Makalah Penerapan Teori Belajar Piaget D [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PENERAPAN TEORI BELAJAR PIAGET DAN VYGOTSKY DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SD Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Pengembangan IPA Sekolah Dasar Dosen Pengampu: Dr. Sri Sulistyorini, M.Pd



Disusun Oleh: 1. MASYHURI NIM



NIM :



2. SRI SHOFIYATI



NIM : 202003062



3. SUWARNI



NIM :



4. YUNI ARTININGSIH



NIM :



MEGISTER PENDIDIKAN DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSIAS MURIA KUDUS 2021



A.



Latar Belakang



BAB I PENDAHULUAN



Perkembangan manusia adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatankegiatan sosial dan budaya, yang merupakan suatu proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran yang melibatkan pembelajaran dengan menggunakan temuan-temuan masyarakat. Perkembangan kognitif sosial anak merupakan hal penting untuk diperhatikan, karena merupakan kawasan yang membutuhkan pemrosesan yang sangat serius dalam membentuk karakter dalam rangka meningkatkan potensi ingatan dan penalaran yang lebih baik. Untuk memaksimalkan perkembangan, seharusnya anak bekerja dengan teman yang lebih terampil (lebih dewasa) yang dapat memimpin secara sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks. Pembelajaran IPA menggunakan pendekatan empiris yang sistematis dalam mencari penjelasan alami tentang fenomena alam. Selain itu seorang guru juga harus kreatif , dan inovatif . Pembelajaran tersebut tidak hanya tentang bagaimana mengajar, namun diperlukan dasar atau landasan yang akan digunakan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Landasan atau dasar ini adalah teori belajar. Teori belajar dikembangkan oleh para ahli. Melalui pemahaman tentang teori pembelajaran mahasiswa calon guru sekolah dasar diharapkan dapat mengembangkan kompetensi siswa selama proses pembelajarannya yang disesuaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. B.



Rumusan Masalah 1. Apakah teori belajar itu? 2. Bagaimana teori belajar dari Piaget dan penerapan di IPA SD? 3. Bagaimana teori belajar konstruktivisme dan penerapan di IPA SD? 4. Bagaimana teori belajar dari Vygotsky dan penerapan di IPA SD?



C.



Tujuan 1. Mengetahui teori belajar 2. Mengetahui teori belajar dari Piaget dan penerapan di IPA SD 3. Mengetahui teori belajar konstruktivisme dan penerapan di IPA SD 4. Mengetahui teori belajar dari Vygotsky dan penerapan di IPA SD



BAB II PEMBAHASA N 2.1



Teori Belajar Teori adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu



dalam dunia nyata. Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan



atau



informasi



yang



disampaikan. Namun bagaimana melibatkan individu secara aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi suatu pengalamaan yang bermanfaat bagi pribadinya. Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas. 2.2



Teori Piaget Belajar adalah suatu proses yang aktif, konstruktif, berorientasi pada tujuan,



semuannya bergantung pada aktifitas mental peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan dari guru sesuai dengan perkembangan peserta didik. Mengajar adalah memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Teori kognitif dari Jean Piaget ini masih tetap diperbincangkan dan diacu dalam bidang pendidikan. Teori ini mulai banyak dibicarakan lagi kira-kira permulaan tahun 1960-an. Pengertian kognisi sebenarnya meliputi aspek-aspek struktur intelek yang digunakan untuk mengetahui sesuatu. Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif bukan hanya hasil kematangan organisme, bukan pula pengaruh lingkungan semata, melainkan hasil interaksi diantara keduanya. Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu: 1)



kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf;



2)



pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara orgnisme dengan dunianya;



3)



interaksi social, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan social, dan



4)



ekullibrasi, yaitu adanya kemampuan atau system mengatur dalam diri organisme agar dia selalu mempau mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya. Sistem yang mengatur dari dalam mempunyai dua factor, yaitu skema dan



adaptasi. Skema berhubungan dengan pola tingkah laku yang teratur yang diperhatikan oleh organisma yang merupakan akumulasi dari tingkah laku yang sederhana hingga yang kompleks. Sedangkan adaptasi adalah fungsi penyesuaian terhadap lingkungan yang terdiri atas proses asimilasi dan akomodasi. Menurut Piaget proses belajar sebenarnya terdiri atas tiga tahapan yaitu : 1)



Asimilasi



:



proses



pengintegrasian



informasi



baru



ke



struktur



kognitif yang sudah ada. 2)



Akomodasi : proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru.



