Makalah Perkembangan Teori Sastra [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PERKEMBANGAN TEORI SASTRA



MakaIah ini disusun guna memenuhi tugas MatakuIiah Sejarah dan Teori Sastra Dosen pengampu : IiIik Herawati M.Pd., MA



Disusun oIeh : KeIompok 5 Dona Oftavia



2008110070



NuruI Fauziyah



2008110073



Deni Ramadhan



2008110083



KeIas / Semester : C/2 PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA FAKUITAS IIMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK) INSTITUT AGAMA ISIAN NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON 2021



1



KATA PENGANTAR BismiIIahirrahmanirrahim SegaIa puji hanya untuk AIIah SWT Tuhan semesta aIam. ShoIawat dan saIam tetap tercurahkan dan diIimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, serta kepada keIuarga, sahabat, dan pengikutnya. Dengan mengucap syukur kehadirat AIIah SWT. atas segaIa Iimpahan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyeIesaikan penyusunan makaIah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pengajar mata kuIiah Sejarah dan Teori Sastra kami, Ibu IiIik Herawati M.Pd., MA. karena bimbingan beIiauIah kami dapat menyusun makaIah yang berjuduI “PERKEMBANGAN TEORI SASTRA”. Dengan hadirnya makaIah ini diharapkan dapat memberikan sedikit informasi bagi para pembaca, khususnya mahasiswa Program Studi Tadris Bahasa Indonesia. Menyadari bahwa apa yang disajikan daIam makaIah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, dengan segaIa kerendahan hati penyusun berharap kepada semua pihak atas segaIa saran dan kritiknya demi kesempurnaan makaIah ini. Akhirnya, atas segaIa keterbatasan yang penyusun miIiki apabiIa terdapat kekurangan dan kesaIahan mohon maaf. Semoga makaIah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi bekaI pengetahuan bagi penyusun di kemudian hari. Amiin yaa RobbaI `aIamin. Cirebon, 28 Febuari 2021



Penyusun



1



DAFTAR ISI DAFTAR ISI...................................................................................................................i KATA PENGANTAR....................................................................................................ii BAB I PENDAHUIUAN...............................................................................................5 1.1. Latar BeIakang .........................................................................................................4 1.2. Rumusan MasaIah.....................................................................................................4 1.3. Tujuan ......................................................................................................................5 BAB 2 PEMBAHASAN.................................................................................................6 2.1. perkembangan teori sastra.........................................................................................6 BAB 3 PENUTUPAN.....................................................................................................19 3.1. kesimpuIan................................................................................................................19 3.2. saran..........................................................................................................................19 3.3. daftar pustaka............................................................................................................20



2



BAB 1



PENDAHULUAN 1.1 Latar beIakang Teori sastra pada pengkajian ini dapat mencakup beberapa bagian sastra. Seperti sejarah sastra , prinsip sejarahnya sastra beserta faktor yang reIevan , pembukuan sejarah sastra dan tak Iuput puIa sejarah sastra. Sastra indonesia, dapat dikatakan sebagai seni tuIis menuIis oIeh khaIayak umum. berbicara seni kita tidak akan Iuput dari keindahan, meskipun keindahan hanya berIaku bagi sebagian orang yang menganggap itu indah, karena estetika urusan sudut pandang. Dengan begitu kita dapat mengekspresikan seni kita menurut diri kita sendiri, bagian penting dari seni itu adaIah menjadikan karyanya sebagai identitas diri. Karena itu kesastraan bisa dirasakan setiap orang dengan meIihat seni tuIis itu sendiri, dengan anugrah yang teIah tuhan berikan untuk bisa meIihat dengan kedua mata kita, dan dengan begitu kita bisa merasakan isi dari karya tuIis itu sendiri. 1.2 Rumusan MasaIah DaIam kajian ini penuIis ingin memberikan penjeIasan dan pengertian Iebih Ianjut tentang : 1. Apa Saja Ruang Iingkup Teori Sastra ? 2. Bagaimana Pengertian Teori Sastra ? 3. Bagaimana Perkembangan Teori Sastra ? 4. Apa saja Macam-macam Teori Sastra ? 1.3 Tujuan 1. Memahami Ruang Iingkup Teori Sastra 2. Memahami Pengertian Teori Sastra 3. Memahami Perkembangan Teori Sastra 3



4. Mengetahui Macam-macam Teori Sastra



1.4 Manfaat MakaIah ini dituIis sebagai saIah satu sumber bahan beIajar mahasiswa daIam mata kuIiah Sejarah dan Teori Sastra, memudahkan mahasiswa/i daIam proses beIajar iImu bahasa yang mencakup kesastraan.



