Makalah Perang Salib [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PERANG SALIB Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah sejarah peradaban islam



Dosen pengampu : Syamsul Rijal, MA,Ph. D Disusun oleh : 1. 2. 3. 4.



Dinda Widhiasih Tri Nugraha Inayah Jen Muhammad Frizal Al-Fajar Ramandha Nur Yasmin



11190540000067 11190540000072 11190540000073 11190540000074



KELAS 1C JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019



i



KATA PENGANTAR



Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang mana telah melimpahkan rahmat dan hidayah serta inayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah sederhana ini yang berjudul: “Perang Salib” Dalam penulisan makalah ini, tidak mungkin terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Dosen Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam, Bapak Syamsul Rijal, MA, Ph D. 2. Kepada teman-teman dan



rekan kelompok yang turut serta dalam dukungan dan



pembuatan pelaksanaan makalah sederhana ini sehingga dapat diselesaikan. Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis berharap dan berdoa’a semoga amal baik mereka diterima dan diberikan balasan yang lebih baik atas jasa yang telah mereka berikan dengan penuh ikhlas. Penulis menyadari akan keterbatasan dan kekurangan yang ada pada penulis dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu, segala kritik dan saran yang positif demi kesempurnaan makalah ini sangat penulis harapkan, dan semoga makalah yang sederhana ini kiranya dapat bermanfaat khususnya bagi diri penulis dan bagi seluruh para pembaca umumnya.



Ciputat , 29 Oktober 2019.



Penyusun



ii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .......................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................................1 1.1



Latar Belakang ..................................................................................................................1



1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................................1 1.3 Tujuan Pembelajaran .............................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................................2 1.



Perang Salib ( 491-650 H, 1098-1250 M) ................................................................................2



2.



Sebab – sebab terjadinya perang salib ...................................................................................2



3. Perang Salib Berkoar ...............................................................................................................3 1. Perang salib 1 ........................................................................................................................3 2. Perang salib II .......................................................................................................................4 3. Perang salib III ......................................................................................................................4 4. Perang salib IV ......................................................................................................................5 5. Perang salib V........................................................................................................................6 6. Perang salib VI ......................................................................................................................6 7. Perang salib VII.....................................................................................................................7 8. Perang Salib VIII...................................................................................................................7 9. Perang Salib IX .....................................................................................................................7 C. Sultan al-Fatih merebut konstatinopel......................................................................................8 D. Mengambil Hikmah dan Pembelajaran dari perang Salib ...................................................... 10 BAB III PENUTUP......................................................................................................................... 11 A.



KESIMPULAN .................................................................................................................... 11



B.



SARAN ................................................................................................................................ 11



DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 12



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam telah mencapai masa kejayaan yang luar biasa. Di mulai dari masa khulafa’ur rosyidin yang dilanjutkan dengan dinasti Umayyah I hingga Abbasiyah II, kejayaan yang telah dicapai tidak hanya dalam aspek sosial ekonomi saja, akan tetapi ekspansi wilayah kekuasaan Islam juga tidak kalah menggemilangkan. Perluasan daerah Islam bahkan telah mencapai dataran Eropa yang saat itu berada pada kekuasaan bangsa barat yang tidak bisa dianggap remeh Disintegrasi dibidang politik sebenarnya sudah muncul sejak berakhirnya pemerintahan Bani Umayah, tetapi dalam sejarah politik Islam terdapat perbedaan antara pemerintahan Bani Umayah dan pemerintahan Abbasiyah. Perbedaan tersebut ialah masa pemerintahan Bani Umayah, wilayah kekuasaan sejajar dengan batas-batas wilayah kekuasaan Islam (mulai awal berdiri sampai pada masa kehancurannya). Pada masa pemerintahan Abbasiyah, wilayah kekuasaannya tidak pernah diakui di daerah Spanyol dan daerah Aprika Utara. Kecuali mesir yang bersifat sebentar-sebentar, bahkan pada kenyataannya terdapat banyak daerah yang tidak dikuasai oleh khalifah.Hal itu dikarenakan seorang khalifah dari Abbasiyah tidak mengurus daerah yang sudah ditakluan, hanya sekedar penaklukan dan pendirian saja. Selain itu para kholifah Abbasiyah pada periode terahir cenderung hidup bermewahmewah. Faktor-faktor di atas menyebabkan beberapa golongan yang tidak sepaham dengan Dinasti Abbasiyah mendirikan negara ataupun kerjaan sendiri. Diantaranya adalah Thahiriyah di Khurasan, Samaniyah di Transoxania, Buwaihiyah di Baghdad, Ayubiyah di Kurdi, Fatimiyah di Mesir, hingga Seljuk yang menduduki lima daerah besar Pada mulanya ketika Palestina berada pada kekuasaan Dinasti Fatimiyah, tidak ada pertentangan dari penduduk pribumi. Karena kerajaan Fatimiyah memberikan kebebasan penduduk pribumi yang notabene beragama Kristen, kebebasan yang diberikan berupa jaminan keselamatan dan jaminan kebebasan menjalankan ritual keagamaan mereka di kota suci Yerussalem. Akan tetapi hal ini berbeda ketika Yerussalem telah ditaklukkan oleh kerajaan Seljuk. 1.2. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian perang salib dan tujuan dari perang tersebut? 2. Apa yang melatar belakangi terjadinya perang salib? 3. Bagaimana dampak Perang Salib bagi dunia Islam? 1.3 Tujuan Pembelajaran 1. Mengetahui timbulnya Perang Salib 2. Mengetahui sebab-sebab terjadinya Perang Salib. 3. Mengetahui periodesasi yang terjadi pada Perang Salib. 4. Memahami dampak-dampak akibat Perang Salib. 5. Mengetahui jalannya Perang Salib 1



