Makalah Mandiri Blok 28 (Sick Building Syndrome) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Sick Building Syndrome Vincensia Priska Priscylla Babay 10.2008.213 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna Utara no 6, Jakarta Barat [email protected]



Abstract Sick Building Syndrome is a set of symptoms experienced by the occupants of the building that got disturbances for the air circulations, associated with the time they spent in that building, but no specific illness or causes that can be identified. Sick building syndrome isn’t the only disease that can be diagnosed right away to workers in the building. Asthma, rhinitis and allergic conjunctivitis are some kind of allergic disease that has symptoms similar to SBS. Headache and lethargy are nonspecific symptoms that may occur in the majority of disease and can be related to occupational exposure. The introduction of symptoms, physical examination and laboratory if available are the first steps in the diagnosis and management of SBS aims to eliminate other conditions that have similar symptoms. Keywords: syndrome, symptoms, disease, building. Abstrak Sick Building Syndrome adalah sekumpulan gejala yang dialami oleh penghuni gedung atau bangunan dimana di dalamnya terjadi gangguan sirkulasi udara, yang dihubungkan dengan waktu yang dihabiskan di dalam gedung tersebut, tetapi tidak terdapat penyakit atau penyebab khusus yang dapat diidentifikasi. Sick building syndrome bukan penyakit tunggal yang dapat didiagnosis segera pada pekerja di dalam gedung. Asma, rinitis dan konjungtivitis alergi adalah penyakit alergi yang mempunyai gejala sama dengan SBS. Sakit kepala dan 1



lethargy merupakan gejala nonspesifik yang dapat terjadi pada sebagian besar penyakit dan dapat berkaitan dengan pajanan okupasi. Pengenalan gejala, pemeriksaan fisis serta laboratorium bila tersedia merupakan langkah awal dalam mendiagnosis dan penatalaksanaan SBS bertujuan untuk menyingkirkan kondisi lain yang mempunyai gejala sama. A. Pendahuluan Kehidupan modern di kota-kota besar negara kita menuntut tersedianya prasarana yang memadai. Salah satu di antaranya adalah gedung-gedung kantor yang megah yang dilengkapi dengan sistem AC sentral. Gedung-gedung seperti ini biasanya dibuat tertutup dan mempunyai sirkulasi udara sendiri. Udara luar yang masuk ke dalam sistim ventilasi gedung akan berkurang bahkan mencapai titik nol, hanya udara resirkulasi yang digunakan untuk bernapas. Gedung yang baik dengan sarana yang memadai tentu menjadi tempat yang amat nyaman untuk bekerja, dan karena itu dapat pula meningkatkan produktifitas kerja karyawan. Tetapi, di pihak lain, kita perlu mengenal kemungkinan adanya gangguan kesehatan pada gedung-gedung seperti itu yang pada akhirnya justru akan menurunkan produktifitas kerja karyawannya yang bekerja di dalam gedung-gedung itu. Para ahli di beberapa negara mulai banyak menulis tentang adanya gedung-gedung pencakar langit yang "sakit", dan menimbulkan sindrom gedung sakit.1 Sindrom gedung sakit adalah kumpulan gejala akibat adanya gedung yang "sakit", artinya terdapat gangguan pada sirkulasi udara di dalam gedung itu. Adanya gangguan itulah yang menyebabkan gedung tersebut dikatakan "sakit", sehingga timbul sindrom ini yang memang terjadi karena para penderitanya menggunakan suatu gedung yang sedang "sakit". Hal tersebut menyebabkan buruknya kualitas udara dalam ruangan (indoor air quality atau IAQ) dan terdapat banyak radikal bebas bersumber dari asap rokok, ozon dari mesin fotokopi dan printer, perabotan, cat serta bahan pembersih.1 Sick building syndrome (SBS) atau sindrom gedung sakit dikenal sejak tahun 1970. Kedokteran okupasi tahun 1980 memperkenalkan konsep SBS sebagai masalah kesehatan akibat lingkungan kerja berhubungan dengan polusi udara, IAQ dan buruknya ventilasi gedung perkantoran. World Health Organization (WHO) tahun 1984 melaporkan 30% gedung baru di seluruh dunia memberikan keluhan pada pekerjanya dihubungkan dengan IAQ. Istilah ini kemudian digunakan secara luas dan kini telah tercatat berbagai laporan tentang sindrom ini dari berbagai Negara Eropa, Amerika dan bahkan dari negara tetangga kita Singapura.1 2



