Makalah Pemeriksaan Tambahan Infertilitas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH Pemeriksaan Tambahan pada Fertilitas



Disusun oleh : Widi Astuti



Program Studi SI Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ( STIKES) Baiturrahim Jambi Tahun Ajaran 2021



1



Kata Pengantar



Puji syukur kehadirat Tuhan Yang maha esa telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “PemeriksaanTambahan Pada Fertilitas” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ibu Laida Sanilpa Tiwi, S.ST, M.Kes pada mata kuliah Asuhan kebidanan pada pranikah dan Prakonsepsi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Pemeriksaan Tambahan pada Fertilitas bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Laida San ibu Laida Sanilpa Tiwi, S.ST, selaku dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan pada pranikah dan prakonsepsi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.



Jambi, 4 April 2021



Penulis



2



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.............................................................. ...............................................2 DAFTAR ISI.............................................................................. .............................................3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang.................,..................,.............................................................................. ...4 1.2 Rumusan masalah.............................................................................. ..................................4 1.1 Tujuan penulisan...................................................................................................................4 BAB II PEMBAHASAN 2.1 pemeriksaan semen..............................................................................................................5 2.2 Kurva temperatur Basal......................................................................................................7 2.3



lendir



serviks.......................................................................................................,.....,.........11 2.4 Test Fern.............................................................................................................................11 2.5



uji



koitus....................................................................................................................12 BAB III PENUTUP 3



pasca



3.1 kesimpulan.........................................................................................................................14 3.2 saran.....................................................................................................…..….......….........15 3.3 Daftar pustaka...................................................................................................….....…....16



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar belakang Untuk bisa hamil, organ reproduksi wanita harus berfungsi secara optimal. Beberapa organ wanita yang terlibat secara langsung dan harus memiliki kinerja baik dalam sistem reproduksi, adalah rahim, tuba fallopi, dan ovarium (indung telur). Ketika salah satu organ reproduksi tidak bekerja secara optimal, maka dibutuhkan tes kesuburan untuk mengetahui kondisi dan gangguan yang terjadi pada masing-masing organ tersebut. Masa subur, kata ahli kandungan dan kehamilan, Ahmad Mediana, adalah saat indung telur (ovarium) melepaskan sel telur (ovum) yang sudah siap dibuahi ke dalam saluran indung telur (tuba falopi). Bila sel telur berhasil bertemu sperma dan mengalami pembuahan, maka pasangan tersebut Mendapatkan buah hati. Tes kesuburan sendiri berbeda dengan tes masa subur. Tes masa subur berfungsi untuk mengetahui kapan seorang wanita berada pada masa subur dalam siklus haidnya. Hal ini perlu diketahui karena waktu tersebut adalah waktu yang paling tepat untuk melakukan hubungan seksual bagi pasangan yang ingin mendapatkan keturunan. 1.2 Rumusan masalah 1. Bagaimana tehnik standar analisis semen? 2. Bagaimana prosedur pengukuran suhu Basal tubuh? 3. Bagaimana cara pemeriksaan test fern? 4. Bagaimana mekanisme uji pasca koitus? 4



1.3 Tujuan penulisan 1. Menerangkan tehnik standar analisis semen 2. Menjelaskan prosedur pengukuran suhu Basal tubuh 3. Menjelaskan tentang pemeriksaan test fern 4. Untuk menjelaskan mekanisme uji pasca koitus



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Analisis semen A. Pengertian analisis semen Analisis semen merupakan salah satu pemeriksaan awal yang dilakukan pada kasus infertilitas. Tujuan analisis semen adalah untuk mengetahui kondisi sperma, hasilnya dapat menentukan apakah sperma tersebut fertil atau infertil. Semen terdiri dari dua komponen yaitu spermatozoa dan cairan seminalis. Spermatozoa dihasilkan oleh tubulus seminiferus ditestis, sedangkan cairan seminalis dihasilkan oleh kelenjar asesori dan dapat mempengaruhi kesuburan. Analisis semen dapat menilai kedua komponen tersebut. Sebelum pengambilan sampel, pasien harus menjalani abstinence selama 2- 7 hari. Sampel di peroleh dengan cara masturbasi kemudian disimpan dalam wadah steril dan kering. Sampel juga dapat diperoleh melalui koitus dengan menggunakan kondom khusus tanpa tubrukan yang bersifat spermisidal. Sampel di proses dalam waktu 1 jam setelah pengambilan. Umumnya analisis membutuhkan 2-3 sampel. B. Indikasi Indikasi utama analisis semen adalah infertilitas, yakni tidak ada kehamilan setelah 1 tahun berhubungan rutin tanpa kontrasepsi. Indikasi lainnya adalah sebagai follow up setelah tatalaksana tertentu yang dapat 5



