Makalah Penilaian Status Gizi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN LOKAL



MAKALAH PENENTUAN STATUS GIZI LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG



Oleh: Kelompok 2 / THP B Oza Sastya Putri M. Nala Ummi Hasanah Feri Zainul Arifin Yayan Priyo Handoko Safira Cahya Rosjadi



151710101008 151710101020 151710101044 151710101086 151710101131



JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2017



BAB 1. PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Gizi merupakan suatu proses organisme menggunakan makanan yang di konsumsi secara normal melalui proses



digesti, absorbsi, transportasi,



penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak di gunakan lagi. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, di bedakan antara gizi kurang, baik, dan lebih berkaitan juga dengan keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh. Dalam penilaian status gizi terbagi menjadi dua bagian yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Penilaian status gizi tidak langsung dibagi menjadi tiga penilaian yaitu survei konsumsi, statistik vital dan faktor ekologi. Dalam makalah ini, yang akan dibahas yaitu penilaian status gizi secara langsung metode klinis serta penilaian status gizi secara tidak langsung metode faktor ekologi. Pengumpulan data ini akan menjadi penting kedudukannya dalam PSg karena akan sangat mempengaruhi hasil yang didapat yang akhirnya akan mempengaruhi juga informasi yang disampaikan. 1.2 Tujuan 1. Memahami definisi gizi. 2. Memahami cara penilaian status gizi. 3. Memperluas wawasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi. 1.3 Manfaat Manfaat



yang diharapkan dari makalah ini adalah agar dapat



ditemukannya solusi yang tepat bagi kasus penyakit busung lapar yang terjadi di Indonesia. Dan lebih dari itu, penulis juga berharap agar kasus serupa tidak akan terjadi lagi di masa yang akan datang.



BAB 2. PEMBAHASAN



2.1 Pengertian Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikomsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi. Keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau keadaan akibat dari tersedianya zat gizi dalam salurel tubuh disebut keadaan gizi (Supariasa, 2002). 2.2 Penilaian Status Gizi Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diri (Almatsier, 2005). Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan suatu populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi kurang maupun gizi lebih (Hartriyanti dan Triyanti, 2007). Terdapat beberapa jenis teknik penilaian status gizi, yaitu penilaian staus gizi langsung dan penilaian status gizi tidak langsung. Penilaian statu gizi langsung dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik, sedangkan penilaian status gizi tidak langsung dibagi menjadi tiga penilaian yaitu survei konsumsi, statistik vital, dan faktor ekologi (Supariasa, 2002). 2.3 Penilaian Status Gizi Langsung Metode Klinis Penilaian status gizi secara klinis merupakan metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-



perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid (Gabr, 2001). Penggunaan metode ini umumnya digunakan untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit. Penilaian status gizi langsung metode klinis meliputi dua cara, yaitu : 1. Riwayat medis/riwayat kesehatan Merupakan catatan mengenai perkembangan penyakit dalam riwayat medis kita mencatat semua kejadian yang berhubungan dengan gejala



yang



timbul



pada



penderita



beserta



faktor-faktor



yang



mempengaruhinya. Catatan riwayat medis haruslah meliputi : a. Identitas penderita secara lengkap b. Riwayat kesehatan saat ini c. Riwayat kesehatan masa lalu yang berkaitan dengan penyakit saat ini d. Riwayat kesehatan keluarga yang berkaitan e. Data lingkungan fisik dan sosial budaya yang berhubungan dengan gizi f. Data-data tambahan yang diperlukan misalnya adalah riwayat alergi terhadap makanan, jenis diet dan pengobatan yang sedang atau pernah dijalani pasien, dll.



