Makalah Nilai Guna Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PENDEKATAN NILAI GUNA Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Ekonomi Makro



DIBIMBING OLEH : ELVINA SAFITRI, SE., M.Si



DISUSUN OLEH : ZUBAIDAH ILMA TRIWAHYUNI EROZANDI



SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN YAYASAN PENDIDIKAN MERANGIN (STKIP YPM) BANGKO PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN ILMU PENDIDIKAN TAHUN 2019/ 2020



KATA PENGANTAR



Assalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarokatu Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang mana berkat rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyesaikan penulisan Makalah “Pendekatan Nilai Guna” yang kami susun untuk memenuhi salah satu tugas mata Teori Ekonomi Makro. Tak lupa shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada Nabi akhir zaman Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat dan seluruh umatnya. Kami mengakui dalam makalah ini mungkin masih banyak terjadi kekurangan sehingga hasilnya jauh dari kesempurnaan. Kami sangat berharap kepada semua pihak kiranya memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Besar harapan kami dengan terselesaikannya makalah ini dapat menjadi bahan tambahan bagi penilaian guru bidang studi Agama dan mudahmudahan isi dari makalah kami ini dapat di ambil manfaatnya oleh semua pihak yang membaca makalah ini. Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan hingga waktu yang telah ditentukan. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya Pendidikan Agama Islam.



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ...................................................................................



i



DAFTAR ISI..................................................................................................



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................



1



B. Rumusan Masalah .........................................................................



1



C. Tujuan Penulisan ...........................................................................



1



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Nilai Guna ...................................................................



2



B. Nilai guna total (Total Utility) .......................................................



2



C. Nilai Guna Marjinal (Marginal Utility).........................................



3



D. Keseimbangan Konsumen .............................................................



9



E. Surplus Konsumen.........................................................................



13



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan....................................................................................



17



B. Saran ..............................................................................................



17



DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................



18



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Segala usaha yang dilakukan untuk mencapai kepuasan maksimum dengan pendapatan yang terbatas inilah yang mempengaruhi permintaan konsumen terhadap barang dan jasa di pasar. Untuk menganalisa pembentukan permintaan konsumen secara lebih akurat, maka akan digunakan beberapa asumsi yang akan menyederhanakan realitas ekonomi tentang teori nilai guna ( utility ). Secara historis, teori nilai guna (utility) merupakan teori yang terlebih dahulu dikembangkan untuk menerangkan kelakuan individu dalam memilih barang-barang yang akan dibeli dan dikonsumsinya. Dapat dilihat bahwa analisis tersebut telah memberi gambaran yang cukup jelas tentang prinsip-prinsip pemaksimuman kepuasan yang dilakukan oleh orang-orang yang berfikir secara rasional dalam memilih berbagai barang keperluannya. Disini kita juga akan mempelajari bagaimana suatu barang bisa memberikan teori nilai guna (utility) dan bagaimana barang itu akhirnya sama sekali tidak bisa memberikan kenikmatan terhadap seseorang. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah : a. Apakah pengertian dari nilai guna? b. Apakah nilai guna total? c. Apakah nilai guna marginal? d. Bagaimanakah keseimbangan konsumen? e. Seperti apakah surplus konsumen? C. Tujuan Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang: a. Pengertian dari nilai guna b. Nilai guna total c. Nilai guna marginal d. Keseimbangan konsumen e. Surplus konsumen



1



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Nilai Guna Secara umum, nilai guna adalah nilai yang menunjukkan tingkat kepuasan yang diraih oleh seseorang setelah menggunakan barang dan jasa. Semakin tinggi kepuasan yang diperoleh seseorang, maka semakin tinggi pula nilai guna barang tersebut. Besar kecilnya nilai guna suatu barang dan jasa tergantung pada individu yang menilainya. Semakin banyak orang yang menilai suatu barang dan jasa sebagai barang dan jasa yang berguna, maka semakin besar pula nilai guna barang itu. Contohnya, bagi orang pada umumnya, nila guna mobil Honda Jazz sudah sangat memuaskan. Sedangkan bagi orang yang memiliki harta melimpah, kepuasan memiliki mobil Honda Jazz hanya biasa saja. Mereka lebih memperoleh kepuasan dengan menggunakan mobil Toyota Alphard atau Ferrari. Teori nilai guna adalah teori dalam ilmu ekonomi yang mempelajari mengenai tingkat kepuasan yang diperoleh subjek atau individu setelah mengkonsumsi barang dan jasa. Semakin tinggi kepuasan yang diperoleh individu, maka semakin besar pula nilai guna atau utility barang dan jasa tersebut. Sebaliknya, semakin rendah kepuasan yang diperoleh dari suatu barang, maka semakin rendah pula nilai guna atau utility barang dan jasa tersebut. Berdasarkan