BAB II PEMBAHASAN 1. Perang Salib ( 491-650 H, 1098-1250 M) Perang salib adalah perang yang dilancarkan oleh tentara-tentara Kristen dari ebrbagai kerajaan eropa barat terhadap umat islam di asia barat dan mesir`. Disebut perang salib karena yang mendahului perang itu adalah kaum salib untuk menyerbu um`at islam, prajurit Kristen menggunakan tanda salib pada dada mereka dan diantara Negara-negar yang terlibat dalam perang yaitu Negara-negara eropa, perancis, jerman, inggris, dan Negara bizantiyum, Negara tersebut memihak kepada Kristen.dan Negara-negara yang memihak kepada islam yaitu turki, syam, arab, dan mesir. Perang ini didorong dendam sejarah karena khalifah islam dan dinasti-dinasti islam melakukan ekspansi hingga mencapai dunia eropa. Tujuan perang salib ialah merebut baitul maqdis yang dianggap mereka tempat suci kaum Kristen, dari wilayah kekuasaan kaum muslimin, untuk mendirikan kerajaan Kristen di Negara asia afrika. Terjadinya perang salib disebabkan antara lain karna : 



Bangkitnya kekuasaan turki Seljuk, yang pada waktu itu mulai menanjak kekuasaannya setelah bagdad runtuh.  Adanya kedisiplinan turki Seljuk terhadap jamaah haji Kristen ke yerusalem misalnya mengenai cukai lalu lintas yang tidak pernah terjadi pada zaman pemerintahan bagdad  Dendam atas penghancuran gereja Holy Sepulchere (yang didirikan di atas kuburan yesus) di Palestina dan pembakaran salib di Mesir oleh Khalifah Al Hakim( dinasti fathimiyah)serta penangkapan terhadap para pemimpin gereja.  Ekspansi beberapa dinasti islam yang memasuki eropa (spanyol) dan kemudian menguasai kota-kota lain di Spanyol telah memunculkan dendam sejarah bagi kaum Kristen  Kebencian umat Kristen dan endam yang dipendamnya akibat kekalahan tentara gabungan romawi yang terdiri dari tenatar romawi, ghuz, perancis, Armenia dan lain-lainnya1 2. Sebab – sebab terjadinya perang salib Faktor penyebabnya bias karena isu politik, ekonomi, sosial budaya, dan agama. Bias pula factor pemicu perang itu disulut oleh kombinasi isu-isu yang angat sensitive tersebut. Jika factor penyulutnya adalah isu politik dan agama , perang akan berkobar dahsyat seperti yang terjadi pada perang salib yang melibatkan pasukan muslim dengan pasukan Kristen. Pijar-pijar senrimen polotik dan agama sangat mewarnai dan mendominasi dalam perang



