Makalah (Pengelolaan Sentra Persiapan Di Tpa) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PENGELOLAAN TAMAN PENITIPAN ANAK PENGELOLAAN SENTRA PERSIAPAN DI TPA



Disusun oleh: Kelompok 6 ( Enam)



1. Ade Merly Anggraini (NIM. 1930210076) 2. Dea Suryani ( NIM. 1930210135) 3. Indah Tri Anggini ( NIM. 1930210086) 4. Yuda Pratama ( NIM. 1930210106)



Dosen Pengampu: Fahmi, M. Pd. I



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN RADEN FATAH PALEMBANG 2022



i



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kepada Allah SWT atas Anugrah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah Tentang Pengelolaan Sentra Persiapan di TPA , meskipun banyak kekurangan didalamnya. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini selain untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan para mahasiswa khususnya bagi penulis. Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun Makalah ini dengan baik, namun penulis pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan sebagai manusia biasa. Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon maaf dan kritik serta saran dari Dosen Pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh kami untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama.



Palembang, 14 April 2022



Penulis Kelompok 6



ii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..........................................................................................................ii DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................................................1 B. Rumusan Masalah ............................................................................................................1 C. Tujuan ..............................................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian, Pijakan, Dan Tahap Perkembangan Anak Pada Sentra Persiapan 1. Munculnya Keaksaraan Pada Anak Usia Dini ...........................................................3 2. Pengertian Dan Cakupan Sentra Persiapan ................................................................8 3. Pijakan Sentra Persiapan Berdasarkan Pendekatan BCCT ........................................13 4. Tahapan Perkembangan Anak Dalam Menggunting, Meronce, Menulis Dan Menggunakan Buku ...................................................................................................15 B. Penataan Ruang Dan Media Serta Rambu-Rambu Pelaksanaan Sentra Persiapan Di TPA 1. Penataan Ruang Dan Media Yang Dibutuhkan Pada Sentra Keaksaraan..................21 2. Rambu-Rambu Pelaksanaan Sentra Persiapan Di TPA .............................................22 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ...............................................................................................................25 B. Saran .........................................................................................................................26 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................27



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini sangat penting dilaksanakan sebagai dasar kepribadian manusia secata utuh , yaitu untuk membentuk karakter, budi pekerti luhur, cerdas , ceria ,termapil dan bertakwa kepada tuhan yang maha Esa. Bermain di pandang sebagai kerja otak sehingga anak di beri kesempatan



untuk memulai dari mengembangkan ide hingga tuntas menyelesaikan hasil karyanya “Start and finish”. Dukungan guru memfasilitasi anak mengembangkan kecakapan berpikir aktif dan anak diberi keleleuasaan untuk melakukan berbagai kegiatan untuk mendapatkan pengalaman tentang dunia sekelilingnya. Sentra yang dikembangkan tidak berbeda dengan sistem area. Perbedaan tampak dalam pengelolaan kelas. Dalam model area semua anak bebas memilih bermain yang dikelola oleh seorang guru. Dalam model sentra anak bebas memilih bermain yang disiapkan dalam satu sentra. Di dalam sentra dilengkapi dengan 3 jenis kegiatan bermain, yaitu bermain sensorimotorik, main peran,dan main pembangunan. Keragaman main atau disebut juga densitas main memfasilitasi untuk dapat memilih mainan sesuai dengan minatnya. Kelompok anak berpindah bermain dari sentra ke sentra lainnya setiap hari. Tiap sentra dikelola oleh seorang guru. Proses pembelajarannya dengan menggunakan 4 pijakan, yaitu pijakan penataan alat (pijakan lingkungan), pijakan sebelum main, pijakan selama main, dan pijakan setelah bermain. B. Rumusan Masalah 1.



Bagaimana Munculnya Keaksaraan Pada Anak Usia Dini ?



2.



Jelaskan Pengertian Dan Cakupan Sentra Persiapan?



3.



Apa Saja Pijakan Sentra Persiapan Berdasarkan Pendekatan BCCT ?



4.



Bagaiamana Tahapan Perkembangan Anak Dalam Menggunting, Meronce, Menulis Dan Menggunakan Buku ?



5.



Bagaimana Penataan Ruang Dan Media Yang Dibutuhkan Pada Sentra Keaksaraan ?



6.



Apa Saja Rambu-Rambu Pelaksanaan Sentra Persiapan Di TPA ? 1



C. Tujuan 1. Untuk Mengetahui Munculnya Keaksaraan Pada Anak Usia Dini 2. Untuk Mengetahui Pengertian Dan Cakupan Sentra Persiapan 3. Untuk Mengetahui Pijakan Sentra Persiapan Berdasarkan Pendekatan BCCT 4. Untuk Mengetahui Tahapan Perkembangan Anak Dalam Menggunting, Meronce, Menulis Dan Menggunakan Buku 5. Untuk Mengetahui Penataan Ruang Dan Media Yang Dibutuhkan Pada Sentra Keaksaraan 6. Untuk Mengetahui Rambu-Rambu Pelaksanaan Sentra Persiapan Di TPA



2



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian, Pijakan Dan Tahap Perkembangan Anak Pada Sentra Persiapan 1. Munculnya Keaksaraan Pada Anak Usia Dini Keaksaraan awal atau Pra-keaksaraan adalah isitlah yang digunakan untuk menjelaskan kemampuan anak dalam menggunakan aksara atau membaca dan menulis yang dikuasai sebelum anak belajar cara membaca dan menulis. Keaksaraan awal merupakan tanda bahwa anak bahkan sejak usia satu atau dua tahun sudah berproses untuk menjadi aksarawan. Keaksaraan awal merupakan tatanan fondasi untuk mengusai kemampuan membaca dan menulis yang menyenangkan. Keadaan keaksaraan awal ini harus dikembangkan dengan baik di PAUD dan tidak dialihkan dengan penguasaan keaksaraan konvensional yang akan melelahkan anak dan menimbulkan pengalaman negatif terhadap membaca dan menulis. Keaksaraan awal dapat dibangun sejak bayi dan di usia dini melalui peran serta orang dewasa dalam kegiatan bermakna yang melibatkan berbicara dan aksara.1 a. Keterampilan Membaca Anak Usia Dini Membaca merupakan keterampilan bahasa tulis yang bersifat reseptif. Kemampuan membaca termasuk kegiatan yang kompleks dan melibatkan berbagai keterampilan. Jadi, kegiatan membaca merupakan suatu kesatuan kegiatan yang terpadu yang mencakup beberapa kegiatan seperti mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi, maknanya serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan. Anderson dkk, memandang membaca sebagai suatu proses untuk memahami makna suatu tulisan. Adapun tahapan membaca antara lain: 1) mengenali huruf 2) mengenali kata, 3) mengenali kalimat, 4) mengenali wacana serta menghubungkannya dengan bunyi dan maknanya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan membaca terkait dengan (1) pengenalan huruf atau aksara, (2) bunyi dari huruf atau rangkaian huruf-huruf, dan (3) makna atau maksud, dan (4) pemahaman terhadap makna atau maksud berdasarkan konteks wacana.