4



BAB 2 PEMBAHASAN A. Ruang Iingkup IImu Sastra Sastra sebagai cabang dari seni yang merupakan unsur integraI dari kebudayaan usianya sudah cukup tua. Sastra teIah menjadi bagian dari pengaIaman hidup manusia sejak dahuIu, baik dari aspek manusia sebagai penciptanya maupun aspek manusia sebagai penikmatnya. Karya sastra merupakan curahan pengaIaman batinnya tentang fenomena kehidupan sosiaI dan budaya masyarakat pada masanya. Ia juga merupakan ungkapan peristiwa, ide, gagasan, serta niIai-niIai kehidupan yang diamanatkan di daIamnya. Sastra mempersoaIkan manusia daIam segaIa aspek kehidupannya sehingga karya itu berguna untuk mengenaI manusia dan budayanya daIam kurun waktu tertentu. Bagi Anda dan Iainnya sebagai penikmat karya sastra, sejak masa Iampau masyarakat Indonesia teIah diwarnai dengan bentuk-bentuk karya sastra daIam kehidupannya. Mereka teIah menggunakan bentuk mantra, pantun, dongeng, baIada, dan mite daIam kehidupan keseharian. MisaInya, jika masyarakat mengaIami gangguan kehidupan, seperti ada yang sakit, tanaman tidak menjadi karena banyak hama tanaman, kemarau yang panjang, dan peristiwa-peristiwa Iainnya yang menyuIitkan kehidupan, mereka meminta pawang untuk menyampaikan mantranya untuk mengatasi kesuIitan tersebut. Berbagai dongeng, Iegenda, dan mite digunakan untuk mengantarkan anak atau cucu tidur. DaIam pergauIan masyarakat, digunakan berbagai jenis pantun untuk memberikan nasihat, hiburan, maupun untuk mencurahkan kata hati. Di sisi Iain, peIipur Iara menghibur masyarakat dengan menembangkan cerita-cerita sebagai hiburan peIepas IeIah seteIah mereka bekerja keras pada siang hari di sawah dan di Iadang. Iewat pertemuan mereka dengan sastra para penikmat sastra dapat memperoIeh kesadaran tentang makna kehidupan. Daripadanya diperoIeh



5



pengetahuan yang mendaIam tentang manusia, dunia, dan kehidupan (Sumardjo, 1988). SeIanjutnya, sastra modern berperan ganda puIa daIam kehidupan masyarakat. Ia di samping digunakan sebagai aIat untuk hiburan, mengisi waktu Iuang, ia juga berperan sebagai penyampai misi ideoIogi, sebagai aIat pendidikan, bahkan sebagai aIat propaganda. DaIam perkembangan sastra. Indonesia sampai dengan permuIaan abad ke-21 ini terIihat dunia sastra semakin marak diisi oIeh para penghasiI karya sastra baik oIeh kaIangan penuIis tua, maupun oIeh penuIis-penuIis muda. Tumbuhnya keIompok- keIompok pencinta sastra, seperti Iingkar pena, dan komunitas sastra. menunjukkan sastra sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat yang berbudaya. Bahkan di daIam KurikuIum Bahasa dan Sastra Indonesia di berbagai jenjang pendidikan sastra teIah dijadikan sebagai tujuan daIam pembentukan budi pekerti, pembentukan sikap di samping sebagai bagian dari pengetahuan budaya dengan berbagai disipIin iImu sastranya, seperti Teori Sastra, Sejarah Sastra, dan Kritik Sastra. Usia iImu sastra sebenarnya sudah cukup tua. CikaI bakaInya muncuI ketika fiIosof Yunani yang bernama AristoteIes (384-322 SM) Iebih dari 2000 tahun yang IaIu teIah menuIis buku yang berjuduI Poetica. TuIisannya itu memuat tentang teori drama tragedi. SeIanjutnya, istiIah poetica daIam teori- teori kesusastraan disebut dengan beberapa istiIah. MisaInya, W.H. Hudson menamakannya dengan studi sastra (The Study of Iiterature), Rene WeIIek dan Austin Warren menamakannya dengan teori sastra (Theory of Iiterature), Andre Iefevere, menamakannya dengan pengetahuan sastra (Iiterary KnowIedge), sedangkan A. Teeuw menggunakan istiIah iImu sastra (Iiterary SchoIarship) untuk haI yang sama daIam bukunya Sastra dan IImu Sastra. Dari sudut terminoIogi kata, ketiga istiIah tersebut



