Makalah Pemberian Asi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Mata Kuliah :Asuhan Komunitas dan Peran Pendidik Bidan Dosen :Rismawati, S.ST., M.Kes.



ANALISIS SWOT MENGENAI PROGRAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF



Disusun Oleh : Disusun Oleh : 1. S. Nur Arny Puspitasari



(18 3145 301 125)



2. Rizka Aprianti Nur



(18 3145 301 131)



3. Imelda Magdalena Pokai (18 3145 301 152) 4. Erly Andriani



(18 3145 301 138)



5. Melisa



(18 3145 301 158)



PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR 2018/2019



KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb. Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT karena atas ridho, taufik dan hidayah-Nya penulis masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Tak lupa shalawat dan salam hendaknya penulis haturkan kepada nabi akhir zaman Rasulullah SAW beserta keluarga dan sahabat yang telah membawa kita ke zaman yang penuh rahmat. Makalah yang berjudul ANALISIS SWOT MENGENAI PROGRAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF. Makalah ini dibuat untuk membantu mempermudah pemahaman dalam mendalami mata kuliah Asuhan Komunitas dan Peran Pendidik Bidan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga pada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis menerima kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini di masa mendatang. Akhirul kata, terimakasih dan Wassalamualaikum Wr.Wb.



Penyusun



2



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................................4 B. Rumusan Masalah ...................................................................................6 C. Tujuan .....................................................................................................6 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Asi Eksklusif .........................................................................7 B. Bagaimana Mencapai Asi Eksklusif ......................................................7 C. Kesalahpahaman Mengenai Asi Eksklusif ..............................................8 D. Kebaikan Asi Dan Menyusui ..................................................................8 E. Manfaat Asi .............................................................................................9 F. Proses Terbentuknya Asi.........................................................................11 G. Manajemen Laktasi .................................................................................18 H. Analisis SWOT ASI eksklusif ................................................................25 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................................28



3



BAB I PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan masyarakat mutu hidup, produktifitas tenaga kerja, angka kesakitan dan kematian yang tinggi pada bayi dan anak-anak, menurunnya daya kerja fisik serta terganggunya perkembangan mental adalah akibat langsung atau tidak langsung dari masalah gizi kurang. Sebagaimana diketahui bahwa salah satu masalah gizi yang paling utama pada saat ini di Indonesia adalah kurang kalori, protein hal ini banyak ditemukan bayi dan anak yang masih kecil dan sudah mendapat adik lagi yang sering disebut “kesundulan” artinya terdorong lagi oleh kepala adiknya yang telah muncul dilahirkan. Keadaan ini karena anak dan bayi merupakan golongan rentan. Terjadinya kerawanan gizi pada bayi disebabkan karena selain makanan yang kurang juga karena Air Susu Ibu (ASI) banyak diganti dengan susu botol dengan cara dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan. Hal ini pertanda adanya perubahan sosial dan budaya yang negatif dipandang dari segi gizi. Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar empat bulan. Setelah itu ASI hanya berfungsi sebagai sumber protein vitamin dan mineral utama untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras. Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus dimulai sedini mungkin yaitu sejak dini yaitu sejak masih bayi, salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI). Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi



4



penerus di masa depan. Akhir-akhir ini sering dibicarakan tentang peningkatan penggunaan ASI. Banyak tindakan yang relatif murah dan mudah diterapkan untuk meningkatkan kesehatan dan kelangsungan hidup anak, terutama bayi baru lahir. Salah satunya adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI) segera setelah lahir atau biasa disebut Inisiasi Menyusu Dini (IMD) serta pemberian ASI eksklusif sampai usia enam bulan. Hal ini didukung oleh pernyataan United Nations Children Funds (UNICEF), bahwa sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia pada tiap tahunnya, bisa dicegah melalui pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan sejak tanggal kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan kepada bayi. Gerakan untuk memberikan ASI secara eksklusif dinilai masih kurang menggema dan minim dukungan dari banyak pihak. Padahal, pemerintah telah membuat peraturan yang menjamin hak anak untuk mendapatkan ASI seperti yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, dan juga Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 33 Tahun 2012 Tentang ASI Eksklusif. ASI sebagai makanan yang terbaik bagi bayi tidak perlu diragukan lagi, namun akhir-akhir ini sangat disayangkan banyak diantara ibu-ibu meyusui melupakan keuntungan menyusui. Selama ini dengan membiarkan bayi terbiasa menyusu dari alat pengganti, padahal hanya sedikit bayi yang sebenarnya menggunakan susu botol atau susu formula. Kalau hal yang demikian terus berlangsung, tentunya hal ini merupakan ancaman yang serius terhadap upaya pelestarian dari peningkatan penggunaan ASI. Berbagai alasan dikemukakan oleh ibu-ibu mengapa keliru dalam pemanfaatan ASI secara Eksklusif kepada bayinya, antara lain adalah produksi ASI kurang, kesulitan bayi dalam menghisap, keadaan puting susu ibu yang tidak menunjang, ibu bekerja, keinginan untuk disebut modern dan pengaruh iklan/promosi pengganti ASI dan tdak kalah pentingnya adalah



5



anggapan bahwa semua orang sudah memiliki pengetahuan tentang manfaat ASI .



B. RUMUSAN MASALAH 1.



Apa yang dimaksud dengan Program Pemberian ASI eksklusif?



2.



Bagaimana analisis SWOT mengenai program ASI eksklusif?



