Makalah Paradigma Berfikir Prinsip Prinsip Khoiru Ummah (PAI-KEL 2) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH Paradigma Berfikir Prinsip-Prinsip Khoiru Ummah



Dosen Pengajar Ifa Nurhayati,S.Pdi. M,Pd



Disusun Oleh Ma’rifatun Nailul Fitria (21862061006) Suflatul Azizah (21862061025)



FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS ISLAM RADEN RAHMAT MALANG



1



KATA PENGANTAR



Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kemampuan kepada penulis, sehingga dapat menyusun makalah tentang “Paradigma Berfikir Prinsip-Prinsip Khoiru Ummah” ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk dijadikan bahan pembelajaran bagi para mahasiswa. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, tentunya masih banyak kekurangan, baik dari segi materi yang dipaparkan maupun dalam kesempurnaan sistematika. Selanjutnya dengan kerendahan hati, penulis berharap kepada para pembaca agar memberikan koreksi apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan guna memperbaiki penulisan makalah dimasa yang akan datang. Kami ucapkan terima kasih banyak kepada pihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan makalah ini. Semoga amal baik semua pihak dibalas oleh Allah SWT. dengan balasan yang berlipat ganda. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.



Malang,10 Oktober 2021



DAFTAR ISI



2



Halaman Judul ................................................................................................................................................ ..........................................................................1 Kata Pengantar ........................................................................................................................................ .................................................................................2 Daftar Isi ..................................................................................................................................................... ........................................................................................3 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................................................................... ..............................4 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... ..................................................4 1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................................ ........................................................4 1.4 Manfaat Penulisan ........................................................................................................................ .................................................4 BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Paradigma Berfikir Prinsip Prinsip Khoiru Ummah .....................5 2.2 Prinsip prinsip .............................................................................................................................................. .........................................6 2.3 Pendekatan Ulama .........................................................................8



kemasyarakatan



Nahdlatul



2.3.1. Tawasuth (Jalan Tengah) .........................................................................................................................................8



3



2.3.2. I’tidal (Tegak Lurus) ............................................................................................................................................... ..........8 2.3.3. Tasamuh (Toleran) .......................................................................................................................................... ...................8 2.3.4. Tawazun (Seimbang) ....................................................................................................................................... .............9 2.3.5. Amar Ma'ruf Nahi Munkar ..................................................................................................................................9 2.3.6. Ibda' Binafsik ............................................................................................................................................ ..................................9 BAB 3 PENUTUP 3.1. Kesimpulan ...................................................................................................................................... ..............................................................12 3.2. Saran ................................................................................................................................................ .......................................................................12 3.3 Daftar Pustaka ............................................................................................................................................ ...........................................12



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya peningkatan mutu pendidikan dilakukan dengan menetapkan tujuan dan standar kompetensi pendidikan. Dalam kaitannya dengan pendidikan, kompetensi menunjukkan kepada perbuatan yang bersifat rasional untuk mencapai suatu tujuan yang sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Kompetensi (kemampuan) ini diperoleh melalui proses



4



pendidikan atau latihan. Salah satu faktor yang paling menentukan berhasilnya proses belajar mengajar adalah guru. Seorang guru perlu memiliki kemampuan untuk mengorganisasi ide-ide yang dikembangkan di kalangan peserta didiknya sehingga dapat menggerakkan minat gairah serta semangat belajar mereka. Guru profesional yang dimaksud adalah guru yang berkualitas, berkompetensi, dan guru yang dikehendaki untuk mendatangkan prestasi belajar serta mampu mempengaruhi proses belajar mengajar siswa yang nantinya akan menghasilkan prastasi belajar siswa yang baik. Sebagai tenaga pendidik yang memeiliki kemampuan kualitatif, guru harus menguasai ilmu keguruan dan mampu menerapkan strategi pembelajaran untuk mengantarkan siswanya pada tujuan Pendidikan, dalam hal ini Pendidikan agama misalnya, yaitu terciptanya generasi mukmin yang berkepribadian ulu albab dan insan kamil. (Ahmad Barizi: 2009, 144) 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa itu mabadi' khoiru ummah? 2. Prinsip apa saja yang mewujudkan khoiru umma? 3. Pendekatan masyarakat NU ada berapa dan apa saja? 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan penelitian adalah : Untuk mengetahui guru yang profesional dalam meningkatkan prestasi peserta didik. 1.4 Manfaat Penulisan Menambah wawasan dan pengetahuan tentang permasalahan dalam bidang pendidikan, khususnya dalam meningkatkan prestasi siswa. Sebagai tambahan pengalaman serta masukan sehingga dapat menjadi bekal dan pedoman untuk terjun dalam lembaga pendidikan dalam rangka mengembangkan pelaksanaan pendidikan agama Islam



BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Paradigma Berfikir Prinsip Prinsip Khoiru Ummah Mabadi’ Khaira Ummah secara terminologi diartikan sebagai prinsip-prinsip nilai yang dilahirkan oleh Nahdlatul Ulama (NU) sebagai bentuk jawaban atas problematika warga



5



Nahdliyin di bidang mua’malah terutama sosial-ekonomi. Bagi Nahdlatul Ulama (NU), kemampuan umat dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar semakin terhambat karena ketidak-berdayaan dan kelemahan di bidang ekonomi.[5] Oleh karenanya, pada Muktamar NU ke-13 tahun 1935 memutuskan sebuah kesimpulan tentang konsepsi Mabadi’ Khaira Ummah sebagai modal perbaikan sosial-ekonomi dan langkah awal membangun umat yang lebih baik.



Isi dan penjelasan mengenai Mabadi’ Khaira Ummah terangkum dalam lima butir, diantaranya adalah Al-Shidqu, Al-Amanah wal al-Wafa bil al-Ahdi, Al-Adalah, Al-Taawun, dan AlIstiqamah. Kelima butir penting tersebut menjadi orientasi tindakan warga Nahdliyin dalam menjawab kontestlasi zaman, termasuk dampak globalisasi dan kapitalisme pasar bebas yang dirasakan warga Nahdliyin di tingkat grassroot – akar rumput, warga di kampung, pesantren dan santri, serta non-elit jamiyah.



Ada tiga ciri utama ajaran Ahlussunnah wal Jamaah atau kita sebut dengan Aswaja yang selalu diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya: Pertama, at-tawassuth atau sikap tengahtengah, sedang-sedang, tidak ekstrim kiri ataupun ekstrim kanan. Ini disarikan dari firman Allah SWT: Dan demikianlah kami jadikan kamu sekalian (umat Islam) umat pertengahan (adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) manusia umumnya dan supaya Allah SWT menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) kamu sekalian. (QS al-Baqarah: 143). Kedua at-tawazun atau seimbang dalam segala hal, terrnasuk dalam penggunaan dalil 'aqli (dalil yang bersumber dari akal pikiran rasional) dan dalil naqli (bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits). Firman Allah SWT:ْ‫ ِط‬Sunguh kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti kebenaran yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka al-kitab dan neraca (penimbang keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. (QS al-Hadid: 25) Ketiga, al-i'tidal atau tegak lurus. Dalam AlQur'an Allah SWT berfirman: Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kamu sekalian menjadi orang-orang yang tegak membela (kebenaran) karena Allah menjadi saksi (pengukur kebenaran) yang adil. Dan janganlah kebencian kamu pada suatu kaum menjadikan kamu berlaku tidak adil. Berbuat adillah karena keadilan itu lebih mendekatkan pada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, karena sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS al-Maidah: 8) Selain ketiga prinsip ini, golongan Ahlussunnah wal Jama'ah juga mengamalkan sikap tasamuh atau toleransi. Yakni menghargai perbedaan serta menghormati orang yang memiliki prinsip hidup yang tidak sama. Namun bukan berarti mengakui atau membenarkan keyakinan yang berbeda tersebut dalam meneguhkan apa yang diyakini. Firman Allah SWT: Maka berbicaralah kamu berdua (Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS) kepadanya (Fir'aun) dengan kata-kata yang lemah lembut dan mudah-mudahan ia ingat dan takut. (QS. Thaha: 44) Ayat ini berbicara tentang perintah Allah SWT kepada Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS agar berkata dan bersikap baik kepada Fir'aun. Al-Hafizh Ibnu Katsir (701-774 H/1302-1373 M) ketika menjabarkan ayat ini mengatakan, "Sesungguhnya dakwah Nabi Musa AS dan Nabi 6