2. Pemeriksaan fisik Yaitu melakukan pemeriksaan fisik dari kepala sampai ujung kaki untuk melihat tanda-tanda dan gejala adanya masalah gizi (Ariawan, 1998). Pemeriksaan fisik dapat dilakukan melalui teknik : a. Inspeksi atau periksa pandang Inspeksi adalah proses pengamatan dengan menggunakan mata (periksa pandang) inspeksi dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang



berhubungan dengan status fisik. Inspeksi dilakukan secara terperinci dan terfokus pada ukuran, bentuk, posisi, kelainan anatomis organ, warna, tekstur, penampilan, pergerakan dan kesimetrisan. Mulailah melakukan inspeksi saat bertemu dengan klien, amati dari hal – hal umum kemudian ke hal – hal khusus. b. Palpasi atau periksa raba Perabaan dan penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari atau tangan. Digunakan untuk mendeteksi suhu tubuh, adanya getaran, pergerakan, bentuk, konsistensi dan ukuran. Rasa nyeri tekan dan kelainan dari jaringan/organ tubuh.merupakan tindakan penegasan dari hasil inspeksi, disamping untuk menemukan yang tidak terlihat. c. Perkusi atau periksa ketuk Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan) dengan tujuan menghasilkan suara. Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan. d. Auskultasi atau pemeriksaan menggunakan stetoskop Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus. 2.4 Penilaian Status Gizi Tidak Langsung Metode Faktor Ekologi Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor ekologi karena masalah gizi dapat terjadi karena interaksi beberapa faktor ekologi, seperti faktor biologis, faktor fisik, dan lingkungan budaya. Penilaian berdasarkan faktor ekologi digunakan untuk mengetahui penyebab kejadian gizi salah (malnutrition) di suatu masyarakat yang nantinya akan sangat berguna untuk melakukan intervensi gizi (Supariasa, 2002). Metode atau penentuan faktor ekologi dapat diketahui berdasarkan beberapa cara, yaitu pengukuran faktor ekologi, keadaan infeksi,



konsumsi makanan, pengaruh budaya, faktor sosial ekonomi, produksi pangan serta pelayanan kesehatan dan pendidikan. 2.4.1 Pengukuran Faktor Ekologi Menurut Khomsan (2000), malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil yang saling mempengaruhi (multiple overlapping) dan interaksi beberapa faktor fisik, biologi dan lingkungan budaya. Jadi jumlah makanan dan zat-zat gizi yang tersedia bergantung pada keadaan lingkungan seperti iklim, tanah, irigasi, penyimpanan, transportasi dan tingkat ekonomi dari penduduk. Di samping itu, budaya juga berpengaruh seperti kebiasaan memasak, prioritas makanan dalam keluarga, distribusi dan pantangan maka bagi golongan rawan gizi. Dengan menyadari hal tersebut diatas, dipandang sangat penting untuk melakukan pengukuran ekologi yang dapat menyebabkan malnutrisi di masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi. 2.4.2 Keadaan Infeksi Hastono (2007) menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara infeksi (bakteri, virus dan parasit) dengan malnutrisi. Mereka menekankan interaksi yang sinergis antara malnutrisi dengan penyakit infeksi, dan juga infeksi akan mempengaruhi status gizi dan mempercepat malnutrisi. 2.4.3 Konsumsi Makanan Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk mengetahui kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengatur status gizi dan menemukan faktor diet yang dapat menyebabkan malnutrisi (Hastono, 2007). 2.4.4 Pengaruh Budaya Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain sikap terhadap makanan, penyebab penyakit, kelahiran anak, dan produksi pangan. Dalam hal sikap terhadap makanan, masih banyak terdapat pantangan, tahyul, tabu dalam masyarakat yang menyebabkan konsumsi makanan menjadi rendah. Konsumsi makanan yang rendah juga disebabkan oleh adanya penyakit, terutama