Sick building syndrome terjadi akibat kurang baiknya rancangan, pengoperasian dan pemeliharaan gedung. Gejala-gejala yang timbul memang berhubungan dengan tidak sehatnya udara di dalam gedung. Keluhan yang ditemui pada sindrom ini antara lain dapat berupa batuk-batuk kering, sesak, sakit kepala, iritasi di mata, hidung dan tenggorok, kulit yang kering dan gatal, lethargy, fatique, mual, dan lain-lain. Keluhankeluhan tersebut biasanya menetap setidaknya dua minggu, tidak terlalu hebat, tetapi cukup terasa mengganggu dan yang penting amat berpengaruh terhadap produktifitas kerja seseorang. Gejala tersebut akan berkurang atau hilang bila pekerja tidak berada di dalam gedung, hal tersebut dapat terjadi pada satu atau dapat tersebar di seluruh lokasi gedung.2,3 Sindrom gedung sakit baru dapat dipertimbangkan bila lebih dari 20%, atau bahkan sampai 50%, pengguna suatu gedung mempunyai keluhan-keluhan seperti di atas. Kalau hanya dua atau tiga orang maka mereka mungkin sedang kena flu biasa.2



B. Pembahasan 1) Tujuh langkah diagnosis okupasi 1. Diagnosa klinis 



Anamnesis penyakit







Menanyakan sejak kapan gejala muncul







Adakah sakit semakin membaik ataupun memberat







Apakah keluhan tambahan







Adakah mempunyai sakit menahun







Menanyakan adakah seorang perokok dan sejak kapan merokok







Manayakan riwayat keluarga yang mempunyai penyakit yang sama







Menayakan apakah keluhan yang dialami seperti batuk berdarah, dahak banyak.1



3







Anamnesis riwayat pekerjaan











Berapakah lama waktu kerja dalam sehari







Sudah berapa lama bekerja sekarang







Riwayat pekerjaan sebelumnya







Alat kerja, bahan kerja, proses kerja







Barang yang diproduksikan/dihasilkan







Kemungkinan pajanan yang dialami







APD (Alat Pelindung Diri) yang dipakai







Hubungan gejala dan waktu kerja







Adakah pekerja lain ada yang mengalami hal sama1



Pemeriksaan fisik •



Tanda-tanda vital: suhu, denyut nadi, tekanan darah, frekuensi nafas







Keadaan umum







Pemeriksaan fisik khusus: •



Inspeksi: melihat ada atau tidak lesi-lesi alegik pada



kulit, melihat warna mata •



Palpasi: melakukan palpasi umum untuk mengetahui lokasi nyeri.











Auskultasi: suara paru abnormal?1 Pemeriksaan penunjang 



Pemeriksaan dahak dengan dengan pewarnaan DFA



(direct fluorescent antibody) menunjukkan adanya Legionella.1



4



2. Pajanan yang dialami



a. Pajanan fisik Kemajuan pembangunan industri di Indonesia diikuti dengan pemanfaatan dan penerapan berbagai tingkat kemanjuan teknologi. Kemajuan perkembangan teknologi mempunyai dampak, yaitu dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah produk yang berkualitas dan memenuhi kebutuhan, sedangkan dampak negatifnya kerusakan lingkungan dan gangguan kesehatan.2 Pajanan bahaya potensial faktor fisik: •



