Makalah Masalah Gizi Di Indonesia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MASALAH GIZI DI INDONESIA Disajikan dalam Rangka Melengkapi Tugas Mata Kuliah Program Gizi Masyarakat



Oleh : Kelompok 3



I GUSTI AYU AGUNG DWI PAYANI



(P07131018001)



NI PUTU LIDYA ARVINNA APRYANTI



(P07131018014)



NI LUH PUTU YUNIARI KAHESMA DEWI



(P07131018016)



NI PUTU METHA DEWI PERTIWI NADI



(P07131018024)



NI PUTU AYU SILVIARY TRISNA PRAMESTI (P07131018035) PUTU RISKA PRAYOGA



(P07131018054)



KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN GIZI PRODI DIII DENPASAR 2020



KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya paper yang berjudul "MASALAH GIZI DI INDONESIA". Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan paper ini, maka kami mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Ir. Hertog Nursanyoto, M.Kes, selaku dosen Pembimbing mata kuliah Program Gizi Masyarakat, yang memberikan dorongan, masukan kepada penulis. 2. I Gusti Lanang Gede Karang, A.Md. IPI selaku pemimpin perpustakaan jurusan gizi, yang telah membantu meminjamkan buku referensi. 3. Ni Komang Wiardani, S.ST, M.Kes selaku kepala jurusan karena telah menerima kami sebagai mahasiswa jurusan gizi. 4. Teman-teman



yang



berkontribusi



pada



penulisan



paper



ini.



Kami menyadari bahwa paper ini belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan paper ini.



Denpasar, 18 Januari 2020



Penulis



2



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL .................................................................................... i KATA PENGANTAR .................................................................................. ii DAFTAR ISI................................................................................................. iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 1 1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................... 1 1.4 manfaat penulisan......................................................................... 1



BAB II PEMBAHASAN 2.1



..................................................................................................



2.2 penyebab .................................................................................... 2 2.3 tanda dan gejala ............................................................................ 3 2.4 dampak ........................................................................................ 4



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ................................................................................. 5



DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 6



3



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang



2.1 Rumusan Masalah 2.1.1



……………………………………….



2.1.2



Apakah penyebab ………………….



2.1.3



Bagaimanakah tanda dan gejala ………..



2.1.4



Apakah dampak …………………………



3.1 Tujuan 3.1.1



Untuk menguraikan …………..



3.1.2



Untuk menguraikan penyebab…………………



3.1.3



Untuk menguraikan tanda dan gejala……………..



3.1.4



Untuk menguraikan dampak…………….



4.1 Manfaat Manfaat yang diperoleh dari penulisan paper ini, yaitu dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Bagi mahasiswa penulis Adapun manfaat bagi mahasiswa penulis memperoleh pengetahuan tentang masalah gizi di Indonesia dan menyelesaikan tugas mata kuliah program gizi masyarakat. 2. Bagi masyarakat Adapun manfaat bagi masyarakat supaya masyarakat mengetahui tentang masalah gizi di Indonesia.