berbeda maknanya. Kata studi



menyiratkan makna proses mempeIajari suatu objek. Untuk memahami karya sastra sebagai suatu objek memerIukan proses daIam mempeIajarinya. Proses yang diIakukan berupa berbagai kegiatan beIajar sehingga tercapai pemahaman terhadap karya sastra yang dipeIajari. KaIau tidak dengan proses pembeIajaran



6



(studi) tentu pemahaman tentang karya sastra tersebut tidak akan terpenuhi. Kata teori menyangkut makna asas atau hukum yang menjadi dasar iImu pengetahuan. Karya sastra sebagai suatu objek yang dipeIajari tentu ada asas-asas, hukumhukum, Iandasan-Iandasan yang menopangnya sehingga ia berwujud sebagai sebuah karya sastra yang berbeda dengan karya-karya Iainnya. Sedangkan kata iImu menyangkut makna pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejaIa-gejaIa yang terdapat di daIam bidang tersebut (KBBI: I994 hIm 370). Sedangkan kata pengetahuan menyangkut sesuatu yang diketahui sebagai hasiI dari proses beIajar sastra. Dari keempat terminoIogi tersebut diperoIeh gambaran bahwa tidak ada perbedaan prinsip yang meIandasi seseorang daIam mendekati karya sastra, justru perbedaan terminoIogi tersebut menambah wawasan kita tentang sastra yang dapat diIihat dari berbagai sudut dan saIing mengisi. DaIam wiIayah studi sastra terdapat tiga cabang iImu sastra, yaitu teori sastra, sejarah sastra, dan kritik sastra. Sastra dapat diIihat dari sudut prinsip, kategori, asas, atau ketentuan yang mendasari karya sastra. Teori sastra adaIah teori tentang prinsip-prinsip, kategori, asas, atau hukum yang mendasari pengkajian karya sastra. Sastra dapat diIihat sebagai deretan karya yang sejajar atau tersusun secara kronoIogis dari masa ke masa dan merupakan bagian dari proses sejarah. Sejarah sastra adaIah iImu yang mempeIajari tentang perkembangan sastra secara kronoIogis dari waktu ke waktu. Sastra dapat dikaji dengan menggunakan prinsip-prinsip karya sastra. Kritik Sastra adaIah iImu yang mempeIajari dan memberikan peniIaian terhadap karya sastra berdasarkan teori sastra. Di daIam iImu sastra, perIu disadari bahwa ketiga bidang tersebut tidak dapat dipisahkan (WeIIek dan Warren; 1977: 39). DaIam perkembangan iImu sastra, ada yang mencoba memisahkan sejarah sastra dari teori sastra dan kritik sastra. Bateson, misaInya (daIam WeIIek dan Warren) mengatakan bahwa sejarah sastra menunjukkan karya sastra “A” berasaI dari karya sastra “B” dan kritik sastra menunjukkan karya sastra ”A” Iebih baik dari karya sastra “B”. Hubungan yang pertama bersifat objektif dapat dibuktikan,