1



Rizki Rachmadaniar dkk. Mengembangkan Kemampuan Awal Pada Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Buku Cerita Budaya Lokal. BPPA dan DIKMAS NTB. Nusa Tenggara Barat. 2017. Hlm 4



3



b.



Kemampuan Kesiapan Membaca Sebelum mengajarkan membaca pada anak, dasar-dasar kemampuan membaca atau



kemampuan kesiapan membaca perlu dikuasai oleh anak terlebih dahulu. Dasar-dasar kemampuan membaca ini diperlukan agar anak berhasil dalam membaca maupun menulis. seperti dikemukakan oleh Miller bahwa sebelum anak diajarkan membaca perlu diketahui terlebih dahulu kesiapan membaca anak. Hal ini bertujuan agar kita dapat mengetahui apakah anak sudah siap diajarkan membaca. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekolah yang mengajarkan keterampilan pra membaca di TK dan membaca formal di SD terdapat korelasi yang tinggi antara keterampilan kesiapan yang kuat dan berhasil dalam membaca secara formal. Adapun kemampuan-kemampuan kesiapan membaca yang akan dikembangkan itu adalah sebagai berikut. 1) Kemampuan Membedakan Auditorial Anak-anak harus belajar untuk memahami suara-suara umum di lingkungan mereka dan membedakan di antara suara-suara tersebut. Mereka harus bisa membedakan suara-suara huruf dalam alfabet di taman kanak-kanak, terutama suarasuara yang dihasilkan oleh konsonan awal dalam kata. Misalnya, guru meminta anak untuk menemukan arti kata yang memilki huruf awal yang sama atau menemukan huruf yang sama dengan huruf awal nama anak. 2)



Kemampuan Diskriminasi Visual Anak-anak harus belajar untuk memahami objek dan pengalaman umum dengan gambar-gambar pada foto atau lukisan. Mereka harus belajar untuk melakukan identifikasi warna-warna dasar dan bentuk_bentuk geometris dan mampu menggabungkan objek-objek berdasarkan warna, bentuk, atau ukuran. Mereka harus mampu membedakan kiri dan kanan, warna, bentuk maupun atas dan bawah, dan mengikuti gerakan dari kiri ke kanan maupun dari atas ke bawah. Mereka harus mampu mengatakan bentuk dari gambar latar belakang, mengemukakan detail pada sebuah gambar, dan mengetahui pola-pola visual sederhana. Akhirnya, mereka harus mampu untuk memahami dan menamai huruf besar dan huruf kecil. Untuk mewujudkan hal ini bisa melalui kegiatan-kegiatan berikut. 4



a) Kegiatan menyelesaikan berbagai macam puzzle. b) Buatlah anak menulis berbagai tulisan nama dan kata yang telah dipelajari. c) Buatlah anak menyalin bentuk-bentuk geometris seperti lingkaran, bujur sangkar, segitiga, dan busur. 2



3)



Kemampuan Perseptual Motorik Anak-anak mampu menggunakan otot halus tangan dan jari mereka dan untuk melakukan koordinasi gerakan dengan apa yang mereka lihat. Mereka harus belajar memegang krayon dan pensil, untuk mewarnai gambar-gambar sederhana dalam garis-garis, untuk menyalin garis dan bentuk tanpa menjiplak. Akhirnya, mereka harus mampu menyalin huruf dan kata, menulis nama mereka, menulis huruf yang memadukan suara.



4)



Kemampuan Bahasa Lisan Sebagaimana dikatakan, anak-anak masuk ke Taman Kanak-kanak dengan kemampuan substansial untuk berbicara dan mendengarkan. Meskipun demikian, selama masa Taman Kanak-kanak, kemampuan_kemampuan ini harus lebih dikembangkan dan diperbaiki. Anak-anak harus belajar mendengarkan, mengingat, mengikuti petunjuk, mencatat detail, dan memahami ide-ide utama. Mereka harus menggunakan dan memperluas kosa kata bahasa lisan mereka untuk menjelaskan ideide, untuk mendeskripsikan objek dan peristiwa, untuk mengekspresikan perasaan mereka sendiri, atau orang. Mereka hendaknya menjadi senang berbagi pengalaman dengan bahasa dan gembira dalam belajar dan menggunakan kata-kata baru.



5)



Membangun Sebuah Latar Belakang Pengalaman Hal ini bisa dilakukan misalnya dengan membacakan buku cerita yang menarik di kelas atau mengajak anak menonton film dan mendengarkan rekaman untuk membangun latar belakang pengalaman mereka.



2



Ibid 5



5



6)



Progresi dari kiri ke kanan Tunjukkan kepada anak bahwa membaca dimulai dari sisi tangan kiri ketika membaca keras kepada anak.



7)



Kemampuan Merangkai Hal ini bisa dilakukan dengan meminta anak merangkai gambar seri dengan benar atau buatlah anak mengulang cerita yang baru saja didengar atau dibacakan.



8) Pengenalan Melihat Kata Dapat dilakukan dengan membuat kegiatan dengan menggunakan kartu huruf misalnya permainan menemukan kata dengan huruf awal yang sama. c.



Keterampilan Menulis Anak Usia Dini Keterampilan menulis adalah kemampuan mengekspresikan pikiran melalui



lambang-lambang tulisan. Menurut Henry Guntur Tarigan (2009:23) mengartikan “Keterampilan menulis adalah menirukan atau melukiskan lambang-lambang yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang”. Kemampuan menulis permulaan tidak jauh berbeda dengan kemampuan membaca permulaan. Pada tingkat dasar/permulaan, pembelajaran menulis lebih di orientasikan pada kemampuan mengenal simbol huruf. Menurut Morrow (2005:45) membagi kemampuan menulis anak menjadi 6 tahapan sebagai berikut:3 1)



Writing Via Scribbling, tahapan mecoret usia 2,5-3 tahun. Pada tahan ini, kegiatan menulis yang dilakukan anak hanya berbentuk coretan yang tidak memiliki bentuk hanya menyerupai tarikan garis ke atas dan ke bawah.



2)



Writing Via Drawing, tahap menulis melalui menggambar usia 3-3,5 tahun. Pada masa ini, kegiatan menulis yang dilakukan anak melalui kegiatan menggambar. Hal ini disebabkan karena anak menganggap kegiatan menggambar sama dengan kegiatan menulis dan anak menganggap bahwa dengan membuat gambar berarti ia telah menuliskan pesannya kepada orang lain.



3



Ibid 6



6



3)



Writing Via Making Letter- Like Forms, tahap menulis melalui membentuk gambar seperti huruf usia 4 tahun. Pada tahap ini, secara sepintas apa yang digambarkan menyerupai bentuk suatu huruf. Anak tidak hanya membuat goresan, tetapi sudah melibatkan unsur kreasi atau gambar.