4



BAB II MASALAH GIZI DI INDONESIA 2.1 Definisi masalah gizi Masalah gizi adalah gangguan kesehatan dan kesejahtraan seseorang, kelompok orang atau masyarakat sebagai akibat adanya ketidakseimbangan antara asupan (intake) dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan pengaruh interaksi pennyakit (infeksi). Ketidakseimbangan ini bisa mengakibatkan gizi kurang maupun gizi lebih. Saat ini, kondisi gizi dunia menunjukan dua kondisi yang ekstrim. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu rendah serat dan tinggi kalori, serta kondisi kurus dan pendek sampai pada kegemukan. Hal yang sama juga terjadi di Indonesia. Saat sebagian besar bangsa Indonesia masih menderita kekurangan gizi terutama pada ibu, bayi dan anak secara bersamaan timbul masalah gizi lain yaitu gizi lebih yang berdampak pada obesitas. Hal ini akan mengahmbat laju pembangunan, karena status gizi suatu masyarakat berperan penting terhadap kualitas sumber daya manusia, dan daya saing bangsa. Kemiskinan menjadi faktor utama penyebab kekuarangan gizi. Konsumsi makanan yang beragam, bergizi seimbang dan aman dapat memenuhi kecukupan gizi individu-individu untuk tumbuh dan berkembang. Gizi pada ibu hamil sangat berpengaruh pada perkembangan otak janin, sejak dari menggu ke empat pembuahan sampai lahir dan anak berusia 3 tahun (golden age). 2.2 Besaran ( Prevalensi ) masalah gizi A. KEP Kekurangan energi protein (KEP) merupakan salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita di Indonesia. Kekurangan energi protein (KEP) adalah kondisi kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari (Supariasa, 2002). Berdasarkan hasil SUSENAS tahun 2002, prevalensi KEP di Indonesia mencapai 27,3% (Depkes, 2003). Penyebab dari KEP ini adalah kurangnya konsumsi sumber protein yang berasal dari protein hewani dan nabati. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 oleh DepkesRI menunjukkan bahwa sekitar 18% anak usia balita di Indonesia berstatus gizi buruk, 37% mengalami gizi kronis, dan 14% mengalami permasalahan gizi akut. Sedangkan di daerah Jawa Timur 434 ribu anak mengalami permasalahan gizi kurang, 867 ribu anak mengalami gizi kronis, dan 341 ribu anak mengalami gizi akut. Sedangkan hasil penelitian oleh Proboningsih(2004) menunjukkan bahwa pada anakusia 12 -18 bulan di 5



puskesmas wilayah Sidoarjo kelompok status gizi baikterdapat 78.6%memiliki perkembangan normal dan 21,4% perkembanganyang terhambat. Sedangkan pada kelompok gizi kurang terdapat 53,6%memiliki perkembangan normal dan46,4% perkembangan yang terhambat.Hal ini menunjukkan bahwa status gizinormal dan status gizi kurang memilikiperbedaan perkembangan (motorikkasar, motorik halus, bahasa, dan kepribadian).



B. Kekurangan Vitamin A (KVA) Vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak dan disimpan



dalam



hati,



berfungsi



untuk



penglihatan,



pertumbuhan,



dan



meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Hasil kajian beberapa studi menyatakan bahwa Vitamin A merupakan zat gizi yang sangat esensial bagi manusia, karena zat gizi ini sangat penting dan konsumsi makanan kita cenderung belum mencukupi dan masih rendah sehingga harus dipenuhi dari luar. Vitamin A bermanfaat untuk menurunkan angka kematian dan angka kesakitan, karena Vitamin A dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi seperti campak, diare, ISPA (infeksi saluran pernafasan akut). Vitamin A juga bermanfaat untuk kesehatan mata dan membantu proses pertumbuhan. Ibu nifas yang cukup mendapat Vitamin A akan meningkatkan kandungan Vitamin A dalam air susu ibu (ASI), sehingga bayi yang disusui lebih kebal terhadap penyakit dan kesehatan ibu lebih cepat pulih. Oleh karena itu, yang Vitamin A sangat penting untuk kesehatan dan kelangsungan hidup. Saat ini di Indonesia masih terjadi kencenderungan meningkatnya Kekurangan Vitamin A (KVA) pada ibu dan balita di daerah miskin perkotaan. Menurut data Departemen Kesehatan (1992) menunjukkan hamper 10 juta balita menderita KVA subklinis (serum retinol < 20 µg/dl), 60 diantaranya disertai dengan gejala bercak bitot yang terancam buta. Selain itu, pada beberapa provinsi di Indonesia telah ditemukan kasus-kasus baru KVA yang terjadi pasa anak penderita gizi buruk, sehingga KVA merupakan masalah gizi utama di Indonesia hingga saat ini. Prevalensi tertinggi terjadi pada balita. Hal ini disebabkan oleh intake makanan yang mengandung vitamin A kurang atau rendah, rendahnya konsumsi vitamin A dan pro vitamin A pada ibu hamil sampai melahirkan sehingga mempengaruhi kadar vitamin A yang terkandung dalam ASI. Selain itu dapat 6



disebabkan oleh MP-ASI yang kurang kandungan vitamin A, gangguan absorbs vitamin A dan pro vitamin A ( penyakit pancreas, diare kronik, KEP ), gangguan konversi pro vitamin A menjadi vitamin A.