3)



Equilibrasi : penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Piaget juga mengatakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap



perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Oleh karena itu guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta memberikan isi, metode, media pembelajaran yang sesuai dengan tahapannya. Menurut Piaget, ada sedikitnya tiga hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam merancang pembelajaran di kelas, terutama dalam pembelajaran IPA. Ketiga hal tersebut adalah: a)



Seluruh anak melewati tahapan yang sama secara berurutan;



a.



Anak mempunyai tanggapan yang berbeda terhadap suatu benda atau kejadian ;



b.



Apabila hanya kegiatan fisik yang diberikan kepada anak, tidaklah cukup untuk menjamin perkembangan intelektual anak. Piaget mengemukakan penahapan dalam perkembangan intelektual anak yang



dibagi ke dalam empat periode, yaitu : 1.



Periode sensori-motor ( 0 – 2,0 tahun ) Pada periode ini tingkah laku anak bersifat motorik dan anak menggunakan system penginderaan untuk mengenal lingkungannya untu mengenal obyek.



2.



Periode pra-operasional (2,0 – 7,0 tahun )



Pada periode ini anak bisa melakukan sesuatu sebagai hasil meniru atau mengamati sesuatu model tingkah laku dan mampu melakukan simbolisasi. 3.



Periode operasional konkret ( 7,0 – 11,0 tahun ) Pada periode ini anak sudah mampu menggunakan operasi. Pemikiran anak tidak lagi didominasi oleh persepsi, sebab anak mampu memecahkan masalah secara logis.



4.



Periode opersional formal ( 11,0 – dewasa ) Periode operasi fomal merupakan tingkat puncak perkembangan struktur kognitif, anak remaja mampu berpikir logis untuk semua jenis masalah hipotesis, masalah verbal, dan ia dapat menggunakan penalaran ilmiah dan dapat menerima pandangan orang lain. Tujuan teori Piaget adalah untuk menjelaskan mekanisme dan proses



perkembangan intelektual sejak masa bayi dan kemudian masa kanak-kanak yang berkembang menjadi seorang individu yang dapat bernalar dan berpikir menggunakan hipotesis-hipotesis. Piaget menyimpulkan dari penelitiannya bahwa organisme bukanlah agen yang pasif dalam perkembangan genetik. Perubahan genetic bukan peristiwa yang menuju kelangsungan



hidup



suatu



organisme



melainkan



adanya



adaptasi



terhadap



lingkungannya dan adanya interaksi antara organisme dan lingkungannya. Dalam responnya organisme mengubah kondisi lngkungan, membangun struktur biologi tertentu yang ia perlukan untuk tetap bisa memoertahankan hidupnya.perkembangan kognitif yang dikembangkan Piaget banyak dipengaruhi oleh pendidikan awal Piaget dalam bidang biologi. Dari hasil penelitiannya dalam bidang biologi. Ia sampai pada suatu keyakinan bahwa suatu organisme hidup dan lahir dengan dua kecenderunngan yang fundamental, yaitu kecenderunag untuk beradaptasi dan organisasi (tindakan penataan). Langkah-Langkah pembelajaran IPA di SD berdasarkan Teori Piaget: 1)



Mulailah dari hal-hal yang konkret yaitu kegiatan aktif mempergunakan pancaindra dengan benda nyata atau konkret.



2)



Penata awal, yaitu suatu informasi umum mengenai apa yang akan diajarkan, agar murid mempunyai kerangkakerja untuk mengasimilasikan informasi baru ke dalam struktur kognitifnya.



3)



Pergunakanlah kegiatan yang bervariasi karena murid mempunyai tingkat perkembangan kognitif yang berbeda dan gaya belajar yang berlainan



4)



Guru harus selalu memperhatikan pada setiap siswa apa yang mereka lakukan, apakah mereka melaksanakan dengan benar, apakah mereka tidak mendapatkan kesulitan.



5)



Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk menemukan sendiri jawabanya, sedangkan guru harus selalu siap dengan alternatif jawaban bila sewaktu-waktu dibutuhkan.



