Makalah Pemeriksaan Fisik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PEMERIKSAAN FISIK



NAMA WINDI



SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KESEHATAN UNAAHA 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayahNya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pemeriksaan Fisik, dengan tepat waktu Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.



Unaaha 05 November 2020



Penulis



i



DAFTAR ISI Kata Pengantar .................................................................................................................i Daftar Isi .........................................................................................................................ii BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................. 1 A. Latar belakang ....................................................................................................1 B. Rumusan masalah .............................................................................................. 1 1. Bagaimana konsep teori pada Pemeriksaan Fisik. ....................................... 1 2. Apa tujuan Pemeriksaan Fisik ..................................................................... 1 3. Apa manfaat dari Pemeriksaan Fisik ...........................................................1 4. Apa indikasi Pemeriksaan Fisik ....................................................................1 5. Bagaimana prosedur Pemeriksaan Fisik ..................................................... 1 C. Tujuan penulis .................................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 2 A. B. C. D. E. F. G.



Konsep Teori ...................................................................................................... 2 Tujuan Pemeriksaan Fisik .................................................................................. 3 Manfaat Pemeriksaan Fisik ................................................................................ 4 Indikasi ............................................................................................................... 4 Prosedur pemeriksaan fisik ................................................................................ 4 Evalusasi .......................................................................................................... 18 Dokumentasi..................................................................................................... 19



BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 20 A. Kesimpulan .......................................................................................................20 B. Saran .................................................................................................................20 Daftar pustaka ...............................................................................................................21



ii



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar belakang Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi. Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut. Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali.



B. Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4. 5.



Bagaimana konsep teori pada Pemeriksaan Fisik. Apa tujuan Pemeriksaan Fisik. Apa manfaat dari Pemeriksaan Fisik. Apa indikasi Pemeriksaan Fisik. Bagaimana prosedur Pemeriksaan Fisik.



C. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan dari makalah ini yaitu mengetehui konsep teori, pemeriksaan fisik, tujuannya, manfaatnya, indikasi serta prosedur pemeriksaan fisik.



1



BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Teori Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penetuan respon terhadap terapi tersebut.(Potter dan Perry, 2005). Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. ( Dewi Sartika, 2010). Adapun teknik-teknik pemeriksaan fisik yang digunakan adalah: 1. Inspeksi Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran dan penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali bertemu pasien. Suatu gambaran atau kesan umum mengenai keadaan kesehatan yang di bentuk. Pemeriksaan kemudian maju ke suatu inspeksi local yang berfokus pada suatu system tunggal atau bagian dan biasanya mengguankan alat khusus seperto optalomoskop, otoskop, speculum dan lain-lain. (Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997) Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar). (Dewi Sartika, 2010). Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, kesimetrisan, lesi, dan penonjolan/pembengkakan.setelah inspeksi perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya. 2. Palpasi Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan meletakkan tangan pada bagian tubuh yang dapat di jangkau tangan. Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997). Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba ; tangan dan jari-jari, untuk mendeterminasi ciri2 jaringan atau organ seperti: temperatur, keelastisan, bentuk, ukuran, kelembaban dan penonjolan.(Dewi



2



Sartika,2010). Hal yang di deteksi adalah suhu, kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi, pertumbuhan atau massa, edema, krepitasi dan sensasi. 3. Perkusi Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan tubuh unutk menghasilkan bunyi yang akan membantu dalam membantu penentuan densitas, lokasi, dan posisi struktur di bawahnya.(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997). Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan menghasilkan suara, yang bertujuan untuk mengidentifikasi batas/ lokasi dan konsistensi jaringan. Dewi Sartika, 2010). 4. Auskultasi Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh bermacam-macam organ dan jaringan tubuh.(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997). Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.(Dewi Sartika, 2010). Dalam melakukan pemeriksaan fisik, ada prinsip-prinsip yang harus di perhatikan, yaitu sebagai berikut : a. Kontrol infeksi Meliputi mencuci tangan, memasang sarung tangan steril, memasang masker, dan membantu klien mengenakan baju periksa jika ada. b. Kontrol lingkungan Yaitu memastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup penerangan untuk melakukan pemeriksaan fisik baik bagi klien maupun bagi pemeriksa itu sendiri. Misalnya menutup pintu/jendala atau skerem untuk menjaga privacy klien. B. Tujuan Pemeriksaan Fisik Secara umum, pemeriksaan fisik yang dilakukan bertujuan: 1. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien. 2. Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat keperawatan. 3. Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.