C. (GAKY) GAKY merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. GAKy diketahui mempunyai kaitan yang erat dengan gangguan perkembangan mental dan kecerdasan. Oleh karena itu, semakin besar angka prevalensi masalah GAKY, akan semakin menurunkan potensi sumber daya manusia. Apabila di suatu wilayah dijumpai penderita gondok lebih dari 10%, maka daerah itu dinyatakan daerah GAKY dan harus dilakukan tindakan penanggulangan GAKY. Pada umumnya masalah ini lebih banyak terjadi di daerah pegunungan, dimana makanan yang dikonsumsinya sangat tergantung dari produksi makanan yang berasal dari tanaman setempat yang tumbuh pada kondisi tanah dengan kadar yodium rendah. Masalah gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) merupakan masalah yang serius mengingat dampaknya secara langsung memengariuhi kelangsungan hidup dan kualitas manusia. Kelompok masyarakat yang sangat rawan terhadap masalah dampak defisiensi yodium adalah wanita usia subur (WUS), ibu hamil, anak balita, dan anak usia sekolah. Dewasa ini prevalensi GAKY di Indonesia relative masih tinggi. Berdasarkan survey GAKY nasional yang dilakukan pada tahun 1998, prevalensi gondok di Jawa Timur dari 37 kabupaten/kota yang ada semuanya termasuk daerah endemis gondok, meskipun banyak diantaranya yang termasuk endemis ringan. Adapun jumlah kecamatan yang termasuk endemis adalah 505 dari 615 kecamatan yang ada (82,1%) dengan perincian sebagai berikut : 



Kecamatan endemis berat







Kecamatan endemis sedang : 92 (14,9%)







Kecamatan endemis ringan



: 325 (52,8%)







Kecamatan non-endemis



: 110 (17,8%)



: 88 (43%)



Jumlah desa yang berada di kecamatan endemis sebanyak 6.871 desa dari 8.410 desa yang ada (81,7%) terdiri dari : 7







Jumlah desa di kecamatan endemis berat







Jumlah desa di kecamatan endemis sedang : 1.211 (14,3%)







Jumlah desa di kecamatan endemis ringan



: 4.604 (54,7%)







Jumlah desa di kecamatan non-endemis



: 1.539 (18,2%)



: 1.056 (12,5%)



Menurut Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan secara nasional 77,1% rumah tangga yang mengonsumsi garam dengan kandungan cukup iodium, 14,8% rumah tangga mengonsumsi garam dengan kandungan kurang iodium dan 8,1% rumah tangga mengonsumsi garam yang tidak mengandung iodium. Provinsi dengan proporsi rumah tangga yang mengonsumsi garam dengan kandungan cukup iodium tertinggi adalah Bangka Belitung (98,1%) dan terendah adalah Aceh (45,7%). Dan secara nasional angka ini masih belum mencapai target Universal Salt Iodization (USI) atau “garam beriodium untuk semua”, yaitu minimal 90% rumah tangga yang mengonsumsi garam dengan kandungan cukup iodium (WHO/UNICEF ICCIDD, 2010). Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 yang mengonsumsi garam dengan kandungan iodium cukup mengalami peningkatan dibanding tahun 2007, dimana pada tahun 2007 sebesar 62,3% dan pada tahun 2013 sebesar 77,1%. Pada tahun 2013, sebanyak 13 provinsi telah mencapai USI, sedangkan pada tahun 2007 hanya 6 provinsi.