1 Dr. H. Ridjaluddin. F, N, M.Ag , Sejarah Peradaban Islam , PUSAT KAJIAN ISLAM , Jakarta , hal. 211



2



salib ini. Paling tidak, ada dua factor dominan yang memicu pecahnya perang salib yang sering dikemukakan oleh para sejarawan.  Pertama, pupusnya kemerdekaan umat Kristen untuk melakukan ziarah ke yerusalem sebagai tanah suci mereka. Tatkala kekhalifahan arab dan dinasti fathimiyyah yang berpuast di mesir menguasai yerusalem, orang-orang masih diberikan kemerdekaan dan kebebasan penuh untuk berziarah dan beribadah ke tanah suci itu. Tidak ada gangguan, hambatan apalagi penghentian, oelh umat islam terhadap umat Kristen untuk berziarah dan beribadah ke yerusalem.  Kedua, adanya ambisi besar dari Paus(gereja-gereja barat) untuk menguasai seluruh alm masehi. Upaya ini Nampak jelas pada gerakan kebangaan Paus dimas Gregory VII dan Innocent III. Untuk mencapai misi suci ini, strategi yang mereka lakukan adalah memobilisasi seluruh tenaga, dana dan segenap kekuatan agat kaum gereja bertempur ke medan peperangan untuk menyapu bersih kaum muslimin dari tanah suci yerusalem dan menundukkan gereja-gereja di timur di bawah satu paying pemrintahan agama yang dikePalai oleh Paus sendiri.2 3. Perang Salib Berkoar 1. Perang salib 1 Pada musim semi tahun 1095, perang salib 1 pecah, berkecamuk, dan berkobar antara pasukan Kristen versus pasukan muslim. Sebanyak 300.000 tentara gabungan salib dari eropa, sebagian besar bangsa perancis dan norman, dengan semangat tinggi berangkat menuju konstantinopel dan kemudian bergerak maju ke palestina.3 Tentara salib dalam jumlah besar ini dipimpin oleh Godfrey de Bouillon ( Duke of lower Lorraine). Bohemond ( Duke of Tarentum) dan Raymond IV ( Count of Toulouse). Misi suci mereka sukses dan memperoleh kemenangan besar di medan peperangan. Pasukan salib, dalam jumlah besar dan terorganisasi kuat dan rapi terus bergerak maju dan melancarkan serangan gencarnya terhadap pasukan muslim. Sebagai hasilnya, pasukan salib memperoleh kemenangan besar dengan merebut Baitul Maqdis pada tanggal 15 juli 1099 dan mendirikan kerajaan yerusalem dengan mengundang Godfrey sebagai rajanya. Setelah secara gemilang berhasil merebut Baitul Maqdis, tantara salib terus melanjutkan gerak maju dan ekspansinya dengan semangat tempur yang tinggi. Mereka meraih sukses besar dan secara 2 Prof. Dr. H. Faisal Ismail, M.A, Sejarah Kebudyaan Islam ,IRCiSoD, Yogyakarta, 2017, hal. 380 3 Prof. Dr. H. Faisal Ismail, M.A, Sejarah Kebudyaan Islam ,IRCiSoD, Yogyakarta, 2017, hal. 386



3



berturut turut menguasai kota akka ( tahun 1104). Tripoli(1109), dan Tyre(1124). Di Tripoli mereka mendirikan County Tripoli dan menobatkan Raymond sebagai rajanya. 2. Perang salib II Panglima pasukan muslim yang sangat berperan dalam perang Salib II adalah Syekh Imaduddin Zaki yang diangkat oleh Sultan Mahmud II sebagai raja di mosul dan irak pada tahun 1127. Pada tahun 1144, Syekh Imaddudin Zanki berhasil menaklukan Allepo, Hamimah, dan Edessa. Setelah ia meninggal dunia pada tahun 1146, komando pimpinan perang dilanjutkan oleh dua orang putranya, yaitu Saifuddin yang mengganti kedudukannya di Mosul dan Syekh Nuruddin Zanki yang melanjutkan kekuasaannya di Syam dan Allepo. Dengan komnado perangnya yang cakep, strategis, dan penuh taktis, syekh nuruddin dan pasukannya berhasil merebut kembali Antiokhia pada tahun 1149 dan pada tahun 1151 ia berhasil merebut kembali seluruh Edessa. Kemenangan kali ini ada pihak pasukan muslim yang dapat merebut kembali seluruh Edessa dari tangan pasukan salib.4 3. Perang salib III Pada masa ini, pasukan msulim dan pasukan salib terlibat konfrontasi dan konflik yang sengit dalam pacuan senjata merebutkan mesir. Panglima perang muslim dalam perang salib III ini adalah Salahuddin al-Ayyubi dari tahun 1174-1193 M menjabat sebagai sultan pertama Daulah Ayyubiah (1171-1260 M) di Mesir. Sebelumnya, Salahuddin al-Ayyubi mampu mencegah pasukan salib yang berupaya keras hendak menguasai mesir. Dalam perang salib III ini , Salahuddin al-Ayyubi berhasil merebut dan menguasai kembali Baitul Maqdis pada tahun 1187, kemudian secara berturut-turut menguasai Akka, Yaffa, Beirut, dan merebut semua benteng tanpa perlawanan dari pasukan Kristen. Beberapa bulan sebelumnya dalam pertempuran Hattin, Salahuddin al- Ayyubi berhasil mengalahkan pasukan gabungan County Tripoli dan kerajaan Yerussalem melalui titik penguasaan daerah. Dengan demikian, berakhirlah kerajaan latin di yerussalem yang sudah berlangsung selama 88 tahun. Kini hanya tinggal Richard yang terus melanjutkan perang dan ia tak mampu memasuki palestina. Pada tanggal 2 November 1192, diadakan perjanjian antara pimpinan tentara salib