6)



Pada akhir pembelajaran, guru mengulas kembali bagaimana siswa dapat menemukan jawaban yang diinginkan.



Penerapan dalam pembelajaran IPA SD berdasarkan teori PIAGET: Pada pembelajaran kelas V Tema 1 “Organ Gerak Hewan dan Manusia” Subtema 2 “Manusia dan Lingkungan“ Pembelajaran 2 Kompetensi Dasar (KD) : 3.1 Menjelaskan alat gerak dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan alat gerak manusia. 4.1 Membuat model sederhana alat gerak manusia dan hewan. Indikator: 1.



Menyebutkan dan menunjukkan berbagai jenis tulang sebagai organ gerak pada manusia.



2.



Memahami fungsi masing-masing tulang pada manusia.



Penerapan: 1. Mulailah dari hal-hal yang kongkret, yaitu kegiatan aktif mempergunakan panca indra dengan benda nyata atau kongkret. Di dalam buku siswa sudah ada gambar kerangka manusia, maka dari itu guru menyiapkan alat peraga kerangka manusia, supaya siswa dapat mengamati secara langsung bagian-bagian kerangka.



2. Penata awal yaitu suatu informasi umum mengenai apa yang akan diajarkan supaya siswa mempunyai kerangka kerja untuk mengasimilasikan informasi baru ke dalam struktur kognitifnya. Guru menyampaikan materi umum terkait organ gerak manusia dan pengenalan kerangka manusia yang sudah tersedia di depan kelas, maka siswa akan memperhatikan setiap bagian-bagian kerangka yang akan dipelajari.



3. Menggunakan kegiatan yang bervariasi karena siswa mempunyai tingkat perkembangan kognitif yang berbeda dan gaya belajar yang berlainan. Dalam pembelajaran ini siswa diajak membuat kerangka manusia dari bubur kertas/koran yang sebelumnya sudah dipersiapkan.



4. Guru harus selalu memperhatikan pada setiap siswa apa yang mereka kerjakan, apakah siswa sudah melakukan dengan benar, dan apakah siswa mendapatkan kesulitan. Siswa dibagi kelompok dan pengerjaannya secara berkelompok. Guru mengawasi jalannya praktek pembelajaran dengan berkeliling ke semua kelompok.



5. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat menemukan sendiri jawabannya, sedangkan guru selalu siap dengan jawaban alternatif bila sewaktuwaktu dibutuhkan. Setelah praktek sudah dilaksanakan, maka guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya, mungkin jika ada siswa yang masih belum memahami organ gerak. Dengan siswa mengerjakan soal yang sudah ada di buku siswa dapat diskusi dengan kelompoknya.



6. Pada akhir pembelajaran, guru mengulas kembali materi dan bagaimana siswa dapat menemukan jawaban yang diinginkan. Pada akhir pembelajaran guru mengulas kembali materi, dan dapat menghubungkan makna dari kegiatan praktek yang dilaksanakan dengan konsep materi yang dipelajari. Memberikan kesempatan siswa untuk menyimpulkan atau mengutarakan pendapatnya.



2.3



Teori Belajar Konstruktif Teori konstruktivisme merupakan teori yang menyatakan bahwa pengetahuan



adalah hasil konstruksi dari kegiataan atau tindakan seseorang. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang ada diluar, tetapi ada dalam diri seseorang yang membentuknya berdasarkan dari hasil pengalaman yang didapatkannya. Anak secara aktif membangun pengetahuan dengan cara terus menerus mengasimilasi dan mengakomodasi informasi baru, dengan kata lain konstruktivisme adalah teori perkembangan kognitif yang menekankan peran aktif siswa dalam membangun pemahaman mereka tentang realita berdasarkan pengembangan skemata siswa yang berasal dari proses asimilasi dan akomodasi. Aliran kosntruktivisme menghendaki peserta didik untuk mencari sendiri berdasarkan pengalaman dari indra yang dimilikinya sehingga didapatkan pengetahuan yang bermakna bagi siswa. Belajar merupakan proses timbal balik antara individu dan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok. Jadi belajar dapat berasal dari diri sendiri maupun dari keterlibatan orang lain yang dapat dijadikan siswa untuk mengevaluasi maupun memperbaiki pemahaman atau pengetahuan siswa. Implikasi teori konstruktivisme dalam pembelajaran, diantaranya siswa dapat belajara melalui pengamatan dan pemberian pengalaman kepada siswa, untuk mengkonstruksi pengetahuan pada siswa maka pembelajaran lebih didasarkan pada permasalahan seharihari, pemecahan masalah dapat dilakukan melalui pemikiran pribadi siswa dan akan lebih baik berasal dari tukar pemikiran dengan orang lain untuk memperkaya pengetahuan siswa. Teori pembelajaran ini tepat dikembangkan dalam pembelajaran IPA, sebab pembelajaran akan lebih bermakna dan sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA yang lebih diarahkan ke lingkungan siswa. Hal ini disebabkan siswa dapat mengkonstruksi



