Makalah Oligomenorea Kel 4 2B D3 Kep [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH GANGGUAN MENSTRUASI OLIGOMENOREA Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas Dosen Pengampu : Eka Riyanti, M. Kep. Sp. Mat



Disusun Oleh: Kelompok 4 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Nur Avizah Oktaviani (A02020043) Regita Wulan C (A02020049) Shezha Nurhaliza (A02020057) Sri Sutriani (A02020063) Tiara Shinta Dewi (A02020068) Ari Irawan (A02020073) Mamik Alifiani (A02020074) Anita Silviah (A02020079) Tingkat 2B



PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA TIGA FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG TAHUN AKADEMIK 2021/2022



1



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. guna memenuhi tugas “Makalah Gangguan Menstruasi Oligomenore”. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dan motivasi sehingga kami tetap berupaya dengan maksimal untuk menghasilkan hasil yang terbaik dalam makalah ini. Makalah ini jauh dari kata sempurna, maka kritik saran yang membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan dan dapat dijadikan sebagai dasar untuk membuat makalah yang lebih baik.



Gombong, Maret 2022



Penyusun



2



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...............................................................................................



i



KATA PENGANTAR .............................................................................................



ii



DAFTAR ISI ............................................................................................................



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................................



2



B. Rumusan Masalah .........................................................................................



2



C. Tujuan ............................................................................................................



3



BAB II PEMBAHASAN A. Definisi ..........................................................................................................



4



B. Etiologi ..........................................................................................................



4



C. Manifestasi Klinis .........................................................................................



5



D. Patofisiologi ..................................................................................................



5



E. Komplikasi ....................................................................................................



6



F. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................



6



G. Penatalaksanaan ............................................................................................



7



BAB III PENUTUP A. Saran ..............................................................................................................



9



B. Simpulan .......................................................................................................



9



DAFTAR PUSTAKA



3



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti akan mengalami masa remaja. Masa remaja itu sendiri adalah fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu dan merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada remaja putri, biasanya akan terjadi suatu perubahan fisik yaitu perubahan organ reproduksi yang ditandai dengan datangnya menstruasi atau haid. Secara medis, keadaan Menstruasi atau haid adalah proses alami yang dialami setiap wanita, yaitu terjadinya proses pendarahan yang disebabkan luruhnya dinding rahim sebagai akibat tidak adanya pembuahan. Proses ini mulai terjadi pada wanita memasuki usia 10-12 tahun. Proses haid terjadi dengan keadaan keluarnya darah dari kelamin kewanitaan. Dimana peroses alamiah ini terjadi rata-rata sekitar 2-8 hari. Darah yang keluar rata-rata kisaran 10 ml hingga 80 ml per hari. Haid akan berhenti dengan sendirinya ketika wanita memasuki usia 40-50 tahun yang disebut dengan menopause. Siklus menstruasi atau haid normal setiap wanita adalah selama 21-35 hari (Andriyani, 2013). Siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi sampai datangnya menstruasi priode berikutnya, sedangkan panjang siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya (Setiawati, 2015). Pada setiap wanita siklus menstruasi tidak selalu normal, banyak wanita yang mengalami gangguan pada siklus menstruasi seperti nyeri saat menstruasi (dismenorea), siklus memanjang atau lebih dari 35 hari (oligomenore), siklus menstruasi yang pendek kurang dari 21 hari (polimenore), tidak menstruasi selama 3 bulan berturut-turut (amenore), pengeluaran darah yang terlalu banyak (menoragia) dan haid yang lebih sedikit dan pendek (hipomenorea) atau lebih kurang dari biasanya (Irianto, 2015). Beberapa wanita mengeluhkan sering terjadi menstruasi yang tidak lancar, nyeri ataupun perdarahan yang abnormal. Sebuah penelitian menemukan bahwa prevalensi terbesar yaitu saat nyeri menstruasi adalah 89,5%, ketidakteraturan menstruasi sebesar 31,2%, serta terjadi perpanjangan durasi menstruasi sebesar 5,3% (Umi latifah, 2018). Sementara untuk gangguan lainya, mendapatkan prevalensi oligomenorea 50%, polimenorea 10,5% dan gangguan