teori nilai guna, semua barang memiliki kegunaan untuk



memberikan kepuasan kepada konsumen atau pemakainya. Alasan seseorang mengonsumsi suatu barang adalah untuk memperoleh kegunaan dari barang tersebut. Berdasarkan teori, nilai guna dibedakan menjadi dua, yaitu nilai guna total (total utility) dan nilai guna marginal (marginal utility).



B. Nilai guna total (Total Utility) Nilai guna total adalah jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh konsumen dalam mengonsumsi sejumlah barang tertentu. Contohnya, dua orang membeli roti sebanyak 2 buah dan memakannya di kantin sekolah dan guna total roti yang kalian konsumsi tersebut adalah 4.



2



Pada hari berikutnya, konsumsi orang tersebut terhadap roti meningkat. Karena setelah berolahraga, seseorang merasa sangat lapar dan membeli serta memakan roti sebanyak 4, dengan nilai guna total roti 6. Lihat contoh pada tabel berikut ini. Tabel Nilai Guna Total



C. Nilai Guna Marjinal (Marginal Utility) Nilai guna marjinal merupakan pertambahan atau pengurangan kepuasan konsumen sebagai akibat dari pertambahan atau pengurangan penggunaan satu unit barang tertentu.



Beberapa ahli juga menggolongkan teori nilai guna atau utility menjadi dua (lain daripada yang telah kita bahas di atas) yaitu teori nilai objektif dan teori nilai subjektif. 1. Teori Nilai Objektif Teori nilai objektif merupakan teori yang menyelidiki tentang nilai suatu barang dimana barang itu sendiri digunakan sebagai objek penelitian (bukan barang laen atau yang berbeda). Barang akan terlebih dahulu diteliti -apakah barang tersebut memiliki nilai tawar dan nilai tukar? bagaimana seluk-beluk proses produksi barang hingga terjual ke tangan konsumen?-. Nah, penelitian ini pada umumnya dilakukan oleh pihak produsen. Ada beberapa teori terkait teori nilai objektif ini, antara lain: a. Teori nilai biaya produksi dari Adam Smith



3



Menurut Adam smith, nilai suatu barang atau jasa ditentukan oleh biaya yang dikeluarkan produsen untuk memproduksi barang atau jasa tersebut. Semakin tinggi biaya produksi semakin tinggi pula nilai dari barang tersebut. Misalnya biaya produksinya sebesar Rp 100.000,- maka nilai barang itu sebesar Rp 100.000,- pula. b. Teori nilai biaya produksi tenaga kerja dari David Ricardo Menurut David ricardo, nilai suatu barang ditentukan oleh biaya tenaga kerja yang digunakan untuk memproduksi barang tersebut. Yakni meliputi tenaga manusia, mesin atau biaya pengeluaran lainnya dari semua peralatan yang digunakan dalam proses produksi. c. Teori nilai lebih dari Karl Marx Menurut Karl marx, barang dinilai berdasarkan pada biaya rata-rata tenaga kerja di masyarakat. Adapun yang dimaksud dengan masyarakat adalah tenaga manusia, termasuk perkakas dan mesin yang dipakai dalam produksi. d. Teori nilai reproduksi dari Carey Menurut Carey, nilai barang harus didasarkan atas biaya reproduksi yakni biaya untuk memproduksi kembali suatu barang. Misalnya membuat kursi kayu membutuhkan dana Rp 100.000,- namun beberapa hari kemudian harga kayu naik sehingga biayanya menjadi Rp 150.000,. Nah, disini maka biaya produksinya dihitung sesuai harga kenaikannya yaitu Rp 150.000,-. e. Teori nilai pasar dari Hummed and Locke Ajaran nilai David Humme dan John Locke ini juga disebut sebagai market value theory. Menurut teori ini, nilai suatu barang bergantung pada permintaan dan penawaran barang di pasar. Misalnya harga mercon naik ketika mendekati hari raya idul fitri karena permintaan lebih tinggi daripada penawaran, tapi ketika hari biasa harganya turun. Hal ini disebabkan karena permintaan lebih rendah daripada penawaran. Jadi harganya akan fluktuatif.