Pendingin udara (kaitannya dengan suhu dan kelembaban ruangan). Secara umum, pengkondisian udara (air conditioning) dilakukan dengan mengkondisikan udara dari luar bisa dipanaskan (untuk heating mode seperti di negeri-negeri dingin) atau didinginkan (untuk cooling mode seperti halnya di Indonesia) sehingga udara yang disemburkan ke dalam ruangan mencapai kondisi set-point (temperature dan kelembaban) yang diinginkan. Pendingin udara diklasifikasikan menjadi pendingin udara local dan central. Pendingin udara local yaitu pendingin udara yang umum dipakai di rumah-rumah atau beberapa ruangan kantor (biasanya ruang pejabat structural, namun sekarang hamper seluruh ruang baik ruang staf maupun umum sudah dipasang pendingin udara/AC), sedangkan pendingin udara sentral adalah pendingin udara yang dikendalikan di satu tempat tersendiri oleh operator khusus, biasanya hotelhotel, tempat perbelanjaan, dan gedung perkantoran yang berskala besar. Kedua pendingin udara ini berpotensi dalam menyebarkan berbagai virus dan bakteri. Idealnya, filter mesin AC dibersihkan dan dibubuhi disinfektan setidaknya 3-4 kali dalam setahun. Jika tidak AC menjadi lokasi ideal bagi perkembangbiakan rombongan bakteri. Kawanan Chlamidia sp, Escherichia sp, Legionella sp, 5



akan bersarang dengan nyaman di sela filter AC yang berair dan lembab. Ketika udara AC menyembur ke seluruh sudut ruangan, saat itu pula koloni kuman menyusup ke saluran pernapasan, terhirup melalui mulut, hidung atau masuk lewat lubang kuping. Bagi orang sehat dengan



stamina



prima,



masuknya



kuman



tak



mendatangkan masalah. Lain soal jika korban yang dijambangi kuman adalah mereka yang daya tahan tubuhnya



sedang



buruk.



Dhermatopagoides



pteronnyssinus dan Dhermatopagoides farina



adalah



tungau debu rumah yang sering ditemukan pada gedung lemaba yang menyebabkan sensitisasi alergi.1 •



Debu di dalam ruang kerja. Debu merupakan partikelpartikel zat padat, disebabkan oleh kekuatan-kekuatan mekanis atau alamiseperti pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan, dan lainlain dari bahan baik organic maupun non-organik. Sumber alamiah partikulat atmosfir adalah debu yang memasuk atmosfir karena terbawa oleh angin. Oleh karena itu, debu bisa terdapat dimana saja, misalnya untuk indoor, penumpukan barang-barang bekas yang menimbulkan debu. Karena ukurannya yang kecil, debu dapat terhirup dan tersangkut di dalam paru sehingga dapat mengganggu aktivitas pernapasan manusia.1







Karpet yang tidak dirawat. Partikel debu yang dibawa oleh manusia dari luar ruangan, pestisida yang disemprotkan ke ruangan akan menempel pada karpet. Selain itu ada juga kutu debu yang biasanya tinggal diantara sela-sela karpet, mengkonsumsi partikel-partikel kulit mati yang diproduksi oleh manusia setiap harinya Juga alas karpet serta perekat yang digunakan untuk merekatkan karpet tersebut acap kali mengeluarkan senyawa-senyawa organik yang mudah menguap. Sebagian besar orang pernah merasakan bau 6



kuat yang menyengat dari karpet yang baru dipasang. Bila karpet tidak terawat, jarang dibersihkan dan dijemur, maka pertikel debu, dan pencemar lain yang menempel di karpet akan ikut masuk ke dalam sistem pernafasan manusia sehingga dapat mengganggu kesehatan.1 b. Pajanan biologik Polusi biologi disebabkan oleh kutu debu, jamur, bakteri, serbuk sari tanaman, dan organisme lain. Terutama, perkantoran modern yang biasanya menggunakan pendingin tanpa ventilasi alami. Pekerja dapat berisiko mengidap penyakit, diantaranya:3 •



Humidifier fever yaitu suatu penyakit yang disebabkan oleh organisme



yang



menyebabkan



sakit



pada



saluran



pernafasan dan alergi. Organisme ini biasanya terdapat dan hidup pada air yang terdapat di sistem pendingin. •