C. TUJUAN PENULISAN



6



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. PROGRAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kematian balita adalah dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) segera setelah lahir atau biasa disebut Inisiasi Menyusu Dini (IMD) serta pemberian ASI eksklusif. Hal ini didukung oleh pernyataan United Nations Childrens Fund (UNICEF), bahwa sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia pada tiap tahunnya bisa dicegah melalui pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan sejak tanggal kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan kepada bayi. Berdasarkan penelitian WHO (2000), di enam negara berkembang, risiko kematian bayi antara usia 9-12 bulan meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui. Untuk bayi berusia di bawah dua bulan, angka kematian ini meningkat menjadi 480%, sekitar 40% kematian balita terjadi satu bulan pertamakehidupan bayi. IMD dapat mengurangi 22% kematian bayi 28 hari, berarti IMD mengurangi kematian balita 8,8%. Penelitian yang dilakukan Lancet (2003) mendapatkan bahwa dengan menyusui eksklusif selama 6 bulan dan tetap diberi ASI sampai 11 bulan saja serta pemberian makanan pendamping ASI pada usia enam bulan dapat menurunkan kematian balita sebanyak 13% (Roesli, 2008). Edmond et al (2006) menyatakan bahwa 16% kematian neonatal dapat dicegah jika bayi disusui sejak hari pertama kelahirannya dan jika bayi menyusu dalam 1 jam pertama maka akan menurunkan angka kematian sebesar 22%. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) mulai diperkenalkan di Indonesia pada tahun 2007 (Tasya, 2011) yaitu bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir dan dilakukan dengan cara meletakkan bayi yang baru lahir secara tengkurap di dada atau perut ibu sehingga kulit bayi melekat pada kulit ibu (Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2012). ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman lain. ASI eksklusif dianjurkan



7



sampai 6 bulan pertama kehidupan bayi (World Health Organization, 2007). Dengan begitu selama 6 bulan pertama kehidupannya, seorang bayi hanya mendapatkan ASI eksklusif saja dan ini diajurkan oleh badan kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) setelah sebelumnya pemberian ASI eksklusif dinyatakan diberikan sampai bayi berusia 4 (empat) bulan. Sudah banyak penelitian dan survei yang menyatakan manfaat dan keuntungan pemberian ASIeksklusif baik bagi ibu, bagi bayi, juga bagi keluarga dan masyarakat. Upaya untuk meningkatkan cakupanASI eksklusif yaitu dengan pembinaan Kelompok Pendukung Ibu, pembinaan Kader Posyandu, diadakannya Puskeling dan dilakukan penyuluhan di daerah tertentu dengan kebijakan dari Dinas Kesehatan setempat. Selama ini dukungan yang diberikan baik dari WHO maupun dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah terhadap peningkatan pemberian ASI eksklusif sebenarnya telah memadai. Hal ini terbukti dengan adanya rekomendasi dari WHO dan UNICEF (2002) yang dibuat untuk peningkatan cakupan ASI eksklusif, yaitu 1. Inisiasi menyusu dini pada satu jam setelah kelahiran, 2. Memberikan secara eksklusif, kolostrum kepada bayi dan menghindari makanan/minuman lainnya sebelum pemberian ASI dan makanan lain pada masa awal kehidupan bayi, 3. ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan bayi, 4. Memberikan nutrisi makanan tambahan yang hygienis setelah umur 6 bulan. Dukungan politis dari pemerintah antara lain, telah dicanangkannya GNPP-ASI (Gerakan Nasional Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu) pada tahun 1990. Ditetapkannya Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.450/MENKES/SK/IV/2004 tentang Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di Indonesia, yang memuat sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui diantaranya berisi tentang semua institusi pelayanan kesehatan mempunyaikebijakan tertulis mengenai pemberian ASI yang secara berkala



8



dikomunikasikan kepada semua petugas kesehatan, melatih semua petugas kesehatan dengan keterampilan yang diperlukan untuk menerapkan kebijakan tersebut, memberi informasi mengenai manfaat ASI dan menyusui kepada semua ibu hamil, membantu ibu menyusui sedini mungkin dalam waktu setelah lahir sampai satu jam (Siregar, 2004), memberikan ASI kepada bayi tanpa dijadwal dan tidak memberikan dot serta beberapa langkah lainnya. Pemerintah juga telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 33 Tahun 2012 tentang pemberian Air Susu Ibu eksklusif sebagai jaminan terpenuhinya hak bayi untuk mendapatkan sumber makanan terbaik sejak dilahirkan sampai berusia 6 bulan. Di samping itu, kebijakan ini juga untuk melindungi ibu dalam pemberian ASI eksklusif kepada bayinya. Dalam peraturan tersebut dibahas mengenai Program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI eksklusif, pengaturan penggunaan susu formula dan produk bayi lainnya, sarana menyusui di tempat kerja dan sarana umum lainnya, dukungan masyarakat, tanggung jawab pemerintah, pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota dalam serta aturan pendanaannya. Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya cakupan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI eksklusif di masyarakat. Menurut Siregar (2004), berbagai alasan dikemukakan oleh ibu-ibu yang tidak memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya, antara lain adalah ibu merasa produksi ASI kurang, kesulitan bayi dalam menghisap, ibu bekerja, keinginan untuk disebut modern dan pengaruh iklan/promosi pengganti ASI (Roesli, 2005). Menciptakan kebiasaan pemberian ASI yang baik sejak menit pertama bayi baru lahir sangat penting untuk kesehatan bayi dan keberhasilan pemberian ASI itu sendiri. Menyusui yang paling mudah dan sukses dilakukan adalah bila si ibu sendiri sudah siap fisik dan mentalnya untuk melahirkan dan menyusui, serta bila ibu



mendapat



informasi,



dukungan, dan merasa



yakin



akan



kemampuannya untuk merawat bayinya sendiri. Selain itu keberhasilan ibu menyusui juga harus didukung oleh suami, keluarga, petugas kesehatan dan masyarakat.