4 Prof. Dr. H. Faisal Ismail, M.A, Sejarah Kebudyaan Islam ,IRCiSoD, Yogyakarta, 2017, hal. 386-387



4



dengan Salahuddin al-Ayyubi yang disebut dengan shulh al-ramlah (perjanjian ramlah). Dalam perjanjian ini disebutkan bahwa orang orang Kristen yang pergi berziarah ke Baitul Maqdis tidak akan diganggu, dan mereka bebas beribadah disana dengan tenang, nyaman,tenteram, dan aman. 4. Perang salib IV Paus innosentius pada tahun 1200 menyerukan secara luas kepada para raja Kristen eropa untuk melancarkan perang salib IV sebagai upaya untuk merebut kembali Yerussalem dari kekuasaan dinasti Ayyubiyah. Pada tahun 1193, Salahuddin al-Ayyubi meninggal dunia, dengan meninggalnya Salahuddin ini pasukan salib berasumsi bahwa penerus sultan di tubuh Dinasti Ayyubiyah akan melemah dan mudah dikalahkan.5 Dengan asumsi ini, pasukan salib melakukan taktik dan strategi yang beda dengan sebelumnya , pasukan salib dari Eropa, berlayar ke selatan menuju mesir, kemudian dari sana mereka bergerak maju ke Yerussalem. Sebagai upaya mendapatkan banyak kapal untuk mengangkut perang salib ke mesir mereka membutuhkan bantuan dari negara negara yang Tangguh dan kuat. Pasukan salib pada tahun 1022, dating ke venesia untuk menyewa banyak kapal. Pada tahun 1203, dengan mendapat dukungan dari Venesia pasukan salib menyerbu Konstantionopel dan mengangkat Alexios diangkat menjadi kaisar. Namun Alexios tidak punya dana untuk membayar pasukan salib. Untuk memperoleh danan yang banyak. Ia mnearik pajak tambahan dari rakyat yang menyebabkan ia sangat dibenci oleh rakyat. Dengan perasaan geram dan marah, massa membunuh Alexios dan ayahnya dan seorang kaisar alexios v naik tahta. Pada tahun 1204, pasukan salib dan venesia menyerang dan menjarah konstantinopel yang menyebabkan seluruh wilayah Byzantium diambil alih dan dikuasai oleh venesia. Pasukan salib tidak pernah tiba di Yerussalem, mereka tidak pernah beperang melawan pasukan Dinasti Ayyubiyah. Mereka menjarah uang dan harta benda di konstatinopel, kemudia pulang ke negara mereka.6



5 Prof. Dr. H. Faisal Ismail, M.A, Sejarah Kebudyaan Islam ,IRCiSoD, Yogyakarta, 2017, hal. 389 6 Prof. Dr. H. Faisal Ismail, M.A, Sejarah Kebudyaan Islam ,IRCiSoD, Yogyakarta, 2017, hal. 390