3



4. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan penatalaksanaan. 5. Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan. Namun demikian, masing-masing pemeriksaan juga memiliki tujuan tertentu yang akan di jelaskan nanti di setiap bagian tibug yang akan di lakukan pemeriksaan fisik. C. Manfaat Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat, baik bagi perawat sendiri, maupun bagi profesi kesehatan lain, diantaranya: 1. Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnose keperawatan. 2. Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien. 3. Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat 4. Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan D. Indikasi



  



Mutlak dilakukan pada setiap klien, terutama pada: Klien yang baru masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat. Secara rutin pada klien yang sedang di rawat. Sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien



E. Prosedur pemeriksaan fisik Persiapan 1. Alat Meteran, Timbangan BB, Penlight, Steteskop, Tensimeter/spighnomanometer, Thermometer, Arloji/stopwatch, Refleks Hammer, Otoskop, Handschoon bersih ( jika perlu), tissue, buku catatan perawat. Alat diletakkan di dekat tempat tidur klien yang akan di periksa. 2. Lingkungan Pastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup penerangan. Misalnya menutup pintu/jendala atau skerem untuk menjaga privacy klien. 3. Klien (fisik dan fisiologis)



4



Bantu klien mengenakan baju periksa jika ada dan anjurkan klien untuk rileks. a. Prosedur Pemeriksaan 1. Cuci tangan 2. Jelaskan prosedur 3. Lakukan pemeriksaan dengan berdiri di sebelah kanan klien dan pasang handschoen bila di perlukan 4. Pemeriksaan umum meliputi : penampilan umum, status mental dan nutrisi. Posisi klien : duduk/berbaring Cara : inspeksi             



Kesadaran, tingkah laku, ekspresi wajah, mood. (Normal : Kesadaran penuh, Ekspresi sesuai, tidak ada menahan nyeri/ sulit bernafas) Tanda-tanda stress/ kecemasan (Normal :) Relaks, tidak ada tanda-tanda cemas/takut) Jenis kelamin Usia dan Gender Tahapan perkembangan TB, BB ( Normal : BMI dalam batas normal) Kebersihan Personal (Normal : Bersih dan tidak bau) Cara berpakaian (Normal : Benar/ tidak terbalik) Postur dan cara berjalan Bentuk dan ukuran tubuh Cara bicara. (Relaks, lancar, tidak gugup) Evaluasi dengan membandingkan dengan keadaan normal. Dokumentasikan hasil pemeriksaan



b. Pengukuran Tanda Vital Posisi klien : duduk/ berbaring 1. Suhu tubuh (Normal : 36,5-37,50c) 2. Tekanan darah (Normal : 120/80 mmHg) 3. Nadi a) Frekuensi = Normal : 60-100x/menit ; Takikardia: >100 ; Bradikardia: b) Keteraturan= Normal : teratur



5



c) Kekuatan= 0: Tidak ada denyutan; 1+:denyutan kurang teraba; 2+: Denyutan mudah teraba, tak mudah lenyap; 3+: denyutan kuat dan mudah teraba. 4. Pernafasan a) Frekuensi: Normal= 15-20x /menit; >20: Takipnea; bradipnea="" span=""> b) Keteraturan= Normal : teratur c) Kedalaman: dalam/dangkal d) Penggunaan otot bantu pernafasan: Normal : tidak ada.