9



B. UPAYA PENINGKATAN CAKUPAN ASI EKSKLUSIF 1. Pembinaan Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) Kelompok pendukung adalah kumpulan dari beberapa orang yang mengalami situasi yang sama atau memiliki tujuan yang sama, yang bertemu secara rutin untuk saling menceritakan kesulitan, keberhasilan, informasi dan ide berkaitan dengan situasi yang dihadapi atau upaya mencapai tujuan yang diinginkan. Pertemuan kelompok pendukung dilaksanakan dalam suasana bersahabat, nyaman, saling mempercayai dan menghargai. Melalui pertemuan-pertemuan tersebut, peserta sebuah Kelompok Pendukung dapat saling memberi dan menerima dukungan, baik berupa dukungan teknis, moral maupun emosional untuk sukses mengatasi situasi yang dihadapi atau mencapai tujuan yang diinginkan. Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) secara khusus diselenggarakan untuk para ibu yang ingin berhasil melaksanakan pemberian air susu ibu secara optimal, yang meliputi inisiasi menyusu dini, ASI eksklusif 6 bulan, dan meneruskan pemberian ASI hingga dua tahun atau lebih dengan makanan pendamping yang bergizi. Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) merupakan kelompok sebaya yang beranggotakan 6-12 ibu hamil dan ibu bayi bawah dua tahun yang bertemu secara rutin 2 minggu sekali atau setidaknya sebulan sekali termasuk kunjungan rumah untuk saling bertukar pengalaman, berdiskusi dan saling memberi dukungan terkait kesehatan ibu dan anakkhususnya seputar kehamilan, menyusui dan gizi, dipandu/difasilitasi oleh motivator. Peserta KP Ibu diutamakan ibu hamil serta ibu ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan. Walaupun demikian, kelompok ini terbuka untuk orang orang lain yang memiliki minat yang sama. Suami atau anggota keluarga lain dari seorang ibu hamil/menyusui, seorang perempuan yang belum hamil tapi sudah berkeinginan untuk menyusui bayinya suatu saat, atau tenaga kesehatan yang ingin belajar dari dan berbagi informasi dengan para ibu hamil/menyusui dapat dilibatkan dalam pertemuan KP Ibu. Diskusi di pertemuan KP Ibu diutamakan pada isu seputar ASI dan



10



menyusui. Walaupun demikian, bila diskusi berkembang dengan baik tidak tertutup kemungkinan untuk mencakup isu isu lain yang berhubungan dengan situasi peserta KP Ibu, misalnya perawatan ibu pada masa kehamilan, proses persalinan dan pemulihan pasca persalinan, pemberian makanan tambahan pada anak dan lain lain (Karuniawati, 2012). Kelompok Pendukung Ibu perlu dibentuk di tengah masyarakat dengan memberdayakan masyarakat itu sendiri khususnya para ibu dengan didampingi oleh motivator dari tenaga kesehatan. Dengan saling bertukar informasi dan mendukung satu sama lain diharapkan ibu dapat terus meningkatkan pengetahuannya dan termotivasi untuk memberikan ASI eksklusif. Pembinaan yang baik oleh Puskesmas akan menjadikan kelompok ini bisa terus berkembang dan menarik lebih banyak ibu untuk bergabung di dalamnya. Kegiatan konseling ASI di puskesmas belum berjalan dengan optimal, dilihat dari pelaksanaan yang tidak sesuai dengan langkah keterampilan konseling ASI, upaya sosialisasi belum maksimal, ketersediaan sumber daya manusia dan sarana prasarana yang belum mencukupi (Santi et al, 2015). 2. Sosialisasi PP No. 33 Tahun 2012 Pada akhir Maret 2012, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 2012 untuk melaksanakan keetentuan Pasal 129 ayat (2) Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan. PP ini mengatur Pemberian ASI eksklusif yang menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan sampai berusia 6 (enam) bulan dan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayi serta meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat, pemerintah daerah dan pemerintah terhadap pemberian ASI eksklusif. Bab IV (Pasal 15-29) menjelaskan tentang penggunaan susu formula bayi dan produk bayi lainnya. Pemberian susu formula diperbolehkan pada kondisi dimana pemberian ASI eksklusif tidak



11



dimungkinkan berdasarkan pertimbangan tertentu yaitu indikasi medis, ibu tidak ada dan ibu terpisah dari bayi. Setiap tenaga kesehatan dilarang memberikan susu formula bayi dan/atau produk bayi lainnya yang dapat menghambat pemberian ASI eksklusif kecuali dalam hal khusus yang diperbolehkan. Penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan juga dilarang menerima dan/atau mempromosikan susu formula. Begitu juga dengan distributor susu formula dilarang melakukan kegiatan yang menghambat program pemberian ASI eksklusif termasuk diantaranya dengan menggunakan tenaga kesehatan untuk memberikan informasi tentang susu formula kepada masyarakat. Diatur juga mengenai sanksi administratif terhadap tenaga kesehatan, penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan, pihak-pihak terkait termasuk produsen serta distributor susu formula yang tidak melaksanakan ketentuan yang telah diatur. Peraturan Pemerintah ini juga mengatur tentang perlunya tempat kerja dan tempat sarana umum mendukung program ASI eksklusif dan ini diatur pada Bab V (Pasal 3036). Setiap tempat kerja dan tempat sarana umum seperti fasilitas pelayanan kesehatan, hotel dan penginapan, tempat rekreasi,terminal angkutan



darat,



stasiun



kereta



api,



bandara,



pelabuhan,



pusat



perbelanjaan, gedung olahraga, lokasi penampungan pengungsi dan tempat umum lainnya harus menyediakan fasilitas khusus untuk memudahkan ibu menyusui dan/atau memerah ASI yaitu ruang untuk tempat ibu menyusui bayinya atau memerah ASI (ruang ASI). Pengurus tempat kerja juga diwajibkan memberi kesempatan kepada ibu yang bekerja untuk memberikan ASI kepada bayi atau memerah ASI selama waktu kerja di tempat kerja serta membuat peraturan internal yang mendukung keberhasilan program pemberian ASI eksklusif. Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 2012 sangat membantu untuk mendukung program ASI eksklusif tetapi masih belum banyak pihak yang mengetahui tentang hak tersebut. Perlu juga dibuat Peraturan Gubernur dan perda khusus untuk mendukung PP tersebut sehingga mempunyai kekuatan hukum. Aprillia (2009) menyimpulkan bahwa kebijakan sangat