5



5. Perang salib V Paus Honnorius III pada tahun 1216 berhasil menyerukan kepada orang-orang eropa untuk melancarkan kembali serangan ke yerussalem dalam rangka merebutnya dari Dinasti Ayyubiyah. Kali ini, paus Hoonorius III sendiri yang memimpin pasukan salib. Ia menekankan bahwa perang salib kali ini adalah untuk paus Honorius III, bukan untuk raja. Pasukan hongaria dab beberapa pasukan dari kerajaan kerajaan Kristen Eropa berpastisipasi dengan semangat tempur yang besar dalam ini. Dalam jumlah yang besar ini pasukan salib bergerak maju ke selatan, mengikuti alur dan skenario perang salib IV. Lama tentara salib melakukan pengepungan trhadap pasukan muslim akibatnya, banyak pasukan dari kedua pihak meninggal dunia karena terserang penyakit. Pada tahun 1219, pasukan salib berhasil menguasai Damietta. Kemudian pada tahun1221, pasukan salib bergerak maju ke Kairo dan berambisi untuk merebut lebih banyak wilayah di mesir. Pasukan Dinasti Ayyubiyah melancarkan taktik strategis dengan menggunakan air sungai Nil untuk membanjiri jalan jalan sehingga gerak maju pasukan salib terhadang dan terbendung. Dalam keadaan terdesak dan untuk menghindari kekalahan yang fatal, pasukan salib menyepakati perjanjian dengan Ayyubiyah, yaitu mereka menyerahkan kembali Damietta kepada Ayyubiyah dan mereka pun kembali ke Eropa.7 6. Perang salib VI pada tahun 1219 M Meletus kembali perang salib VI. Tentara salib kali ini dipimpin oleh Frederick II ( raja jerman). Ia berusaha keras untuk merebut mesir terlebih dahulu sebelum bergerak maju ke palestina dengan harapan mendaptkan bantuan dari orang orang Kristen Koptik. Dalam serangan tersebut, pasukan salib dapat menduduiki Damietta dan al-malik alkamil ( sultan dinasti ayyubiyah) bersedia membuat perjanjian dengan Frederick II. Isi perjanjian itu antara lain Frederick II bersedia melepaskan Damietta, sementara al-Malik alKamil bersedia melepaskan palestina. Selain itu, Fredrick II menjamin kaum muslimin di palestina dan tidak akan mengirim bantuann kepada pasuka Kristen di Syria. Dalam perkembangan selanjutnya, palestina dapat direbut kembali oleh pasukan muslim pada tahun 1247 M pada masa pemerintahan al-Malik al-Shalih( salah seorang sultan Dinasti Ayyubiyah).8



7 Prof. Dr. H. Faisal Ismail, M.A, Sejarah Kebudyaan Islam ,IRCiSoD, Yogyakarta, 2017, hal. 390 8 Prof. Dr. H. Faisal Ismail, M.A, Sejarah Kebudyaan Islam ,IRCiSoD, Yogyakarta, 2017, hal. 391



6



7. Perang salib VII Perang salib VII dimotori oleh raja Luois IX dari perancis setelah dinasti mamluk menguasai yerussalem pada tahun 1244, Lousi IX pada tahun 1245 mendeklarasikan perang salib VII. Louis IX mengumpulkan dana perang antara lain dan hasil sedekan untuk gereja dan sumber sumber lain yang ia peroleh untuk mebiayai perang Louis IX dan pasukannya bergerak maju ke siprus pada tahun 1248. Dari basis di siprus inilah, Louis menyerang. dan merebut pelabuhan Damietta di Mesir. Dinasti ayyubiyah dalam posisi amat lemah dan tidak mampu menghentikan gerak maju dan serangan pasukan salib. Menggunakan Damietta sebagai basis pasukannya, Louis berupaya meneyrang kairo, akan tetapi pasukan mamluk menghadang mereka dan berhasil mengalahkan pasukan salib. Louis kemudian ditawan, dan untuk membebaskannya, prancis harus membayar banyak emas serta menyerahkan kembali Damietta. Setelah itu Louis dan pasukannya pergi ke Akra di suriah, Louis melakukan negoisasi dengan Mongke, meminta bantuan kepadanya untuk melawan mamluk, tetapi Mongke tidak bersedia. Pada tahun 1254, Louis telah kehabisan hartanya dan Blanche , ibunya telah meninggal dunia , blanche memerintah perancis selama Louis berangkat perang salib di medan tempur. Dengan meninggalnya blanche, maka Louis harus balik ke perancis untuk mengurus pemerintahan dan beresi negaranya agar normal kembali 8. Perang Salib VIII Pasca kematian ibunya, Louis menyadari bahwa ia harus menstabilkan kembali negaranya. Louis merasa dan menyadari bahwa perang salib ke-7 yang ia pimpin berakhir dengan kegagalan. Karena itu, pada tahun 1270 ketika Louis berusia 56 tahun, ia ingin melancarkan perang salib lagi melawan pasukan muslim Kali ini Louis mulai menyerang Tunis untuk membangun basis pertahanan pasukannya di afrika utara. Akan tetapi, penyakit disentri merajalela pasukannya di perkemahan mereka, bahkan Louis sendiri mengalami nasib tragis dan meninggal dudnia akibat terserang penyakit ini. Tidak ada pilihan lain bagi pasukan salib, kecuali mundur dan kembali ke eropa. 9. Perang Salib IX Pada tahun 1260, Pasukan Mamluk pimpinan Saifuddin al-Qutuz dan Jenderalnya, Baybars, menang atas pasukan mongol dalam pertempuran Ainul Jalut. Dalam pertempuran ini, Qutuz tewas dan Baybars diangkat sebagai sultan baru menggantikan Qutuz. Sultan Baybars menyerang tentara Salib di Arsuf, Atlet, Haifa, Safed, Jaffa, Ashkelon, dan Kisarea. Karena kota7