4



2. Teori Nilai Subjektif Teori nilai subjektif menjelaskan bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh utilitas dari barang tersebut dimana utilitas setiap orang bisa berbeda meski sedang menilai barang yang sama. Teori subjektif ini, terkenal berasal dari pemikiran Herman Heinrich Gossen dan Carl Menger. a. Hukum Gossen I Hukum Gossen I berbunyi, “Jika pemuasan kebutuhan dilakukan terus menerus, maka kenikmatan semakin lama semakin berkurang dan pada suatu saat akan tercapai titik kepuasan”. Hukum ini menjelaskan terkait penggunaan satu macam barang yang sama, padahal pada umumnya, manusia menggunakan berbagai macam barang. Untuk itu muncul lah hukum Gossen II. b. Hukum Gossen II Hukum Gossen II berbunyi, “Manusia berusaha memuaskan kebutuhannya yang beraneka ragam hingga mencapai tingkat intensitas yang sama (harmonis)”. Jadi disini dijelaskan bahwa manusia akan membagi-bagi pengeluaran uangnya sedemikian rupa sehingga kebutuhannya terpenuhi secara seimbang. c. Teori Nilai Subjektif Carl Menger Menurut Menger, nilai ditentukan oleh faktor subjektif dibandingkan faktor objektif. Nilai berasal dari kepuasan manusia. Carl Menger juga menggunakan Hukum Gossen II untuk menyelidiki bagaimana orang membagi penghasilannya guna memenuhi kebutuhannya yang bermacam-macam. Nah, pada umumnya manusia akan membagi-bagi penghasilannya untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan hidup dimana kebutuhan yang palng penting dan mendesak akan mendapatkan prioritas utama.



5



Contoh lain: Tabel Nilai Guna Total dan Nilai Guna Marginal dalam Mengkonsusmi Mangga Jumlah buah mangga Nilai guna total



Niali guna marginal



yang dimakan 0



0



-



1



30



30



2



50



20



3



66



15



4



75



10



5



83



8



6



87



4



7



89



2



8



90



1



9



89



-1



10



85



-4



11



78



-7



Berdasarkan tabel tersebut dapat digambarkan dalam sebuah grafik sebagai berikut.



6



Grafik tersebut menunjukkan adanya nilai guna total dalam mengonsumsi mangga. Sumbu tegak menunjukkan nilai guna total dan sumbu datar menunjukkan jumlah barang (mangga) yang dikonsumsi. Kurva nilai guna total (TU) ini bermula dari titik nol, yang berarti bahwa pada waktu tidak ada konsumsi, maka nilai guna total juga akan bernilai nol. Pada mulanya nilai guna total mengalami kenaikan mulai dari 0,30,50,66,75 dan seterusnya. Hal ini menunjukkan bahwa jika jumlah konsumsi buah mangga ditambah, maka tingkat kepuasan total (nilai guna total) juga akan semakin tinggi, akan tetapi dengan semakin banyaknya mangga yang dikonsumsi mengakibatkan nilai guna total (tingkat kepuasan yang dirasakan) akan semakin menurun (negatif). Pada grafik tersebut, kurva nilai guna total mulai mengalami penurunan pada saat mengonsumsi mangga sebanyak 9 buah atau pada waktu konsumsi mangga lebih dari 8 buah, sementara kepuasan maksimum dicapai pada saat mengonsumsi mangga sebanyak 8 buah. Sementara kurva nilai guna marginal memotong sumbu datar (garis horizontal) setelah mengonsumsi mangga yang kedelapan. Adanya perpotongan ini menunjukkan bahwa nilai guna marginal bernilai negatif atau tingkat tambahan kepuasan yang semakin menurun.