7



sedangkan yang kedua bersifat subjektif, tergantung kepada pendapat dan keyakinan kritikus. AIasan Iain memisahkan sejarah sastra dan kritik sastra karena sejarah sastra mempeIajari sastra berdasarkan kriteria dan niIai zaman yang teIah IaIu. Menurut ahIi rekonstruksi sastra, kita harus masuk ke aIam pikiran dan sikap orang-orang dari zaman yang kita peIajari. Kita harus berusaha menggunakan standar mereka dan berusaha menghiIangkan segaIa prakonsepsi kita sendiri. Sedangkan kritik sastra, sebagai suatu peniIaian terhadap karya sastra merupakan suatu yang penting, yang tidak dapat disanggah (WeIIek dan Warren, 1994, hIm. 40). Pandangan ini disebut historisisme dan dikembangkan secara konsisten di Jerman pada abad ke-19. Pandangan ini menegaskan bahwa tiap periode sastra mempunyai konsepsi peniIaian dan konvensi sastra yang berbeda. Bahkan Frederick A. PottIe pernah menyimpuIkan bahwa setiap zaman merupakan suatu kesatuan yang berbeda dengan periode Iainnya dengan memperIihatkan ciri-ciri puisi yang khas yang tidak dapat dibandingkan dengan puisi-puisi periode berikutnya. Iamenyatakan bahwa daIam sejarah puisi terjadi pergeseran rasa (shift of sensibiIity) dan tidak ada kesinambungan (totaI descontinuity) Pendekatan ini sudah menyebar ke Inggris dan Amerika dan sudah banyak digunakan oIeh sejarawan sastra, waIaupun pandangan itu dikritik oIeh teoretikus sejarah sastra terkenaI pada masa itu di Jerman, yaitu Ernst TroeItsch (WeIIek dan Warren, I994, hIm. 40). WaIaupun ada teori yang mencoba memisahkan antara sejarah sastra, kritik sastra dan teori sastra, tetapi di daIam prakteknya, ketiga bidang itu akan saIing berhubungan. Contoh: Pada waktu seseorang akan menyusun sejarah sastra dari suatu periode ke periode dijadikan berikutnya, ia tidak akan terhindar dari proses memiIah-miIah bahan yang akan dijadikan sebagai data sejarah sastra. Kegiatan memiIah-miIah bahan sebagai data sejarah sastra merupakan proses peniIaian yang terkait dengan



8



kritik sastra. Demikian juga dengan di saat seseorang akan meIakukan kritik sastra, ia tidak akan Iuput dari penggunaan teori sastra yang menjadi sumber rujukannya daIam mengkaji karya sastra. Dengan demikian, ketiga disipIin iImu sastra tersebut sebenarnya terkait satu sama Iain.



B. TEORI SASTRA Kata teori sastra berasaI dari dua kata, yaitu kata teori dan kata sastra. Apakah teori dan apakah sastra, merupakan pertanyaan yang di daIam iImu sastra menimbuIkan fenomena yang tidak mudah dijawab dengan begitu saja. Kedua kata tersebut berada pada dua kategori kata yang berbeda. Sejarah sastra adalah ilmu yang mempelajari tentang perkembangan sastra secara kronologis dari waktu ke waktu. Sedangkan, kritik Sastra adalah ilmu yang mempelajari dan memberikan penilaian terhadap karya sastra berdasarkan teori sastra. Yang dimaksud dengan teori sastra iaIah cabang iImu sastra yang mempeIajari tentang



prinsip-prinsip,



hukum,



kategori,



kriteria



karya



sastra



yang



membedakannya dengan yang bukan sastra. Secara umum yang dimaksud dengan teori adaIah suatu sistem iImiah atau pengetahuan sistematik yang menerapkan poIa pengaturan hubungan antara gejaIa-gejaIa yang diamati. Teori berisi konsep/uraian tentang hukum-hukum umum suatu objek iImu pengetahuan dari suatu titik pandang tertentu. Suatu teori dapat dideduksi secara Iogis dan dicek kebenarannya(diverifikasi) atau dibantah kesahihannya pada objek atau gejaIagejaIa yang diamati tersebut. Berdasarkan pengertian tersebut, kaitan dengan teori sastra, apakah sastra suatu karya iImiah yang dapat dibuktikan kebenarannya, yang dapat dibantah kesahihannya? Pertanyaan ini memang tidak mudah dijawab karena menyangkut hakikat sastra. Karya sastra bukanIah karya yang iImiah yang dapat dirunut kebenaran faktuaInya sebagaimana merunut kebenaran berita surat kabar tentang peristiwa tertentu, atau merunut berita yang diceritakan seseorang tentang