4)



Writing Via Reproducing Weel- Learned Unit Or Letter Stings, tahap menulis dengan membuat huruf yang akan dipelajari usia 4 tahun. Pada tahap ini anak menulis hurufhuruf dengan mencontoh misalnya mecontoh menuliskan namanya.



5)



Writing Via Invented Spelling, tahap menulis melalui kegiatan menemukan ejaaan usia 4-5 tahun. Pada tahan ini anak menulis dengan mencoba mengeja dengan cara coba – salah (trial and error).



6)



Writing Via Connventional Speling, tahap menulis melalui mengeja, usia diatas 5 tahun. Pada tahan ini anak menulis dengan cara mengeja langsung. Dalam tahap ini anak telah dapat mengeja secara benar baik dari segi susunan maupun ejaanya.



d. Pembelajaran Pra-Keaksaraan Pembelajaran Pra-Keaksaraan merupakan proses menstimulasi, membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan bermain yang bermakna, aman, nyaman dan menyenangkan sesuai tahap perkembangan anak sehingga anak mampu. Dalam model ini pengembangan keaksaraannya bukan hanya melalui membaca buku cerita tetapi didukung dengan APE dan kegiatan main lainnya agar capaian perkembangan keaksaraan anak sesuai dengan tahapan perkembangan yang seharusnya. Menstimulasi kemampuan keaksaraan dalam model ini dapat dilakukan dengan cara-cara berikut.4 1)



Menumbuhkan lebih banyak penguasaan kosa kata Menumbuhkan lebih banyak penguasaaan kosa kata dapat dilakukan pendidik dengan memanfaatkan kegiatan bermain menggunakan alat permainan edukatif berupa kartu gambar, kartu kata dan kartu huruf.



2)



Mendongeng atau membacakan buku imajinatif dan kreatif Membaca buku bisa dilakukan bersama-sama dengan anak. Ketika membaca bersama anak, minta mereka menjelaskan mengenai cerita apa yang telah mereka baca. Membaca bersama-sama



4



Ibid 7



7



membantu anak untuk mengekspresikan diri mereka sendiri secara verbal. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dapat lebih mempelajari tentang huruf dan kosakata ketika orang tua membaca bersama-sama dengan mereka. Meminta anak-anak untuk menceritakan cerita yang mereka baca dapat juga meningkatkan kemampuan berbahasa, selanjutnya dapat membantu mereka dalam membaca. Hal ini bisa dilakukan dengan menyuruh anak-anak melihat hanya pada gambar yang ada dalam buku, bukan katakatanya, kemudian minta mereka untuk menceritakan isi cerita berdasarkan gambar dari buku yang dibaca bersama. 3)



Menjelajah kekayaan bahasa Dalam model ini, peserta didik akan dikenalkan dengan buku cerita budaya lokal. Hal tersebut sebagai salah satu strategi dalam mengenalkan budaya lokal yang mana pada isi buku cerita banyak mengandung bahasa-bahasa lokal sehingga anak lebih banyak memilki kekayaan bahasa.



4)



Menikmati lingkungan beraksara Lingkungan yang menarik, nyaman, aman dan dilengkapi dengan berbagai ketersediaan buku cerita dan alat permainan edukatif dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi pembaca tidak terkecuali pada anak_anak. Pada model ini, tidak hanya dijelaskan tentang penggunaan buku cerita budaya lokal pada anak tetapi juga dilengkapi dengan pengetahuan tentang bagaimana pendidik dapat menyiapkan lingkungan beraksara untuk mendukung kegiatan keaksaraan di sekolah.5



2.



Pengertian dan Cakupan Sentra Persiapan 1) Pengertian Model Pembelajaran Sentra Pembelajaran sentra merupakan model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh Creative Center for Childhood Research and Training (CCCRT) yang berkedudukan di Florida, Amerika Serikat selama 25 tahun dan telah terakreditasi oleh National Association Early Young Childhood (NAEYC) sebagai model pembelajaran yang direkomendasikan dapat diterapkan di Amerika Serikat. Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini telah menerjemahkan bahan-bahan pelatihan model pembelajaran sentra dan telah memperoleh copyright dari CCCRT selama lima tahun (2004-2009). Model pembelajaran sentra dan saat l ingkaran merupakan pengembangan dari metode Montessory, High Scope



5



Ibid 8



8



dan Reggio Emilio, yang memfokuskan kegiatan anak di sentra-sentra atau area-area untuk mengoptimalkan seluruh kecerdasan anak (sembilan kecerdasan jamak).6 Model pembelajaran sentra adalah model pembelajaran yang menitikeratkan sentra bermain pada proses pembelajaran. Sentra bermain merupakan kegiatan yang dirancang didalam atau diluar kelas yang berisi dengan berbagai dengan tema yang sudah direncanakan dalam RPPH (Rencana Program Pembelajaran Harian). Model pembelajaran sentra dan saat lingkaran atau “Beyond Center and Circle Time” (Tentang Sentra dan Saat Lingkaran) atau lebih dikenal dengan model pembelajaran sentra, sentra belajar (learning center atau learning areas) merupakan model pembelajaran yang berfokus pada anak. Pembelajaran pada model ini berpusat pada sentra main dan ketika anak dalam lingkaran. Sentra main adalah zona atau area main anak yang dilengkapi dengan seperangkat alat main, berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung perkembangan anak dalam tiga jenis permainan, yakni main sensorimotor (fungsional), main peran dan main pembangunan. Sedangkan saat lingkaran adalah saat pendidik duduk bersama anak dengan posisi melingkar untuk memberikan pijakan kepada anak yang dilakukan sebelum dan sesudah main.7 Model pembelajaran sentra merupakan model pembelajaran yang menitikberatkan sentra bermain pada saat pembelajaran. Sentra bermain merupakan area kegiatan yang dirancang di dalam atau di luar kelas, berisi berbagai kegiatan bermain dengan bahanbahan yang dibutuhkan dan disusun berdasarkan kemampuan anak serta sesuai dengan tema yang dikembangkan dan dirancang terlebih dahulu. Sentra memberikan kesempatan pada anakkegiatan bermain dengan bahan yang dibutuhkan dan disusun berdasarkan kemampuan anak dan kelompok usia serta sesuai dengan tema yang sudah direncanakan dalam RPPH (Rencana Program Pembelajaran Harian).2 Model pembelajaran sentra dan saat lingkaran atau “Beyond Center and Circle Time” (Tentang Sentra dan Saat Lingkaran) atau lebih dikenal dengan model pembelajaran sentra, sentra belajar (learning center atau learning areas) merupakan model pembelajaran yang berfokus pada anak. Pembelajaran pada model ini berpusat pada sentra main dan ketika anak dalam lingkaran. Sentra main



6



Departemen Pendidikan Nasional, Metode Pembelajaran Anak Usia Dini Melalui Pendekatan “Beyond Centres and Circles Time, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Nasional, 2006) 7 2 Slamet Suyanto, Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2005), hlm. 62