Legionnaire disease penyakit ini juga berhubungan dengan system pendingin dalam ruang namun disebabkan oleh spesifik bakteri terutama bakteri legionella pneumophila. Penyakit ini terutama akan lebih berbahaya pada pekerja dengan usia lanjut. Reaksi legionella memang sering tidak disertai gejala mencolok bahkan seperti flu biasa. Palingpaling hanya demam, menggigil, pusing, batuk berdahak, badan lemas, tulang ngilu dan selera makan lenyap.2,3



c. Pajanan kimia Penggunaan pewangi ruangan merupakan salah satu penyebab polusi dalam ruang karena pewangi ruangan tersebut akan memaparkan bermacam bahan yang serba kimiawi. Ada yang bisa menyebabkan alergi, pusing, hingga mual. Dilaporkan bahwa 95% bahan kimia dalam pewangi adalah senyawa sintesis yang berasal dari petrokimia, termasuk turunan benzene, aldehida dan banyak toksin serta agen pembuat peka lain. Pajanan yang berulang-ulang akan memicu peningkatan sensitivitas dan reaksi yang semakin kuat. Sensitivitas ke beragam bahan lain. Bahan-bahan ini dapat 7



menimbulkan berbagai masalah kesehatan, termasuk reaksi alergi, masalah pernapasan dan sensitivitas.pada pajanan berulang, bahan-bahan tersebut dapat meyebabkan keadaan yang lebih serius, misalnya cacat lahir, gangguan saraf pusat, dan kanker. Selain itu, juga penyemprot nyamuk, rokok, mesin fotokopi yang mengeluarkan ozon, penggunaan berbagai desinfektan, hingga tanaman hidup yang tidak pernah dikeluarkan dari ruangan. Tanaman yang jarang dikeluarkan dari ruangan juga kurang baik karena pada malam hari tanaman mengeluarkan karbondioksida dan mengkonsumsi oksigen. Terlebih jika tanaman tersebut berada di dalam ruangan kantor yang jarang dibuka ventilasi udara segarnya. Selain itu juga banyak materi bangunan modern, seperti cat diding yang masih baru diaplikasikan, papan partikel (particle board), papan fiber (fiber board), dan berbagai macam perabotan plastik yang mengeluarkan gas organik dalam jangka tahunan.1,2 d. Ergonomi Dengan posisi kerja yang tidak nyaman atau posisi yang salah dapat mengakibatkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja yaitu low back pain.1 e. Pajanan psikososial Stress psikis, monoton kerja, tuntutan pekerjaan, hubungan sesama sejawat, mass psychogenic illness dan lain-lain.1 3. Hubungan pajanan dengan penyakit •



Pendingin udara (air conditioning)  AC yang jarang dibersihkan serta ventilasi udara yang kurang menjadi lokasi ideal bagi perkembangbiakan rombongan bakteri. Kawanan Chlamidia sp, Escherichia sp, Legionella sp, akan bersarang dengan nyaman di sela filter AC yang berair dan lembab. Ketika udara AC menyembur ke seluruh sudut ruangan, saat itu pula koloni kuman menyusup ke saluran pernapasan, terhirup melalui mulut, hidung atau masuk lewat lubang kuping.4 8







Debu di dalam ruang kerja  Sumber alamiah partikulat atmosfir adalah debu yang memasuk atmosfir karena terbawa oleh angin. misalnya untuk indoor, penumpukan barang-barang bekas yang menimbulkan debu. Karena ukurannya yang kecil, debu dapat terhirup dan tersangkut di dalam paru sehingga dapat mengganggu aktivitas pernapasan manusia.4







Karpet yang tidak dirawat  Bila karpet tidak terawat, jarang dibersihkan dan dijemur, partikel debu yang dibawa oleh manusia dari luar ruangan, pestisida yang disemprotkan ke ruangan akan menempel pada karpet. Selain itu ada juga kutu debu yang biasanya tinggal diantara sela-sela karpet, mengkonsumsi partikelpartikel kulit mati yang diproduksi oleh manusia setiap harinya. Sebagian iritasi pada Sick Building Syndrome disebabkan oleh alergen yang terdapat pada karpet, seperti tungau atau kapang. Juga alas karpet serta perekat yang digunakan untuk merekatkan karpet yang ikut masuk ke dalam sistem pernafasan manusia sehingga dapat mengganggu kesehatan.4