mempengaruhi fungsi testis atau kelenjar asesoris seperti setelah vasektomi. Waktu yang ideal untuk analisis semen setelah vasektomi adalah 8-16 Minggu setelah bedah. Analisis semen adalah pemeriksaan pertama untuk mengevaluasi fertilisasi pria. Analisis semen dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi klinisi mengenai potensi fertilitas tetapi bukan merupakan tes fertilitas Analisis semen dapat menilai produksi dan kematangan sperma tetapi tidak dapat menilai fertilitas sperma atau kemampuan sperma untuk membuahi sel telur. Hasil analisis semen dapat membantu klinisi mendiagnosis potensi penyebab infertilitas atau setidaknya merekomendasikan pemeriksaan selanjutnya untuk kedua pasangan. C. Kontraindikasi Analisis semen merupakan tindakan noninvasif yang tidak memiliki kontra indikasi absolut. Kontraindikasi relatif adalah pasien yang belum menjalani persiapan berupa abstinence sesuai yang di instruksikan, karena dapat menimbulkan bias hasil. Kelompok pasien tersebut disarankan menunda pemeriksaan terlebih dahulu. D. Tehnik Tehnik standar analisis semen adalah pengambilan sampel semen melalui masturbasi setelah pasien menjalani 2-7 hari abstinence. Jika masturbasi tidak memungkinkan , pengambilan sampel dapat dilakukan saat koitus menggunakan kondom khusus. Persiapan pasien: Sebelum mengambil sampel pasien di instruksikan untuk menjalani abstinence selama 2-7 hari. Jika membutuhkan lebih dari satu sampel, waktu abstinence sebelum pengambilan setiap sampel harus selalu sama. Pasien diinstruksikan untuk mengambil sampel dengan masturbasi atau koitus di ruang tertutup yang tidak jauh dari laboratorium. Hal tersebut dilakukan untuk mempersingkat waktu antara pengambilan sampel dan pemeriksaan. E. Komplikasi Analisis semen merupakan tindakan noninvasif yang tidak memiliki komplikasi 6



F. Edukasi pasien Perlu memberikan edukasi kepada pasien untuk tidak menginterpretasikan hasil analisis semen sendiri. Hasil laboratorium saja tidak dapat menjadi satu- satunya penentu diagnosis. Analisis dan pemeriksaan fisik tetap di perlukan untuk diagnosis. Selain itu pemeriksaan penunjang juga bisa dilakukan untuk menegakkan diagnosis. Pasien juga perlu di edukasi bahwa jika ada hasil yang abnormal, diperlukan atau tidaknya pemeriksaan lanjutan tetap harus ditentukan oleh dokter yang menginterpretasikan hasil analisis sperma.



G. Pedoman klinis Yang harus diperhatikan terkait analisis semen adalah indikasi tindakan, parameter yang harus di analisis dan edukasi pasien terkait hasil yang didapatkan. Poin-poin yang dapat di jadikan pedoman adalah sebagai berikut: 



Analisis semen merupakan pemeriksaan pertama untuk mengestimasi fertilitas pria, analisis ini dapat mengevaluasi produksi, motilitas dan viabilitas sperma, serta menilai potensi saluran produksi pria dan sekret kelenjar asesoris.







Analisis semen bukan merupakan tes fertilitas. Pemeriksaan ini tidak dapat mengetahui potensi fungsional sperma untuk memfertilisasi ovum maupun proses pematangan hingga menjadi fertilisasi







Analisa semen perlu dilengkapi dengan pemeriksaan fungsi sperma, yang dapat mengukur kemampuan satu sel sperma untuk mentransfer kromosom yang tepat di ovum.