12



berpengaruh terhadap pelaksanaan program IMD dan ASI eksklusif, selain juga perlu adanya petunjuk pelaksanaan (juklak), petunjuk teknis (juknis) serta protap agarbisa mengajukan anggaran serta sosialisasi tentang hal tersebut. Sosialisasi diperlukan agar setiap pihak yang terkait dengan program IMD dan ASI eksklusif mengetahui, mematuhi dan melaksanakannya. Dinas Kesehatan juga dapat melaksanakan ketentuan yang telah ditetapkan tersebut dengan menerapkan sanksi kepada pihak yang melanggar. Selama peraturan pemerintah ini belum disosialisasikan tentu akan sulit untuk memberlakukan sanksi dan upaya meningkatkan cakupan ASI eksklusif menjadi terhambat. 3. Konselor ASI Konselor ASI adalah orang yang dibekali keterampilan untuk membantu



ibu



memutuskan



apa



yang



terbaik



untuknya



dan



menumbuhkan kepercayaan diri ibu dalam memberikan ASI kepada bayi (Roesli, 2005). Konselor ASI dipilih dari tenaga kesehatan yang kemudian mendapatkan pelatihan khusus konseling menyusui dengan jumlah jam pelatihan yang telah distandarkan oleh badan kesehatan dunia (World Health Association) yaitu 40 jam. Melalui pelatihan ini setiap calon konselor belajar tentang ASI dan segala faktor yang terkait dengan pemberian ASI baik secara medis/teknis, sosial budaya. Para konselor yang sudah terlatih ini dapat memberikan pelayanan konseling bagi setiap ibu mulai dari masa kehamilan, mendampingi saat persalinan untuk membantu dan mendukung proses IMD serta selanjutnya selama ibu menyusui anaknya karena para konselor selain dapat ditemui langsung juga dapat dihubungi melalui telepon ataupun sms (short message system) kapan saja ibu membutuhkan. Kehadiran konselor ASI diharapkan akan dapat mengurangi permasalahan tentang rendahnya dukungan tenaga kesehatan dalam hal pemberian ASIeksklusif. Dengan adanya dukungan, para ibu akan meningkat kepercayaan dirinya dan akan lebih termotivasi untuk terus memberikan ASI. Hasil penelitian Albernaz et al (2003) di Brazil



13



mendapatkan



kesimpulan



bahwa



dukungan



konselor



ASI



dapat



memperlambat masa penyapihan terhadap bayi yang disusui. Ini tentunya akan sangat bermanfaat untuk meningkatkan cakupan ASI eksklusif karena ibu-ibu akan lebih lama waktu untuk menyusui bayinya. Perilaku pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif baik oleh ibu maupun petugas kesehatan terutama bidan, semuanya sangat dipengaruhi terutama oleh faktor sikap, motivasi, maupun pengetahuan, baik sikap, motivasi, dan pengetahuan ibu, maupun petugas kesehatan khususnya bidan (Hector et al, 2005). Upaya untuk mengatasi rendahnya cakupan ASI eksklusif di Indonesia adalah dengan memberdayakan masyarakat melalui Kelompok Pendukung Ibu, mensosialisasikan Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif dan menyediakan tenaga konselor ASI. Strategi yang dapat dilakukan oleh Dinas Kesehatan yaitu menyelenggarakan pelatihan konselor ASI secara berkala untuk meningkatkan jumlah konselor ASI, melakukan pembinaan, monitoring, evaluasi pelaksanaan kegiatan Kelompok Pendukung Ibu dengan melibatkan Puskesmas yang tersebar di wilayah kerjanya, melakukan kerjasama dengan institusi pendidikan, perusahaan-perusahaan, dan tempat-tempat fasilitas umum dalam upaya melaksanakan ketentuan yang sudah ditetapkan oleh PP No. 33 tahun 2012 serta memberikan reward dan punishment terhadap tenaga kesehatan, fasilitas pelayanan



kesehatan



yang



diketahui



melakukan



pelanggaran



atau



menghambat program IMD dan ASI eksklusif.



C. PENGERTIAN ASI EKSKLUSIF Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya. ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini.



14



ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal. Pada tahun 2001 World Health Organization / Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan bahwa ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi.



D. KEBAIKAN ASI DAN MENYUSUI. ASI sebagai makanan bayi mempunyai kebaikan/sifat sebagai berikut: 1. ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis,mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengankebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi. 2. ASI mengadung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan.Didalam usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat. yang bermanfaatuntuk: a. Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen. b. Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan asamorganik dan mensintesa beberapa jenis vitamin. c. Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat. d. Memudahkan penyerahan herbagai jenis mineral, seperti calsium dan magnesium. 3. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama



5-6



bulan



pertama,



seperti:



Immunoglobin,



Lysozyme,



Complemen C3 dan C4, Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin. 4. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi padabayi. 5. Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu dan bayi.



15



Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui dengan bayi juga dapatmemberikan keuntungan bagi ibu, yaitu: 1. Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan “kehidupan” kepada bayinya. 2. Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang erat, bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak. 3. Dengan menyusui bagi rahim ibu akan berkontraksi yang dapat menyebabkan pengembalian keukuran sebelum hamil 4. Mempercepat berhentinya pendarahan post partum. 5. Dengan menyusui maka kesuburan ibu menjadi berkurang untuk beberpa bulan (menjarangkan kehamilan) 6. Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang. 7. Menambah panjang kembalinya kesuburan pasca melahirkan, sehingga 8. Memberi jarak antar anak yang lebih panjang alias menunda kehamilan berikutnya 9. Karena



kembalinya



menstruasi



tertunda,



ibu



menyusui



tidak



membutuhkan zat besisebanyak ketika mengalami menstruasi 10. Ibu lebih cepat langsing. Penelitian membuktikan bahwa ibu menyusui enam bulan lebih langsing setengah kg dibanding ibu yang menyusui empat bulan.



E. MANFAAT ASI Untuk bayi, pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang terbaik, terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan, selain juga bermanfaat bagi ibu. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya.Pada umur 6 sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan utama bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi. Guna memenuhi semua kebutuhan bayi, perlu ditambah dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).