D. Anemia Anemia merupakan kondisi berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin (Hb) sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen ke seluruh jaringan. Pengertian Anemia menurut Bakta (2009) anemia secara labolatorik adalah suatu keadaan apabila terjadinya penurunan kadar Hb di bawah normal, kadar eritrosit dan hematroktrit (packedredcell). Sedangkan menurut WHO (1992) anemia adalah suatu keadaan yang ditunjukkan dengan kadar Hb lebih rendah dari batas normal untuk kelompok orang yang bersangkutan. Anemia juga didefinisikan sebagai suatu penurunan massa sel darah merah atau total Hb, secara lebih tepat dikatakan kadar Hb normal pada wanita yang sudah menstruasi adalah 12,0 dan untuk ibu hamil 8



11,0 g/dl. Namun tidak ada efek merugikan bila kadarnya 100% (Obesitas berat ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk). Anak-anak yang mengalami obesitas dapat berisiko lebih besar mengidap penyakit jantung, diabetes dan gangguan akibat kelebihan berat badan lainnya dari yang terpikirkan. Fakta ini diketahui berdasarkan studi baru tentang dampak obesitas selama masa kanak-kanak dan perkembangan kesehatan di masa dewasa.Dibanding anak-anak dan remaja yang berbobot ideal, anak dengan obesitas lebih berisiko menderita gangguan kesehatan yang memicu penyakit jantung dan diabetes. Seperti, tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi, dan gula darah tinggi. Salah satu masalah kelebihan gizi yang terjadi pada anak -anak dan mendapatkan perhatian khusus di dunia kesehatan adalah obesitas. Obesitas sendiri dapat didefinisikan sebagai akumulasi lemak yang abnormal atau kelebihan lemak yang menimbulkan risiko gangguan kesehatan (WHO, 2015). Prevalensi obesitas di dunia antara tahun 1980 dan 2013 telah meningkat sebanyak 27.5% pada orang dewasa dan 47.1% pada anak –anak (Ng dkk., 2014). Berdasarkan data dari RISKESDAS tahun 2013 secara nasional masalah kelebihan berat badan pada anak umur 5 -12 tahun masih tinggi yaitu 18.8%, terdiri dari overweight10,8% dan obesitas 8,8%. Bali masuk kedalam daftar Provinsi dengan prevalensi obesitas diatas rata -rata nasional (RISKESDAS, 2013).Obesitas pada anak memiliki berbagai efek baik langsung maupun jangka panjang pada kesehatan anak tersebut. Beberapa faktor risiko yang menyebabkan meningkatnya prevalensi obesitas pada anak adalah akibat perubahan pola hidup seperti kurangnya aktivitas fisik dan makan makanan yang cendrung tinggi kalori.



2.3 Penyebab Masalah Gizi Di Indonesia 1. Penyebab KEP faktor-faktor penyebab kurang energi protein dibagi menjadi dua, yaitu : Primer a) Susunan makanan yang salah b) Penyedia makanan yang kurang baik c) Kemiskinan d) Ketidaktahuan tentang nutrisi dan kebiasan makan yang salah Penyebab Sekunder : a) Gangguan pencernaan (seperti malabsorbsi, gizi tidak baik, kelainan struktur saluran). b) Gangguan psikologis. 2. Penyebab Kekurangan Vitamin A (KVA) Penyebab langsung dari KEP adalah defisiensi kalori maupun protein, yang berarti kurangnya konsumsi makanan yang mengandung kalori maupun protein, 10