9



adalah zona atau area main anak yang dilengkapi dengan seperangkat alat main, berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung perkembangan anak dalam tiga jenis permainan, yakni main sensorimotor (fungsional), main peran dan main pembangunan. Sedangkan saat lingkaran adalah saat pendidik duduk bersama anak dengan posisi melingkar untuk memberikan pijakan kepada anak yang dilakukan sebelum dan sesudah main. Model pembelajaran sentra menggunakan 4 jenis pijakan untuk mendukung perkembangan anak, yaitu pijakan lingkungan main, pijakan sebelum main, pijakan selama main, dan pijakan setelah main. Pijakan adalah dukungan yang berubah-ubah, disesuaikan dengan perkembangan yang dicapai anak dan diberikan sebagai pijakan untuk mencapai perkembangan yang lebih tinggi. 2). Cakupan Sentra Persiapan a. Pengertian Sentra Persiapan Sentra persiapan adalah pusat kegiatan bermain dalam persiapan membaca, menulis, matematika, dan kegiatan khusus lainnya yang menunjang persiapan anak untuk masuk pendidikan dasar. Pusat kegiatan belajarnya melalui bermain untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak dengan menggunakan media pembelajaran yang dapat mendukung kemampuan keaksaraan anak.8 Sentra persiapan sentra dimana guru mengorganisasikan tempat secara khusus, yang fokus di dalamnya diisi dengan kegiatan matematika, membaca, dan menulis. Menurut Yuliani Nurani Sujiono, sentra persiapan adalah pusat kegiatan bermain dalam persiapan membaca dan menulis serta kegiatan khusus lainnya yang menunjang persiapan kemampuan akademik anak untuk mengikuti pendidikan di Sekolah Dasar. Dengan demikian, model pembelajaran sentra persiapan adalah model kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan cara belajar dan bermain guna meningkatkan kemampuan keaksaraaan dasar anak pada aspek membaca dan menulis sebagai bekal memasuki ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.



8



Tim Penyusun, Buku Panduan Sentra untuk PAUD “Sentra Persiapan”(Jakarta: Al-Falah Press, 2018), 22.



10



b.



Prinsip Dasar Model Pembelajaran Sentra Persiapan Pembelajaran bagi anak usia dini termasuk TK/RA di dalamnya memiliki cara khas



tersendiri. Kegiatan pembelajaran di TK/RA mengutamakan bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain. Secara alamiah, bermain memotivasi anak untuk mengetahui sesuatu lebih mendalam dan secara spontan anak mengembangkan kemampuannya.18 Guna mencapai tujuan pendidikan nasional anak usia dini, maka dibutuhkan model pembelajaran sentra persiapan yang dapat mengoptimalkan segala potensi anak usia dini. Ada beberapa prinsip penyelenggaraan pembelajaran sentra anak usia dini antara lain sebagai berikut; 1) Pendidikan berorientasi pada anak. Dengan demikian disetiap kegiatan pembelajaran harus selalu mengacu pada tujuan pemenuhan kebutuhan anak secara individu. 2) Kegiatan pembelajaran harus terpusat pada pengembangan potensi anak. Melalui sentra, proses pembelaajaran dilakukan dengan menempatkan siswa pada posisi yang proposoional. Anak dirangsang untuk secara aktif melakukan kegiatan bermain sambil belajar. Perlu ditekankan bahwa bermain yang menyenangkan dapat merangsang anak untuk melakukan eksplorasi dengan menggunakan benda- benda yang ada disekitarnya (happylearning). sehingga, anak dapat menemukan pengetahuan dari benda-benda yang dimainkannya. 3) Kegiatan pembelajaran dirancang secara cermat untuk membangun sistimatika kerja. Bagaimana anak membuat pilihan-pilihan dari serangkaian kegiatan, focus pada apa yang dikerjakan dan berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan yang dia telah mulai dengan tuntas. 4) Kegiatan pembelajaran sentra persiapan berorientasi pada pengembangan kecakapn hidup anak, yaittu membantu anak menjadi mandiri, disiplin, maupun bersosialisasi dan memiliki keterampilan dasar yang berguna bagi kehidupannya kelak. 5) Pendidikan dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang dengan mengacu pada prinsip-prinsip perkembangan anak. Stimulus pendidikan bersifat menyeluruh, mencakup semu aspek perkembaangan. Karena itu, setiap kegiatan harus dapat mengembangkan atau membangun berbagai perkembangan atau kecerdasan anak. Dalam perkembangan anak berkembang secara optimal. 6) Dalam kegiatan main anak akan belajar lebih banyak bila mendapat pijakan dari guru. 11



c. Tahap-Tahap Model Pembelajaran Sentra Persiapan Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini dan lembaga sejenisnya merupakan lembaga pendidikan



yang



diselenggarakan



sebelum



jenjang



pendidikan



dasar.



Dalam



penyelenggaraan PAUD harus diperhatikan dan disesuaikan terlebih dahulu tahapan perkembangan anak, karena program pendidikan pada anak usia dini bertujuan untuk memberikan rangsangan pendidikan yang tepat untuk anak agar memiliki kesiapan baik secara fisik, psikis, maupun secara sosial emosional untuk memasuki jenjang pendidikan dasar. Ada empat pijakan dalam main anak yaitu pijakan lingkungan bermain (persiapan), pijakan awal main/pijakan pengalaman sebelum main, pijakan selama bermain, dan pijakan setelah main. Ada 6 tahap yang wajib dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran sentra persiapan, antara lain sebagai berikut: a) Persiapan Guru Guru memilih alat atau bahan yang akan di tata pada lingkungan main anak dan yang akan digunakan sebagai pijakan awal, sebagai alat motivasi untuk anak, belajar tentang topik yang akan dipelajari. Misalnya buku, untuk mengawali diskusi dan memberikan gagasan-gagasan untuk menulis/ menggambar. b) Penataan Lingkungan Bermain Penataan lingkungan main yang bermutu di sentra persiapan, seharusnya dapat membangun semua tujuan dari sentra yaitu dapat membangun seluruh domain perkembangan dan membangun tujuh kecerdasan dasar dari setiap anak yang datang ke sentra. c) Pijakan Awal Main Guru menyambut anak dan berkumpul di tempat yang sudah ditentukan, di mulai dengan nyanyian salam. Kemudia guru menjelaskan tentang topik, konsep-konsep yang akan dipelajari melalui diskusi dengan anak. d) Saat Main Saat main, guru harus mencatat apa yang dipilih anak pertama kali. Pilihan mereka menjadi indikator tingkat perkembangan mereka. Guru bergerak mengitari sentra di antara anak, mengamati dan membuat analisa dari apa yang dilihat saat itu dan membuat hubungan dengan apa yang telah diamati sebelumnya. Kemudian membuat keputusan kapan mulai terlibat di dalam main anak, melalui skala pendekatan individual guru pada waktu anak main. e) Beres-Beres Kegiatan beres-beres adalah bagian penting dari pelaksanaan model pembelajaran sentra persiapan . Melalui kegiatan ini seluruh aspek perkembangan anak 12



aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dapat anak terbangun. Anak dan guru bersamasama sebagai individu dari sebuah tim yang bekerja sama mencapai target belajar. Mereka belajar untuk tuntas dalam bekerja dan belajar untuk kerja sama dalam menyelesaikan tugas.



f) Recalling Setelah kegiatan beres-beres selesai, guru mengajak anak untuk berkumpul duduk membuat lingkaran, mengingat kembali kegiatan-kegiatan apa saja yang telah dilakukan. 9



3.