sendiri



pengetahuannya



didasarkan



apa



yang



diketahui



dilingkungannya. Pembelajaran yang bermakna akan membuat siswa lebih paham tentang apa yang dipelajarinya. Teori belajar konstruktivisme dianggap mampu mengembangkan kemampuan berpikir dan kemandirian siswa, sebab siswa akan berusaha mencari dan berpikir cara untuk mendapatkan hal yang diinginkan , siswa tidak hanya sebagai penerima pesan satu arah dari guru. Siswa dapat melakukan diskusi dan ekperimentasi.



Tokoh teori konstruktivisme adalah Piaget dan Vygotsky. Teori konstruktivisme dari Piaget lebih menekan bahwa peserta didik belajar dari pengalamannya atau individu peserta didik tersebut seperti halnya teori pekembangan kognitif yang telah disampaikan sebelumnya.



2.4



Teori Vygotsky Teori Vygotsky merupakan teori yang menekankan interaksi antara “internal”



dan “eksternal” dari pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial pembelajaran. Vygotsky setuju dengan Piaget bahwa seorang anak jangan duduk di belakang bagaimanapun secara pasif menyerap pengetahuan daripada secara aktif mendapatkan pengetahuan. Bagaimanapun, teori Vygotsky pada dasarnya berbeda dengan Piaget. Dia menyatakan bahwa pemikiran komplek anak-anak diperoleh melalaui interaksi sosial antara anak-anak dan orang dewasa disekitarnya. Seorang anak akan berinteraksi dengan teman sebaya lainnya, orang tua dan guru dan interaksiinteraksi ini akan menghasilkan pembelajaran. Ada 2 macam teori Vygotsky yaitu zone of proximal development (ZPD) dan scaffolding. Zone of proximal development merupakan celah antara actual development dan potensial development, dimana antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya. Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan ZPD pada interaksi sosial akan dapat memudahkan perkembangan anak. Ketika siswa mengerjakan pekerjaanya di sekolah sendiri,



perkembangan



mereka



kemungkinan



akan



berjalan



lambat.



Untuk



memaksimalkan perkembangan, siswa seharusnya bekerja dengan teman yang lebih terampil yang dapat memimpin secara sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks. Teori Vygotsky yang kedua adalah scaffolding. Scaffolding merupakan suatu istilah pada proses yang digunakan orang dewasa untuk menuntun anak-anak melalui zone of proximal development nya. Scaffolding adalah memberikan kepada seseorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap - tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang



semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri. Ada tiga kategori pencapaian siswa dalam upayanya memecahkan permasalahan, yaitu: 1) siswa mencapai keberhasilan dengan baik, 2) siswa mencapai keberhasilan dengan bantuan, 3) siswa gagal meraih keberhasilan. Berikut adalah konsep utama teori Vygotsky: 1)



Beberapa proses kognitif yang terlihat unik dan berbeda dengan orang lain. Vygotsky membedakan dua jenis proses atau fungsi kognisi. Banyak jenis menunjukkan fungsi mental yang



rendah:



belajar



dan



menanggapi



lingkungan tertentu dengan cara dasar mencari makanan apa yang dimakan, bagaimana cara terbaik untuk mendapatkan dari satu tempat ke tempat lain, dan seterusnya. Tapi manusia unik dalam penggunaan fungsi mental yang lebih tinggi: secara sengaja. fokus pada proses kognitif yang meningkatkan belajar, memori, dan penalaran logis. Dalam pandangan Vygotsky, fungsi mental yang rendah dimiliki dibangun secara biologis / diwariskan, tapi masyarakat dan budaya mempunyai pengaruh penting untuk pengembangan fungsi mental yang lebih tinggi. 2)