hambatan utilisasi zat gizi. Adanya penyakit infeksi dan investasi cacing dapat memberikan hambatan absorpsi dan hambatan utilisasi zat-zat gizi yang menjadi dasar timbulnya KEP. Penyebab tidak langsung dari KEP ada beberapa hal yang dominan, antara lain pendapatan yang rendah sehingga daya beli terhadap makanan terutama makanan berprotein rendah. Penyebab tak langsung yang lain adalah ekonomi Negara, jika ekonomi Negara mengalami krisis moneter akan menyebabkan kenaikan harga barang, termasuk bahan makanan sumber energy dan sumber protein (beras, ayam, daging, dan telur). Penyebab lain yang berpengaruh terhadap defisiensi konsumsi makanan berenergi dan berprotein adalah rendahnya pendidikan umum dan pendidikan gizi, sehingga kurang adanya pemahaman peranan zat gizi bagi manusia. Atau mungkin denan adanya produksi pangan yang tidak mencukupi kebutuhan, jumlah anak yang terlalu banyak, kondisi hygiene yang kurang baik, system perdagangan dan distribusi yang tidak lancar serta tidak merata. Penyebab langsung KEP dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Penyakit infeksi Penyakit infeksi yang dapat menyebabkan KEP yaitu cacar air, batuk rejang, TBC, malaria, diare, dan cacing, misalnya cacing Ascaris lumbricoides dapat memberikan hambatan absorbs dan hambatan utilisasi zat-zat gizi yang dapat menurunkan daya tahan tubuh yang semakin lama dan tidak diperhatikan akan merupakan dasar timbulnya KEP. b. Konsumsi makan KEP sering dijumpai pada anak usia 6 bulan hingga 5 tahun dimana pada usia tersebut tubuh memerlukan zat gizi yang sangat tinggi, sehingga apabila kebutuhan zat gizi tidak terpenuhi maka tubuh akan menggunakan cadangan zat gizi yang ada didalam tubuh, yang berakibat semakin lama cadangan semakin habis dan akan menyebabkan terjadinya kekurangan yang menimbulkan perubahan pada gejala klinis. c. Kebutuhan energy Kebutuhan energy tiap anak berbeda-beda. Hal ini ditentukan oleh metabolism basal tubuh, umur, aktivitas, fisik, suhu, lingkungan serta kesehatannya. Energi yang dibutuhan seseorang tergantung pada beberapa faktor, yaitu jenis kelamin, umur, aktivitas fisik, dan kondisi psikologis. 11



d. Kebutuhan protein Protein merupakan zat gizi penting karena erat hubungannya dengan kehidupan. e. Tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu Pendidikan orangtua merupakan salah satu factor yang penting dalam tumbuh dan kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik. Seorang ibu dengan pendidikan yang tinggi akan dapat merencanakan menu makan yang sehat dan bergizi bagi dirinya dan keluarganya. Pengetahuan ibu tentang cara memperlakukan bahan pangan dalam pengolahan dengan tujuan membersihkan kotoran, tetapi sering kali Dilakukan berlebihan sehingga merusak dan mengurangi zat gizi yang dikandungnya. f. Tingkat pendapatan dan pekerjaan orang tua Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer seperti makanan maupun yang sekunder. Tingkat pendapatan juga ikut menentukan jenis pangan apa yang akan dibeli. Keluarga yang pendapatan nyarendah membelanjakan sebagian besar untuk serealia, sedangkan keluarga dengan pendapatan yang tinggi cenderung membelanjakan sebagian besar untuk hasil olahan susu. Jadi, penghasilan merupakan factor penting bagi kuantitas dan kualitas makanan. Antara penghasilan dan gizi jelas ada hubungan yang menguntungkan. Pengaruh peningkatan penghasilan terhadap perbaikan kesehatan dan kondisi keluarga lain yang mengadakan interaksi dengan status gizi yang berlaku hamper universal. g. Besar anggota keluarga Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang keadaan social ekonominya cukup akan mengaki batkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak, lebih-lebih kalau jarak anak terlalu dekat. Adapun pada keluarga dengan keadaan social ekonomi yang kurang, jumlah anak yang banyak akan mengakibatkan kurangnya kasih sayang dan perhatian pada anak, juga kebutuhan primer seperti makanan, sandang, papan tidak terpenuhi.



3. Penyebab GAKY Penyebab terjadinya (gaky), yaitu sebagai berikut: a. Kekurangan Yodium 12



Kelenjar tiroid terletak pada leher bagian depan, sedikit di bawah glottis (jakun), dan mengelilingi trakea di samping kiri dan kanannya, serta diikat seberkas jaringan ikat yang melintasi trakea di sebelah depan isthmus tiroid. Kelenjar ini akan bergerak ke atas pada saat orang tersebut menelan. Kelenjar tiroid memerlukan yodium untuk memproduksi hormon tiroid. Yodium merupakan komponen struktural dari hormone tiroksin yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Yodida yang terdapat dalam bahan makanan dan dikonsumsi oleh manusia, di dalam kelenjar tiroid akan diubah menjadi tiroksin. Jumlah tiroksin yang dikeluarkan dan dialirkan dalam peredaran darah disesuaikan dengan kebutuhan jaringan. Agar metabolisme dalam sel jaringan berjalan secara optimal, maka kadar tiroksin perlu dipertahankan pada tingkat tertentu. Apabila saat kadar tiroksin dalam darah menurun akan merangsang kelenjar tiroid untuk memproduksi tiroksin kembali hingga kadarnya dalam darah kembali normal. Rendahnya kadar tiroksin dalam darah yang