16



Setelah umur 1 tahun, meskipun ASI hanya bisa memenuhi 30% dari kebutuhan bayi, akan tetapi pemberian ASI tetap dianjurkan karena masih memberikan manfaat. ASI disesuaikan secara unik bagi bayi manusia, seperti halnya susu sapi adalah yang terbaik untuk sapi. Untuk Ibu, manfaat pemberian ASI yaitu sebagai berikut : 1. Hisapan bayi membantu rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk kembali ke masa pra-kehamilan dan mengurangi risiko perdarahan 2. Lemak di sekitar panggul dan paha yang ditimbun pada masa kehamilan pindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing kembali 3. Penelitian menunjukkan bahwa ibu yang menyusui memiliki resiko lebih rendah terhadap kanker rahim dan kanker payudara. 4. ASI lebih hemat waktu karena tidak usah menyiapkan dan mensterilkan botol susu, dot, dsb 5. ASI lebih praktis karena ibu bisa jalan-jalan ke luar rumah tanpa harus membawa banyak perlengkapan seperti botol, kaleng susu formula, air panas, dsb 6. ASI lebih murah, karena tidak usah selalu membeli susu kaleng dan perlengkapannya 7. ASI selalu bebas kuman, sementara campuran susu formula belum tentu steril 8. Penelitian medis juga menunjukkan bahwa wanita yang menyusui bayinya mendapat manfaat fisik dan manfaat emosional 9. ASI tak bakalan basi. ASI selalu diproduksi oleh pabriknya di wilayah payudara. Bila gudang ASI telah kosong. ASI yang tidak dikeluarkan akan diserap kembali oleh tubuh ibu. Jadi, ASI dalam payudara tak pernah basi dan ibu tak perlu memerah dan membuang ASI-nya sebelum menyusui. Untuk Keluarga, manfaat pemeberian ASI yaitu sebagai berikut : 1. Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, botol susu kayu bakar atau minyak untuk merebus air, susu atau peralatan.



17



2. Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat) dalam perawatan kesehatan dan berkurangnya kekhawatiran bayi akan sakit. 3. Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi LAM dari ASI eksklusif. 4. Menghemat waktu keluarga bila bayi lebih sehat. 5. Memberikan ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat tenaga bagi keluarga sebab ASI selalu siap tersedia. 6. Lebih praktis saat akan bepergian, tidak perlu membawa botol, susu, air panas, dll. Untuk Masyarakat dan Negara, manfaat pemberian ASI sebagai berikut : 1. Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor susu formula dan peralatan lain untuk persiapannya. 2. Bayi sehat membuat negara lebih sehat. 3. Terjadi penghematan pada sektor kesehatan karena jumlah bayi sakit lebih sedikit. 4. Memperbaiki kelangsungan hidup anak dengan menurunkan kematian. 5. Melindungi lingkungan karena tak ada pohon yang digunakan sebagai kayu bakar untuk merebus air, susu dan peralatannya. 6. ASI adalah sumber daya yang terus menerus diproduksi dan baru.



F. Manajemen Laktasi Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya. Adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Pada masa Kehamilan (antenatal) a. Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan ASI, manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahaya pemberian susu botol.



18



b. Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan putting susu, apakah ada kelainan atau tidak. Disamping itu perlu dipantau kenaikan berat badan ibu hamil. c. Perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu mampu memproduksi dan memberikan ASI yang cukup. d. Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari kehamilan trisemester kedua sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat belum hamil. e. Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini perlu diperhatikan keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan dukungan dan membesarkan hatinya. 2. Pada masa segera setelah persalinan (prenatal) a. Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara menyusui yang baik dan benar, yakni: tentang posisi dan cara melakatkan bayi pada payudara ibu. b. Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu selama 24 jam sehari agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal. c. Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000S1) dalam waktudua minggu setelah melahirkan. 3. Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal) a. Menyusui dilanjutkan secara ekslusif selama 6 bulan pertama usia bayi, yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya. b. Perhatikan gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 ½ kali lebih banyak dari biasa dan minum minimal 8 gelas sehari. c. Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat. d. Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang keberhasilan menyusui.



19



e. Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada permasalahan menysusui seperti payudara banyak disertai demam. f. Menghubungi kelompok pendukung ASI terdekat untuk meminta pengalaman dari ibu-ibu lain yang sukses menyusui bagi mereka. g. Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 4 bulan, berikan MP ASDI yang cukup baik kuantitas maupun kualitas. Makanan Bayi Berusia 0-4 bulan Ibu-ibu seharusnya bersyukur bila payudaranya, ternyata dapat memproduksi air susu yang berlimpah, karena anugrah tuhan ini tidak dimiliki oleh semua ibu. Meskipun demikian, diperkirakan 80% dari jumlah ibu yang melahirkan ternyata mampu menghasilkan air susu dalm jumlah yang cukup untuk keperluan bayinya, secara penuh tanpa makanan tamabahan selama enam bulan pertama. Bahkan ibu yang gizinya kurang baikpun sering dapat menghasilkan ASI cukup tanpa makanan tambahan selama 3 bulan pertama (Warno FG, 1990 hal.175). Dalam usia 0-4 bulan bayi sepenuhnya mendapat makanan berupa ASI dan tidak perlu di beri makanan lain, kecuali jka ada tanda-tanda produksi ASI tidak mencukupi. Keadaan gizi anak pada waktu lahir sangat dipengaruhi oleh keadaan gizi semasa hamil. Ibu yang semasa hamilnya menderita gangguan gizi selain akan melahirkan anak yang gizinya tidak baik, juga kemungkinan dapat melahirkan anak dengan berbagai kelainan dalam pertumbuhannya, atau mungkin anak akan lahir mati. Sejak terjadinya pembuahan terhadap sel telur dalam rahim ibu. Hanya makanan yang memenuhi syarat gizi bagi anak dan bagi ibunya yang dapat membantu syarat gizi bagi wanita hamil dan pengaturan makanan anak yang sesuai merupakan masalah pokok yang perlu dihayati oleh para ibu. Menyusui adalah cara makan aanak-anak yang tradisional dan ideal, yang biasanya sanggup memenuhi kebutuhan gizi seseorang bayi untuk masa hidup empat sampai enam bulan pertama. Bahkan setelah diperkenankan bahan