4



campuran sebanyak 15,8% selain itu dismenorea adalah keluhan yang dirasakan paling menggangu. Sindrome prementrual didapatkan pada 40% wanita,dengan gejala berat (Santi, 2018). Perdarahan pada siklus menstruasi berlangsung setiap 28 hari, bertambah atau berkurang selama 4 hari. Meskipun beberapa variasi adalah normal, perdarahan menstruasi dengan interval lebih dari 36 hari menunjukan adanya Oligomenorrhea. Oligomenorrhea merupakan perdarahan menstruasi jarang yang abnormal yang ditandai oleh siklus menstruasi 3 sampai 6 kali pertahun. Saat perdarahan menstruasi terjadi, biasanya deras, lama (sampai lebih dari 10 hari), dan banyak mengandung gumpalan dan jaringan. Terkadang terjadi perdarahan ringan atau noda noda darah terjadi diantara satu siklus menstruasideras ke siklus berikutya. Oligomenorrhea dapat berkembang



mendadak



atau



mengikuti



periodesiklus



yang



perlahan-lahan



memanjang. Meskipun Oligomenorrhea dapat berganti dengan perdarahan mestruasi normal, keadaan ini dapat berkembangmenjadi Amenore sekunder. Oligomenorrhea umunya berhubungan dengan anovulasi, keadaan iniumum terlihat pada wanita yang tidak subur, awal pasca menstruasi pertamadan perimenopause. Tanda ini biasanya mencerminkan keabnormalan hormonyang memandu fungsi endometrium normal. Juga bisa berasal dari kelainanindung telur, hipotalamus, hipofisis, tiroid, dan metabolisme lainnya, serta dariefek obat tertentu. Juga bisa berasal dari stress emosional atau fisik, seperti berubahan berat yang mendadak,penyakit debilisasi atau latihan fisik yang berat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas penyusun dapat merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apa definisi dari oligomenorea? 2. Apa saja penyebab dari oligomenorea? 3. Apa saja tanda dan gejala oligomenorea? 4. Bagaimana patofisiologi oligomenorea? 5. Apa saja komplikasi pada gangguan menstruasi oligomenorea? 6. Apa saja pemeriksaan penunjang pada gangguan menstruasi oligomenorea? 7. Bagaimana penatalaksanaan gangguan menstruasi oligomenorea?



5



C. Tujuan 1. Tujuan umum Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas pada program studi keperawatan program



diploma



tiga



Fakultas



Ilmu



Kesehatan



di



Universitas



Muhammadiyah Gombong 2. Tujuan Khusus Diharapkan mahasiswa mampu : a. Mengetahui definisi dari oligomenorea b. Mengetahui penyebab dari oligomenorea c. Mengetahui tanda dan gejala oligomenorea d. Mengetahui patofisiologi oligomenorea e. Mengetahui komplikasi pada gangguan menstruasi oligomenorea f. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada gangguan menstruasi oligomenorea g. Mengetahui penatalaksanaan gangguan menstruasi oligomenorea



6



BAB II PEMBAHASAN



A. Definisi Oligomenorea disebut juga sebagai haid jarang atau siklus panjang. Oligomenorea terjadi bila siklus lebih dari 35 hari. Darah haid biasanya berkurang (Dewi, 2012). Oligomenorea merupakan suatu keadaan di mana siklus menstruasimemanjang lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah perdarahan tetap sama (Purwoastuti & Walyani, 2015). Oligomenorea adalah siklus menstruasi memanjang lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah perdarahan tetap sama (Kumalasari, 2012) Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa oligomenorea adalah siklus menstruasi lebih dari 35 hari. Wanita yang mengalami oligomenorea akan mengalami menstruasi yang lebih panjang. Namun, jika berhentinya siklus menstruasi ini berlangsung selama lebih dari 3 bulan maka dikenal sebagai amenorea sekunder. B. Etiologi Oligomenorea biasanya berhubungan dengan anovulasi atau dapat juga disebabkan kelainan endokrin seperti kehamilan, gangguan hipofise-hipotalamus, dan menopause atau sebab sistemik seperti kehilangan berat badan berlebihan (Dewi, 2012). Oligomenorea sering terdapat pada wanita astenis. Dapat juga terjadi pada wanita dengan sindrom ovarium polikistik dimana pada keadanan ini dihasilkan androgem yang lebih tinggi dari kadar pada wanita normal. Oligomenorea dapat juga terjadi pada stress fisik dan emosional, penyakit kronis, tumor yang mengsekresikan estrogen dan nutrisi buruk. Oligomenorea dapat juga disebabkan ketidakseimbangan hormonal seperti awal pubertas (Dewi, 2012)