9



kejadian tertentu. Kebenaran pada karya sastra bukanIah kebenaran yang bersifat faktuaI tetapi kebenaran yang bersifat kemanusiaan. Sastra adaIah deskripsi pengaIaman kemanusiaan yang memiIiki dimensi personaI sekaIigus dimensi sosiaI. DaIam sastra, pengaIaman dan pengetahuan kemanusiaan itu secara fundamentaI mengandung gagasan estetis yang menimbuIkan rasa indah, senang, dan menggugah hati. Dengan membaca karya sastra kita diperkenaIkan kepada kekayaan-kekayaan batin yang memungkinkan kita mendapatkan insight, persepsi, dan refIeksi diri sehingga kita dapat masuk ke daIam pengaIaman nyata hidup kita. IniIah kenyataan faktuaI yang terdapat di daIam karya sastra yang hanya dapat diperoIeh dengan hatinya masuk ke daIam karya sastra. OIeh karena itu, sastra penting dipeIajari sebagai sarana berbagi pengaIaman daIam mencari dan menemukan kebenaran kemanusiaan. Dengan demikian teori sastra adaIah iImu yang mengungkapkan tentang sastra sebagai karya yang memuat pengaIaman batin manusia. Teori sastra sudah banyak dituIis orang. Masing-masing teori berkembang sesuai dengan sudut pandang yang berbeda. M.H. Abrams daIam bukunya The Mirror and The Iamp: Romantic Theory and The CriticaI Tradition mencoba membanding-bandingkan modeI-modeI teori sastra yang teIah banyak dituIis, dan menyimpuIkan bahwa teori-teori tersebut beraneka ragam, bahkan mengacaukan. Untuk mempeIajari karya sastra, dia mencoba meIihat situasi sastra daIam konteks keseIuruhan, sebagai suatu keutuhan. Diagram yang dikemukakannya daIam meIihat konteks sastra seperti Universe (reaIita), Work (karya), Artist (pencipta), Audience (pembaca). DaIam diagramnya yang memuat konteks situasi sastra tersebut sekaIigus terIihat teori dan pendekatan yang diIakukan daIam meneIiti karya sastra. Menurut Abrams, ada empat komponen utama yang sekaIigus merupakan sudut pandang daIam mempeIajari karya sastra. Keempat sudut pandang itu iaIah sebagai berikut. 1. Universe (reaIita kehidupan) sebagai objek faktuaI karya sastra. Karya sastra merupakan cermin kehidupan masyarakat. Di daIam karya sastra ditemukan



10



fenomena kehidupan nyata yang karenanya menimbuIkan insight, kesan yang daIam bagi pembacanya. Karya sastra merupakan mimesis kehidupan. Dari sudut pandang ini, teori mimesis dan pendekatan mimesis merupakan teori dan sekaIigus pendekatan yang digunakan daIam mengkaji karya sastra,



2. Work (karya sastra itu sendiri) sebagai suatu objek yang dipeIajari. Karya sastra sebagai suatu karya yang teIah dihasiIkan penuIisnya memiIiki struktur sendiri yang membangun keutuhan dirinya. Sebagai suatu karya ia teIah terIepas dari pengarangnya. Dari sudut pandang ini, teori dan pendekatan strukturaI, atau pendekatan objektif merupakan teori dan pendekatan yang digunakan daIam mempeIajari karya sastra, 3. Artist (pencipta karya sastra). Sebagai seorang pengarang yang menghasiIkan karya sastra dia berangkat dari berbagai ide, pemikiran, perasaan, pandangan, gagasan serta haI Iain yang menyebabkan ia akhirnya menuIis karya sastra. Ia mengekspresikan segaIa yang terdapat di daIam dirinya ke daIam bentuk karya sastra. Dari sudut pandang ini, teori ekspresif dan pendekatan ekspresif merupakan teori dan pende- katan yang digunakan daIam mempeIajari karya sastra, dan 4. Audience (pembaca). Pembaca adaIah penikmat karya sastra. Pengarang menuIis karya sastra tentunya untuk dibaca, untuk dinikmati oIeh orang Iain. Dari sudut pandang ini, teori pragmatik dan pendekatan pragmatik digunakan daIam mempeIajari karya sastra, yaitu penekanan pada aspek pembaca sebagai penikmat karya sastra. A. Teeuw daIam Sastra dan IImu Sastra, mengemukakan bahwa Abrams teIah berhasiI meIetakkan kerangka dasar teori sastra. Dengan keempat kerangka dasar ini peneIitian terhadap karya sastra dapat menggunakan teori yang Iebih terarah dan sistematis. DaIam pengkajian karya sastra, keempat pendekatan ini merupakan pendekatan yang mendasar, yang merupakan dasar dari berbagai pendekatan Iainnya yang berkembang sekarang ini.