Pajanan biologi seperti kutu debu, jamur, bakteri, serbuk sari tanaman, dan organisme lain 



Humidifier fever yaitu suatu



penyakit yang disebabkan oleh organisme yang menyebabkan sakit pada saluran pernafasan dan alergi. Organisme ini biasanya terdapat dan hidup pada air yang terdapat di sistem pendingin. Legionnaire disease penyakit ini juga berhubungan dengan system pendingin dalam ruang namun disebabkan oleh spesifik bakteri terutama bakteri legionella pneumophila. Penyakit ini terutama akan lebih berbahaya pada pekerja dengan usia lanjut. Reaksi legionella memang sering tidak disertai gejala mencolok bahkan seperti flu biasa. Paling-paling hanya demam, menggigil, pusing, batuk berdahak, badan lemas, tulang ngilu dan selera makan lenyap.4 •



Pajanan kimia. Penggunaan pewangi ruangan merupakan salah satu penyebab polusi dalam ruang karena pewangi ruangan tersebut akan memaparkan bermacam bahan yang serba kimiawi. Ada yang bisa menyebabkan alergi, pusing, hingga mual. 9



Dilaporkan bahwa 95% bahan kimia dalam pewangi adalah senyawa sintesis yang berasal dari petrokimia, termasuk turunan benzene, aldehida. Pajanan yang berulang-ulang akan memicu peningkatan sensitivitas dan reaksi yang semakin kuat. Bahanbahan ini dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, termasuk reaksi alergi, masalah pernapasan dan sensitivitas.pada pajanan berulang, Selain itu, juga penyemprot nyamuk, rokok, mesin fotokopi yang mengeluarkan ozon, penggunaan berbagai desinfektan, hingga tanaman hidup yang tidak pernah dikeluarkan dari ruangan. Tanaman yang jarang dikeluarkan dari ruangan juga kurang baik karena pada malam hari tanaman mengeluarkan karbondioksida dan mengkonsumsi oksigen. Terlebih jika tanaman tersebut berada di dalam ruangan kantor yang jarang dibuka ventilasi udara segarnya. Selain itu juga banyak materi bangunan modern, seperti cat diding yang masih baru diaplikasikan, papan partikel (particle board), papan fiber (fiber board), dan berbagai macam perabotan plastik yang mengeluarkan gas organik dalam jangka tahunan.4 •



Pajanan Ergonomi. Posisi tubuh yang membungkuk dan jongkok saat bekerja dan leher menoleh menekuk.4







Pajanan Psikososial. Stress psikis, monoton kerja, tuntutan pekerjaan, dan lain-lain.4



4. Jumlah pajanan • Pasien mendapat pajanan yang besar karena jam bekerja yang lama iaitu dari jam 8.00 sehingga 17.00 setiap hari selama satu tahun di gedung tersebut. 5. Faktor individu •



Apakah pasien ada riwayat atopi/alergi?







Apakah adanya riwayat pajanan serupa sebelumnya sehingga



resikonya meningkat?



10







Apakah



ada



riwayat



penyakit



dalam



keluarga



yang



mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih sensitif terhadap pajanan yang dialami? •



Higiene perorangan.5



6. Faktor lain diluar pekerjaan •



Apakah ada faktor pajanan lain yang dapat menyebabkan



penyakit? •



Perlu adanya anamnesis lebih lanjut mengenai apakah ada



kebiasaan merokok, pajanan dirumah 5 7. Diagnosis okupasi Dari 6 langkah diagnosis diatas, maka diagnosis penyakit diatas adalah penyakit akibat hubungan kerja atau lebih spesifik penyakit Sick Building Syndrome.