kota benteng pasukan salib sudah jatuh dan dapat direbut oleh pasukan Mamluk, mereka segera meminta bantuan tentara dari raja-raja Kristen Eropa, tetapi bantuan dari Eropa itu terlambat datang. Pada tahun 1268, Baybars berhasil merebut Anthiokhia yang terakhir. Dengan menggunakan kalkulasi militer, Baybars juga mengamankan fornt utara pasukan Mmluk dan mengancam Country Tripoli tentara salib. Louis IX dari Prancis, yang telah mengorganisasikan bala bantuan tentara Salib dengan target menyerang Mesir, mengalihkan pasukannya ke Tunis. Di Tunis, Louis IX meninggal dunia pada tahun 1270 karena terserang penyakit. Raja Edward I dari Inggris datang terlambat ke Tunis untuk bergabung dengan sisa-sisa pasukan Salib di sana. Sebaliknya, ia justru melanjutkan derak majunya ke tanah suci Yerusalem untuk membantu Bohemond VI (Pangeran Antiokhia dan Comte Tripoli) dalam menghadapi ancaman mamluk atas Tripoli sisa-sisa kerajaan Yerusalem. Pada tanggal 9 Mei 1271, Edward I tiba di Akka dan membawa pasukan tidak lebih dari 1000 personel, termasuk 225 kesatria. Suatu skenario telah disepakati bahwa Edward I dan Charles dari Anjou (Saudara Louis IX) akan mengerahkan tentara mereka maju ke Akka (ibu kota sisa-sisa kerajaan Yerusalem) dengan target akhir melawan pasukan Baybars. Pasukan Edward I dan Charles tiba pada tahun 1271 bersamaan dengan pengepungan pasukan Baybars atas Tripoli yang merupakan wilayah terakhir yang masih tersisa di Country Tripoli, dan wilayah ini terdapat puluhan ribu pengungsi Kristen. Edward tiba di Akka ketika kota ini sedang di kepung oleh pasukan Baybars dan kedatangan Baybars membuatnya ia mengubah strategi perangnya dan berpaling dari Akka.9 Baybars berhasil merebut kastil putih tentara Templar dan kemudian menguasai Krak des Chevaliers yang merupakan pusat utama kesehatan. Baybars kemudian mengadakan perjanjian 10thn dengan Bohemond di Tripoli, kemudian bergerak maju keselatan dan berhasil merebut Montfort. Pada musim gugur, Raja Edward meminta Abaga mengirimkan 10.000 pasukan berkuda Mongol ke Syiria. Mereka menyerang Aleppo dan Apamea, tetapi serangan mereka tidak berhasil. Ketika sultan Mamluk memimpin pasukannya dalam jumlah yang besar ke Utara, pasukan Mongolia terusir dari sana dan mereka tidak kembali. Pada tahun 1272, Baybars menerima tawaran perjanjian damai 10thn. Baybars telah berhasil merebut dan menguasai banyak kota dan menduduki benteng utama sehingga ia merasa bisa menunda tawaran perjanjian tersebut. Namun, Baybars tidak pernah lengah, ia tetap memikirkan dan mewaspadai ancaman dari pihak mongol yang sewaktu-waktu bisa terjadi. Beberapa lama setelah itu, Edward sakit selama 6bln, tetapi tidak lama kemudian ia sembuh dan kembali ke Inggris setelah mengetahui ayahnya Henry III, Meninggal dunia.10 C. Sultan al-Fatih merebut konstatinopel Penaklukan konstatinopel oleh sutan Muhammad al-Fatih sebenarnya bukan merupakan rangkaian dari perang salib, tetapi ini sebegai suatu peristiwa sejarah penting yang tak bisa dilupakan. Sultan Muhammad al-Fatih berusia 21 tahun (30 Maret 1432 – 3 Mei 1481) 9 Ridjalluddin, Sejarah Peradaban Islam. Pusat kajian islam, Jakarta; 2013. Hlm 393 10 Ridjalluddin, Sejarah Peradaban Islam. Pusat kajian islam, Jakarta; 2013. Hlm 394



