Makalah Pengukuran Ranah Kognitif [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PENGUKURAN RANAH KOGNITIF Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran



Oleh: 1. Yessy Rossyana Gusman (19320004) 2. Jodi Nugroho Setiyawan (19320005) 3. Wiwit (19320010)



PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN UNDARIS UNGARAN 2019/2020



KATA PENGANTAR



Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas petunjuk dan hidayah-Nya lah tugas membuat makalah mata kuliah Evaluasi Pembelajaran dengan tema “Pengukuran Ranah Kognitif” dapat terselesaikan. Sholawat serta salam tidak lupa kami panjatkan kehadirat Nabi agung Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang yakni agama islam. Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas ketidak sempurnaan dari makalah ini. Dengan demikian penulis mengundang para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini dapat tersusun lebih baik lagi. Terimakasih, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dan semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan kesehatan bagi kita semua. Amin ya robbal’alamin.



Ungaran, 29 April 2021



Penulis



ii



iii



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL



i



KATA PENGANTAR



ii



DAFTAR ISI



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah



2



C. Tujuan 2



BAB II PEMBAHASAN A. Hakikat Penilaian



3



B. Aspek Ranah Kognitif



4



A. Penilaian Kognitif



6



C. Teknik Penilaian Kognitif



7



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan



8



DAFTAR PUSTAKA



iv



BAB I PENDAHULUAN



A.



Latar Belakang



Sejalan dengan perkembangan pendidikan di Indonesia kita tentunya mengenal istilah evaluasi di dalam dunia pendidikan. Kita mengetahui bahwa setiap jenjang dan jenis pendidikan dalam setiap periode pendidikan tertentu selalu mengadakan evaluasi. Kegiatan ini di lakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik di dalam memahami materi pembelajaran, perkembangan hasil belajar, bakat khusus, minat, hubungan sosial sikap dan kepribadian siswa atau peserta didik dan juga apakah sudah tepat metode dan materinya sesuai dengan tujuan yang telah di rumuskan. Akan tetapi dalam realita yang terjadi di dalam dunia pendidikan saat ini seorang guru yang terkait langsung dengan pembelajaran tak sedikit yang mengalami kesulitan dalam memahami sasaran dan obyek penilaian hasil belajar peserta didik, selain itu evaluasi yang di lakukan seorang evaluator tersebut hanya sebatas penilaian semata. Guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik yang mampu dan terampil dalam melaksanakan penilaian, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia melaksanakan proses belajar. Oleh sebab itu salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya pamahaman mengenai sasaran dan obyek penilaian dalam pembelajaran sehingga jika terjadi kekurangan ataupun kelemahan didalamnya dapat segera di perbaiki untuk kedepannya agar tujuan pembelajaran yang telah di rumuskan pada kurikulum dapat tercapai sesuai yang di harapkan, kemudian pemakalah akan menguraikan beberapa bagian dari sasaran dan objek pembelajaran di antaranya mengenai unsur- unsur sasaran penilaian meliputi input, transformasi, dan output. Kemudian yang menjadi obyek penilaian di antaranya yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor.



1



B.



Rumusan Masalah



Berdasarkan uraian latar belakang, maka dibuat rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Apa hakikat dari kegiatan penilaian? 2. Apa saja aspek ranah kognitif? 3. Apa pengertian penilaian kognitif? 4. Apa saja teknik penilaian kognitif?



C.



Tujuan Masalah



Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.



Mengetahui tentang hakikat penilaian Mengetahui tentang aspek ranah kognitif Mengetahui tentang penilaian kognitif Mengetahui tentang teknik penilaian kognitif



2



BAB II PEMBAHASAN



A.



Hakikat Penilaian



Penilaian merupakan suatu kegiatan yang tidak mungkin dipisahkan dari kegiatan pembelajaran secara umum. Semua kegiatan pembelajaran yang dilakukan harus selalu diikuti atau disertai dengan kegiatan penilaian. Kiranya merupakan suatu hal yang tidak lazim jika terjadi adanya kegiatan pembelajaran yang dilakukan seorang guru di kelas tanpa pernah diikuti oleh adanya suatu penilaian. Tanpa mengadakan suatu penilaian, guru tidak mungkin dapat menilai dan melaporkan hasil pembelajaran peserta didik secara objektif. Pada hakikatnya kegiatan penilaian yang dilakukan tidak semata-mata untuk meraih hasil belajar peserta didik saja, melainkan juga berbagai faktor yang lain, antara lain kegiatan pembelajaran yang dilakukan itu sendiri. Artinya, berdasarkan informasi yang diperoleh dari penilaian terhadap hasil belajar peserta didik itu dapat pula dipergunakan sebagai salah satu sarana untuk menilai kualitas pembelajaran yang dilakukan. Selain itu, penilaian juga dapat dimanfaatkan sebagai umpan balik kegiatan pembelajaran yang selanjutnya. Pelaksanaan penilaian yang dilakukan secara benar seseuai dengan rambu-rambu dalam banyak hal akan menjamin peningkatan kualitas pembelajaran. Data hasil penilaian amat dibutuhkan untuk menyusun dan mengembangkan program pembelajaran selanjutnya. Penilaian hasil pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses belajar mengajar. Semua komponen sistem pembelajaran saling memengaruhi dan menentukan satu dengan yang lain sehingga jika semua komponen berjalan dengan baik. Berdasarkan hasil kegiatan penilaian sebelumnya kita akan mengetahui kompetensi apa yang sudah, belum, atau kurang dikuasai peserta didik dan karenanya dapat dilakukan tindakan selanjutnya yang sesuai. Penilaian hasil belajar peserta didik memperhatikan prinsip-prinsip penilaian sebagai berikut: 1. sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur. 2. objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai. 3. adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender. 4. terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. 5. terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak-pihak yang berkepentingan. 6. menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.