Pijakan Sentra Persiapan Berdasarkan Pendekatan BCCT Pendekatan BCCT (Beyond Centre and Circle Time) atau yang biasa disebut dengan seling



(pendekatan sentra dan lingkaran) adalah pendekatan penyelenggaraan PAUD yang berfokus pada anak yang dalam proses pembelajarannya berpusat di sentra main dan saat anak dalam lingkaran dengan menggunakan 4 jenis pijakan (scaffolding) untuk mendukung perkembangan anak, yaitu10 1). Pijakan Lingkungan Main Langkah-langkah yang perlu dilakukan sebagai pijakan lingkungan utama pada sentra persiapan adalah . a. Merencanakan pengalaman untuk intensitas dan kepadatan bermain; b. Menata tempat utama untuk 2 anak atau lebih; c. tempat-tempat utama yang selalu harus diarahkan oleh pendidik; d. Memilih bahan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan; e. menyediakan berbagai bahan yang mendukung keterampilan keaksaraan; f. menyediakan berbagai kegiatan yang mendukung anak untuk melatih perkembangan motorik halus; g. menyediakan berbagai macam bahan dan tempat untuk menulis;



9



Tim Penyusun, Buku Panduan Pembelajaran, 6. Nurul Novitasari. Penataan Ruang dengan Pendekatan BCCT pada Pendidikan Anak Usia Dini. Al Hikmah: Indonesian Journal Of Early Childhood Islamic Education Issn (P): 2550 2200, Issn (E): 2550-1100, Vol. 2 (2), 2018 159-178



10



13



h. menyediakan berbagai macam bahan bacaan yang dapat membantu anak dalam menulis; saya. Menyediakan buku dalam berbagai topik, jenis dan ukuran; i. ada cukup tempat untuk anak dalam memilih tempat utama (2,5-3 tempat utama untuk tiap anak). 2). Pijakan Sebelum Main Langkah-langkah yang perlu dilakukan sebagai pijakan sebelum main pada sentra persiapan adalah a. awal waktu sentra dengan sebuah buku bacaan untuk memulai diskusi dan gagasan untuk menulis atau menggambar; b. Mencontohkan beberapa cara untuk menggunakan bahan-bahan secara tepat; c. Menyampaikan aturan secara jelas dan ringkas; d. Memperbolehkan, Nak. untuk memilih tempat dan teman bekerja yang mereka sukai; e. Merancang dan bernyanyi main dengan teratur; f. menciptakan kondisi yang membuat anak-anak senang dengan semua kegiatan keaksaraan 3). Pijakan Selama Main Langkah-langkah yang perlu dilakukan sebagai pijakan selama main pada sentra persiapan adalah: a. Memberikan setiap anak kesempatan keaksaraan sepanjang hari dalam setiap pengalaman utama; b. Memberikan setiap anak kesempatan berhubungan langsung secara kontinu dengan buku, bahasa, dan pengalaman motorik halus atau kasar anak; c. Merancang dan mengelola setiap pengalaman keaksaraan agar menjadi pengalaman yang menyenangkan; d. menciptakan lingkungan yang menghargai semua usaha anak untuk menulis sehingga dia mau mengambil risiko untuk mencoba banyak hal; e. selalu membantu anak untuk menulis; f. membantu anak dalam tahapan yang mereka perlukan; g. peningkatan dan pengembangan bahasa anak melalui pertanyaan dan diskusi; 14



h. Mencontohkan komunikasi yang tepat melalui percakapan dengan anak; saya. Menambah kesempatan berteman pada anak melalui hubungan dengan teman sebaya; i. Mengamati anak dan membuat dokumen perkembangan serta peningkatan keaksaraan dari setiap anak; j. Merasa turut bergembira dalam setiap usaha keaksaraan yang dilakukan anak. 4). Pijakan Setelah Main Langkah-langkah yang perlu dilakukan sebagai pijakan sebelum main pada sentra persiapan adalah: a. Mendukung anak untuk mengingat kembali pengalaman utamanya dan saling menceritakan pengalaman utamanya; b. Menggunakan waktu peralatan sebagai pengalaman belajar positif melalui pengelompokan, urutan, dan penataan lingkungan keaksaraan secara tepat.



4.



Tahapan



Perkembangan



Anak



dalam



Menggunting,



Meronce,Menulis



dan



menggunakan Buku a. Tahapan perkembangan anak dalam menggunting Menggunting adalah memotong berbagai aneka kertas atau bahan-bahan lain dengan mengikuti alur, garis atau bentuk-bentuk tertentu merupakan salah satu kegiatan yang mengembangkan motorik halus anak. Koordinasi mata dan tangan dapat berkembang melalui menggunting. Kegiatan Mengggunting adalah salah satu kegiatan motorik halus yang dapat melatih koordinasi gerakan tangan dan mata. Kelebihan menggunting bagi anak adalah melatih motorik halus, melatih koordinasi tangan-mata dan konsentrasi, meningkatkan kepercayaan diri, lancar dalam menulis dan ungkapan ekspresi. Kemampuan menggunting pada seorang individu berkembang bermula dari cara memegang gunting yang benar, bagaimana mengerakkan gunting dan menggunting garis lurus.Mengajarkan menggunting pada anak diberikan secara bertahap. Hal ini sesuai dengan Peabody Development Motor Scales bahwa:



15



1.



anak usia 2 tahun dapat melakukan gerakan buka dan tutup gunting.



2. anak usia 2,5 tahun dapat menggunting sepanjang 15 cm. 3. anak usia 3, 5 tahun anak dapat menggunting garis 15 cm 4. anak usia 4 tahun anak dapat menggunting bentuk lingkaran, dan anak usia 4-5 tahun yaitu pegangan pada gunting memiliki ukuran lubang yang berbeda dimana lubang yang atas lebih kecil dibandingkan lubang yang bawah. Lubang yang atas diposisikan untuk ibu jari dan lubang yang bawah diposisikan untuk jari tengah, jari manis, jari kelingking dan jari telunjuk digunakan sebagai penahan diluar lubang. Untuk keamanan anak maka dipilih gunting bahan dari plastik dengan ujung yang tumpul.11 b. Tahapan perkembangan anak dalam Meronce Meronce merupakan cara pembuatan benda hias atau benda pakai yang dilakukan dengan menyusun bagian-bagian bahan berlubang atau yang sengaja dilubangi memakai bantuan benang, tali dan sejenisnya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal dan dapat mengerjakan tugas-tugas dengan lancar tanpa ada gangguan dalam gerak otot-otot. Kegiatan meronce ditujukan untuk melatih koordinasi mata dan tangan anak agar dapat berkembang. Terkadang anak juga kurang antusias dalam kegiatan meronce tersebut karena dalam kegiatan tersebut dibutuhkan konsentrasi dan kesabaran dalam memasukkan benda maupun dalam memegang benda-benda yang kecil. Selain itu koordinasi mata dan tangan untuk menyelesaikan kegiatan meronce tersebut sangat berfungsi sekali, tetapi dalam kenyataannya anak masih ada yang belum sabar untuk menyelesaikan kegiatan tersebut Hasil dari meronce yang menarik tentu perlu terampil dan kreatif. Terampil melakukan roncean dengan lancar, tanpa mendapat luka/sakit jari, selain itu jarum dan bahan dapat digunakan. Bahan tersebut terdapat di sekitar lingkungan rumah/sekolah, kreatif dalam mengkombinasikam susunan roncean, garis/menurut bentuknya. Meronce meliputi bahan alam dan bahan buatan. Bahan alam adalah semua jenis bahan yang dapat diperoleh dari lingkungan alam sekitar secara langsung. Contoh dari