20



makanan tambahan yang utama, ASI masih tetap merupakan sumber utama yang bisa mencukupi gizi. Dalam tahap usia sejak lahir sampai 4 bulan, ASI merupakan makanan yang paling utama. Pemberian ASI masa ini memberikan beberpa keuntungan. Betapapun tingginya dan baiknya mutu ASI sebagai makanan bayi, manfaatnyabagi pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat ditentukan oleh jumlah ASI yang dapat diberikan oleh ibu. Kebaikan dan mutu ASI yang dapat dihasilkan oleh ibu tidak sesuai dengan kebutuhan bayi, dan akibatnya bayi akan menderita gangguan gizi. ASI sebagai makanan tunggal harus diberikan sampai bayi berumur 4bulan. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan PP-ASI yaitu ASI diberikan selama 2 tahun dan baru pada usia 4 bulan bayi mulai di beri makanan pendamping ASI, paling lambat usia 6 bulan karena ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi pada 4 bulan pertama. Adapun makanan bayi umur 0-4 bulan adalah sebagai berikut: 1. Susui bayi segera 30 menit setelah lahir.Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI. Pada periode ini ASI saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, karena ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Menyusui sangat baik untuk bayi dan ibu. Dengan menysusui akan terjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan anak. 2. Berikan Kolostrum 3. Berikan ASI dari kedua payudara, kiri dan kanan secara bergantian, tiapkali sampai payudara terasa kosong. Payudara yang dihisap sampaikosong merangsang produksi ASI yang cukup. 4. Berikan ASI setiap kali meminta/menangis tanpa jadwal. 5. Berikan ASI 0-10 kali setiap hari, termasuk pada malam hari. Adapun hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI antara lain adalah: 1. Makanan Ibu Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air



21



susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI. Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam 2 piring nasi ditambah 1 butir telur. Jadi diperlukan kalori yang setara dengan jumlah kalori yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter ASI. Agar Ibu menghasilkan 1 liter ASI diperlukan makanan tamabahan disamping untuk keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan 1 butir telur. Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tambahan makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jikapada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan. Dan walaupun tidak jelas pengaruh jumlah air minum dalam jumlah yang cukup. Dianjurkan disamping bahan makanan sumber protein seperti ikan, telur dan kacangkacangan, bahan makanan sumber vitamin juga diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin dalam ASI. 2. Ketentraman Jiwa dan Pikiran Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya. Pada ibu ada 2 macam, reflek yang menentukan keberhasilan dalammenyusui bayinya, reflek tersebut adalah: a. Reflek Prolaktin Reflek ini secara hormonal untuk memproduksi ASI. Waktu bayi menghisap payudara ibu, terjadi rangsangan neorohormonal pada



22



putting susu dan aerola ibu. Rangsangan ini diteruskan ke hypophyse melalui nervus vagus, terus kelobus anterior. Dari lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke peredaran darah dan sampai pada kelenjar –kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan ASI. b. Let-down Refleks (Refleks Milk Ejection) Refleks ini membuat memancarkan ASI keluar. Bila bayi didekatkan pada payudara ibu, maka bayi akan memutar kepalanya kearah payudara ibu. Refleks memutarnya kepala bayi ke payudara ibu disebut :”rooting reflex (reflex menoleh). Bayi secara otomatis menghisap putting susu ibu dengan bantuan lidahnya. Let-down reflex mudah sekali terganggu, misalnya pada ibu yang mengalami goncangan emosi, tekanan jiwa dan gangguan pikiran. Gangguan terhadap let down reflex mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi tidak cukup mendapat ASI dan akan menangis.Tangisan bayi ini justru membuat ibu lebih gelisah dan semakin mengganggu let down reflex. 3. Pengaruh persalinan dan klinik bersalin Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin lebih menitik beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik, ibu dan anak berada dalam keadaan selamat dan sehat. Masalah pemebrian ASI kurang mendapat perhatian. Sering makanan pertama yang diberikan justru susu buatan atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang tidak mendidik pada ibu, dan ibu selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih dari ASI. Pengaruh itu akan semakin buruk apabila disekeliling kamar bersalin dipasang gambar-gambar atau poster yang memuji penggunaan susu buatan. 4. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen danprogesteron. Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen, karena



23



hal ini dapat mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan oleh karena itu alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD atau spiral. Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kadar hormon oxitoksin, yaitu hormon yang dapat merangsang produksi ASI. 5. Perawatan Payudara Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu dengan mengurut payudara selama 6 minggu terakhir masa kehamilan.



Pengurutan



tersebut



diharapkan



apablia



terdapat



penyumbatan pada duktus laktiferus dapat dihindarkan sehingga pada waktunya ASI akan keluar dengan lancar.



G. Peran Bidan dalam Program Pemberian ASI Eksklusif Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI. Dengan : 1. Memberikan bayi bersama ibunya segera setelah lahir selama beberapa jam pertama. Bayi mulai meyusu sendiri segera setelah lahir sering disebut Inisiasi Menyusui Dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini. Hal ini merupakan merupakan peristiwa penting, dimana bayi dapat melakukan kontak kulit langsung dengan ibunya dengan tujuan dapat memberikan kehangatan. Selain itu, dapat membangkitkan hubungan/ikatan antara ibu dan bayi. Pemberian ASI seawal mungkin lebih baik, jika memungkinkan paling sedikit 30 menit setelah lahir. 2. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul. Tujuan dari perawatan payudara untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu, sehingga pengeluaran ASI lancar. Perawatan payudara dilakukan sedini mungkin, bahkan tidak menutup kemungkinan perawatan payudara sebelum hamil sudah mulai dilakukan.



24



Sebelum menyentuh putting susu, pastikan tangan ibu selalu bersih dan cuci tangan sebelum menyusui. Kebersihan payudara paling tidak dilakukan minimal satu kali dalam sehari, dan tidak diperkenankan mengoleskan krim, minyak, alcohol, ataupun sabun pada putting susu. 3. Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI. Membantu ibu segera untuk menyusui bayinya setelah lahir sangatlah penting.