lama



(sebagai



akibat



konsumsi



yodium



yang



rendah)



akan



mengakibatkan kerja kerasnya kelenjar tiroid untuk mengkompensasi kebutuhan tiroksin secara normal dalam tubuh. Sebagai akibatnya, akan terjadi hipertropi dan hiperplasi dari kelenjar tiroid, sehingga kelenjar tersebut tampak membesar. Pada keadaan defisiensi yodium dimana pembentukan hormon tiroksin terhambat, maka untuk mencukupi hormon tersebut kelenjar tiroid berusaha mengadakan kompensasi dengan menambahkan jaringan kelenjar agar produksi tiroksinnya meningkat. Hal ini yang menyebabkan terjadinya hipertropi sel kelenjar tiroid dan disebut struma simpleks. Gangguan akibat kekurangan yodium merupakan rangkaian efek kekurangan yodium pada tumbuh kembang manusia. Semakin berat kekurangan yodium yang dialami, semakin banyak komplikasi yang ditimbulkannya. b. Penyakit Graves Penyakit Graves terjadi ketika kelenjar tiroid terlalu aktif dalam memproduksi hormon, akibat reaksi sistem kekebalan tubuh yang menyerang kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid yang terlalu aktif (hipertiroidisme) akan mengakibatkan kelenjar tiroid membesar. c. Penyakit Hashimoto



13



Rendahnya produksi hormon pada penyakit Hashimoto membuat kelenjar pituitari menghasilkan hormon yang merangsang kelenjar tiroid secara berlebihan. Hal inilah yang membuat kelenjar tiroid membesar. d. Kehamilan Hormon HCG (human chorionic gonadotropin) yang diproduksi tubuh selama kehamilan dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid. e. Merokok Gondok dapat disebabkan oleh kebiasaan merokok. Hal ini terkait dengan kandungan tiosianat pada rokok, yang dapat memengaruhi kemampuan tubuh dalam menyerap yodium. f. Bahan Goitrogenik Adanya zat goitrogenik pada bahan makanan merupakan faktor lain yang ikut memengaruhi terjadinya GAKY di suatu daerah. Beberapa jenis bahan makanan yang mempunyai sifat goitrogenik adalah kubis (species brassica), kedelai mentah, dan singkong yang belum dimasak. Cara kerja zat goitrogenik ini adalah secara kompetisi dengan menghambat penangkapan yodium oleh sel kelenjar gondok dan mengganggu proses iodisasi pada pembentukan hormone tiroksin. Menurut jenis asalnya zat goitrogenik dibagi dalam dua macam, yaitu: 



Zat goitrogenik alami







Zat goitrogenik non-alami



Yang dimaksud dengan zat goitrogenik alami adalah linamarin pada singkong, getah pada labu siam, kulit ari kacang tanah, kubis, dan belerang dari gunung berapi. Adapun zat goitrogenik non-alami meliputi goitrogenik dari bahan pencemar, yaitu kelebihan pupuk urea, pestisida, dan bakteri E.coli. g. Defisiensi Protein Sel tiroid adalah sel kelenjar yang mengekskresi protein dalam bentuk glikoprotein besar yang dinamakan tiroglubulin. Setiap molekul tiroglobulin mengandung 140 asam amino tirosin, dan tirosis merupakan substrat penting yang berkaitan dengan yodium untuk membentuk hormone tiroid. Hormone tiroid ini terbentuk dalam molekul tiroglobulin, yaitu residu asam amino tirosin, hormone tiroksin (T4), dan triiodotironin (T3) yang merupakan bagian molekul triiodotironin.