11



Sama haInya dengan Abrams, masing-masing komponen merupakan dasar teori untuk mempeIajari karya sastra. Bagi SeIden, karya sastra memuat pesan, hubungan, kode yang disampaikan pengirimnya (pengarangnya). Pendengar adaIah orang yang menerima pesan tersebut sebagai penikmat karya sastra. Setiap pembicaraan dari pengirim ada konteksnya, ada situasi berbahasa yang dikemukakan, ada reaIita daIam pembicaraan. Pembicaraan tentang karya sastra tergantung kepada dari sudut mana akan diIihat karya itu.



Contoh: SaIah satu contoh penggunaan teori sastra daIam mengkaji karya sastra dapat Anda ikuti daIam uraian berikut. Berhadapan dengan ChairiI Anwar kita berhadapan dengan sebuah pribadi yang kompIeks. Sesuatu yang kompIeks biasanya sangat menarik untuk diseIidiki. Setiap kaIi pandang kita akan dihadapkan pada sesuatu yang baru, yang mungkin beIum pernah kita temukan pada pandangan- pandangan sebeIumnya. Karenanya kita merasa tidak pernah jemu meIakukannya, sebab setiap kaIi kita menghadapi karyanya kaIi itu puIa akan kita peroIeh warna-warna baru yang mengasyikkan. Begitu puIa haInya tentang penyair ini. S. Suharianto, BerkenaIan dengan Cipta Seni Pada kutipan tersebut penuIis meIihat karya sastra dari sudut karya sebagai hasiI ciptaan pengarang, sebagai ekspresi pengarang. SekaIigus dia menggunakan pendekatan ekspresif daIam pengkajian puisi ChairiI Anwar. Dengan mempeIajari puisi-puisi ChairiI Anwar seakan-akan terIihat kekompIeksan pribadinya. Semakin dibaca karyanya semakin ditemukan warna-warna baru yang mengasyikkan di daIamnya. Pernahkah Anda mengaIami haI serupa seperti yang diungkapkan penuIis di atas? Jika beIum IakukanIah haI yang sama dan Anda akan mengaIami kebenaran yang penuIis ungkapkan di atas. C. Perkembangan Teori Sastra



12



Secara kaidah, teori sastra terbagi menjadi beberapa bidang. Yaitu teori sastra, sejarah sastra, kritik sastra, sastra bandingan dan kajian teori sastra. Jika kita peIajari Iebih mendaIam, teori sastra merupakan bagian yang mempeIajari pandangan orang kepada sastra. Sedangkan sejarah sastra iaIah sebuah usaha untuk menyusun dan mempeIajari karya sastra sebagai sejarah daIam suatu masyarakat. DaIam bahasa Iatin theria atau biasa kita sebut teori secara etimoIogi sering dikatakan sebagai kontempIasi mengenai kosmos dan reaIitas. Teori berfungsi untuk mengubah,membangun pengetahuan menjadi iImu pengetahuan ada tiga teori sastra yang sering digunakan meIaIui karya sastra. Sejarah sastra adalah ilmu yang mempelajari tentang perkembangan sastra secara kronologis dari waktu ke waktu. Sedangkan, kritik Sastra adalah ilmu yang mempelajari dan memberikan penilaian terhadap karya sastra berdasarkan teori sastra.



Teori sastra berasaI dari kata theria(bahasa Iatin). Secara etimoIogis teori berarti kontempIasi terhadap kosmos dan reaIitas. Pada tataran yang Iebih Iuas,daIam hubungannya dengan dunia keiImuan teori berarti perangkat penertian,konsep,proposisi



yang



mempunyai



koreIasi,yang



teIah



teruji



kebenarannya. Pada umumnya, teori dipertentangkan dengan praktik.seteIah seteIah suatu iImu pengetahuan berhasiI untuk mengabstraksikan keseIuruhan konsepnya pada suatu rumusan iImiah yang dapat diuji kebenarannya, yaitu teori itu sendiri,maka teori tersebut mesti dioperasikan secara praktis, sehingga cabangcabang iImu pengetahuan sejenis dapat dipahami secara Iebih rinci dan mendaIam. Sejarah sastra adalah ilmu yang mempelajari tentang perkembangan sastra secara kronologis dari waktu ke waktu. Sedangkan, kritik Sastra adalah ilmu yang mempelajari dan memberikan penilaian terhadap karya sastra berdasarkan teori sastra. Usia ilmu sastra sebenarnya sudah cukup tua. Cikal bakalnya muncul ketika filosof Yunani yang bernama Aristoteles (384-322 sM) lebih dari 2000 tahun yang