Berdasarkan kedua grafik di atas membuktikan kebenaran hipotesis teori utama nilai guna yang menyatakan bahwa Hukum utilitas marginal yang semakin



7



menurun “ketika jumlah suatu barang yang dikonsumsi meningkat, maka utilitas marginal dari barang tersebut akan cenderung semakin berkurang”  PEMAKSIMUMAN NILAI GUNA Pada dasarnya setiap orang akan berusaha untuk memaksimumkan kepuasan yang dapat dinikmatinya. Tingkat kepuasan maksimum itu akan dapat dicapai ketika nilai guna total mencapai tingkat maksimum (titik yang paling tinggi).  SYARAT PEMAKSIMUMAN NILAI GUNA Dalam keadaan harga berbagai barang berbeda, syarat apa yang harus dipenuhi agar barang-barang yang dikonsumsi mampu memberikan nilai guna yang maksimum? Syaratnya adalah: setiap rupiah yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan berbagai jenis barang akan memberikan nilai guna marginal yang sama besarnya. Contohnya: Seseorang hanya memiliki uang sebesar 50.000, dan jika ia melakukan pembelian ke atas dua barang yaitu makanan dan pakaian dan berturut-turut harganya adalah 5.000 dan 50.000. Maka tingkat kepuasan yang dapat dihasilkan setiap tambahan satu unit pakaian yaitu sebesar 5, sedangkan tambahan satu unit pakaian dapat memberikan kepuasan sebesar 50, maka dengan anggaran sebesar 50.000, orang tersebut mampu mendapatkan 10 unit pakaian dengan 50 kepuasan yang didapat. (pakaian yang dapat dibeli = 50.000/5.000 =10 unit, 1 unit baju=kepuasan 5, 10x5=50). Berdasarkan contoh tersebut dapat dibuat hipotesis sebagai berikut: 1. Seseorang akan memaksimumkan nilai guna dari barang-barang yang dikonsumsinya apabila nilai perbandingan nilai guna marginal berbagai barang tersebut adalah sama dengan perbandingan harga barang tersebut. Seperti contoh tadi, perbandingan harga makanan dan pakaian adalah 5.000:50.0000 atau 1:10, dan ini adalah sama dengan perbandingan nilai guna marginal makanan dan pakaian yaitu 5:50 atau 1:10, atau



8



2. Seseorang akan memaksimumkan nilai guna dari barang0barang yang dikonsumsinya apabila nilai guna dari setiap rupiah yang dikeluarkan adalah sama untuk setiap barang yang dikonsumsikan. Dari contoh tadi diketahui, nilai guna marginal per rupiah dari tambahan makanan adalah nilai guna marginal/harga yaitu 5/5.000 atau 1/1000, dan dengan nilai guna marginal per rupiah dari tambahan pakaian adalah nilai guna marginal/harga yaitu 50/50.000 atau 1/1000 Secara aljabar syarat pemaksimuman nilai guna dapat dirumuskan sebagai berikut:



D. Keseimbangan Konsumen Kondisi Keseimbangan konsumen adalah kondisi dimana konsumen telah mengalokasikan seluruh pendapatannya untuk konsumsi. Uang yang ada (jumlahnya tertentu) dipakai untuk mencapai tingkat kepuasan tertinggi (maksimalisasi kegunaaan), atau tingkat kepuasan tertentu dapat dicapai dengan anggaran paling minim (minimalisasi biaya). Secara grafis kondisi keseimbangan tercapai pada saat kurva garis anggaran (manggambarkan tingkat kemampuan) bersinggungan dengan kurva indiferensi (menggambarkan tingkat kepuasan). Keseimbangan konsumen merupakan suatu pencapaian kepuasan konsumen yang maksimum yang menyebabkan konsumen tidak lagi berusaha untuk menentukan gabungan barang lain yang akan digunakannya. Kurva keseimbangan konsumen merupakan kombinasai dari 2 hal yang telah dijelaskan diatas, yaitu: Garis anggaran menunjukkan kemungkinan-kemungkinan ynag dapat dicapai dengan tingkat pendapatan ynag tersedia dalam harga tertentu Kurve indeferensi menunjukkan apa yang diinginkan konsumen atau kesukaannya.