Analisis semen dapat memprediksi fertilitas pada pria dengan ozoospermia, asthenospermia dan globazoospermia. Menurut Kruger , morfologi sperma normal yang > 14% merupakan prediktor penting kesuksesan IVF( fertilisasi in Vitro)



7



2.2 Kurva temperatur Basal A. Pengertian Kurva temperatur Basal ( suhu tubuh Basal) adalah suhu yang diperoleh dalam keadaan istirahat dan harus di ambil segera setelah bangun di pagi hari setelah setidaknya 6 jam tidur. Tujuan pencatatan suhu Basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa subur atau ovulasi. Suhu Basal tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer Basal. Termometer Basal ini dapat digunakan secara oral, pervaginam atau melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit. Suhu normal tubuh sekitar 35,5 0c – 36 0c. Pada waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih dahulu dan naik menjadi 37-380c kemudian tidak akan kembali pada suhu 350c. Pada saat itulah terjadi masa subur atau ovulasi.kondisi kenaikan suhu tubuh ini akan terjadi sekitar 3-4 hari, kemudian akan turun sekitar 2 derajat dan akhirnya kembali pada suhu tubuh normal sebelum menstruasi. Hal ini terjadi karena produksi progesteron menurun. Apabila grafik atau hasil catatan suhu tubuh tidak terjadi kenaikan suhu tubuh kemungkinan tidak terjadi masa subur atau ovulasi sehingga tidak terjadi kenaikan suhu tubuh. Hal ini terjadi di karenakan tidak adanya korpus Lutein yang memproduksi progesteron. Begitu sebaliknya, jika terjadi kenaikan suhu tubuh dan terus berlangsung setelah masa subur atau ovulasi kemungkinan terjadi kehamilan. Karena jika sel telur atau ovum berhasil dibuahi, maka korpus luteum akan terus memproduksi hormon progesteron akibatnya suhu tubuh tetap tinggi. B. Manfaat kurva temperatur Basal: 



Bermanfaat sebagai konsepsi maupun kontrasepsi







Berguna bagi pasangan yang menginginkan kehamilan







Bermanfaat juga bagi yang ingin menghindari atau mencegah kehamilan



C. EFEKTIVITAS Metode suhu Basal akan efektif bila dilakukan dengan benar dan konsisten. Suhu tubuh Basal dipantau dan dicatat selama beberapa bulan



8



berturut-turut dan dianggap akurat bila terdeteksi pada saat ovulasi. Tingkat efektivitas sekitar 80% atau 20-30 kehamilan per 100 wanita per tahun . Metode ini akan lebih efektif apabila di kombinasikan dengan metode kontrasepsi lain seperti kondom, spermisida, ataupun metode kalender atau pantang berkala. D. Faktor yang mempengaruhi kendala metode suhu Basal tubuh Yaitu 



Penyakit







Gangguan tidur







Merokok dan atau minum alkohol







Penggunaan obat-obatan atau narkoba







Stres







Penggunaan selimut elektrik



a. Keuntungan 



Meningkatkan kemampuan dan kesadaran pada pasangan suami istri tentang masa subur







Membantu wanita yang mengalami siklus haid tidak teratur mendeteksi masa subur atau ovulasi







Dapat



digunakan



sebagai



kontrasepsi



ataupun



meningkatkan



kesempatan untuk hamil 



Membantu menunjukkan perubahan tubuh lain pada saat mengalami masa subur atau ovulasi seperti perubahan lendir serviks







Metode Basal tubuh yang mengendalikan adalah wanita itu sendiri



Sehingga metode KBA, suhu Basal tubuh memiliki keterbatasan sebagai berikut: 



Membutuhkan motivasi dari pasangan suami istri







Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga medis







Suhu tubuh Basal dapat dipengaruhi oleh penyakit, gangguan tidur, merokok , alkohol, stres, penggunaan narkoba maupun selimut elektrik