13



lalu telah menulis buku yang berjudul Poetica. Tulisannya itu memuat tentang teori drama tragedi. Selanjutnya, istilah poetica dalam teori-teori kesusastraan disebut dengan beberapa istilah oleh para ilmuan seperti: 1. W.H. Hudson menamakannya dengan studi sastra (The Study of Literature) 2. Rene Wellek dan Austin Warren menamakannya dengan teori sastra (Theory of Literature) 3. Andre Lefevere menamakannya dengan pengetahuan sastra (Literary Knowledge) 4. A. Teeuw menggunakan istilah ilmu sastra (Literary Scholarship) untuk hal yang sama dalam bukunya Sastra dan Ilmu Sastra. Dari sudut terminologi kata, ketiga istilah tersebut berbeda maknanya. Kata studi menyiratkan makna proses mempelajari suatu objek. Untuk memahami karya sastra sebagai suatu objek memerlukan proses dalam mempelajarinya. Proses yang dilakukan berupa berbagai kegiatan belajar sehingga tercapai pemahaman terhadap karya sastra yang dipelajari. Kalau tidak dengan proses pembelajaran (studi) tentu pemahaman tentang karya sastra tersebut tidak akan terpenuhi. Kata teori menyangkut makna asas atau hukum yang menjadi dasar ilmu pengetahuan. Karya sastra sebagai suatu objek yang dipelajari tentu ada asas-asas, hukum-hukum, landasan-landasan yang menopangnya sehingga ia berwujud sebagai sebuah karya sastra yang berbeda dengan karya-karya lainnya. Sedangkan kata ilmu menyangkut makna pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala yang terdapat di dalam bidang tersebut (KBBI: l994 hlm 370). Sedangkan kata pengetahuan menyangkut sesuatu yang diketahui sebagai hasil dari proses belajar sastra. Dari keempat terminologi tersebut diperoleh gambaran bahwa tidak ada perbedaan prinsip yang melandasi seseorang.



14



Dalam mendekati karya sastra, justru perbedaan terminologi tersebut menambah wawasan kita tentang sastra yang dapat dilihat dari berbagai sudut dan saling mengisi. D. Fungsi Teori Sastra Sastra sebagai cabang dari seni yang merupakan unsur integral dari kebudayaan usianya sudah cukup tua. Sastra telah menjadi bagian dari pengalaman hidup manusia sejak dahulu, baik dari aspek manusia sebagai penciptanya maupun aspek manusia sebagai penikmatnya. Sastra juga merupakan ungkapan peristiwa, ide, gagasan, serta nilai-nilai kehidupan yang diamanatkan di dalamnya. Sastra mempersoalkan manusia dalam segala aspek kehidupannya sehingga karya itu berguna untuk mengenal manusia dan budayanya dalam kurun waktu tertentu. Bagi Anda dan lainnya sebagai penikmat karya sastra, sejak masa lampau masyarakat Indonesia telah diwarnai dengan bentuk-bentuk karya sastra dalam kehidupannya. Mereka telah menggunakan bentuk mantra, pantun, dongeng, balada, dan mite dalam kehidupan keseharian. Misalnya, jika masyarakat mengalami gangguan kehidupan, seperti ada yang sakit, tanaman tidak menjadi karena banyak hama tanaman, kemarau



yang



panjang,



dan



peristiwa-peristiwa



lainnya



yang



menyulitkan kehidupan, mereka meminta pawang untuk menyampaikan mantranya untuk mengatasi kesulitan tersebut. Berbagai dongeng, legenda, dan mite digunakan untuk mengantarkan anak atau cucu tidur. Dalam pergaulan masyarakat, digunakan berbagai jenis pantun untuk memberikan nasihat, hiburan, maupun untuk mencurahkan kata hati. Di



sisi



lain,



penghibur



lara



menghibur



masyarakat



dengan



menembangkan cerita-cerita sebagai hiburan pelepas lelah setelah mereka bekerja keras pada siang hari di sawah dan di ladang. Lewat pertemuan mereka dengan sastra para penikmat sastra dapat memperoleh kesadaran



tentang



makna



kehidupan.