11



Widayati, Sri Dkk. Tahapan Menggunting Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini. Child Education Journal. Vol 1, No. 2 (2019) 52



16



bahan alam adalah bunga segar, buah-buahan, bunga kering, daun kering, ranting dan bijibijian. Kegiatan meronce memiliki beberapa tahap perkembangan: 1.



Anak dapat dikatakan siap diajari membaca jika sudah biasa meronce dengan menggunakan pola.



2. Anak sudah mampu dalam mengklasifikasi sesuatu pada tahapan ini.



Disamping itu pada saat pelajaran membaca anak sudah harus mampu membedakan bentuk huruf yang berbeda-beda.12 c. Tahapan perkembangan anak dalam Menulis Menulis dini adalah berawal dengan anak mengenal alat tulis, seperti crayon, pensil dan bolpoint. Selanjutnya anak akan menggunakannya untuk mencoret di manapun anak menyukainya. Proses mencoret itulah anak belajar menulis, belajar menggenggam, dan belajar berimajinasi. Pada anak usia dini menulis dini dapat juga disebut sebagai menulis permulaan. kegiatan menulis pada anak usia dini merupakan kegiatan yang menyenangkan, yang mana menulis di usia dini dapat membantu anak untuk berkreasi. Kemendikbud memaparkan bahwa tahapan perkembangan menulis anak usia dini adalah sebagai berikut: 1.



Scribble stage (tahap mencoret atau membuat goresan). Pada tahap ini anak mulai membuat tanda-tanda dengan menggunakan alat-alat tulisan. Anak mulai belajar bahasa tulisan. Biasanya dilakukan di dinding, kertas, atau apa saja yang dianggapnya dapat ditulis. Orang tua dan guru pada tahap mencoret dapat menjadi model dan menyediakan bahan untuk menulis seperti cat, buku, kertas dan krayon.



2.



Linear repetitive stage (tahap pengulangan secara linier). Tahap selanjutnya dalam perkembnagan menulis adalah tahap pengulangan secara linear. Pada tahap ini, anak menelusuri bentuk tulisan yang horizontal. Tulisan yang dihasilkan anak seperti membuat gambar rumput. Orangtua dan guru memberi



12



Ropiah. Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Meronce Pada Anak usia dini 5-6 Tahun di TK Pembina 2 Kota Jambi. Jurnal Literasiologi. Vol 2, No. 1 (2019). 145



17



kegiatan yang berkaitan dengan tulisan, misalnya bermain peran di restoran, dimana seorang pramusaji menuliskan menu yang akan dipesan oleh pelanggan, atau seorang dokter yang akan menulis resep obat. Kegiatan tersebut akan membantu anak untuk menyenangi menulis. Biasanya anak akan ingat kata apa saja yang ditulis walaupun bentuk tulisannya seperti rumput. 3. Random letter stage (tahap menulis secara random). Pada tahap ini, anak belajar tentang berbagai bentuk yang dapat diterima sebagai suatu tulisan walupun huruf yang muncul masih acak. Kegiatan ini membantu anak untuk menuangkan ide pada gambar menjadi tulisan walaupun kata yang muncul tidak utuh (hurufnya acak), contoh: anak ingin menulis kata ” aku pergi ke taman safari” tetapi yang muncul ”aku pgi k tmn sfri”. 4. Letter name writing or Phonetic writing stage (tahap menulis tulisan nama). Pada tahap ini, anak mulai menyusun hubungan abtara tulisan dan bunyi. Permulaan tahap ini sering digambarkan sebagai menulis tulisan nama karena anak-anak menulis tulisan nama dan bunyi secara bersamaan. Sebagai contoh, anak menulis kata “dua” dengan “duwa”, “pergi” dengan “pegi”, “sekolah” dengan “skola”. Pada tahap ini anak menulis sesuai dengan apa yang ia dengar. Jadi tahapan perkembangan menulis anak itu sangat penting karena merupakan dasar fundamental anak dalam proses menulis sehingga kamampuan menulisnya dapat optimal.13



13



Widyastuti, Ana. Analisis Tahapan Menulis dan Stimulasi Anak Kelompok B-1 DI TK Islam Assaadah Limo Depok. Jurnal Pendidikan Anak. Vol. 3 No. 2.(2017) 159



18



d. Tahapan perkembangan anak dalam Menggunakan buku (Membaca) Membaca adalah proses perubahan bentuk lambang/tanda/tulisan menjadi wujud bunyi yang bermakna. Oleh sebab itu, kegiatan membaca ini sangat ditentukan oleh kegiatan fisik dan mental yang menuntut seseorang untuk menginterpretasikan symbolsimbol tulisan dengan aktif dan kritis sebagai pola komunikasi dengan diri sendiri, agar pembaca dapat menemukan makna tulisan dan memperoleh informasi yang dibutuhkan. Membaca adalah proses pembaca untuk memperoleh pesan melalui kata-kata atau perubahan bentuk lambang/tanda/tulisan menjadi bermakna dari barabg cetak. Dengan demikian anak akan menemukan sendiri sistem kebahasaan/ bahasa Indonesia. Perkembangan kemampuan membaca pada anak berlangsung dalam beberapa tahap : 1. Tahap Fantasi (magical stage). Pada tahap ini, anak mulai belajar menggunakan buku. Ia berpikir bahwa buku itu penting, membolak-balik buku dan kadangkadang anak membawa buku kesukaannya. Pada tahap pertamaini, guru harus menunjukkan model atau contoh tentang perlunya membaca, membacakan sesuatu pada anak, membicarakan buku pada anak. 2. Tahap Pembentukan Konsep Diri (self concept stage). Anak memandang dirinya sebagai pembaca, dan mulai melibatkan diri dalam kegiatan membaca, pura-pura membaca buku, memberi makna pada gambar atau pengalaman sebelumnya dengan buku, menggunakan bahasa buku meskipun tidak cocok dengan tulisan. Pada tahap ini, guru harus memberikan rangsangan dengan membacakan sesuatu kepada anak. Hendaknya anda memberikan akses pada buku-buku yang diketahui anak-anak, melibatkan anak membacakan berbagai buku. 3. Tahap Membaca Gambar (Bridging reading sttage). Pada tahap ini, anak menjadi sadar pada cetakan yang tampak serta dapat menemukan kata yang sudah dikenal, dapat mengungkapkan katakata yang memiliki makna dengan dirinya, dapat mengulang kembali cerita yang tertulis, dapat mengenal cetakan kata dari puisi, serta mengenal abjad. Pada tahap ketiga ini, guru membacakan sesuatu pada anakanak, menghadirkan berbagai kosa kata pada lagu dan puisi dan memberikan kesempatan pada anak untuk menulis sesering mungkin. 19