2) Diagnosa kerja Sick building syndrome Sick Building Syndrome adalah sekumpulan gejala yang dialami oleh penghuni gedung atau bangunan dimana di dalamnya terjadi gangguan sirkulasi udara, yang dihubungkan dengan waktu yang dihabiskan di dalam gedung tersebut, tetapi tidak terdapat penyakit atau penyebab khusus yang dapat diidentifikasi. Terdapat dua komponen diagnosis SBS, pertama apakah gejala terjadi pada satu atau beberapa pekerja dalam gedung yang sama dan kedua adalah gejala muncul saat berada di dalam gedung dan menghilang bila berada di luar gedung. Sick building syndrome bukan penyakit tunggal yang dapat didiagnosis segera pada pekerja di dalam gedung. Asma, rinitis dan konjungtivitis alergi adalah penyakit alergi yang mempunyai gejala sama dengan SBS. Sakit kepala dan lethargy merupakan gejala nonspesifik yang dapat terjadi pada sebagian besar penyakit dan dapat berkaitan dengan pajanan okupasi. Pengenalan gejala, pemeriksaan fisis serta laboratorium bila tersedia merupakan langkah awal dalam



11



mendiagnosis dan penatalaksanaan SBS bertujuan untuk menyingkirkan kondisi lain yang mempunyai gejala sama.3 Pekerja dengan SBS lebih sensitf terhadap stimuli dibandingkan dengan pekerja tanpa SBS. Keluhan wheezing dan atau dada tertekan memerlukan pemeriksaan lebih lanjut dengan peakflow meter atau spirometri sebelum dan sesudah kerja. Jika hasil pemeriksaan tidak ditemukan kelainan maka tidak terdapat penyakit. Waktu saat timbulnya penyakit merupakan salah satu faktor penting pada SBS. Beberapa metode dapat digunakan untuk membantu dalam mendiagnosis SBS.3 Lingkungan sosial merupakan salah satu faktor penyebab SBS. Stres akibat lingkungan kerja mekanismenya belum jelas diketahui, diduga karena tidak ada keseimbangan antara kebutuhan dengan kemampuan. Stres merupakan gabungan antara beban kerja di kantor dengan lingkungan sosial dan faktor ini dapat memberikan fenomena fisiologis maupun psikologis. Kuantitas kerja dapat menghambat kenyamanan bekerja dan berperan pada iritasi mukosa dan keluhan umum lainnya. Hal ini merupakan indikator tidak langsung akibat stres kerja.3 Kelainan Iritasi membran mukosa



Gejala Iritasi mata, hidung, dan



Gejala neurologis



tenggorokan Nyeri kepala Kelelahan Sulit konsentrasi



Gejala menyerupai asma



Cepat marah Dada terasa tertekan



Gangguan kulit



Wheezing Kulit kering



Gejala gastrointestinal



Iritasi kulit Diare



Tabel 1. Gejala dan tanda SBS3



• Patofisiologi Terdapat 3 hipotesis untuk menjelaskan gejala SBS antara lain hipotesis kimia bahwa volatile organic compounds (VOCs) yang berasal dari perabot, karpet, cat serta debu, karbon monoksida atau formaldehid yang 12



terkandung dalam pewangi ruangan dapat menginduksi respons reseptor iritasi terutama pada mata dan hidung. Iritasi saluran napas menyebabkan asma dan rinitis melalui interaksi radikal bebas sehingga terjadi pengeluaran histamin, degradasi sel mast dan pengeluaran mediator inflamasi menyebabkan bronkokonstriksi. Pergerakan silia menjadi lambat sehingga tidak dapat membersihkan saluran napas, peningkatan produksi lendir akibat iritasi oleh bahan pencemar, rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran napas, membengkaknya saluran napas dan merangsang pertumbuhan sel. Akibatnya terjadi kesulitan bernapas, sehingga bakteri atau mikroorganisme lain tidak dapat dikeluarkan dan memudahkan terjadinya infeksi saluran napas.6 Hipotesis ke dua adalah hipotesis bioaerosol; penelitian cross sectional menunjukkan bahwa individu yang mempunyai riwayat atopi akan memberikan reaksi terhadap VOCs konsentrasi rendah dibandingkan individu tanpa atopi. Hipotesis ke tiga ialah faktor pejamu, yaitu kerentanan individu akan mempengaruhi timbulnya gejala.6 Stres karena pekerjaan dan faktor fisikososial juga mempengaruhi timbulnya gejala SBS. Building related illness (BRI) berbeda dengan SBS, adalah suatu penyakit yang dapat didiagnosis dan diketahui penyebabnya berkaitan dengan kontaminasi udara dalam gedung.6