Semakin



sering



bayi



menghisap



puting



susu



ibu,



maka pengeluaran ASI juga semakin lancar. Hal ini disebabkan, isapan bayi akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk segera mengeluarkan hormon oksitosin yang bekerja merangsang otot polos untuk memeras ASI. Pemberian ASI tidak terlepas dengan teknik atau posisi ibu dalam menyusui. Posisi menyusui dapat dilakukan dengan : a. Posisi berbaring miring. Posisi ini baik dilakukan pada saat pertama kali atau ibu dalam keadaan lelah atau nyeri. b. Posisi duduk. Pada saat pemberian ASI dengan posisi duduk dimaksudkan untuk memberikan topangan pada/ sandaran pada punggung ibu dalam posisi tegak lurus (90 derajat) terhadap pangkuannya. Posisi ini dapat dilakukan dengan bersila di atas tempat tidur atau lantai, ataupun duduk di kursi. c. Tidur telentang. Seperti halnya pada saat dilakukan inisiasi menyusu dini, maka posisi ini juga dapat dilakukan oleh ibu. Posisi bayi berada di atas dada ibu diantara payudara ibu. Tanda-tanda bayi bahwa telah berada pada posisi yang baik pada payudara antara lain: a. Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada ibu. b. Mulut dan dagu bayi berdekatan dengan payudara. c. Areola tidak akan tampak jelas. d. Bayi akan melakukan hisapan lamban dan dalam, dan menelan ASInya.



25



e. Bayi terlihat senang dan tenang. f. Ibu tidak akan merasa nyeri pada daerah payudaranya. 4. Menempatkan bayi di dekat Ibu pada kamar yang sama (rawat gabung). Rawat gabung adalah merupakan salah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam ruangan selama 24 jam penuh. Manfaat rawat gabung dalam proses laktasi dapat dilihat dari aspek fisik, fisiologis, psikologis, edukatif, ekonomi maupun medis. a. Aspek fisik. Kedekatan ibu dengan bayinya dapat mempermudah bayi menyusu setiap saat, tanpa terjadwal (nir-jadwal). Dengan demikian, semakin sering bayi menyusu maka ASI segera keluar. b. Aspek fisiologis. Bila ibu selalu dekat dengan bayinya, maka bayi lebih sering disusui. Sehingga bayi mendapat nutrisi alami dan kecukupan ASI. Refleks oksitosin yang ditimbulkan dari proses menyusui akan membantu involusio uteri dan produksi ASI akan dipacu oleh refleks prolaktin. Selain itu, berbagai penelitian menyatakan



bahwa



dengan ASI



eksklusif dapat



menjarangkan kehamilan atau dapat digunakan sebagai KB alami. c. Aspek psikologis. Rawat gabung dapat menjalin hubungan batin antara ibu dan bayi atau proses lekat (early infant mother bounding). Hal ini disebabkan oleh adanya sentuhan badaniah ibu dan bayi. Kehangatan tubuh ibu memberikan stimulasi mental yang diperlukan bayi, sehingga mempengaruhi kelanjutan perkembangan psikologis bayi. Ibu yang dapat memberikan ASI secara eksklusif, merupakan kepuasan tersendiri. d. Aspek edukatif. Rawat gabung memberikan pengalaman bagi ibu dalam hal cara merawat bayi dan merawat dirinya sendiri pasca melahirkan. Pada saat inilah, dorongan suami dan keluarga sangat dibutuhkan oleh ibu. e. Aspek ekonomi. Rawat gabung tidak hanya memberikan manfaat pada ibu maupun keluarga, tetapi juga untuk rumah sakit maupun



26



pemerintah. Hal ini merupakan suatu penghematan dalam pembelian susu buatan dan peralatan lain yang dibutuhkan. f. Aspek medis. Pelaksanaan rawat gabung dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Selain itu, ibu dapat melihat perubahan fisik atau perilaku bayinya yang menyimpang dengan cepat. Sehingga dapat segera menanyakan kepada petugas kesehatan sekiranya ada hal-hal yang dianggap tidak wajar. 5. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin. Pemberian ASI sebaiknya sesering mungkin tidak perlu dijadwal, bayi disusui



sesuai



dengan



keinginannya (on



demand).



Bayi



dapat



menentukan sendiri kebutuhannya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung akan kosong dalam 2 jam. Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi berikutnya. 6. Memberikan kolostrum dan ASI saja. ASI dan kolustrum merupakan makanan yang terbaik untuk bayi. Kandungan dan komposisi ASI sangat sesuai dengan kebutuhan bayi pada keadaan masing-masing. ASI dari ibu yang melahirkan prematur sesuai dengan kebutuhan prematur dan juga sebaliknya ASI dari ibu yang melahirkan bayi cukup bulan maka sesuai dengan kebutuhan bayi cukup bulan juga. 7. Menghindari susu botol dan “dot empeng”. Pemberian susu dengan botol dan kempengan dapat membuat bayi bingung puting dan menolak menyusu atau hisapan bayi kurang baik. Hal ini disebabkan, mekanisme menghisap dari puting susu ibu dengan botol jauh berbeda.



H. Program SDgs (Pekan ASI Sedunia) 1. MAKSUD



27



Pekan ASI Sedunia (Wold Breaseeding Weeks) diperingati setiap tahun pada minggu pertama bulan Agustus. Pada peringatan PAS Tahun 2017 menitik beratkan menjalin kemitraan untuk mencapai tujuan bersama mendukung keberlangsungan pemberian ASI dan komitmen mencapai SDGs Tahun 2030. 2. TUJUAN a. Umum Membangun kepedulian/kesadaran semua pihak untuk mendukung keberlangsungan pemberian ASI. b. Khusus 1) Membangun kepedulian/kesadaran semua pihak bahwa ASI adalah hak setiap anak. 2) Membentuk kerjasama/kemitraan dalam memberikankesempatan ibu untuk terus menyusui/memberikan ASI. 3) Mendukung setiap ibu agar memberikan ASI. 3. TEMA DAN SLOGAN PEKAN ASI SEDUNIA (PAS) TAHUN 2017 a. TEMA 1) Tema Global “Suistaining Breas􀆞eeding Together!” 2) Tema Nasional “Bekerja bersama untuk keberlangsungan pemberian ASI” b. SLOGAN Pilihan slogan PAS Tahun 2017 disesuaikan dengan kemitraan masing-masing



lintas



sektor/lintas



program/pemerha􀆞



ASI/masyarakat : 1) Ibu Bekerja, ASI Tetap Diberikan 2) Ibu Bekerja, ASI Jalan Terus 3) Ayo Dukung Ibu Menyusui 4) Menyusui itu mudah, sehat dan 􀆞dak menambah biaya keluarga 5) Menyusui, anak sehat, cerdas dan menjadi generasi berkualitas 6) Menyusui meningkatkan produk􀆞fitas perusahaan