9



Gambar 7. Kurva keseimbangan konsumen



Keseimbangan konsumen terjadi pada titik pertemuan antara garis konsumen dengan kurva indeferensi. Jika melihat pada gambar diatas, titik keseimbangan konsumen terletak pada titik pertemuan garis konsumen dengan kurva indeferensi yang kedua (IC2) Pembahasan



tentang



keseimbangan



konsumen



berkisar



pada



penggabungan tentang kemauan dan kemampuan konsumen dengan tujuan usaha memaksimumkan daya guna /utilitas. Setiap konsumen dianggap menghadapi berbagai kemungkinan kombinasi barang yang akan dikombinasinya, masingmasing kombinasi tersebut memberikan kepadanya sejumlah daya guna yang berbeda-beda, kombinasi barang yang mampu memberikan tingkat daya guna /kepuasan yang tertinggi akan dipilih dan tidak akan dirobahnya lagi, maka saat itu konsumen berada dalam keseimbangan. Berarti keseimbangan konsumen akan muncul apabila seorang konsumer telah membelanjakan seluruh pendapatan sama dengan pertambahan daya guna /utilitas per rupiah dari masing-masing barang, atau MUx/Px = MUy/Py a.



Pengaruh Perubahan Pendapatan Konsumen Income Consumption Curve (ICC), kombinasi produk yang dikonsumsi untuk memberikan kepuasan (utilitas) maksimum kepada konsumen pada



10



berbagai tingkat pendapatan. Apabila pendapatan konsumen berubah naik atau turun, sedangkan harga kedua barang tetap, maka akan berakibat berubahnya jumlah barang yang diminta seperti yang tampak pada gambar berikut:



Gambar 8. Kurve ICC (income consumption price curve)



b. Pengaruh Perubahan Harga Terhadap Keseimbangan Konsumen Price Consumption Curve (PCC), merupakan kurve yang menunjukkan kombinasi barang atau jasa yang dikonsumsi oleh konsumen yang memberikan kepuasan (utilitas) maksimum kepada konsumen pada berbagai tingkat harga. Perubahan salah satu harga barang, sementara pendapatan tetap, maka perubahan tersebut akan mempengaruhi



jumlah barang yang diminta,



dalam hal ini akan terlihat dengan pergeseran garis belanja (budget line), ke kiri atau kekanan. Perhatikan gambar berikut:



11



Gambar 9. Kurve PCC (price consumption price)



Dari gambar kurva diatas dapat disimpulkan bahwa: 



Dengan adanya perubahan harga, kondisi konsumen mungkin lebih baik atau bahkan lebih buruk







Konsumen selalu bertindak rasional (memaksimumkan kepuasan)







Setiap terjadi perubahan harga, akan selalu merubah slope dari garis anggaran







Jika harga turun, maka REAL INCOME konsumen akan naik.







Perubahan harga menyababkan berubahnya perbandingan harga (harga relatif) dan memungkinkan terjadi efek subtitusi.



12



E. Surplus Konsumen Surplus konsumen merupakan istilah yang dipergunakan oleh para ekonom untuk menjabarkan perbedaan antara jumlah uang yang bersedia dibayarkan oleh konsumen untuk barang dan jasa dengan harga pasar yang sebenarnya. Secara spesifik, surplus konsumen terjadi ketika konsumen bersedia membayar "lebih" untuk suatu barang atau jasa dari yang mereka bayar saat ini. Surplus konsumen pada hakikatnya berarti perbedaan diantara kepuasan yang diperoleh seseorang didalam mengkonsumsikan sejumlah barang dengan pembayaran yang harus dibuat untuk memperoleh barang tersebut. Kepuasan yang diperoleh selalu lebih besar daripada pembayaran yang dibuat. Perhatikan contoh sederhana berikut. Seorang konsumen pergi ke pasar membeli mangga dan bertekad membeli satu buah yang cukup besar apabila harganya Rp 1500. Sesampainya dipasar dia mendapati bahwa mangga yang diinginkannya berharga Rp 1000. Jadi ia dapat memperoleh mangga yang diinginkannya dengan harga Rp 500 lebih murah daripada harga yang tersedia dibayarkannya. Nilai Rp 500 ini dinamakan surplus konsumen. Surplus Konsumen adalah kelebihan atau perbedaan antara kepuasaan total atau total utility (yang dinilai dengan uang) yang dinikmati konsumen dari mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu dengan pengorbanan totalnya (yang dinilai dengan uang) untuk memperoleh atau mengkonsumsikan jumlah barang tersebut. (Dr.Boediono, 1999). Atau pengertian yang lebih sederhana yaitu : Surplus konsumen adalah kerelaan pembeli untuk membayar dikurangi dengan jumlah yang sebenarnnya dibeli pembeli. (N.Gregory Mankiw, 2014).