7



Oligomenorea yang menetap dapat terjadi akibat perpanjangan stadium folikular, perpanjangan stadium luteal ataupun perpanjangan kedua stadium tersebut. Bila siklus tiba- tiba memanjang maka disebabkan oleh pengaruh psikis atau pengaruh penyakit (Dewi, 2012). Menurut Kumalasari (2012), penyebab oligomenorea adalah perpanjangan siklus folikuler dan stadium luteal, kedua stadium ini menjadi panjang karena pengaruh psikis, penyakit, dan TBC. Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015), antara lain : 1. Stress dan depresi 2. Sakit kronik 3. Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexianervosa, bulimia) 4. Penurunan berat badan berlebihan 5. Olahraga berlebih misalnya atlit 6. Adanya tumor yang melepaskan estrogen 7. Adanya kelainan pada struktur rahim atau servik yang menghambat pengeluaran menstruasi 8. Penggunaan obat-obat tertentu C. Manifestasi Klinis Gejala oligomenorea terdiri dari periode menstruasi yang lebih panjang dari 35 hari dimana hanya didapatkan 4-9 periode dalam 1 tahun. Beberapa wanita dengan oligomenorea mungkin sulit hamil. Bila kadar estrogen yang menjadi peyebab, wanita tersebut mungkin mengalami osteoporosis dan penyakit kardiovaskular. Wanita tersebut juga memiliki resiko besar untuk mengalami kanker uterus (Dewi, 2012). D. Patofisiologi Disfungsi hipofise terjadi gangguan pada hipofise anterior gangguan dapat berupa tumor yang bersifat mendesak ataupun menghasilkan hormon yang membuat menjadi terganggu. Kelainan kompartemen IV(lingkungan) gangguan pada klien ini disebabkan oleh gangguan mental yang secara tidak langsung menyebabkan terjadinya



pelepasan



gonadrotropin.



Kelainan



ovarium



dapat



menyebabkan



Oligomenorea. Oligomenorea mengalami kelainan perkembangan ovarium (gonadal disgenesis). Kegagalan ovarium premature dapat disebabkan kelainan genetik dengan peningkatan kematian folikel, dapat juga merupakan proses autoimun dimana folikel



8



dihancurkan. Melakukan kegiatan yang berlebih dapat menimbulkan Oligomenorea dimana dibutuhkan kalori yang banyak sehingga cadangan kolesterol tubuh habis dan bahan untuk pembentukan hormon steroid seksual (esterogen dan progesteron) tidak tercukupi. Pada keadaan tersebut juga terjadi pemecahan esterogen berlebih untuk mencukupi kebutuhan bahan bakar dan terjadilah defisiensi esterogen dan progesteron yang memicu terjadinya Oligomenorea. Pada keadaan latihan berlebih banyak dihasilkan endorphin yang merupakan derifat morfin. Endorphin menyebabkan penurunan GnRH sehingga esterogen dan progesteron menurun. Pada keadaan stress berlebih cortikotropin realizing hormone dilepaskan. Pada peningkatan CRH terjadi opoid yang dapat menekan pembentukan GnRH. E. Komplikasi Komplikasi yang paling menakutkan adalah terganggunya fertilitas dan stress emosional pada penderita sehingga dapat memperburuk terjadinya kelainan haid lebih lanjut. Prognosa akan buruk bila oligomenorea mengarah ke infertilitas atau tanda dari keganasan (Dewi, 2012). F. Pemeriksaan Penunjang Menurut Saftarina & Putri (2016) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien dengan oligomenorea antara lain : 1. Anamnesis: menanyakan frekuensi keteraturan menstruasi. 2. Pemeriksaan darah untuk mendeteksi apakah ada tanda-tanda perdarahan, kekurangan nutrisi, terjadi infeksi, peradangan, mendeteksi hormon FSH (Folicle Stimulating Hormon) jika kadarnya tinggi ada kemungkinan pasien menderita gangguan pada ovariumnya. Selain itu untuk mengecek kadar TSH (Thyroid Stimulating Hormon) jika kadarnya rendah kemungkinan pasien menderita hipertiroidisme 3. Tes kadar progesteron: apabila perempuan tersebut memiliki keteraturan haid namun infertilitas dalam 1 tahun dan perempuan dengan oligomenorhea. 4. Pengukuran kadar FSH dan LH: dilakukan pada perempuan dengan siklushaid tidak teratur. 5. Pengukuran kadar prolactin: dilakukan apabila terdapat kecurigaan adanya kelainan ovulasi terkait tumor ataupun prolactinoma