9







Pengukuran suhu tubuh harus di lakukan pada waktu yang sama







Tidak mendeteksi awal masa berlaku







Membutuhkan masa pantang yang lama



b. Petunjuk bagi pengguna metode suhu Basal tubuh : 1. Suhu di ukur pada waktu yang hampir sama setiap pagi sebelum bangun dari tempat tidur 2. Catat suhu pada kartu yang disediakan 3. Gunakan catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama dari siklus haid untuk menentukan suhu tertinggi dari suhu yang “ normal dan rendah” dalam pola tertentu tanpa kondisi kondisi diluar normal atau biasanya 4. Abaikan setiap suhu tinggi yang disebabkan oleh demam atau gangguan lain. 5. Tarik garis pada 0,05 0c- 0,10c diatas suhu tertinggi dari suhu 10 hari tersebut. Garis ini disebut garis pelindung ( cover Line) atau garis suhu 6. Periode tak subur mulai dari sore hari setelah hari ke tiga berturut-turut suhu tubuh berada di atas garis pelindung 7. Hari pantang senggama dilakukan sejak hari pertama haid hingga sore ke tiga kenaikan secara berurutan suhu Basal tubuh ( setelah masuk periode masa tak subur) 8.



Masa pantang untuk senggama pada metode suhu Basal tubuh lebih panjang dari metode ovulasi billings



9. Perhatikan kondisi lendir subur dan tak subur 



Jika salah satu dari 3 suhu berada di bawah garis pelindung selama perhitungan 3 hari . Kemungkinan tanda ovulasi belum terjadi. Untuk menghindari kehamilan tunggu sampai 3 hari berturut-turut suhu tercatat di atas garis pelindung sebelum memulai senggama







Bila periode tak subur telah melewati maka boleh tidak meneruskan pengukuran suhu tubuh dan melakukan senggama hingga akhir siklus haid dan kemudian kembali mencatat grafik suhu Basal siklus berikutnya.



E. Prosedur mengukur suhu Basal tubuh 1. Guncang termometer hingga dibawah angka 360c dan siapkan didekat tempat tidur sebelum tidur



10



2. Saat terbangun di pagi hari letakkan termometer di mulut selama 10 menit, tetapi berbaring hingga selesai pengukuran 3.



Catat suhu dikartu yang telah disediakan



4. Gunakan catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama dari siklus haid untuk menentukan suhu tertinggi dari suhu yang normal dan rendah, selama pola tertentu tanpa kondisi kondisi diluar normal atau biasanya 5. Tarik garis pada 0,050c- 0,10c diatas suhu tertinggi dari suhu 10 hari tersebut. Garis ini disebut garis pelindung atau garis suhu 6. Periode tidak subur dimulai pada sore hari setelah 3 hari berturut-turut suhu tubuh berada digaris pelindung 7. Hari pantang senggama dilakukan sejak hari pertama haid hingga sore ketiga kenaikan secara berurutan



2.3 Lendir serviks Pengertian Lendir serviks adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar yang berada di dalam dan disekitar serviks atau leher rahim. Masa subur bisa diketahui lewat pemeriksaan getah lendir (mukus) mulut rahim (serviks). Ini dapat kita lakukan sendiri. Caranya: 



lendir dari mulut rahim diperiksa setiap hari. Hormon Estrogen mencapai puncaknya pada saat ovulasi biasanya lendir rahim jadi agak encer dan bila diraba dengan jari telunjuk atau ibu jari







rekatkan lendir tersebut seperti membentuk benang dengan jarak 2 – 3 cm, jika lendir tersebut terputus tandanya tidak subur, dan apabila lendir tersebut tidak terputus maka ada dalam masa subur,



11



tingkat keberhasilan dengan cara ini hanya sekitar 60% – 70%. Lendir rahim berwarna bening, mungkin elastis, mudah pecah, lembut, licin seperti putih telur yang mentah. Elastisitas ini dikenal sebagai efek Spin yng menunjukkan lendir subur. 2.4 Test fern Test fern adalah pemeriksaan pada lendir serviks untuk melihat pola berbentuk ya fern/ daun pakis. Pembentukan pola fern atau daun pakis pada lendir serviks akan tampak jika kadar estrogen mencukupi. Estrogen meningkatkan ekskresi Nacl oleh kelenjar serviks sehingga membentuk pola fern atau daun pakis sedangkan



progesteron menghambat



ekresi Nacl



sehingga menghambat



pembentukan pola fern. Oleh karena itu dengan mengetahui fern atau daun pakis pada lendir serviks, maka dapat digunakan untuk mengevaluasi keseimbangan estrogen dan progesteron