3) Diagnosa banding Legionnaire Suatu bentuk pneumonia yang lebih severe di mana inflamasi paru terjadi karena infeksi oleh bakteri Legionella, antaranya Legionella pneumophila. Penyebaran secara aerosol/air-borne, tidak diinfeksi dengan kontak perorangan. Gejala dapat timbul 2- 14 hari setelah exposure terhadap bakteri.2 Antara gejala legionnaire: cephalgia, myalgia, dingin, demam, batuk, fatigue, nafsu makan menurun, confusion, sesak nafas, dan gangguan GIT seperti nausea dan vomitus.2



13



Bukan saja menginfeksi paru, tetapi pada kasus lebih serius dapat menyebar ke jantung. Bentuk lebih mild dari legionnaire adalah Pontiac fever yang dapat sembuh sendiri tanpa tatalaksana. Paling umum, Penyakit bangunan wabah hasil dari aerosol yang terkontaminasi, biasanya disebarkan dalam sistem ventilasi dari menara pendingin, kondensor yang menguapkan, dan sistem pendingin udara. Sumber lain dari aerosol termasuk air mancur hias,dan bak pusaran air panas. Spesies Legionella dapat kultur sampai 40% dalam menara pendingin, meskipun infeksi yang berasal dari paparan aerosol dilaporkan jarang. Bakteri Legionella berkembang dalam sistem air dipertahankan pada suhu hangat antara sekitar 26,7 ° C (80 ° F) dan 48,9 ° C (120 ° F). Pembersihan dan perawatan sumber-sumber potensial sangat penting dalam mencegah wabah Legionnaires’s disease.2,5



4) Penatalaksanaan  Medika mentosa Pengobatan dilakukan berdasarkan simptom: •



Decongstan:



membantu



melancarkan



pernafasan



dan



pengeluaran mucus atau lendir dari hidung. •



Dextromethorpan atau ambroxol: membantu mengeluarkan



dahak atau mengencerkan dahak. •



Paracetamol, ibuprofen, aspirin: demam, sakit kepala dan nyeri



seluruh badan. •



Antibiotik erythromycin: untuk penyakit seperti Legionnaire.5,7



 Non-medika mentosa •



Menghilangkan sumber kontaminasi penyebab SBS, misalnya



dengan pembersihan AC secara berkala •



Jangan merokok, karena dapat memperberat penyakit







Menghilangkan sumber polutan. Jika suatu gedung tekah



dinyatakan telah terkena SBS, maka perlu dilakukan pemeriksaan menyeluruh untuk mencari sumber polutan yang dominan. Setelah



14



sumber tersebut ditemukan, maka langkah selanjutnya adalah menghilangkan sumber polutan tersebut. •



Meningkatkan laju pertukaran udara. Ini dapat dilakukan



dengan melakukan modifikasi terhadap sistem ventilasi yang telah ada disesuaikan dengan standar baku yang telah ada. •



Membersihakan udara yang disirkulasikan di dalam gedung.



Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan filter yang dapat menyaring udara, meskipun sangat terbatas. •



Menjaga temperature dan kelembapan ruangan dalam rentang



dimana kontaminasi biologis susah bertahan hidup. Biasanya dalam temperature 70oF dan kelembapan 40-60%. •



Jendela sedapat mungkin dibuka untuk membantu proses



pertukaran udara dalam dan udara luar. 5) Pencegahan •



Edukasi tentang penyakit SBS







Upaya agar udara luar yang segar dapat masuk ke dalam gedung secara baik dan terdistribusi secara merata ke semua bagian didalam suatu gedung. Dalam hal ini perlu diperhatikan agar lubang tempat masuknya udara luar tidak berdekatan dengan sumber-sumber pencemar di luar gedung agar bahan pencemar tidak terhisap masuk ke dalam gedung. Ventilasi dan sirkulasinya udara dalam gedung diatur sedemikian rupa agar semua orang yang bekerja merasa segar, nyaman dan sehat, jumlah supply udara segar sesuai dengan kebutuhan jumlah orang didalam ruangan, demikian pula harus diperhatikan jumlah supply udara segar yang cukup apabila ada penambahan-penambahan karyawan baru dalam jumlah yang signifikan.