Melalui kedua percakapan informal dan pendidikan formal, orang dewasa menyampaikan kepada anak-anak cara-cara budaya mereka menafsirkan dan menanggapi dunia. Untuk meningkatkan fungsi mental yang lebih tinggi, orang dewasa mengajarkan pada anak-anak makna / nilai yang menempel pada benda, peristiwa, dan pengalaman manusia pada umumnya. Dalam prosesnya, mereka berubah atau memediasi situasi pertemuan dengan anak. Makna yang disampaikan melalui berbagai mekanisme, termasuk bahasa (kata-kata yang diucapkan, menulis, dll), simbol matematika, seni, musik, dan lainnya. Percakapan informal adalah salah satu metode umum yang relevan di mana orang dewasa menyampaikan budaya untuk menafsirkan keadaan tertentu. Tapi pendidikan formal tidak kalah pentingnya bagi Vygotsky, di mana guru secara sistematis menanamkan ide, konsep, dan terminologi yang digunakan dalam berbagai disiplin akademis.



3)



Setiap kebudayaan melewati sarana fisik dan kognitif yang membuat hidup bersama setiap hari lebih efektif dan efisien. Tidak hanya orang dewasa mengajari anak-anak cara-cara khusus untuk menafsirkan pengalaman tetapi mereka juga menyampaikan alat khusus yang dapat membantu anak mengatasi berbagai tugas dan masalah mereka yang cenderung untuk dihadapi. Beberapa alat seperti gunting, mesin jahit, dan komputer, adalah benda-benda fisik. Seperti sistem penulisan,



sistem



nomor,



dan peta,



melibatkan



simbol-simbol



sebagai



serta identitas fisik. Dalam pandangan Vygotsky, memperoleh alat yang setidaknya sebagian simbolik maupun mental di alam kognitif sebagai alat yang sangat meningkatkan kemampuan berpikir anak-anak. Budaya yang berbeda menyampaikan alat kognitif yang berbeda. Jadi teori Vygotsky menuntun kita untuk berharap banyak keragaman kemampuan khusus kognitif anak-anak sebagai hasil dari mereka yang bervariasi latar belakang budaya. 4)



Pemikiran dan bahasa menjadi semakin saling tergantung dalam beberapa tahun pertama kehidupan . satu alat yang kognitif sangat penting adalah bahasa. Bagi kita sebagai orang dewasa, pemikiran dan bahasa saling berhubungan. Selain itu, biasanya kita mengungkapkan pikiran



kita



ketika



kita



berkomunikasi



dengan yang lain. Pada tahun-tahun awal kehidupan, berpikir terjadi secara independen dari bahasa, dan ketika bahasa muncul, itu pertama kali digunakan terutama sebagai sarana komunikasi bukan sebagai mekanisme pemikiran. Tapi kadang-kadang sekitar usia 2 tahun pemikiran dan bahasa menjadi saling terkait: Anak mulai untuk mengungkapkan pikiran mereka ketika mereka berbicara, dan mereka mulai berpikir dari segi kata-kata. Ketika berpikir dan berbahas, anakanak sering berbicara untuk diri mereka sendiri dan dalam melakukan jadi mungkin tampak berbicara dalam ”egosentris”



cara jelas Piaget.



Dalam



pandangan Vygotsky, seperti self-talk ( juga dikenal sebagai pidato pribadi ) memainkan peran penting dalam perkembangan kognitif . Dengan berbicara kepada diri mereka sendiri, anak-anak belajar untuk membimbing dan mengarahkan perilaku mereka sendiri melalui tugas yang sulit dan manuver yang kompleks dalam banyak cara yang sama bahwa orang dewasa telah membimbing mereka sebelumnya. Self-talk akhirnya berkembang menjadi inner speech, di mana anak-anak berbicara sendiri lewat mental bukan lewat suara. Artinya mereka



terus mengarahkan diri secara verbal melalui tugas dan kegiatan, tetapi yang lain tidak bisa lagi melihat dan mendengar yang mereka melakukan. 5)