9



6. Pemeriksaan darah untuk mengecek kadar LH (luteinizing hormone). Rasio perbandingan kadar FSH/LH berguna untuk mendiagnosa penyakit PCOS (polyclystic ovarian syndrome). 7. Pemeriksaan darah untuk mengecek kadar 17 -OH. Kadar ini berguna untuk mendiagnosa apakah pasien menderita hiperplasia adrenal kongenital. 8. Tes supresi deksametason. Tes ini dilakukan untuk mendiagnosa apakah pasien menderita sindrom Cushing. 9. Pemeriksaan urin untuk mendeteksi tanda kehamilan, infeksi, atau penyakit menular seksual 10. Pemeriksaan pap smear untuk mendeteksi tanda kanker mulut rahim dan biopsi untuk mendeteksi kanker jenis lain dari sistem reproduksi 11. Pemeriksaan USG perut dan panggul serta pemeriksaan CT-scan atau MRI. 12. Pemeriksaan cadangan ovarium Untuk pemeriksaan cadangan ovarium, parameter yang dapat digunakan adalah AMH (antimullerian hormone) dan folikel antral basal (FAB). Berikut nilai AMH dan FAB yang dapat digunakan: a. Hiper-responder (FAB > 20 folikel / AMH > 4.6 ng/ml b. Normo-responder (FAB > 6-8 folikel / AMH 1.2 -4.6 ng/ml) c. Poor-responder (FAB < 6-8 folikel / AMH < 1.2 ng/ml)13 G. Penatalaksanaan Pengobatan oligomenorea tergantung dengan penyebab. Pada oligomenorea dengan onovulatoir serta pada remaja dan wanita yang mendekati menopause tidak memerlukan terapi. Perbaikan status gizi pada penderita dengan gangguan nutrisi dapat memperbaiki keadaan oligomenorea (Dewi, 2012). Oligomenorea sering diobati dengan pil KB untuk memperbaiki ketidak seimbangan hormon pasien dengan sindrom ovarium polikistik juga sering diterapi dengan hormonal. Bila gejala terjadi akibat adanya tumor, operasi mungkin diperlukan (Dewi, 2012). Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015) pengobatan oligomenorea disamping mengatasi faktor yang menjadi penyebab timbulnya oligomenorea juga akan diterapi menggunakan hormon, diantaranya dengan mengkonsumsi obat kontrasepsi. Jenis hormon yang diberikan akan disesuaikan dengan jenis hormon yang mengalami penurunan dalam tubuh. Pasien yang menerima terapi hormonal sebaiknya dievaluasi 3 bulan setelah terapi diberikan dan kemuadian 6 bulan untuk evaluasi efek



10



yang terjadi. Oligomenorea yang disebabkan anvulatoar tidak memerlukan terapi, sedangkan bila mendekati amenore diusahakan dengan ovulasi (Kumalasari, 2012). Menurut shita & purnawati (2016) penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah 1. Penatalaksanaan medis : a. Gangguan oligomenore dengan gangguan anovulatory (tidak disertai dengan lepasnya Oosit) yang terjadi pada remaja dan juga wanita yang mendekati



menopause



dengan



tidak



dilakukan



terapi.Gangguan



oligomenore disebabkan oleh adanya gangguan nutrisi dan perlu dilakukan perbaikan nutrisi b. Gangguan oligomenore yang disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon, maka diperlukan untuk menyeimbangkan kembali.