Harun AS kepada Fir'aun adalah menggunakan perkataan yang penuh belas kasih, lembut, mudah dan ramah. Hal itu dilakukan supaya lebih menyentuh hati, lebih dapat diterima dan lebih berfaedah". (Tafsir al-Qur'anil 'Azhim, juz III hal 206). 2.2 Prinsip prinsip dapat diwujudkan dalam beberapa hal berikut: (menurut KH Ahmad Shiddiq) 1. Akidah. a. Keseimbangan dalam penggunaan dalil 'aqli dan dalil naqli. b. Memurnikan akidah dari pengaruh luar Islam c. Tidak gampang menilai salah atau menjatuhkan vonis syirik, bid'ah apalagi kafir .



2. Syari'ah



a. Berpegang teguh pada Al-Qur'an dan Hadits dengan menggunanakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah . b. Akal baru dapat digunakan pada masalah yang yang tidak ada nash yang je1as (sharih/qotht'i). c. Dapat menerima perbedaan pendapat dalam menilai masalah yang memiliki dalil yang multi-interpretatif (zhanni). 3. Tashawwuf/ Akhlaq a. Tidak mencegah, bahkan menganjurkan usaha memperdalam penghayatan ajaran Islam, selama menggunakan cara-cara yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum Islam . b. Mencegah sikap berlebihan (ghuluw) dalam menilai sesuatu. c. Berpedoman kepada Akhlak yang luhur. Misalnya sikap syaja’ah atau berani (antara penakut dan ngawur atau sembrono), sikap tawadhu' (antara sombong dan rendah diri) dan sikap dermawan (antara kikir dan boros). 4. Pergaulan antar golongan a. Mengakui watak manusia yang senang berkumpul dan berkelompok berdasarkan unsur pengikatnya masing-masing. b. Mengembangkan toleransi kepada kelompok yang berbeda . c. Pergaulan antar golongan harus atas dasar saling menghormati dan menghargai. d. Bersikap tegas kepada pihak yang nyata-nyata memusuhi agama Islam. 5. Kehidupan bernegara a. NKRI (Negara Kesatuan Republik Indanesia) harus tetap dipertahankan karena merupakan kesepakatan seluruh komponen bangsa.



7



b. Selalu taat dan patuh kepada pemerintah dengan semua aturan yang dibuat, selama tidak bertentangan dengan ajaran agama. c. Tidak melakukan pemberontakan atau kudeta kepada pemerintah yang sah. d. Kalau terjadi penyimpangan dalam pemerintahan, maka mengingatkannya dengan cara yang baik . 6. Kebudayaan a. Kebudayaan harus ditempatkan pada kedudukan yang wajar. Dinilai dan diukur dengan norma dan hukum agama. b. Kebudayaan yang baik dan ridak bertentangan dengan agama dapat diterima, dari manapun datangnya. Sedangkan yang tidak baik harus ditinggal. c. Dapat menerima budaya baru yang baik dan melestarikan budaya lama yang masih relevan (al-muhafazhatu 'alal qadimis shalih wal akhdu bil jadidil ashlah). 7. Dakwah a. Berdakwah bukan untuk menghukum atau memberikan vonis bersalah, tetapi mengajak masyarakat menuju jalan yang diridhai Allah SWT. b. Berdakwah dilakukan dengan tujuan dan sasaran yang jelas. c. Dakwah dilakukan dengan petunjuk yang baik dan keterangan yang jelas, disesuaikan dengan kondisi dan keadaan sasaran dakwah. KH Muhyidin Abdusshomad Pengasuh Pesantren Nurul Islam, Ketua PCNU Jember



2.3 Secara garis besar, pendekatan kemasyarakatan Nahdlatul Ulama terbagi menjadi 4 bagian yaitu : 2.3.1. Tawasuth (Jalan Tengah) Tawasuth adalah mengambil Jalan Tengah, yaitu sikap tidak condong kepada ekstrem kanan ( Kelompok yang berkedok agama) maupun kelompok ekstrem kiri( kelompok komunis). Tawasuth ini juga bisa didefinisikan sebagai sikap moderat yang berpijak pada prinsip keadilan serta berusaha menghindari segala bentuk pendekatan dengan tatharruf ( ekstrim, keras).