Proses mental kompleks muncul dari kegiatan sosial, seperti anak-anak mengembangkan, mereka secara bertahap internalisasi proses yang mereka gunakan dalam konteks sosial dan mulai menggunakannya secara mandiri. Vygotsky diusulkan bahwa fungsi mental yang lebih tinggi memiliki akar dalam interaksi sosial. Sebagai anak-anak,mereka mendiskusikan benda, peristiwa, tugas,dan masalah dengan orang dewasa dan lainnya. sering dalam konteks budaya sehari-hari kegiatan mereka secara bertahap dimasukkan ke dalam cara mereka sendiri memikirkan cara-cara di mana orang-orang di sekitar mereka berbicara tentang dan menafsirkan dunia, dan mereka mulai menggunakan katakata, konsep, simbol, dan strategi pada dasarnya, kognitif alat yang khas untuk budaya mereka. Proses melalui mana kegiatan sosial berkembang menjadi kegiatan mental internal disebut internalisasi.



6)



Anak-anak berpikir sesuai budaya mereka dan cara mereka sendiri. Anak-anak tentu tidak menginternalisasi apa yang mereka lihat dan dengar dalam konteks sosial . Sebaliknya, mereka sering mengubah ide, strategi, dan alat-alat kognitif lainnya untuk memenuhi kebutuhan dan dengan tujuan mereka sendiri. Teori Vygotsky memiliki unsur konstruktivis untuk itu. Istilah apropriasi mengacu pada proses ini internalisasi tetapi juga mengadaptasi ide-ide dan strategi budaya seseorang untuk digunakan sendiri.



7)



Anak-anak dapat menyelesaikan tugas-tugas lebih sulit ketika mereka memiliki bantuan dari banyak orang yang lebih paham / pandai dan kompeten dari diri mereka. Vygotsky membedakan antara dua jenis tingkat kemampuan yang mencirikan



keterampilan



anak-anak



pada



setiap



titik



tertentu



dalam



perkembangan. tingkat perkembangan seorang anak adalah batas atas tugas-tugas yang ia dapat melakukan secara mandiri, tanpa bantuan dari orang lain. Tingkat seorang anak perkembangan potensial adalah batas atas tugas bahwa dia dapat melakukan dengan bantuan individu yang lebih kompeten. Untuk mendapatkan yang benar rasa perkembangan kognitif anak, Vygotsky menyarankan , kita harus menilai kemampuan mereka baik saat melakukan sendirian dan ketika tampil dengan bantuan.



8)



Tugas Menantang mendorong pertumbuhan kognitif yang maksimal. Berbagai tugas bahwa anak-anak belum biasa melakukan secara mandiri tetapi dapat melakukan dengan bantuan dan bimbingan dari orang lain. ZPD Seorang anak termasuk belajar dan kemampuan pemecahan masalah yang baru mulai muncul dan mengembangkan kemampuan secara matang. ZPD setiap anak akan berubah seiring waktu . sebagai beberapa tugas yang dikuasai, yang lebih kompleks akan muncul untuk menyajikan tantangan baru. Singkatnya itu adalah tantangan dalam hidup, daripada keberhasilan mudah, yang mempromosikan perkembangan kognitif.



9)



Bermain memungkinkan anak-anak untuk ”meregangkan“ kognitif sendiri. Dalam bermain anak selalu berperilaku melampaui rata-rata usianya, di atas perilaku sehari-hari, dalam bermain itu seolah-olah dia adalah kepala lebih tinggi dari dirinya sendiri. Selain itu, karena anak-anak bermain, perilaku mereka harus mengikuti standar atau harapan tertentu. Pada tahun-tahun awal sekolah dasar, anak-anak sering bertindak sesuai dengan bagaimana seorang ayah,guru,atau pelayan akan berperilaku. Dalam pertandingan grup terorganisir dan olahraga yang datang kemudian, anak-anak harus mengikuti set spesifik aturan. Dengan berpegang pada batasan tertentu pada perilaku mereka, anak-anak belajar untuk merencanakan ke depan, untuk berpikir sebelum bertindak, dan untuk terlibat dalam menahan diri keterampilan yang penting untuk partisipasi sukses di dunia orang.



Implementasi teori Vygotsky dalam pembelajaran: 1)



Pembelajaran kooperatif antar siswa tertata dengan baik, sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan strategi - strategi pemecahan masalah yang efektif dalam masing-masing zone of proximal development mereka



2)



Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menerapkan scaffolding yaitu pemberian sejumlah besar bantuan pada siswa pada awal bantuan pembelajarn, kemudian siswa mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia dapat melakukannya.