4. Tahap Pengenalan Bacaan (Take-off reader stage). Anak mulai menggunakan tiga sistem isyarat (graphoponic, semantic, dan syntatic) secara bersama-sama. Anak tertarik pada bacaan, mulai mengingat kembali cetakan pada konteknya, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan serta membaca berbagai tanda seperti kotak susu, pasta gigi, atau papan iklan. Pada tahap ini guru masih tetap membacakan sesuatu untuk anak-anak sehingga mendorong anak membaca sesuatu pada berbagai situasi. Anda jangan memaksa anak membaca huruf secara sempurna. 5. Tahap Membaca Lancar ( Independent reader stage ). Pada tahap ini, anak dapat membaca berbagai jenis buku yang berbeda secara bebas. Menyusun pengertian dari tanda, pengalaman dan isyarat yang dikenalnya, dapat membuat perkiraan bacaan-bacaan. Bahan-bahan yang berhubungan secara langsung dengan pengalaman anak semakin mudah membaca. Pada tahap ini, guru masih tetap membacakan berbagai jenis buku pada anak-anak. Tindakan ini akan mendorong agar dapat memperbaiki bacaannya. Membantu menyeleksi bahan-bahan bacaan yang sesuai serta membelajarkan cerita yang berstruktur14



14



Widyastuti, Ana. Analisis Tahapan Perkembangan Membaca Dan Stimulus Untuk Meningkatkan Literasi Anak Usia 5-6 Tahun. Jurnal Penelitian Pendidikan. Vol. 21 No. 1.(2018) 35



20



B. Penataan Ruang Dan Media Serta Rambu-Rambu Pelaksanaan Sentra Persiapan Di TPA 1. Penataan Ruang Dan Media Yang Dibutuhkan Pada Sentra Keaksaraan Untuk membantu memepercepat proses pemahaman belajar membaca anak Nurss (1977) menjelaskan perlu adanya strategi penataan pada beberapa pojok kegiatan yang meliputi: •



Pojok membacakan cerita (story reading)







Pojok alphabet







Pojok bahasa lisan







Pojok percakapan







Pojok menulis



Food dan Lapp (1981) menjelaskan, untuk menciptakan penataan (realisasi) ruang dan media seperti di atas yang efektif perlu diperhatikan karakteristik model desain pojok kegiatan seperti: 1. Pojok seni dan kerajinan, untuk berkarya anak. Terletak dekat dengan bak cucian yang dilengkapi meja besar, papan penyimpanan dan display untum memajang hasil karya anak. 2. Pojok bermain bebas, untuk bermain anak. Dilengkapi dengan beberapa media seperti alat peraga (balok-balok) dan alat bermain seperti boneka, mobil-mobilan dan lain sebagainya. 3. Pojok sunyi, ruang konsentrasi untuk fokus belajar dari masing-masing individu anak, yaitu untuk menulis, menggambar, dan permainan individu yang tidak banyak membutuhkan percakapan dan interaksi dengan siswa lainnya. 4. Pojok baca, ruang yang bersih dan nyaman untuk membaca, diupayakan ruang iini jauh dari peralatan dan media lainnya, disediakan bantal-bantal besar untuk duduk atau tenkureb dada. Beberpa media yang diperlukan dalam kegiatan ini, meliputi media visual (slide power point,buku tulis/teks, atau buku bergambar seperti ceram, komik dan lain sbagainya), media auditori (musik, cerita dari kaset dan lain sebagainya) dan audio visual (video, film/ilustrasi animasi dan lain sebagainya). 5. Pojok kerja, ada beberapa display atau loker peralatan dan bahan baku, ruangan jauh dari ruang baca dan ruang sunyi. Ruang ini bisa berampingan dan atau menyatu dengan pjok seni dan kerajinan. 6. Pojok bermain pura-pura, yang dapat digunakan untuk segala jenis permainan, seperti drama, teater boneka, dan perlu disiapkan setting, misalnya miniature rumah, ruang praktek 21



dokter, panggung teatr boneka, Pojok ini harus dilengkapi pula denagn lap kain, alat-alat makan, baki kecil, pajangan boneka binatang, dan perlengkapan sesuai profesi seperti alatalat kedokteran, seragam polisi dan lain sebagainya.15



2.



Rambu-Rambu Pelaksanaan Sentra Persiapan Di TPA a. Rambu-rambu persiapan pelaksanaan •



Mengembangkan kemampuan keaksaraan sejak dini







Membantu anak agar menyadari apa yang sedang ia pelajari







Mengembangkan tahap perkembangan bahasa anak







Menyampaikan pesan bahwa kegiatan anak-anak di sentra persiapan ini akan sanagat brmakna dan penting bagi anak.



b. Metode dan trategi keberhasilan yang perlu diperhatikan dalam tingkat persiapan pelaksanaan 1. Penataan sentra persiapan •



Dilengkapi dengan kursi,guling, lantai berlpis karpet,bantal punggung ukuran besar, kursi tanpa lengan, dan matras tebal.







Dilengkapi meja dan kursi kecil ukuran anak, taplak berwarna cerah, serta pot bungan dengan berbaai jenis variannya.







Menghiasi dinding dengan rak buku pajangan, alat peraga, gambar ilustrasi dan lain sebagainya.







Dilengkapi tata cahaya yang bagus (baik cahaya matahari maupun listrik)



2. Pemilihan jenis buku sesuai kriteria anak usia dini •



Alur cerita sederhana







Halaman buku penuh warna







Gambar ilustrasi besar, jelas, realistis dan runut







Gambar ilustrasi menempatkan anak sebaai sudut pandang utama







Banyak kata-kata yang diulang dalam cerita



15



Herlina, Yuni. Modul Pembelajaran Anak Usia Dini yang Menyenangkan Melalui Bermain. Bandung: Pusat Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal.2013. 46



22







Diperkaya dengan sajak dan pengulangan.



3. Pemilihan media auditori (kaset rekaman) sesuai kriteria anak usia dini •



Berdurasi pendek







Presentasi suara yang hidup dan berfariasi







Isi cerita tidak bias atau membingungkan anak







Narator terdiri dari laki-laki dan perempuan







Cerita dalam rekaman sudah dikenal anak atau berkesesuaian dengan buku yang sedang dibaca







Jika pendidik merekam suaranya sendiri untuk mendampingi buku tertentu, pilih buku yang disukai dan dikenal baik oleh anak.l



4. Pemetaan Media yang sesuai dengan fungsi edukasi



5.