Cara pemeriksaan test fern lendir serviks 



Dengan menggunakan speculum vagina, serviks didilatasi atau dibuka, kemudian dibersihkan dengan kapas







Lendir serviks di kumpulkan dengan spuit dan diperiksa daya regangnya, stretchability (“spinnbarkeit”) sebagian lendir rigesekan pada kaca objek







Slide di kering kan , kemudian di periksa dengan mikroskop







Periksa pola fern dengan mikroskop



2.5 Uji pasca coitus Pemeriksaan uji pasca-senggama dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan tembus spermatozoa dalam lendir serviks. Pasangan dianjurkan melakukan hubungan seks di rumah dan setelah 2 jam datang ke rumah sakit untuk



pemeriksaan.



Lendir



serviks



diambil



dan



selanjutnya



dilakukan



pemeriksaan jumlah spermatozoa yang dijumpai dalam lendir tersebut. Pemeriksaan ini dilakukan sekitar perkiraan masa ovulasi yaitu hari ke 12, 13, dan 14, dengan perhitungan menstruasi hari pertama dianggap ke-1. Namun hasilnya masih belum mendapat kesepakatan para ahli. TUJUAN :



12



1. Menentukan jumlah spermatozoa aktif 2.



Menilai sperm survival di dalam lendir serviks (Sobrero & Mc Leod, 1962),



3.



Meevaluasi perilaku sperma beberapa jam setelah coitus (peran resevoir lendir servisk setelah coitus (Moghissi, 1976).



4.



Penilaian adanya antibodi sperma pada pria



5.



Penilaian adanya antibodi sperma pada pria atau wanita.



6. Menilai lendir serviks WAKTU : Waktu pemeriksaan Uji Pasca Senggama dilakukan sedekat mungkin dengan waktu Ovulasi tetapi tetap sebelum ovulasi. Penentuan didasarkan pada



: Siklus haid, BBT, Perubahanan cairan



serviks,Sitologi vaginal, Pemeriksaan Hormon LH dan Estrogen. Cairan serviks diperiksa di lab antara 9 – 14 jam setelah senggama



INSTRUKSI UNTUK PRIA: •



.Abstinensia seksualis 2 hari,







Senggama dilakukan pada malam sebelum tanggal pemeriksaan,







Tidak boleh memakai pelicin



YANG DIPERIKSA : 



Vaginal pool semen sample – spermatozoa mati dalam waktu 2 jam di dalam vagina







Periksa preparat basah dari vaginal pool untuk memeriksa adanya spermatozoa







Jumlah



spermatozoa



dibagian



bawah



canalis



cervicalis



yang



dinyatakan per ul 



Jumlah spermatozoa per x 400 HPF = 10 spermatozoa /20 nl lendir serviks atau = 500 spermatozoa /ul



5. Motilitas spermaatozoa di dalam lendir serviks di rangking sbb: 13



• PR = progressive motility • NP = non progressive motility • IM = Immotile Spermaozoa PROSEDUR PEMERIKSAAN : • •



Masukkan speculum tanpa pelicin ke dalam vagina, Ambil sebanyak mungkin cairan semen di fornix posterior vagina dengan : spuit tuberclin tanpa jarum, atau pipet pasteur







Dengan pipet atau spit lain diisap secukupnya cairan seviks dari canalis endocervicalis,







Teteskan cairan serviks ke atas objek glass dan tutup dengan gelas penutup







Periksa di bawah mikroskop dengan pembesran 400 x.