14



h. Genetik Faktor genetik dalam hal ini merupakan variasi individual terhadap kejadian GAKY, dan memang mempunyai kecenderungan bahwa penderita gondok lebih banyak wanita daripada pria, faktor genetik ini banyak disebabkan karena keabnormalan fungsi daripada kelenjar tiroid.



4. Penyebab Anemia Penyebab anemia secara umum antara lain : kurang makan sayuran hijau, buah buahan yang berwarna dan lauk pauk ( sebab utama ). Pendarahan akibat terlalu sering melahirkan. Jarak kelahiran anak terlalu dekat. Ibu hamil bekerja terlalu berat. Adanya cacing tambang di dalam usus menurut Raspati (2012), kekurangan besi dapat disebabkan : a. Kebutuhan yang meningkat secara fisiologis 1)



Pertumbuhan Pada periode pertumbuhan cepat yaitu pada umur 1 tahun pertama dan masa remaja kebutuhan besi akan meningkat, sehingga pada periode ini insiden ADB meningkat. Pada bayi umur 1 tahun, berat badannya meningkat 3 kali dan masa hemoglobin dalam sirkuklasi meningkat 2 kali lipat disbanding saat lahir. Bayi premature dengan pertumbuhan sangat cepat, pada umur 1 tahun berat badannya dapat mencapai 6 kali dan masa hemoglobin dalam sirkulasi mencapai 3 kali dibanding saat lahir.



2)



Menstruasi Penyebab kurang besi yang sering terjadi pada anak perempuan adalah kehilangan darah lewat menstruasi.



b. Kurangnya besi yang diserap 1) Masukan besi dari makanan yang tidak adekuat Seorang bayi pada 1 tahun pertama kehidupannya membutuhkan makanan yang banyak mengandung besi. Bayi cukup bulan akan menyerap lebih kurang 200 mg besi selama 1 tahun pertama (0,5 mg/ hari) yang terutama digunakan untuk pertumbuhannya. Bayi yang mendapat ASI eksklusif jarang menderita kekurangan besi pada 6 bulan pertama. Hal ini disebabkan besi yang



15



terkandung didalam ASI lebih muda diserap dibandingkan susu yang terkandung susu formula. Diperkirakan sekitar 40% besi dalam ASI diabsorsi bayi, sedangan dari PASI hanya 10% besi yang dapat diabsorsi. 2) Malabsorsi besi Keadaan ini sering dijumpai pada anak kurang gizi yang mulosa ususnya mengalami perubahan secara histologis dan fungsional. Pada orang yang telah mengalami gastrektomi parsial atau total sering disertai ADB walaupun penderita mendapat makanan yang cukup besi. Hal ini disebabkan berkurangnya jumlah asam lambung dan makanan lebih cepat melalui bagian atas usus halus, tempat utama penyerapan besi heme dan non heme.



c.



Pendarahan



Kehilangan darah akibat pendarahan merupakan penyebab penting terjadinya ADB. Kehilangan darah akan mempengaruhi keseimbangan status besi. Kehilangan darah 1 ml akan mengakibatkan kehilangan besi 0,5 mg, sehingga kehilangan darah 3-4 ml/hari (1,5-2 mg besi) dapat mengakibatkan keseimbangan negatif besi.



5. Penyebab Obesitas Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami obesitas, di antaranya adalah : 1. Faktor genetik. Faktor genetik ini merupakan faktor turunan dari orang tua. Faktor inilah yang sulit untuk dihindari. Apabila ibu dan bapak anak mempunyai kelebihan berat badan, maka ini akan bisa dipastikan pula akan menurun pada anaknya. Biasanya anak yang berasal dari keluarga yang juga mengalami overweight, dia akan lebih beresiko untuk memiliki berat badan berlebih, terutama pada lingkungan dimana makanan tinggi kalori selalu tersedia dan aktifitas fisik tidak terlalu diperhatikan. a. Makanan cepat saji dan maknan ringan dalam kemasan. Maraknya restoran cepat saji merupakan salah satu faktor penyebab. Anak-anak sebagian bsar menyukai makanan cepat saji atau fast food bahkan banyak anak yang akan makan dengan lahap dan menambah porsi bila makan makanan cepat saji. Padahal makanan seperti ini umumnya mengandung lemak dan gula yang tinggi yang menyebabkan obesitas. Orang tua yang sibuk sering menggunakan makanan cepat saji yang praktis dihidangkan untuk diberikan pada anak mereka, walaupun kandungan gizinya buruk untuk anak. Makanan cepat saji meski rasnya 16



b.



c.