Perlu pula diperhatikan pemilihan bahan-bahan bangunan dan bahan pembersih ruangan yang tidak akan mencemari lingkungan udara di dalam gedung dan lebih ramah lingkungan (green washing,non toxic, natural, ecological friendly).



15







Penambahan batas-batas ruangan dan penambahan jumlah orang yang bekerja



dalam



satu



ruangan



hendaknya



dilakukan



setelah



memperhitungkan agar setiap bagian ruangan dan setiap individu mendapat ventilasi udara yang memadai. •



Keluar gedung saat istirahat untuk menghirup udara segar.







Alokasikan ruangan khas untuk merokok dan buat jalur ventilasi untuk asap buangannya demikian sehingga tidak bercampur dengan sirkulasi udara segar menuju ruangan lainnya.







Segera laporkan apabila terlihat gejala-gejala sick building syndrome.



6) Prognosis Dubia ad bonam



C. Penutup Penyakit sick building syndrome(SBS) biasanya timbul pada lokasi atau tempat kerja sehari-hari yang kurang sehat. Kehidupan masyarakat yang modern dan dikelilingi dengan perangkat teknologi bisa berdampak buruk bagi tubuh, salah satunya adalah penyakitnya SBS. SBS adalah istilah yang menyatakan bahwa gedung-gedung industri, perkantoran, perdagangan, dan rumah tinggal yang menimbulkan dampak penyakit. SBS sangat mungkin menurunkan produktivitas. Berbagai penyakit itu muncul disebabkan polutan dari berbagai perangkat dan peralatan di dalam ruangan gedung, kantor, dan rumah. Polutan yang mencemari ruangan kerja itu seperti asap rokok, ozone yang berasal dari mesin fotokopi dan printer, kuman dan bakteri yang berasal dari karpet. Sedangkan di rumah tangga seperti furnitur rumah tangga, pembersih cat, vacum cleaner, debu, dan karbon monoksida. Memang penyakit yang ditimbulkan lewat oleh SBS tersebut tidak seketika terjadi. Namun, jika terus-menerus terkena dampak tersebut bisa memicu munculnya berbagai penyakit dalam tubuh seperti kanker, TBC, dan flu.



16



Jadi, yang perlu dibenahi adalah rumah atau lingkungan tempat kerja. Caranya misalnya dengan memberikan ruang sanitasi udara yang cukup, begitu juga untuk pancaran sinar matahari, arena polutan itu bisa mati karena pengaruh sinar matahari.



D. Daftar pustaka 1.



Utami ET. Hubungan antara kualitas udara pada ruangan ber-AC sentral dan



sick building sindrome. Jateng-DIY. Tesis DIY:UNNES:2005. 2.



Jaakkola K, Jaakkola MS. Sick building syndrome. In: Hendrik DJ, Burge PS,



Beckett WS, Churg A, editors. Occupational disorder of the lung: recognation management and prevention. 5th ed. London: WB Saunders;2002. Page 241-55. 3.



Aditama TY, Andarini SL. Sick building syndrome. Jakarta: Med J Indones;



2002. Page 124-31. 4.



Winarti M, Basuki B, Hamid A. Air movement, gender and risk of sick



building syndrome headache among employees in Jakarta office. Med J Indones 2003. Page 171-2. 5.



Fischman ML. Current Occupational & Environmental Medicine. Ed. 4. New



York : Mc Graw Hill ; 2007. Page 718-719. 6.



Hodgson M. Indoor environmental exposure and symptoms. Environ Health



Perspect 2002. Page 663-7. 7.



Saijo y, Kishi R, Seta F, Katakura Y, Urashima Y, Hatakayama A, et al.



Symptoms in relation to chemicals and dampness in newly built dwellings. Int Arch Occup Environ Health 2004. Page 461-70.



17