Interpretasi Hasil uji pasca senggama : a. Uji negatif jika tidak dijumpai spermatozoa, b. Jika dijumpai PR spermatozoa di endocervik AB (-) (Oei et al, 1995)c) c. Jika dijumpai NP spermatozoa dengan shaking phenomenon > AB (+) di cairan serviks atau di spermatozoa



BAB III PENUTUP



3.1 Kesimpulan 1) Tehnik standar analisis semen :  Pengambilan sampel semen melalui masturbasi setelah pasien menjalani 2-7 hari abstinence. 14



 pengambilan sampel dapat dilakukan saat koitus menggunakan kondom khusus. 2) Prosedur mengukur suhu Basal tubuh  Guncang termometer hingga dibawah angka 360c dan siapkan didekat tempat tidur sebelum tidur  Saat terbangun di pagi hari letakkan termometer di mulut selama 10 menit, tetapi berbaring hingga selesai pengukuran  Catat suhu dikartu yang telah disediakan  Gunakan catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama dari siklus haid untuk menentukan suhu tertinggi dari suhu yang normal dan rendah, selama pola tertentu tanpa kondisi kondisi diluar normal atau biasanya  Tarik garis pada 0,050c- 0,10c diatas suhu tertinggi dari suhu 10 hari tersebut. Garis ini disebut garis pelindung atau garis suhu  Periode tidak subur dimulai pada sore hari setelah 3 hari berturut-turut suhu tubuh berada digaris pelindung  Hari pantang senggama dilakukan sejak hari pertama haid hingga sore ketiga kenaikan secara berurutan 3) Cara pemeriksaan test fern lendir serviks 



Dengan menggunakan speculum vagina, serviks didilatasi atau dibuka, kemudian dibersihkan dengan kapas







Lendir serviks di kumpulkan dengan spuit dan diperiksa daya regangnya, stretchability (“spinnbarkeit”) sebagian lendir rigesekan pada kaca objek







Slide di kering kan , kemudian di periksa dengan mikroskop







Periksa pola fern dengan mikroskop



4) Uji Pasca coitus Pemeriksaan uji pasca-senggama dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan tembus spermatozoa dalam lendir serviks. Pasangan dianjurkan melakukan hubungan seks di rumah dan setelah 2 jam datang ke rumah sakit untuk pemeriksaan. Lendir serviks diambil dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan jumlah 15



spermatozoa yang dijumpai dalam lendir tersebut. Pemeriksaan ini dilakukan sekitar perkiraan masa ovulasi yaitu hari ke 12, 13, dan 14, dengan perhitungan menstruasi hari pertama dianggap ke-1. 3.2 Saran Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus pada detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggungjawabkan. Untuk saran bisa berisi saran atau kritik terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahan makalah yang telah dijelaskan



DAFTAR PUSTAKA



16



Dave CN. Male Infertility Workup. Medscape. 2020. https://emedicine.medscape.com/article/436829-workup Skinner M. Encyclopedia of Reproduction. 2nd Edition. Elsevier Science & Technology: 2018. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-801238-3.64835-3 Birth-control-comparison.info/fam.htm diunduh 25 Maret 2010, 12:09 AM. Birthcontrolsolutions.com/types/natural/basal-body-temperature.htm diunduh 25 Maret 2010, 12:15 AM. Contracept.org/nfpchart.php diunduh 25 Maret 2010, 12:10 AM. Endriana, 2009. KB Suhu Basal. //endriana25021989.wordpress.com/2009/05/04/kb-suhgubasal/ diunduh 25 Maret 2010, 09:26 PM. En.wikipedia.org/wiki/Basal_body_temperature diunduh 25 Maret 2010, 12:06 AM. Epigee.org/guide/symptothermal.html diunduh 25 Maret 2010, 12:04 AM. Erlina,



2009.



Bagaimana



Menghitung



dan



Menentukan



Masa



Subur.



Dokternasir.web.id/2009/03/bagaimana-menghitung-dan-menentukan-masa-subur.html diunduh 26 Maret 2010, 02:42 PM. Nasir,



2009.



Suhu



Basal



Tubuh



Untuk



Mengetahui



Masa



Subur



Wanita.



Dokternasir.web.id/2009/03/suhu-basal-tubuh-untuk-mengetahui.html diunduh 26 Maret 2010, 02:43 PM. Saifuddin, BA. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. (Bagian Kedua MK 13- MK 14). Scribd.com/doc/26873688/23546177-Sap-Kontrasepsi diunduh 26 Maret 2010, 12:39 AM.



17