28



7) Menyusui, menjaga lingkungan dari sampah akibat produk susu formula c. PELAKU KEGIATAN Para pelaku yang diharapkan berperan ak􀆞f dalam peringatan PAS Tahun 2017 : 1) Lembaga Tinggi Negara 2) OASE 3) TP PKK 4) Kementerian/Lembaga Non Kementerian/Badan 5) Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota 6) Badan Usaha Milik Negara dan Daerah 7) Sektor Swasta dan Dunia usaha 8) Organisasi Profesi 9) Perguruan Tinggi 10) Organisasi Peduli ASI 11) Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) 12) Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat 13) Mitra Pembangunan (WHO, Unicef, dll)



29



Analisis SWOT Mengenai ASI Eksklusif



A. Analisis SWOT (Strenghts, Weaknesses, Opportunities, Threats) 1. Strenghts (Kekuatan) a. Tenaga kesehatan professional b. Adanya fasilitas penunjang tempat pelayanan kesehatan c. Adanya program gizi cakupan ASI eksklusif, KIA dan posyandu yang telah terjadwal, termasuk di dalamnya konseling gizi dan ASI (pojok gizi, pelatihan dan pembelajaran ASI ekslusif, kelas hamil) d. Adanya kelompok pendukung ibu e. Kepercayaan pada tempat pelayanan kesehatan f. Adanya forum komunikasi kader posyandu yang diadakan tiap 2 bulan sekali g. Memiliki situs pelaporan dan puskesmas mengenai ASI eksklusif 2. Weaknesses ( Kelemahan) a. Pendataan kurang menyeluruh sehingga belum tercapainya angka yang maksimal b. Alokasi dana dari tempat pelayanan kesehatan yang masih kurang c. Kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan yang masih kurang d. Program manajemen laktasi yang kurang optimal e. Waktu pelaksanaan posyandu yang kurang tepat f. Belum adanya pojok laktasi g. Kurangnya upaya kesehatan dalam hal promotif (KIE-ASI) h. Peran kader yang belum optimal i. Kurangnya partisipasi lintas sektoral j. Cakupan pelaksanaan program gizi ASI eksklusif masih terbatas 3. Opportunities (Peluang) a. Lokasi wilayah yang strategis sehingga mudah dijangkau oleh petugas kesehatan dan masyarakat b. Adanya posyandu dan poskeling sebagai sarana pendekatan pelayanan puskesmas



30



c. Tingkat pendidikan yang baik d. Kinerja dinas kesehatan yang baik e. Adanya kader kesehatan di wilayah setempat 4. Threats (Ancaman) a. Kurangnya pengetahuan masyarakat dan dukungan dari keluarga terhadap manfaat dan pentingnya ASI eksklusif pada bayi b. Tingkat pendidikan dan status ekonomi masyarakat yang masih rendah c. Kurangnya koordinasi antara puskesmas dan kader kesehatan yang ada



B. Strategi Analisis SWOT 1. Strategi SO a. Memberikan pembekalan dan pelatihan bagi para kader tentang masalah ASI eksklusif secara berkelanjutan b. Optimalisasi forum komunikasi kader posyandu c. Sebagai sarana pemotifator bagi kader sekaligus sarana tukar pikiran antar kader mengenai masalah-masalah yang dihadapi d. Meningkatkan mutu pelayanan gizi ASI eksklusif 2. Strategi WO a. Memperbaiki system pendataan yang sudah ada b. Optimalisasi program manajemen laktasi 3 periode c. Meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan di puskesmas sehingga kegiatan penyuluhan konseling maupun KIE-ASI dapat lebih maksimal d. Meningkatkan peran serta kader dalam mendukung program ASI eksklusif jika perlu dengan memberikan reward 3. Strategi ST a. Melakukan survey dan memberikan kuisioner pada masyarakat wilayah setempat untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan mereka tentang ASI eksklusif b. Meningkatkan kegiatan-kegiatan promosi kesehatan (penyuluha, konseling/KIE, pembagian leaflet dan pemasangn poster)



31



c. Optimalisasi kelompok pendukung ibu sebagai sarana pemotifator bagi ibu dan keluarga serta sarana tukar pikiran mengenai masalahmasalah yang dihadapi 4. Strategi WT a. Lebih melibatkan peran serta tokoh masyarakat ataupun organisasi masyarakat dalam mendukung program ASI eksklusif b. Mengadakan penyuluhan rutin serta memerbaiki perencanaan dan strategi program penyuluhan c. Membangun koordinasi yang baik antara puskesmas, kader maupun tokoh masyarakat setempat untuk melaksanakan program ASI eksklusif d. Perluasan cakupan pelaksanaan program ASI eksklusif



32



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya. ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini. Dalam proses meningkatkan keberhasilan program pemberian ASI eksklusif di kalangan masyarakat diperlukan suatu analisis untuk mengetahui hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan seperti kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Makalah ini menggunakan analisis SWOT dalam upaya peningkatan keberhasilan program pemberian ASI eksklusif. Yang kemudian akan saling dikaitkan pada masing-masing point dimana kekuatan digunakan untuk memanfaatkan peluang dan menekan ancaman. Kelemahan dapat ditekan dengan memanfaatkan peluang, meminimalkan ancaman dan kelemahan dengan memanfaatkan peluang serta kekuatan yang dimiliki suatu program, dalam hal ini program pemberian ASI eksklusif.



33