2. Penatalaksanaan keperawatan a. Dikaji dan memperbaiki keseimbangan status nutrisi dan hormon b. Memberikan defisiensi pengetahuan kesehatan terkait masalah gangguan menstruasi Berikut ini adalah beberapa cara menangani oligomenorea: 1. Mengganti alat kontrasepsi yang digunakan dengan jenis kontrasepsi lain, seperti kondom, jika oligomenorea yang dialami muncul karena penggunaan kontrasepsi hormonal, seperti pil KB atau KB suntik 2. Mengonsumsi pil KB dengan kandungan hormon estrogen dan progesteron, jika oligomenorea disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon dalam tubuh atau dialami oleh penderita PCOS 3. Menghindari atau membatasi olahraga berat 4. Melakukan konsultasi dengan dokter gizi, jika oligomenorea disebabkan oleh obesitas, anoreksia nervosa, dan bulimia Oligomenorea yang disebabkan gangguan kesehatan tertentu, misalnya penyakit tiroid dan diabetes, dapat diatasi dengan mengobati terlebih dahulu penyakit yang mendasarinya. Dengan mengobati penyebabnya, diharapkan kondisi hormonal tubuh akan kembali normal, sehingga siklus menstruasi bisa menjadi teratur lagi. Oligomenorea seringkali



11



bukan disebabkan oleh kondisi yang serius. Namun terkadang, kondisi ini dapat menyebabkan ketidaksuburan atau kesulitan memperoleh keturunan. Jika gangguan menstruasi ini menyebabkan Anda sulit menghitung masa subur, maka sebaiknya segera periksakan diri ke dokter kandungan untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat. BAB III PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan uraian materi diatas dapat disimpulkan secara umum bahwa oligomenorea adalah suatu keadaan dimana siklus menstruasi terjadi lebih dari 35 hari atau tidak adanya menstruasi untuk jarak interval yang pendek. Penyebab dari gangguan menstruasi oligomenarea Stress dan depresi, Sakit kronik, Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexianervosa, bulimia), Penurunan berat badan berlebihan, Olahraga berlebih misalnya atlit, Adanya tumor yang melepaskan estrogen, Adanya kelainan pada struktur rahim atau servik yang menghambat pengeluaran menstruasi, Penggunaan obat-obat tertentu. Tanda gejalanya meliputi periode menstruasi yang lebih panjang dari 35 hari dimana hanya didapatkan 4-9 periode dalam 1 tahun dan biasanya sulit untuk hamil. Komplikasi yang dapat terjadi pada oligomenarea adalah terganggunya fertilitas dan stress emosional pada penderita sehingga dapat memperburuk terjadinya kelainan haid lebih lanjut atau bahkan mengarah prognosa yang mengganas. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan guna mengetahui adanya oligomenarea adalah dimulai dari anamnesa, pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar hormon, fungsi tiroid mendeteksi apakah ada tandatanda perdarahan, kekurangan nutrisi, terjadi infeksi, peradangan, lalu ada pemeriksaan USG perut dan panggul, MRI, CT Scan, Tes supresi deksametason, Pemeriksaan urin, Pemeriksaan pap smear. Adapun penatalaksanaan bagi penderita oligomenorea tergantung dengan penyebab itu sendiri. Pada oligomenorea dengan onovulatoir serta pada remaja dan wanita yang mendekati menopause tidak memerlukan terapi. Perbaikan status gizi pada penderita dengan gangguan nutrisi dapat memperbaiki keadaan oligomenorea. B. Saran



12



Sebagai tenaga kesehatan sudah sepatutnya kita selalu mengedukasi kepada masyarakat khususnya wanita agar lebih memperhatikan periode atau siklus menstruasi dan tetap menjaga kesehatan reproduksi wanita nya agar terhindar dari adanya gangguan menstruasi yang tidak diinginkan



DAFTAR PUSTAKA A., S. T. (2013). Hubungan Malnutrisi Dengan Gangguan Siklus Menstruasi Dikawasan Tempat Pembungan Akhir (Tpa) Sumompo. E-CliniC, 1(3). https://doi.org/10.35790/ecl.1.3.2013.3241 Juliana, I., Rompas, S., & Onibala, F. (2019). Hubungan Dismenore Dengan Gangguan Siklus Haid Pada Remaja Di Sma N 1 Manado. Jurnal Keperawatan, 7(1), 1–8. https://doi.org/10.35790/jkp.v7i1.22895 Rakhmawati, A., & Fithra Dieny, F. (2013). Wanita Dewasa Muda. Journal of Nutrition College, 2(1), 214–222. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnc https://id.scribd.com/document/487709306/LP-Oligomenorea https://id.scribd.com/document/505283920/askep-oligo https://www.honestdocs.id/oligomenorea https://www.google.com/amp/s/www.sehatq.com/penyakit/oligomenore/amp



13