali risiko yang terlanjur diterima, atau segera menghentikan kegiatan ketika diketahui mengandung risiko(Darmawi, Herman.2005) b. Dialihkan (transfer) Pemindahan penanganan risiko yang sifatnya negatif kepada pihak ketiga.Pemindahan tanggung jawab ini merupakan cara yang paling efektif jika mempertimbangkan biaya. Kontrak dapat dijadikan alat pembantu dalam pemindahan tanggung jawab PMBOK (2008). Respon mengalihkan risiko pada dasarnya adalah memanfaatkan potensi dari luar perusahaan untuk dapat membantu perusahaan dalam menangani risiko yang telah teridentifikasi. Pihak ketiga tersebut diantaranya subkontraktor dan perusahaan asuransi(Asiyanto2009). c. Dikurangi (mitigate) Kebijakan ini dilakukan dengan cara mengurangi kemungkinan dan mengurangi akibat (Subiyanto, Eddy. 2010). Kebijakan ini diambil bila diyakini risiko yang diperkirakan dapat dikendalikan sendiri. Cara ini sebenarnya paling baik sepanjang masih dalam batas kemampuan untuk mengendalikan risiko yang bersangkutan. Karena dengan cara-cara seperti ini, perusahaan akan terlatih 11



menghadapi risiko sendiri, sehingga kemampuan perusahaan menjadi meningkat dalam mengendalikan suatu risiko. Namun demikian disarankan bila respons ini yang akan diambil, maka seluruh prosedur manajemen risiko harus dijalankan sepenuhnya, termasuk monitoring dan control. Semakin banyak risiko yang direspons dengan cara ini, menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kelebihan dalam menangani risiko. Ini berarti perusahaan tersebut dapat dinilai memiliki daya saing yang baik (Asiyanto2009). d. Diterima (accept) Kebijakan ini biasanya diambil bila dampak dari risiko tersebut kecil, walaupun probabilitynya besar, yaitu dengan cara memasukkan biaya akibat risiko tersebut ke dalam budget. Artinya bila risiko tersebut terjadi, tidak akan menimbulkan masalah karena dampak biayanya sudah dicadangkan. Namun demikian respons seperti ini menjadi tidak tepat bila ternyata ada dampak lain selain biaya yang cukup berpengaruh terhadap citra perusahaan. Cara ini banyak ditempuh oleh perusahaan yang belum memiliki sistem manajemen risiko, yaitu menangani risiko dengan menyediakan biaya risiko. Bagi perusahaan yang memiliki sistem manajemen risiko, respons ini jarang dilakukan, kecuali bila sangat terpaksa(Asiyanto2009). 4. Pengurangan, Monitoring, dan Menejemen Resiko (RMMM) RMMM bertujuan untuk membantu tim proyek dalam mengembangkan strategi yang berkaitan dengan resiko. Strategi yang efektif harus berdasarkan : a. Menghindari resiko. b. Memonitor resiko. c. Menejemen resiko dan perencanaan kemungkinan



Pada saat proyek berjalan, aktivitas pemonitoran resiko (monitoring) dimulai. Manajer memonitor faktor–faktor yang dapat memberikan suatu indikasi bahwa resiko menjadi lebih atau berkurang. Sebagai tambahan untuk memonitor faktor–faktor tersebut, menejer proyek juga harus memonitor efektivitas langkah pengurangan resiko.



12



Menejemen resiko dan perencanaan kemungkinan mengasumsikan bahwa usaha pengurangan telah gagal dan resiko menjadi nyata. Bila strategi telah diikuti, maka backup ada, informasi terdokumentasi dan pengetahuan telah disebarkan pada semua anggota tim. Menejer proyek juga secara temporal memfokuskan kembali pada sumberdaya dengan fungsi–fungsi yang telah disusun sepenuhnya, sehingga bagi penambahan anggota tim bisa melanjutkan. Perlu diketahui bahwa langkah RMMM akan membutuhkan biaya proyek tambahan. Maka salah satu bagian dari menejemen resiko adalah mengevaluasi pada saat manfaat yang ditambahkan oleh langkah RMMM diberatkan oleh biaya yang berkaitan dengan implementasi RMMM. RMMM plan RMMM Plan Strategi menejemen resiko dapat dimasukkan dalam rencana proyek atau langkah menejemen resiko diatur dalam risk mitigation, monitoring, and management plan (RMMM plan). RMMM plan yaitu mendokumentasikan semua kegiatan yang dilakukan sebagai bagian dari keseluruhan rencana proyek. Setelah RMMM plan telah dikembangkan dan proyek dimulai, pengurangan resiko (mitigation) dan monitoring resiko (monitor) juga dimulai. Penguarangan resiko (mitigation) adalah aktivitas penghindaran masalah, dengan mencari penyebabnya. Monitoring resiko (monitoring) adalah untuk memperkirakan apakah resiko yang diramalkan akan benar– benar terjadi, untuk memastikan bahwa langkah resiko yang telah didefinisikan telah diterapkan dengan benar, mengumpulkan informasi yang dapat digunakan untuk analisis resiko diwaktu mendatang. Sasaran dari monitoring risiko (aktifitas penelurusan proyek) yaitu a. Memperkirakan apakah risiko yang diramalkan benar-benar terjadi b.Memastikan bahwa langkah aversi risiko yang didefiniskan untuk risiko telah diterapkan secara benar c. Mengumpulkan informasi yang dapat digunakan untuk analisis risiko masa yang akan datang