8



memerintah kesultanan Turki Utsmani. Muhammad al-Fatih dilhirkan pada tanggal 27 Rajab 835 H/ 30 Maret 1432 M di kota Erdine, ibu kota Daulah Utsmaniyah saat itu adalah putra Sultan Murad II yang merupakan sultan ke-6 Daulah Utsmaniyah. Al-Fatih dikenal sebagai orang yang ahli di bidang strategi, militer, sains, matematika, dan menguasai 6 bahasa yaitu Arab, Turki, Persia, Ibrani, Latin, dan Yunani. 11 Al-Fatih ini dikenl sebagai seorang pemimpin negara yang hebat dan cakap setelah sultan Salahuddin Al-Ayubi (pahlawan muslim dalam prang salib) dan sultan Saifuddin Mahmud alQutuz (Pahlawan Muslim dalam peperangan di Ainul Jalut meawan tentara Mongol). Al-Fatih adalah gelar yang senantiasa melekat pada dirinya karena dialah yang menaklukan kerajaan Romawi Timur yang telah berkuasa selama 11 abas. Al-fatih jugalah yang mengganti nama Konstatinopel menjadi Islambol (Islam Keseuruhan). Kemudian, nama kota tersebut diganti oleh Mustafa Kemal Ataturk menjadi Istanbul. Muhammad al-Fatih adalah seorang Sultan Turki Utsmani yang paling terkenal. Ia memerintah selama 30thn. Sebelum berhasil merebut Konstatinopel, sultan Al-Fatih dikenal dengan naman Sultan Muhammad II. Sultan Muhammad II menemukan ide brilian dan strategi jitu yang ia yakini sebagai satu-satunya cara untuk bisa melewati pagar tersebut. Dengan strategi yang cerdik, ia mengerahkan 70 kapal melintasi Gaata ke muara setelah meminyaki batangbatang kayu. Strategi ini dilakukan dalam waktu yang sangat singkat, tidak sampai satu malam. Di pagi harinya pasukan Byzantium sangat kaget, mereka sangat tidak menyangka Sultan Muhammad II dan pasukannya menyebrangkan kapa-kapal mereka lewat jalur darat. 70 kapal laut diseberangkan melalui jalur darat dalam satu malam itu dirasa mustahil dilakukan, tetapi itulah faktanya. Peperangan dahsyatpun berkecamuk, benteng yang tak tersentuh sebagai ikon kekuatan Byzantium itu akhirnya diserang oleh pasukan muslim dengan gagah berani. Akhirnya, kerajaan Byzantium yang bertahan selama 11 abad itu jatuh ke tangan pasukan Muslim. Sebanyak 265.000 pasukan muslim gugur dalam peperangan besar ini. Pada tanggal 29 Mei 1453 M, Sultan Muhammad II berhasil memasuki kota Konstatinopel. Sejak itulah ia dikenal dengan nama Sultan Muhammad al-Fatih, sang penakluk Konstatinopel.12 Setelah perang salib usai pada tahun 1292, kekuatan-kekuatan kolonial Barat mulai menjajah negeri-negeri yang banyak berpenduduk Muslim. Praktis dari Maroko sampai Indonesia, negeri-negeri Muslim banyak dijajah oleh kekuatan-kekuatan kolonial barat. Prancis menguasai Maroko, Belanda menjajah Indonesia, dan Inggris menguasai Malaysia. Awalnya penjajahan Barat atas negeri-negeri jajahan di motivasi oleh kepentingan ekonomi. Tetapi lama kelamaan menguasai negeri-negeri jajahan secara Politik, militer, dan kekuasaan. Bersamaan dengan itu mereka juga melakukan penyiaran agama Kristen di negeri-negeri Jajahan. Oeh sebab itu semboyan mereka adalah Gold, Glory, Gospel (Emas, Kemenangan, Injil). Setelah mengeksploitasi penduduk negeri jajahan selama ratusan tahun, Penjajahan kolonial Barat 11 Ridjalluddin, Sejarah Peradaban Islam. Pusat kajian islam, Jakarta; 2013. Hlm 395 12 Ridjalluddin, Sejarah Peradaban Islam. Pusat kajian islam, Jakarta; 2013. Hlm 396