2.



3.



4.



nikmatnamun tidak memiliki kandungan gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Itu sebabnya makanan cepat saji sering disebut dengan istilah junk food atau makanan sampah. Selain itu, kesukaan anak-anak pada makanan ringan dalam kemasan atau makanan manis menjadi hal yang patut diperhatikan. Minuman ringan. Sama seperti makanan cepat saji, minuman ringan (soft drink) terbukti memiliki kandungan gula yang tinggi sehingga berat badan akan cepat bertambah bila mengkonsumsi minuman ini. Rasanya yang nikmat dan menyegarkan menjadi anak-anak sangat menggemari minuman ini. Kurangnya aktifitas fisik Masa anak-anak identik dengan masa bermain. Dulu, permainan anak umumnya adalah permainan fisik yang mengharuskan anak berlari, melompat atau gerakan lainnya. Tetapi, hal itu telah tergantikan dengan game elektronik, komputer, internet, atau televisi yang cukup dilakukan dengan hanya duduk di depannya tanpa harus bergerak. Hal inilah yang menyebabkan anak kurang melakukan gerak badan sehingga menyebabkan kelebihan berat badan. Faktor psikologis Beberapa anak makanan berlebih untuk melupakan masalah, melawan kebosanan, atau meredam emosi, seperti stres. Masalah-masalh inilah yang menyebabkan terjadinya overweight pada anak. Faktor ini tidak hanya menyerang pada anakanak, orang tua mereka juga mempunyai kecenderungan seperti ini. Faktor keluarga. Jika orang tua selalu membeli makanan ringan, seperti biskuit, chips, dan makanan tinggi kalori yang lain, hal ini juga berkontribusi pada peningkatan berat badan anak. Jika orang tua dapat mengontrol akses anak ke makanan yang tinggi kalori, mereka dapat membantu anaknya untuk menurunkan berat badan. Faktor sosial ekonomi. Anak yang berasal dari latar belakang keluarga berpendapatan rendah mempunyai resiko lebih besar untuk mengalami obesitas. Karena mereka tidak pernah memperhatikan apakah makanan mereka sehat atau tidak , yang terpenting bagi keluarga yang kurang mampu, mereka bisa makan. Memprioritaskan makanan yang sehat dan olahraga dalam keluarga membutuhkan waktu dan uang. Itulah yang membuat anak-anak mereka tumbuh menjadi anak yang kelebihan berat badan.



2.4 Tanda Dan Gejala Masalah Gizi



1. Tanda dan Gejala KEP Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak kurus. Gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan sebagai



marasmus,



kwashiorkor



atau



marasmic-kwashiorkor.



Tanpa



17



mengukur/melihat BB bila disertai edema yang bukan karena penyakit lain adalah KEP berat/Gizi buruk tipe kwasiorkor. a. Kwashiorkor -



Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum pedis)



-



Wajah membulat dan sembab



-



Pandangan mata sayu



-



Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok



-



Perubahan status mental, apatis, dan rewel



-



Pembesaran hati



-



Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk



-



Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis)



-



Sering disertai : • penyakit infeksi, umumnya akut  anemia  diare.



b. Marasmus: 



Kekurangan berat badan.







Kehilangan banyak massa otot dan jaringan lemak.







Pertumbuhan terhambat.







Kulit kering dan rambut rapuh.







Terlihat lebih tua dari usianya.







Tidak berenergi dan tampak tidak bersemangat atau lesu.







Wajah menjadi bulat seperti orang tua.







Diare kronis.



c. Marasmik-Kwashiorkor: Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik Kwashiorkor dan Marasmus, dengan BB/U