2.3.2. I’tidal (Tegak Lurus) I'tidal artinya tegak lurus, yaitu Sikap tegak dalam arti tidak condong pada kepentingan di luar Nahdlatul Ulama dan umat. Lurus dalam arti semata-mata berjuang demi kepentingan NU dan umat. Sikap ini pada intinya memiliki arti menjunjung tinggi keharusan berlaku adil dan lurus di tengah-tengah kehidupan bersama.



8



Kesimpulannya, Nahdlatul Ulama dengan sikap dasar ini akan selalu menjadi kelompok panutan yang bersikap dan bertindak lurus dan selalu bersifat membangun serta menghindari segala bentuk pendekatan yang condong pada faham-faham ekstrim.



2.3.3. Tasamuh (Toleran) Tasamuh artinya toleran, maksudnya adalah bahwasanya NU toleran terhadap perbedaan pandangan dalam masalah agama budaya dan adat istiadat. Kesimpulannya Tasamuh adalah sikap toleran terhadap perbedaan pandangan baik dalam masalah keagamaan, terutama hal-hal yang bersifat furu' atau menjadi masalah khilafiyah, serta dalam masalah kemasyarakatan dan kebudayaan. Contoh : Menghargai agama lain yang di terapkan di Bali. Mereka saling menghargai dalam permasalahan lingkup agama dan budaya. Jika umat Hindu merayakan Nyepi, umat Muslim disana juga menghargai dengan cara tidak keluar dari rumah.



2.3.4. Tawazun (Seimbang) Tawazun artinya seimbang, yaitu Sikap seimbang Dalam berkhidmah demi terciptanya keserasian hubungan antara sesama umat manusia dan antara manusia dengan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Dalam bahasa sederhana, kita sering menyebutnya sebagai hubungan vertikal dan horizontal. Maksud vertikal adalah hubungan kita dengan tuhan (Allah). Sedangkan maksud horizontal adalah hubungan kita dengan manusia. Sebagai warga Nahdlatul Ulama, kita dituntut untuk seimbang dalam menjalani hubungan, entah hubungan dengan tuhan maupun dengan manusia. Jadi kita tidak boleh mengabaikan salah satunya.



Contoh : Kita selalu beribadah pagi siang malam tak henti henti, tetapi dengan tetangga sendiri kita acuh dan tidak mau menyapa jika bertemu. Begitu juga sebaliknya, dengan tetangga kita ramah, dermawan dan baik hati, tetapi tidak pernah beribadah.



Kesimpulannya, kita sebagai warga NU harus memiliki sikap Tawazun (Seimbang), yaitu keseimbangan berhubungan dengan tuhan dan manusia. Dan keseimbangan mencari akhirat dan dunia.



9



2.3.5. Amar Ma'ruf Nahi Munkar Yang terakhir adalah Amar Ma'ruf Nahi Munkar, yaitu selalu memiliki kepekaan untuk mendorong perbuatan yang baik, berguna dan bermanfaat bagi kehidupan bersama. Serta menolak dan mencegah segala hal yang dapat menjerumuskan dan merendahkan nilai-nilai kehidupan.



Nahi Munkar disini bukan berarti kita melawan kemungkaran dengan kemungkaran. tetapi harus dengan ma'ruf (kebaikan). Jadi tidak boleh melawan kejahatan dengan kejahatan. Jika demikian, berarti kita tidak ada bedanya dengan mereka. 2.3.6. Ibda' Binafsik Makna Ibda' binafsik (Mulailah dari dirimu) secara terminologi sosial, maka kata 'diri' (anfus, nafs), mengingatkan kita pada 'individu'. (bahwa), "perubahan struktural tak akan pernah terjadi tanpa didahului perubahan kultural, dan perubahan kultural tak akan pernah terjadi tanpa perubahan inidividual," sehingga dapat dikatakan perubahan individual itu adalah induk dari segalanya.