9



berakhir pada awal dan pertengahan abad ke 20. Negeri-negeri jajahan pun berhasil membebaskan diri dari kaum penjajah.13 D. Mengambil Hikmah dan Pembelajaran dari perang Salib Impak tragedi kemanusiaan yang diakibatkan oeh perang salib ini masih dirasakan hingga sekarang. Sudah seharusnya, baik pihak Kristen maupun muslim, mengambil butir-butir pelajaran dan pembelajaran dari peristiwa perang salib dan peristiwa lainnya yang berkuah darah dimasa lalu dengan harapan agar peristiwa-peristiwa yang destruktif yang mengerikan itu tidak terulang lagi di masa depan. Dengan cara ini pihak kristen dan muslim menjadi semakin lebih arif dan bisa bekerja sama dalam membangun kehidupan bersama dalam rangka untuk membina persaudaraan yang hakiki dan perdamaian dunia yang sejati. Samuel P. Huntington dalam bukunya Teh Clash of Civilizations (Benturan Peradaban) mengatakan bahwa setelah ambruknya Komunisme dengan basis kekuatannya di Uni Soviet, maka musuh Barat yang paling besar sekarang adalah Islam.14 Islam sama sekali bukan musuh Barat begitupun sebaliknya. Islam bukan teroris begitupun sebaliknya. Tidak ada ajaran dalam Al-Qur’an yang mengajarkan kekerasan, serangan, perusakan, dan teror. Yang menjadi musuh barat (dan kita bersama di dunia) sekarang adalah terorisme dan kaum teroris yang memakai label agama. Radikalisme dan Terorisme yang mengatasnamakan agama adalah musuh kita bersama. Oleh karena itu, Terorisme dan teroris yang berkedok agama itu harus kita lawan dan kita kalahkan. Kita lebih percaya pada prinsip the dialogue of civilizations (dialog peradaban) ketimbang tesis the clash of civilizations-nya Huntington. Memamng yang kita perlukan dan dambakan sekarang adalah dialog antarperadaban, bukan benturan peradaban. Justru benturan antar peradaban akan mengarah dan menjadi perang salib baru atau perang dunia baru. Melalui dialog antar peradaban, maka semua umat beragama saling dapat mengenal dan memahami ajaran, tradisi, kebudayaan, dan sejarah agama diluar agamanya sendiri. Dengan saling mengenal dan memahami ajaran, tradisi, peradaban dan sejarah agama dari komunitas agama lain, kita menjadi tidak ekslusif, tapi bersifat inklusif dengan tetap meyakini kebenaran agama kita masing-masing. Jadi, seluruh umat muslim dan umat kristiani dapat membangun kerjasama dalam bingkai kebangsaan, keIndonesiaan, dan kemanusiaan. Kita jadikan perang saib sebagai suatu pembelajaran yang sangat berharga, dalam arti bahwa perang seperti itu adalah keceakaan sejarah yang tidak perlu terulang lagi kapan saja dan dimana saja di dunia. Luka akibat perang salib dan luka akibat penjajahan Barat harus sembuh dan disembuhkan.15



13 Ridjalluddin, Sejarah Peradaban Islam. Pusat kajian islam, Jakarta; 2013. Hlm 396 14 Ridjalluddin, Sejarah Peradaban Islam. Pusat kajian islam, Jakarta; 2013. Hlm 398 15 Ridjalluddin, Sejarah Peradaban Islam. Pusat kajian islam, Jakarta; 2013. Hlm 399



10



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Perang salib adalah perang yang dilancarkan oleh tentara-tentara Kristen dari berbagai kerajaan eropa barat terhadap umat islam di asia barat dan mesir. Tujuan perang salib ialah merebut baitul maqdis yang dianggap mereka tempat suci kaum Kristen, dari wilayah kekuasaan kaum muslimin, untuk mendirikan kerajaan Kristen di Negara asia afrika. Faktor penyebabnya bias karena isu politik, ekonomi, sosial budaya, dan agama. Bias pula factor pemicu perang itu disulut oleh kombinasi isu-isu yang angat sensitive tersebut. Jika factor penyulutnya adalah isu politik dan agama , perang akan berkobar dahsyat seperti yang terjadi pada perang salib yang melibatkan pasukan muslim dengan pasukan Kristen. pihak kristen dan muslim dapat lebih arif dan bisa bekerja sama dalam membangun kehidupan bersama dalam rangka untuk membina persaudaraan yang hakiki dan perdamaian dunia yang sejati. B. SARAN Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Untuk kesempurnaan pembuatan makalah ini, pembaca diharapkan memberikan masukan-masukan supaya makalah ini kedepannya bias mendekkati kesempurnaa,Karen pembuat makalah ini adalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan.



11



DAFTAR PUSTAKA Ridjaluddin. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Pusat kajian Islam, 2013. Ismail Faisal. Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Klasik (Abad VII-XIII M), Yogyakarta: Diva Press, 2017.



12