3)



Memaklumi adanya perbedaan perbedaan individu dalam hal kemajuan pemahaman.



Penerapan dalam pembelajaran IPA SD berdasarkan teori VYGOTSKY: Pada pembelajaran kelas V Tema 1 “Organ Gerak Hewan dan Manusia” Subtema 2 “Manusia dan Lingkungan“ Pembelajaran 2 Kompetensi Dasar (KD) : 3.1 Menjelaskan alat gerak dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan alat gerak manusia. 4.1 Membuat model sederhana alat gerak manusia dan hewan. Indikator: 3.



Menyebutkan dan menunjukkan berbagai jenis tulang sebagai organ gerak pada manusia.



4.



Memahami fungsi masing-masing tulang pada manusia.



PENERAPAN: No.



Langkah Pembelajaran



Penerapan ke Siswa Dalam materi organ gerak siswa di arahkan untuk memegang tulang yang di tangan dan kaki.



1.



Menyampaikan



tujuan



dan Meminta beberapa siswa menceritakan



memotivasi siswa



kegiatan keseharian yang menggunakan organ gerak mereka. Memotivasi siswa jika seandainya organ gerak tidak berfungsi dengan maksimal. Menyampaikan informasi terkait organ



2.



Menyajikan informasi



gerak



dengan



pengamatan



kerangka



manusia yang telah disediakan. Membagi kelompok untuk melaksanakan 3.



Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar



praktik membuat kerangka manusia dari bubur kertas atau koran bekas. Setiap kelompok diberikan intruksi untuk mencatat langkah-langkah pengerjaan.



4.



Membimbing kelompok bekerja dan Membimbing belajar



memperhatiakn



semua setiap



kelompok siswa



dan dalam



berkelompok. Memberikan arahan dalam pelaksanaan proses



praktek



dengan



mengarahkan



menjawab soal yang diberikan. Scaffolding merupakan suatu istilah pada proses yang digunakan orang dewasa untuk menuntun anak-anak melalui Zone of proximal developmentnya. Meminta perwakilan kelompok untuk menyampaikan 5.



Evaluasi



hasil



praktek



yang



dilakukan kelompoknya. Memastika



kelompok



menjawab



pertanyaan dengan benar. Memberikan 6.



Memberikan penghargaan



penghargaan



terhadap



kelompok dengan kriteria bagus dari kelompok lainnya.



BAB III PENUTUP . Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara



pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas. Teori kognitif dari Jean Piaget ini masih tetap diperbincangkan dan diacu dalam bidang pendidikan. Teori ini mulai banyak dibicarakan lagi kira-kira permulaan tahun 1960-an. Pengertian kognisi sebenarnya meliputi aspek-aspek struktur intelek yang digunakan untuk mengetahui sesuatu. Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif bukan hanya hasil kematangan organisme, bukan pula pengaruh lingkungan semata, melainkan hasil interaksi diantara keduanya. Teori konstruktivisme merupakan teori yang menyatakan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi dari kegiataan atau tindakan seseorang. Teori Vygotsky merupakan teori yang menekankan interaksi antara “internal” dan “eksternal” dari pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial pembelajaran.



DAFTAR PUSTAKA https://jeperis.wordpress.com/2012/10/25/aplikasi-teori-vygotsky-pada-materi-sifat-sifatcahaya/ diakses pada Minggu, 19 April 2020 pukul 12.30 WIB. https://www.kompasiana.com/baktigunawan/550d985b8133115d22b1e4d8/penerapan-teoribelajar-vygotsky-dalam-interaksi-belajar-mengajar diakses pada Minggu, 19 April



2020 pukul 12.30 WIB. https://bdkpalembang.com/implimentasi-pembelajaran-teori-piaget-pada-materi-ipa/ diakses



pada Minggu, 19 April 2020 pukul 12.30 WIB. Danoebroto, Sri Wulandari. 2015. Teori Belajar Konstruktivis Piaget dan Vygotsky. Indonesian



Digital



Journal



of



Mathematics



and



Education.



2



(3).



(http://idealmathedu.p4tkmatematika.org ISSN 2407-7925) Ibda, Fatimah. 2015. Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget. Jurnal Intelektualita. 3 (1)