>redup. Auskultasi: suara nafas, trachea, bronchus, paru. (dengarkan dengan menggunakan stetoskop di lapang paru kika, di RIC 1 dan 2, di atas manubrium dan di atas trachea) Normal: bunyi napas vesikuler, bronchovesikuler, brochial, tracheal.



Setelah diadakan pemeriksaan dada evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut. b) System kardiovaskuler Tujuan :  Mengetahui ketifdak normalan denyut jantung



13



  



Mengetahui ukuran dan bentuk jantug secara kasar Mengetahui bunyi jantung normal dan abnormal Mendeteksi gangguan kardiovaskuler



Persiapan alat :  



Stetoskop Senter kecil



Prosedur pelaksanaan : -



-



Inspeksi : Muka bibir, konjungtiva, vena jugularis, arteri karotis Palpasi: denyutan Normal untuk inspeksi dan palpasi: denyutan aorta teraba. Perkusi: ukuran, bentuk, dan batas jantung (lakukan dari arah samping ke tengah dada, dan dari atas ke bawah sampai bunyi redup). Normal: batas jantung: tidak lebih dari 4,7,10 cm ke arah kiri dari garis mid sterna, pada RIC 4,5,dan 8. Auskultasi: bunyi jantung, arteri karotis. (gunakan bagian diafragma dan bell dari stetoskop untuk mendengarkan bunyi jantung. Normal: terdengar bunyi jantung I/S1 (lub) dan bunyi jantung II/S2 (dub), tidak ada bunyi jantung tambahan (S3 atau S4).



Setelah diadakan pemeriksaan system kardiovaskuler evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut. f. Dada dan aksila Tujuan : a) Mengetahui adanya masa atau ketidak teraturan dalam jaringan payudara b) Mendeteksi awal adanya kanker payudara. Persiapan alat : a) Sarung tangan sekali pakai (jika diperlukan) Prosedur pelaksanaan : -



Inspeksi payudara: Integritas kulit Palpasi payudara: Bentuk, simetris, ukuran, aerola, putting, dan penyebaran vena Inspeksi dan palpasi aksila: nyeri, perbesaran nodus limfe, konsistensi.



14



Setelah diadakan pemeriksaan dadadan aksila evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut. g. Pemeriksaan Abdomen (Perut) Posisi klien: Berbaring Tujuan : a) Mengetahui bentuk dan gerakan-gerakan perut b) Mendengarkan suara peristaltic usus c) Meneliti tempat nyeri tekan, organ-organ dalam rongga perut benjolan dalam perut. Persiapan : Posisi klien: Berbaring a) b) c) d) e)



Stetoskop Penggaris kecil Pensil gambar Bantal kecil Pita pengukur



Prosedur pelaksanaan : -



-



-



-



Inspeksi : kuadran dan simetris, contour, warna kulit, lesi, scar, ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus, dan gerakan dinding perut. Normal: simetris kika, warna dengan warna kulit lain, tidak ikterik tidak terdapat ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus. Auskultasi : suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran (bagian diafragma dari stetoskop) dan suara pembuluh darah dan friction rub :aorta, a.renalis, a. illiaka (bagian bell). Normal: suara peristaltic terdengar setiap 5-20x/dtk, terdengar denyutan arteri renalis, arteri iliaka dan aorta. Perkusi semua kuadran : mulai dari kuadran kanan atas bergerak searah jarum jam, perhatikan jika klien merasa nyeri dan bagaiman kualitas bunyinya. Perkusi hepar: Batas Perkusi Limfa: ukuran dan batas. Perkusi ginjal: nyeri Normal: timpani, bila hepar dan limfa membesar=redup dan apabila banyak cairan = hipertimpani



15



-



-



Palpasi semua kuadran (hepar, limfa, ginjal kiri dan kanan): massa, karakteristik organ, adanya asistes, nyeri irregular, lokasi, dan nyeri.dengan cara perawat menghangatkan tangan terlebih dahulu Normal: tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa dan penumpukan cairan.