Dalam firman Allah SWT QS. Ar_Ra’d (13:11), menegaskan bahwa sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan768 yang ada pada diri mereka sendiri. [13:11] Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah767. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan768 yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. Pada ayat diatas, kata yang menjadi kata kunci (keyword) adalah ‘diri’ (dalam ayat tersebut anfus, jamak dari nafs). Dalam terminologi sosial, kata ‘diri’ (anfus, nafs) ini mengingatkan kita pada ‘individu’. Jadi sebelum ada pernyataan populer dalam sosiologi (bahwa), “perubahan struktural tak akan pernah terjadi tanpa didahului perubahan kultural, dan perubahan kultural tak akan pernah terjadi tanpa perubahan inidividual,” ternyata Allah SWT sudah mewahyukan melalui QS Arra’du (13:11) tersebut, bahwa perubahan individual/nafs merupakan awal dari perubahan bagi suatu keolompok/komunitas atau suatu kaum. Dalam hadits Rosulullah SAW bersabda : “Ibda’ Binafsik” yang artinya Mulailah dari dirimu.



10



Dalam pemaparannya Ustad Dadan menegaskan isi dan pesan Al Quran Surat al-Azhab ayat 21, bahwa umat Islam agar senantiasa meniti jejak Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW pun menyebutnya, "Ibda' binafsik tsumma man ta'ulu", mulai lah dari diri sendiri, kemudian orang di sekitarmu. Untuk melakukan perubahan, fokuslah pada diri sendiri, baru kemudian diperluas.



Di era globalisasi ini, semua orang dituntut untuk memilih dan memilah tuntunan dan tontonan yang membutuhkan tingkat kearifan yang tinggi. Kemajuan teknologi selain berdampak positif bagi perkembangan ilmu dan teknologi, juga disinyalir banyak berdampak negatifnya, terutama bagi generasi muda. Maka sudah sepantasnya menjadikan diri kita sebagai teladan untuk diri kita sendiri, keluarga, lingkungan kita bekerja, dan untuk masyarakat pada umumnya. Pungkas Dadan. Saat dikonfirmasi terpisah Nanan Abdul Manan, M.Pd (Ketua STKIP Muhammadiyah) menyampaikan mulailah dari diri sendiri. Mengapa? Mahatma Gandhi berujar "If you want to change the world, start with yourself". “Semoga kita menjadi qudwah dalam membesarkan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM)”. Ujarnya.



11



BAB 3 PENUTUP



3.1 Kesimpulan Mabadi’ Khaira Ummah secara terminologi diartikan sebagai prinsip-prinsip nilai yang dilahirkan oleh Nahdlatul Ulama (NU) sebagai bentuk jawaban atas problematika warga Nahdliyin di bidang mua’malah terutama sosial-ekonomi.Isi dan penjelasan mengenai Mabadi’ Khaira Ummah terangkum dalam lima butir, diantaranya adalah Al-Shidqu, Al-Amanah wal alWafa bil al-Ahdi, Al-Adalah, Al-Taawun, dan Al-Istiqamah. Prinsip-prinsip yang dapat dijalankan pada point ini adalah Akidah, Syariah,Tashawuf/Akhlaq ,Kehidupan Bernegara,Budaya, Pergaulan antar golongan,Dakwah. Untuk itu cara mendekati masyarakat Nahdlatul ulama yakni dengan Tawasuth,I'tidal,TasamuhTawazun,Amar Ma'rif Nahi Munkar,Ibda' Binafsik. 3.2 Saran Sebaiknya umat manusia,menjadikan beberapa point diatas,sebagai bahan untuk berubah menjadi baik,bukan hanya karena wajah namun perilaku,hati,fikiran juga perlu.Dan sebaiknya mari kita bersama sama,melangkah ke lebih baik., Mempunyai sifat yang baik dan aberlomba lomba ke yang lebih baik



3.3 Daftar Pustaka



12