3



7. sistematis, berarti penilaian dilakukan secara terencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku. 8. beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. 9. Dan akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. . B.



Aspek Ranah Kognitif



Ranah Kognitif berisi tentang perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Indikator kognitif proses merupakan perilaku (behavior) siswa yang diharapkan muncul setelah melakukan serangkaian kegiatan untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Selain ranah afektif dan psikomotorik, hasil belajar yang perlu diperhatikan adalah dalam ranah kognitif. Seseorang dapat dikatakan telah belajar sesuatu dalam dirinya apabila telah terjadi perubahan, akan tetapi tidak semua perubahan terjadi. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan belajar dan hasil belajar sebagai produk dari proses belajar. Perilaku ini sejalan dengan keterampilan proses sains, tetapi yang karakteristiknya untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa. Indikator kognitif produk berkaitan dengan perilaku siswa yang diharapkan tumbuh untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Indikator kognitif produk disusun dengan menggunakan kata kerja operasional aspek kognitif. Dalam Taksonomi Bloom yang direvisi oleh David R. Krathwohl di jurnal Theory into Practice, aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang yang diurutkan seperti pada gambar berikut ini. Penjabaran keenam tingkat tersebut yaitu: 1.



Mengingat (Remembering), pada tahap ini menuntut siswa untuk mampu mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya fakta, rumus, dan lain sebagainya. Mengingat merupakan dimensi yang berperan penting dalam proses pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) dan pemecahan masalah (problem solving). Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang jauh lebih kompleks.Mengingat meliputi mengenali (recognition) dan memanggil kembali (recalling) Mengenali berkaitan dengan mengetahui pengetahuan masa lampau yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret, misalnya tanggal lahir, alamat rumah, dan usia, sedangkan memanggil kembali (recalling) adalah proses kognitif yang membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan tepat.



2. Memahami/mengerti (Understanding), memahami/mengerti berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi. Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan (classification) dan membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan akan muncul ketika seorang siswa berusaha mengenali pengetahuan yang merupakan anggota dari kategori pengetahuan tertentu. Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh atau 4



informasi yang spesifik kemudian ditemukan konsep dan prinsip umumnya. Membandingkan merujuk pada identifikasi persamaan dan perbedaan dari dua atau lebih obyek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi. Membandingkan berkaitan dengan proses kognitif menemukan satu persatu ciri-ciri dari obyek yang diperbandingkan. 3. Menerapkan (Applying), menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi pengetahuan prosedural (procedural knowledge). Menerapkan meliputi kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan mengimplementasikan (implementing). Menerapkan merupakan proses yang kontinu, dimulai dari siswa menyelesaikan suatu permasalahan menggunakan prosedur baku/standar yang sudah diketahui. Kegiatan ini berjalan teratur sehingga siswa benar-benar mampu melaksanakan prosedur ini dengan mudah, kemudian berlanjut pada munculnya permasalahan-permasalahan baru yang asing bagi siswa, sehingga siswa dituntut untuk mengenal dengan baik permasalahan tersebut dan memilih prosedur yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan. 4. Menganalisis (Analyzing), Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif memberi atribut (attributeing) dan mengorganisasikan (organizing). Memberi atribut akan muncul apabila siswa menemukan permasalahan dan kemudian memerlukan kegiatan membangun ulang hal yang menjadi permasalahan. Mengorganisasikan menunjukkan identifikasi unsur-unsur hasil komunikasi atau situasi dan mencoba mengenali bagaimana unsur-unsur ini dapat menghasilkan hubungan yang baik. 5. Mengevaluasi (Evaluating), evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh siswa. Standar ini dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif serta dapat ditentukan sendiri oleh siswa. Evaluasi meliputi mengecek (checking) dan mengkritisi (critiquing). Mengecek mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak konsisten atau kegagalan dari suatu operasi atau produk. Jika dikaitkan dengan proses berpikir merencanakan dan mengimplementasikan maka mengecek akan mengarah pada penetapan sejauh mana suatu rencana berjalan dengan baik. Mengkritisi mengarah pada penilaian suatu produk atau operasi berdasarkan pada kriteria dan standar eksternal. Mengkritisi berkaitan erat dengan berpikir kritis. Siswa melakukan penilaian dengan melihat sisi negatif dan positif dari suatu hal, kemudian melakukan penilaian menggunakan standar ini.