Setelah diadakan pemeriksaan abdomen evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut. h. Pemeriksaan ekstermitas atas (bahu, siku, tangan) Tujuan : a) Memperoleh data dasar tetang otot, tulang dan persendian b) Mengetahui adanya mobilitas, kekuatan atau adanya gangguan pada bagian-bagian tertentu. Alat : a) Meteran Prosedur pelaksanaan : Posisi klien: Berdiri. Duduk -



Inspeksi struktur muskuloskletal : simetris dan pergerakan, Integritas ROM, kekuatan dan tonus otot. Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh. Palpasi: denyutan a.brachialis dan a. radialis. Normal: teraba jelas Tes reflex :tendon trisep, bisep, dan brachioradialis. Normal: reflek bisep dan trisep positif.



Setelah diadakan pemeriksaan ekstermitas atas evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut. i. Pemeriksaan ekstermitas bawah (panggul, lutut, pergelangan kaki dan telapak kaki) - Inspeksi struktur muskuloskletal : simetris dan pergerakan, integritas kulit, posisi dan letak, ROM, kekuatan dan tonus otot - Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh - Palpasi : a. femoralis, a. poplitea, a. dorsalis pedis: denyutan - Normal: teraba jelas



16



-



Tes reflex :tendon patella dan archilles. Normal: reflex patella dan archiles positif



Setelah diadakan pemeriksaan ekstermitas bawah evaluasi hasil yang di dapat dengan membandingkan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut. j. Pemeriksaan genitalia (alat genital, anus, rectum) Posisi Klien : Pria berdiri dan wanita litotomy. Tujuan: a) Melihat dan mengetahui organ-organ yang termasuk dalam genetalia. b) Mengetahui adanya abnormalitas pada genetalia, misalnya varises, edema, tumor/ benjolan, infeksi, luka atau iritasi, pengeluaran cairan atau darah. c) Melakukan perawatan genetalia. d) Mengetahui kemajuan proses persalinan pada ibu hamil atau persalinan. Alat : a) Lampu yang dapat diatur pencahayaannya b) Sarung tangan Pemeriksaan rectum : Tujuan : a) Mengetahui kondisi anus dan rectum b) Menentukan adanya masa atau bentuk tidak teratur dari dinding rektal c) Mengetahui intregritas spingter anal eksternal d) Memeriksa kangker rectal dll Alat : a) Sarung tangan sekali pakai b) Zat pelumas c) Penetangan untuk pemeriksaan Prosedur Pelaksanaan : a) Wanita: - Inspeksi genitalia eksternal: mukosa kulit, integritas kulit, contour simetris, edema, pengeluaran. - Normal: bersih, mukosa lembab, integritas kulit baik, semetris tidak ada edema dan tanda-tanda infeksi (pengeluaran pus /bau). - Inspeksi vagina dan servik : integritas kulit, massa, pengeluaran - Palpasi vagina, uterus dan ovarium: letak ukuran, konsistensi dan, massa.



17



-



Pemeriksaan anus dan rectum: feses, nyeri, massa edema, haemoroid, fistula ani pengeluaran dan perdarahan. Normal: tidak ada nyeri, tidak terdapat edema / hemoroid/ polip/ tanda-tanda infeksi dan pendarahan.