13



Perhatikan gambar berikut :



Gambar 1 Gambar 1 diatas menunjukan kurva permintaan. Surplus konsumen berada dibawah kurva permintaan, dari gambar diatas yaitu terdapat pada luas wilayah ABC. Surplus konsumen menunjukan keuntungan yang diperoleh konsumen karena mendapatkan harga yang lebih rendah dari pada nilai barang tersebut untuknya. Misalnya : Anda adalah seorang konsumen yang ingin membeli sebuah PC baru. Harga PC yang anda inginkan pada umumya dijual seharga Rp. 4.500.000. Uang yang anda miliki untuk membeli laptop sama dengan harga tersebut yaitu Rp. 4.500.000. Setelah mencari info, anda mengetahui bahwa teman masa kecil anda menjual PC seperti yang anda inginkan, kemudian anda memutuskan untuk membeli PC kepada teman masa kecil anda tersebut. Ketika anda datang ketempat teman anda, teman anda bersedia menjual lebih murah keada anda yaitu seharga Rp. 4.000.000,- . Maka dalam kasus ini surplus konsumennya adalah = Rp. 4.500.000,- - Rp. 4.000.000,- = Rp. 500.000,- . Seperti yang ditunjukan gambar 2 berikut :



14



Gambar 2



Gambar 2 diatas telah menjukan bagaimana surplus konsumen dari pembelian PC harga Rp. 4.500.000 menunjukan harga yang rela dibayarkan oleh konsumen, sedangkan harga Rp. 4.000.000,- menunjukan biaya yang sebenarnya dikeluarkan oleh konsumen, sehingga surplusnya ialah luas wilayah yang diberi warna merah yaitu Rp. 500.000,- . Kemudian perhatikan gambar berikut :



Gambar 3



15



Gambar 3 diatas menunjukan penurunan harga dari P1 ke P2 yang mengakibatkan terjadinya kenaikan permintaan dari Q1 menjadi Q2, dan surplus konsumen meningkat yang ditunjukan pada luas wilayah ADF. Kenaikan surplus terjadi karena konsumen awal yang sekarang membayar lebih murah yaitu ditunjukan wilayah BCDE (berwarna hijau muda) serta ditambah karena adanya konsumen baru yang membeli dengan harga murah yang ditunjukan pada luas wilayah CEF.



16



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Teori nilai guna yaitu teori ekonomi yang mempelajari kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dari mengkonsumsikan barangbarang tertentu. Dalam teori nilai guna dibedakan menjadi dua pengertian : Nilai guna total dan nilai guna marjinal Hipotesis utama teori nilai guna, atau lebih dikenal sebagai hukum nilai guna marjinal yang semakin menurun, menyatakan bahwa tambahan nilai guna yang diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan suatu barang akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus menerus menambah konsumsinya ke atas barang tersebut. Salah satu pemisalan penting dalam teori ekonomi adalah setiap orang akan berusaha untuk memaksimumkan kepuasan yang dapat dinikmatinya.dengan perkataan lain, setiap orang akan berusaha untuk memaksimumkan nilai guna dari barang-barang yang dikonsumsikannya. Teori nilai guna dapat pula menerangkan tentang wujudnya kelebihan kepuasan yang dinikmati oleh para konsumen. Kelebihan kepuasan ini, dalam analisis ekonomi, dikenal sebagai surplus konsumen. Surplus konsumen pada hakikatnya berarti perbedaan diantara kepuasan yang diperoleh seseorang didalam mengkonsumsikan sejumlah barang dengan pembayaran yang harus dibuat untuk memperoleh barang tersebut.



B. Saran Untuk mewujudkan prinsip pemaksimuman kepuasan konsumen terhadap suatu barang, diperlukan analisis kepuasan sama. Dalam memaksimuman kepuasan, konsumen harus bertindak rasional.



17



DAFTAR PUSTAKA Sukirno, Sadono. 2013. Mikroekonomi Teori Pengantar.Jakarta:PT Raja Gravindo Persada. N.Gregory Mankiw. 2014. Pengantar Ekonomi Mikro, Jakarta : Salemba Empat



18