penyakit infeksi saluran pencernaan. Disamping itu jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah anak yang terlalu banyak akan mempengaruhi asupan zat gizi dalam keluarga. Konsumsi zat gizi keluarga yang rendah, juga dipengaruhi oleh produksi pangan. Rendahnya produksi pangan disebabkan karena para petani masih menggunakan teknologi yang bersifat tradisional (Hastono, 2007). 2.4.5 Faktor Sosial Ekonomi 1. Data Sosial a. Keadaan penduduk disuatu masyarakat (jumlah, umur, distribusi, seks dan geografis) b. Keadaan keluarga (besarnya, hubungan, jarak kelahiran) c. Pendidikan: Tingkat pendidikan ibu/bapak, keberadaan buku-buku dan usia anak sekolah. d. Perumahan (tipe, lantai, atap, dinding, listrik, ventilasi, perabotan, jumalah kamar, pemilikan dan lain-lain) e. Dapur (bangunan, lokasi, kompor, bahan bakar, alat masak, pembuangan sampah) f. Penyimpanan makanan (ukuran, isi, penutup serangga) g. Air (sumber, jarak dari rumah) h. Kakus (tipe jika ada, keadaanya) 2. Data Ekonomi a. Pekerjaan (pekerjaan umum, misalnya pekerjaan pertanian dan pekerjaan tambahan, misalnya pekerjaan musiman). b. Pendapatan keluarga (gaji, industri rumah tangga, pertanian pangan/non pangan, utang). c. Kekayaan yang terlihat seperti tanah, jumlah ternak, perahu, mesin jahit, kendaraan, radio, TV dan lain-lain. d. Pengeluaran/anggaran (pengeluaran untuk makan, pakaian, menyewa, minyak/bahan



bakar,



hadiah/persembahan).



listrik,



pendidikan,



transportasi,



rekreasi,



e. Harga makanan yang tergantung pada pasar dan variasi musiman (Hastono, 2007). 2.4.6 Produksi Pangan Data yang relevan untuk produksi pangan adalah : 1. Penyediaan makanan keluarga (produksi sendiri, membeli, barter, dll). 2. Sistem pertanian (alat pertanian, irigasi, pembuangan air, pupuk, pengontrolan serangga dan penyuluhan pertanian). 3. Tanah (kepemilikan tanah, luas per keluarga, kecocokan tanah, tanah yang digunakan, jumlah tenaga kerja). 4. Peternakan dan periklanan (jumlah ternak seperti kambing, bebek, dll) dan alat penangkap ikan, dll. 5. Keuangan (modal yang tersedia dan fasilitas untuk kredit) (Hastono, 2007). 2.4.7 Pelayanan Kesehatan dan Pendidikan Walaupun pelayanan kesehatan dan pendidikan tidak merupakanfaktor ekologi, tetapi informasi ini sangat berguna untuk meningkatkan pelayanan. Beberapa data penting tentang pelayanan kesehatan/pendidikan adalah : 1. Rumah sakit dan pusat kesehatan (puskesmas), jumlah rumah sakit, jumlah tempat tidur, pasien, staf dan lain-lain. 2. Fasilitas dan pendidikan, yang meliputi anak sekolah (jumlah, pendidikan gizi/kurikulum dll). Remaja yang meliputi organisasi karang taruna dan organisasi lainya. Orang dewasa, yang meliputi buta huruf. Media masa seperti radio, televisi dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi sangat kompleks. Hal ini tergantung pada tipe dan jumlah staf, waktu yang tersedia dan tujuan survei. Yang penting adalah data yang dikumpulkan dapat menggambarkan situasi sekarang dan berguna untuk pengembangan program. Meskipun demikian untuk mendapatkan gambaran prevalensi malnutrisi secara langsung, dapat dilakukan dengan metode klinis dan



antropometri. Tabel dibawah ini menggambarkan jenis data yang dapat digunakan dalam mengidentifikasikan faktor ekologi secara cepat. Tabel 1. Identifikasi faktor ekologi. No.



Jenis Data



1



Ukuran keluarga



2



Pekerjaan



3



Pendidikan



4



Rumah



5



Ekonomi



6



Dapur



7



Pola pemeberian makan



8 9 10



Penyimpanan makanan Air minum Kakus



11



Tanah



12



Sistem pertanian



13



Peternakan dan perikanan



14 Peralatan makan Sumber : Hartriyanti dan Triyanti, 2007.



Keterangan Jumlah, hubungan, umur, jenis kelamin dan jarak kelahiran. Utama dan sampingan. Remaja yang tidak buta/buta huruf. Keberadaan buku dan jumlah anakanak di sekolah. Tipe dan konstruksi (atap, dinding, lantai) jumlah kamar. Alat rumah tangga, pakaiann, radio/TV, alat transportasi. Kompor, bahan bakar, alat masak. Menu, pantangan, menyusui, prestise makanan. Ukuran, isi, pengontrolan serangga. Higienitas dan jarak. Tipe dan keadaan. Luasnya, penggunaan untuk pertanian (tanaman pangan dan nonpangan). Irigasi dan pupuk. Jumlah dan jenis ternak Pasar Ketersediaan dan harga makanan.