Setelah diadakan pemeriksaan di adakan pemeriksaan genitalia evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut. b) Pria : - Inspeksi dan palpasi penis: Integritas kulit, massa dan pengeluaran - Normal: integritas kulit baik, tidak ada masa atau pembengkakan, tidak ada pengeluaran pus atau darah - Inspeksi dan palpassi skrotum: integritas kulit, ukuran dan bentuk, turunan testes dan mobilitas, massa, nyeri dan tonjolan - Pemeriksaan anus dan rectum : feses, nyeri, massa, edema, hemoroid, fistula ani, pengeluaran dan perdarahan. - Normal: tidak ada nyeri , tidak terdapat edema / hemoroid/ polip/ tanda-tanda infeksi dan pendarahan. - Setelah diadakan pemeriksaan dadadan genitalia wanita evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut. F. Evaluasi Perawat bertanggung jawab untuk asuhan keperawatan yang mereka berikan dengan mengevaluasi hasil intervensi keperawatan. Keterampilan pengkajian fisik meningkatkan evaluasi tindakan keperawatan melalui pemantauan hasil asuhan fisiologis dan perilaku. Keterampilan pengkajian fisik yang sama di gunakan untuk mengkaji kondisi dapat di gunakan sebagai tindakan evaluasi setelah asuhan diberikan. Perawat membuat pengukuran yang akurat, terperinci, dan objektif melalui pengkajian fisik. Pengukuran tersebut menentukan tercapainya atau tidak hasil asuhan yang di harapkan. Perawat tidak bergantung sepenuhnya pada intuisi ketika pengkajian fisik dapat digunakan untuk mengevaluasi keefektifan asuhan.



18



G. Dokumentasi Perawat dapat memilih untuk mencatat hasil dari pengkajian fisik pada pemeriksaan atau pada akhir pemeriksaan. Sebagian besar institusi memiliki format khusus yang mempermudah pencatatan data pemeriksaan. Perawat meninjau semua hasil sebelum membantu klien berpakaian, untuk berjaga-jaga seandainya perlu memeriksa kembali informasi atau mendapatkan data tambahan. Temuan dari pengkajian fisik dimasukkan ke dalam rencana asuhan. Data di dokumentasikan berdasarkan format SOAPIE, yang hamper sama dengan langkah-langkah proses keperawatan. Format SOAPIE, terdiri dari:  Data (riwayat) Subjektif, yaitu apa yang dilaporkan klien  Data (fisik) Objektif, yaitu apa yang di observasi, inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi oleh perawat.  Assessment (pengkajian) , yaitu diagnose keperawatan dan pernyataan tentang kemajuan atau kemunduran klien  Plan (Perencanaan), yaitu rencana perawatan klien  Implementation (pelaksanaan), yaitu intervensi keperawatan dilakukan berdasarkan rencana  Evaluation (evaluasi), yaitu tinjauan hasil rencana yang sudah di implementasikan.



19



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. Pemeriksaan fisik Mutlak dilakukan pada setiap klien, tertama pada klien yang baru masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat, secara rutin pada klien yang sedang di rawat, sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien. Jadi pemeriksaan fisik ini sangat penting dan harus di lakukan pada kondisi tersebut, baik klien dalam keadaan sadar maupun tidak sadar. Pemeriksaan fisik menjadi sangat penting karena sangat bermanfaat, baik untuk untuk menegakkan diagnosa keperawatan . memilih intervensi yang tepat untuk proses keperawatan, maupun untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.



B. Saran Agar pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik, maka perawat harus memahami ilmu pemeriksaan fisik dengan sempurna dan pemeriksaan fisik ini harus dilakukan secara berurutan, sistematis, dan dilakukan dengan prosedur yang benar.



\



20



DAFTAR PUSTAKA Admit. Pemeriksaan Fisik. http://nursingbegin.com/tag/pemeriksaan-fisik/( online) diakses 17 September 2010. Bates, Barbara. 1998. Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Jakarta. EGC Bickley, Lynn S. 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates. Jakarta. EGC Burnside, John W. 1995. Diagnosis Fisik. Jakarta. EGC Candrawati. Susiana.Pemeriksaan Fisik system Kardiovaskuler.Diakases tanggal 18 September 2010 Dealey, Carol.2005. The Care Of Wound A Guides For Nurses.Navarra.Balckwell Publishing. Kusyanti, Eni,dkk. 2006. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium. Jakarta: EGC. http://nandarnurse.blogspot.com/2013/05/pemeriksaan-fisik-head-to-toe.html :



21