13



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Manajemen mengidentifikasi



risiko masalah



pada



proyek



potensial



meliputi



yang



langkah



mungkin



memahami



terjadi,



dan



mengevaluasi,



memonitoring dan menangani risiko. Manajemen risiko yang proaktif artinya menjawab bagaimana orang secara aktif berusaha mengurangi risiko serta memperbaiki tingkat probabilitas keberhasilan pelaksanaan proyek. Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk mengenali risiko dalam sebuah proyek dan mengembangkan strategi untuk mengurangi atau bahkan menghindarinya, dilain sisi juga harus dicari cara untuk memaksimalkan peluang yang ada. Langkah–langkah yang diambil untuk menghadapi resiko– resiko yang mungkin akan terjadi yaitu pertama memulai dengan recognizing / mengenal apa yang bisa menjadi salah, disebut juga “risk identification” atau mengidentifikasi resiko. Berikutnya, tiap resiko dianalisis kemungkinan yang mungkin terjadi dan kerusakan yang diakibatkan bila benar terjadi (komponen resiko, proyeksi resiko, menilai dampak resiko). Setelah membuat informasi, resiko diurutkan berdasarkan kemungkinan dan dampaknya. Terakhir, membangun rencana untuk mengatur resiko dengan kemungkinan yang tinggi dan dampak yang tinggi tersebut yaitu dengan RMMM (Risk Mitigation, Monitoring, Manage).



14



DAFTAR RUJUKAN



Asiyanto. (2009). Manajemen Risiko Untuk Kontraktor. Jakarta : Pradya Paramita. Clough, Richard. (1994). Construction contracting (5thed.). USA: John Wiley and Sons. Djohanputro, Bramantyo. 2008. Manajemen Risiko Korporat. Jakarta: PPM Manajemen Duffield, C., & Trigunarsyah, B. (1999). Project Management - Conception to Completion. Australia: Engineering Education Australia (EEA). Fisk, W.J. and Rosenfeld, A.H. (1997) Estimates of Improved Productivity and Health from Better Indoor Environments. Indoor Air, 7, 158-172. Flanagan R. and Norman G., Risk Management and Construction, Oxford, 1993 Miftah Farid. t.t. “MANAJEMEN RESIKO PADA PROYEK KONTRUKSI GEDUNG,” 38. Retnoningsih, Dwi. t.t. “RISK MANAGEMENT SOFTWARE PROJECT,” 14. Rinanti, Enggar, 2013. Penerapan Hazard Identification and Risk Asessment (HIRA) Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Di Bagian Produksi PT Hanil Indonesia Boyolali. [Skripsi]. Surakarta : Faultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta. Situmorang, Benhart E, Tisano Tj Arsjad, dan Jermias Tjakra. 2018. “Analisis Risiko Pelaksanaan Pembangunan Proyek Konstruksi Bangunan Gedung” 16 (69): 6. Smith, C.W., Jr. 1990.”Corporate Risk Management : Theory and Practice”. Journal Derivatieves, Vol. 2, No. 4, Page 21-30 Suanda, Budi. (2011). Pentingnya memahami manajemen risiko proyek. http://manajemenproyekindonesia.com Wideman,.R.W.(1992)."project and program risk management : a guide to managing project risk and oppurtunities project management intitute", Pennysilvania



15



LAMPIRAN



Contoh tabel prediksi dampak



16



Contoh tabel risiko



Keterangan : PS : Ukuran Produk



TE : Teknologi



BS : Bisnis



DE : Lingkungan Pengembangan



CU: Proses



ST : Ukuran Staf dan Pengalaman



17



Contoh RBS ditunjukkan pada gambar berikut.



Gambar Contoh Risk Breakdown Structure Sumber: PMBOK (2008)



18