5



6.



Menciptakan (Creating), menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya. Menciptakansangat berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa pada pertemuan sebelumnya. Meskipun menciptakan mengarah pada proses berpikir kreatif, namun tidak secara total berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menciptakan. Menciptakan meliputi menggeneralisasikan (generating) dan memproduksi (producing). Menggeneralisasikan merupakan kegiatan merepresentasikan permasalahan dan penemuan alternatif hipotesis yang diperlukan. Menggeneralisasikan ini berkaitan dengan berpikir divergen yang merupakan inti dari berpikir kreatif. Memproduksi mengarah pada perencanaan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Memproduksi berkaitan erat dengan dimensi pengetahuan yang lain yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognisi.



Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Apabila melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang diselenggarakan, pada umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif tingkat rendah, seperti pengetahuan, pemahaman dan sedikit penerapan. Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan evaluasi jarang sekali diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara merata dan terus-menerus maka hasil pendidikan lebih baik.



C.



Penilaian Kognitif



Penilaian kognitif merupakan penilaian untuk mengukur kemampuan peserta didik berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif, serta kecakapan berpikir tingkat rendah sampai tinggi. Penilaian ini berkaitan dengan ketercapaian Kompetensi Dasar pada KI-3 yang dilakukan oleh guru mata pelajaran. Penilaian kognif dilakukan dengan berbagai teknik penilaian. Pendidik menetapkan teknik penilaian sesuai dengan karakteristik kompetensi yang akan dinilai. Penilaian dimulai dengan perencanaan pada saat menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan mengacu pada silabus. Penilaian kognitif, selain untuk mengetahui apakah peserta didik telah mencapai ketuntasan belajar, juga untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan penguasaan pengetahuan peserta didik dalam proses pembelajaran (diagnostic). Oleh karena itu, pemberian umpan balik (feedback) kepada peserta didik oleh pendidik merupakan hal yang sangat penting, sehingga hasil penilaian dapat segera digunakan untuk perbaikan mutu pembelajaran. Ketuntasan belajar untuk pengetahuan ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan batas standar minimal nilai Ujian Nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah.



6



Secara bertahap satuan pendidikan terus meningkatkan kriteria ketuntasan belajar dengan mempertimbangkan potensi dan karakteristik masing-masing satuan pendidikan sebagai bentuk peningkatan kualitas hasil belajar.



D.



Teknik Penilaian Kognitif



Penilaian kognitif dapat berupa tes tulis, observasi pada diskusi, tanya-jawab dan percakapan serta dan penugasan (Permendikbud nomor 104 tahun 2014). 1. Tes Tertulis Instrumen tes tulis umumnya menggunakan soal pilihan ganda dan soal uraian. Soal tes tertulis yang menjadi penilaian autentik adalah soal-soal yang menghendaki peserta didik merumuskan jawabannya sendiri, seperti soal-soal uraian. Soal-soal uraian menghendaki peserta didik mengemukakan atau mengekspresikan gagasannya dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. 2. Observasi Terhadap Diskusi, Tanya Jawab dan Percakapan Penilaian terhadap pengetahuan peserta didik dapat dilakukan melalui observasi terhadap diskusi, tanya jawab, dan percakapan. Teknik ini adalah cerminan dari penilaian autentik. Ketika terjadi diskusi, guru dapat mengenal kemampuan peserta didik dalam kompetensi pengetahuan (fakta, konsep, prosedur) seperti melalui pengungkapan gagasan yang orisinal, kebenaran konsep, dan ketepatan penggunaan istilah/fakta/prosedur yang digunakan pada waktu mengungkapkan pendapat, bertanya, atau pun menjawab pertanyaan. 3. Penugasan Penugasan adalah penilaian yang dilakukan oleh pendidik yang dapat berupa pekerjaan rumah baik secara individu ataupun kelompok sesuai dengan karakteristik tugasnya. Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.



7



BAB III PENUTUP



A.



Kesimpulan



Penilaian merupakan suatu kegiatan yang tidak mungkin dipisahkan dari kegiatan pembelajaran secara umum. Pelaksanaan penilaian yang dilakukan secara benar sesuai dengan rambu-rambu dalam banyak hal akan menjamin peningkatan kualitas pembelajaran. Data hasil penilaian amat dibutuhkan untuk menyusun dan mengembangkan program pembelajaran selanjutnya. Ranah Kognitif berisi tentang perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Dalam Taksonomi Bloom yang direvisi oleh David R. Krathwohl di jurnal Theory into Practice, aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Penilaian kognitif merupakan penilaian untuk mengukur kemampuan peserta didik berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif, serta kecakapan berpikir tingkat rendah sampai tinggi. Penilaian kognitif dapat berupa tes tulis, observasi pada diskusi, tanya-jawab dan percakapan serta dan penugasan (Permendikbud nomor 104 tahun 2014).



8



DAFTAR PUSTAKA



http://www.kampus-digital.com/2017/04/makalah-kapsel-pendidikan-kimia.html?m=1