2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi a. Faktor Langsung 1. Konsumsi Pangan Penilaian konsumsi pangan rumah tangga atau secara perorangan merupakan cara pengamatan langsung yang dapat menggambarkan pola konsumsi penduduk menurut daerah, golongan social ekonomi dan social budaya. Konsumsi pangan lebih sering digunakan sebagai salah satu teknik untuk memajukan tingkat keadaan gizi (Apriadji, 1986).



2. Infeksi Penyakit infeksi dak keadaan gizi anak merupakan 2 hal yang saling mempengaruhi. Dengan adanya infeksi, nafsu makan anak mulai menurun dan mengurangi konsumsi makanannya, sehingga berakibat berkurangnya zat gizi ke dalam tubuh anak (Apriadji, 1986).



b. Faktor Tidak Langsung 1. Tingkat Pendapatan Tingkat pendapatan sangat menentukan bahan



makanan yang akan



dibeli, pendapatan merupakan factor yang penting untuk menentukan kualitas dan kuantitas makanan, maka erat hubungannya dengan gizi (Apriadji, 1986). 2. Pengetahuan Gizi Pengetahuan tentang gizi adalah kepandaian memilih makanan yang merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam mengolah bahan makanan. Status gizi memegang peranan yang sangat penting dalam penggunaan dan pemilihan bahan makanan dengan baik sehingga dapat mencapai keadaan gizi yang seimbang (Apriadji, 1986). 3. Besar Keluarga Besar keluarga atau banyaknya anggota keluarga berhubungan erat dengan distribusi dalam jumlah ragam pangan yang dikonsumsi anggota keluarga. Besarnya keluarga akan menentukan besar jumlah makanan yang dikonsumsi untuk tiap anggota keluarga. Semakin besar jumlah anggota keluarga maka semakin sedikit jumlah asupan zat gizi atau makanan yang didapatkan oleh masing-masing anggota keluarga dalam jumlah penyediaan makanan yang sama (Apriadji, 1986).



BAB 3. PENUTUP 3.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah disampaikan diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu : 1. Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikomsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi. 2. Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan suatu populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi kurang maupun gizi lebih. Penilaian status gizi terbagi menjadi dua, yaitu penilaian status gizi langsung yang meliputi uji antropometri, klinis, biokimia dan biofisik dan penilaian status gizi tidak langsung yang meliputi survei konsumsi, statistik vital, dan faktor ekologi. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu faktor langsung yang meliputi konsumsi pangan dan infeksi serta faktor tidak langsung yang meliputi tingkat pendapatan, pengetahuan gizi dan besar keluarga. 3.2 Saran Perlu diadakannya studi kasus atau praktikum secara langsung supaya mahasiswa tidak bingung dengan makalah yang telah dibuat, karena materi yang didapatkan tergolong masih awam untuk dimengerti.



DAFTAR PUSTAKA



Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Apriadji, W. H. 1986. Gizi Keluarga. Jakarta : PT. Penebar Swadaya. Ariawan, I. 1998. Besar dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan. Depok : Jurusan Biostatistik dan Kependudukan, FKM UI. Gabr, M. 2001. IUNS in the Twenty Century on the shoulders of the Twentieth Century giants of Nutrition. VIIth International Congress of Nutrition 2729 Agustus 2001. Hartriyanti, Y. dan Triyanti. 2007. Penilaian Status Gizi, dalam Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Hastono, S. P. 2007. Analisis Data Kesehatan. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Khomsan, A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Supariasa, I.D.N. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.