Media atau bahan yang untuk dikelompokan







Media atau bahan yang untuk diurutkan







Media atau bahan untuk kegiatan motorik halus







Media atau bahan untuk kegiatan terkait dengan huruf dan angka



Rambu-rambu Sasaran dan Pencapaian keberhasilan •



Mengembangkan kemampuan keaksaraan sejak dini







Membantu anak agar menyadari apa yang sedang ia pelajari







Mengembangkan tahap perkembangan bahasa anak







Menyampaikan pesan bahwa kegiatan anak-anak disentra persiapan akan sangat bermakna dan penting baginya.







Menyediakan beberapa tempat main dalam jumlah yang cukup







Memilihbahan yang dapat digunakan dengan beragam cara dan beragam tingkat perkembangan







Membaca dan menulis dicontohkan sebagai pengalaman yang menyenangkan.







Mnerima semua usaha yang anak lakukan menuju membaca dan menulis







Memahami bahwa anak belajar huruf dan kata pertama yang bermakna bagi mereka 23







Menyediakan berbagai jenis buku sesuai tingkat perkembangan anak di sepanjang sentra







Memeberi waktu pada anak untuk dapat berbicara dengan anak lain atau dengan pendidik







Memahami bahwa keaksaraaan bukanlah apa yang diajarkan tetapi sesuatu yang wajar dalam pengalaman main sehari-hari dengan bahan yang tepat.



6.



Metode dan teknik belajar membaca pada bayi •



Menunggu sampai semua bayi siap







Mendorong bayi untuk mengikuti ilustrasi buku







Menjalin komunikasi sesuai bahasa tubuh bayi







Memberikan pertanyaan sederhana, dan siap berhenti kapan saja apabila bayi mulai tidak tertarik.



7.



Metode dan teknik penguasaan suasana psikologis belajar anak •



Menunggu sampai semua anak merasa nyaman







Mendorong anak untuk menebah apa yang sedang terjadi dari gambar, memberikan jeda agar anak menebak, meloncati episode tertentuuntuk melihat reaksi anak, memberikan respon terhadap kode-kode verbal dan nonverbal dari anak







Membaca 1 buku jika anak berminat, dan mendorong anak untuk merefleksikan cerita dalam buku







16



Tidak bosan menceritakan cerita yang sama dari hari ke hari.16



Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta: Indeks



24



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Keaksaraan awal atau Pra-keaksaraan adalah isitlah yang digunakan untuk menjelaskan kemampuan anak dalam menggunakan aksara atau membaca dan menulis yang dikuasai sebelum anak belajar cara membaca dan menulis. Keaksaraan awal merupakan tatanan fondasi untuk mengusai kemampuan membaca dan menulis yang menyenangkan. a. Membaca merupakan keterampilan bahasa tulis yang bersifat reseptif. b. Kemampuan Kesiapan Membaca model pembelajaran yang menitikberatkan sentra bermain pada saat pembelajaran. Model pembelajaran sentra menggunakan 4 jenis pijakan untuk mendukung perkembangan anak, yaitu pijakan lingkungan main, pijakan sebelum main, pijakan selama main, dan pijakan setelah main. Pijakan adalah dukungan yang berubah-ubah, disesuaikan dengan perkembangan yang dicapai anak dan diberikan sebagai pijakan untuk mencapai perkembangan yang lebih tinggi. Menggunting adalah memotong berbagai aneka kertas atau bahan-bahan lain dengan mengikuti alur, garis atau bentuk-bentuk tertentu merupakan salah satu kegiatan yang mengembangkan motorik halus anak. Tahapan perkembangan anak dalam kegiatan Menggunting, meronce, menulis, danpeggunaan buku ( membaca) . Menggunting adalah salah satu kegiatan motorik halus yang dapat melatih koordinasi gerakan tangan dan mata. Kegiatan meronce merupakan cara pembuatan benda hias atau benda pakai yang dilakukan dengan menyusun bagian-bagian bahan berlubang atau yang sengaja dilubangi memakai bantuan benang, tali dan sejenisnya. Menulis dini adalah berawal dengan anak mengenal alat tulis, seperti crayon, pensil dan bolpoint. Selanjutnya anak akan menggunakannya untuk mencoret di



manapun



anak



menyukainya.



Membaca



adalah



proses



perubahan



bentuk



lambang/tanda/tulisan menjadi wujud bunyi yang bermakna. Penataan ruang ,penataan pada beberapa pojok kegiatan yang meliputi: pojok membacakan cerita (story reading), pojok alphabet, pojok bahasa lisan, pojok percakapan, pojok menulis.



25



B. Saran Dari uraian yang kami sajikan di atas kemungkinan besar masih terdapat banyak kekeliruan, Namun dalam hal ini kami belajar untuk memperbaiki diri dalam proses belajar. dan apabila terdapat banyak kesalahan kami mohon maaf, dan kami angat berharap agar pembina mengoreksi dengan baik, agar menjadi perbaikan yang sifatnya positif dan membangun bagi kami. Kemudian mengenai Pengelolaan Sentra Persiapan di TPA, ini saya sarankan agar di revisi dan di tingkatkan pengelolaan kegiatannya, guna menjalankan proses belajar mengajar yang baik sesuai kebutuhan peserta didik dalam pendidikan.



26



DAFTAR PUSTAKA Herlina, Yuni. 2013. Modul Pembelajaran Anak Usia Dini yang Menyenangkan Melalui Bermain. Bandung: Pusat Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal. Nurul Novitasari. 2018. Penataan Ruang dengan Pendekatan BCCT pada Pendidikan Anak Usia Dini. Al Hikmah: Indonesian Journal Of Early Childhood Islamic Education Issn (P): 2550 2200, Issn (E): 2550-1100, Vol. 2 Rizki Rachmadaniar dkk.2017. Mengembangkan Kemampuan Awal Pada Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Buku Cerita Budaya Lokal. BPPA dan DIKMAS NTB. Nusa Tenggara Barat. 2 Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta: Indeks Widayati, Sri Dkk. (2019). Tahapan Menggunting Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini. Child Education Journal. 1(2). Ropiah. (2019).Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Meronce Pada Anak usia dini 5-6 Tahun di TK Pembina 2 Kota Jambi. Jurnal Literasiologi. 2(1).hal Widyastuti, Ana.(2017). Analisis Tahapan Menulis dan Stimulasi Anak Kelompok B-1 DI TK Islam Assaadah Limo Depok. Jurnal Pendidikan Anak. 3(2). Widyastuti, Ana.(2018). Analisis Tahapan Perkembangan Membaca Dan Stimulus Untuk Meningkatkan Literasi Anak Usia 5-6 Tahun. Jurnal Penelitian Pendidikan.21(1).



27