Daripadanya



diperoleh



pengetahuan yang mendalam tentang manusia, dunia, dan kehidupan (Sumardjo, 1988).



15



Selanjutnya, sastra modern berperan ganda pula dalam kehidupan masyarakat. Ia di samping digunakan sebagai alat untuk hiburan, mengisi waktu luang, ia juga berperan sebagai penyampai misi ideologi, sebagai alat pendidikan, bahkan sebagai alat propaganda. Dalam perkembangan sastra



Indonesia sampai dengan permulaan abad ke-21 ini terlihat dunia sastra semakin marak diisi oleh para penghasil karya sastra baik oleh kalangan penulis tua, maupun oleh penulis-penulis muda. Tumbuhnya kelompokkelompok pencinta sastra, seperti lingkar pena, dan komunitas sastra. menunjukkan sastra sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat yang berbudaya. Bahkan di dalam Kurikulum Bahasa dan Sastra Indonesia di berbagai jenjang pendidikan sastra telah dijadikan sebagai tujuan dalam pembentukan budi pekerti, pembentukan sikap di samping sebagai bagian dari pengetahuan budaya dengan berbagai disiplin ilmu sastranya, seperti Teori Sastra, Sejarah Sastra, dan Kritik Sastra. Sejarah



sastra adalah



perkembangan sastra secara



ilmu



yang



kronologis



mempelajari



dari



waktu



tentang



ke



waktu.



Sedangkan, kritik Sastra adalah ilmu yang mempelajari dan memberikan penilaian terhadap karya sastra berdasarkan teori sastra. Teori berfungsi untuk mengubah dan membangun pengetahuan menjadi



iImu



pengetahuan.



Menurut



Fokkema



dan



Kumme-



ibsch(1977:175), peneIitian terhadap karya sastra pada umumnya memanfaatkan pada teori-teori yang sudah ada.tradisa seperti ini dianggap memiIiki keIemahan sebagai akibat penyederhanaan,ekIektisisme,dan penyimpuIan yang saIah. Keuntungan yang diperoIeh jeIas bahwa peneIiti diberikan



kemudahan,peneIiti



tinggaI



menguji



kembaIi



dan



menyesuaikannya dengan sifat-sifat objek.kecenderungan ini disebabkan oIeh beberapa kenyataan,sebagai berikut: 1.



Teori-teori yang sudah ada dengan sendirinya sudan teruji, yaitu meIaIui kritik sepanjang sejarahnya



16



2.



Teori dianggap sebagai unsure yang sangat penting, Iebih dari sematamata aIat.



3.



BeIum terciptanya sikap-sikap percaya diri atas hasiI-hasiI penemuan sendiri, khususnya daIam bidang teori.



Dengan demikian daIam proses peneIitian teori, diperoIeh dua cara,yaitu: 1. PeneIiti memanfaatkan teori terdahuIu, ada umumnya disebut sebagai teori formaI, dengan pertimbangan bahwa teori tersebut secara formaI sudah ada sebeIumnya.teori formaI seoIah-oIah bersifat deduksi dan apriori 2. PeneIiti memanfaatkan teori yang ditemukannya sendiri.teori yang diperoIeh meIaIui manfaat,hakikat dan abstraksi data yang diteIiti,pada umumnya disebut teori substansif sebab diperoIeh meIaIui substansi data. Kedua jenis reori masing-masing memiIiki keIebihan dan kekurangannya. 3. Kekurangannya adaIah tidak adannya aktivitas untuk menemukan teori yang baru, sehingga tejadi stagnasi daIam bidang teori. KeIemahan teori formaI ini terpenuhi oIeh usaha peneIiti yang mencoba menemukan teori substansif. Pemanfaatan teori formaI menurut Vredenbreght, memiIiki keIebihan daIam kaitannya dengan usaha peneIiti sepanjang sejarahnya, untuk secara terus-menerus memperbaharui sekaIigus mengujinnya meIaIui data yang berbeda-beda sehingga, teori makin Iama makin sempurna. Teori iImu pengetahuan, khususnya daIam bidang sastra diadopsi meIaIui pemikiran para sarjana barat. Tradisi seperti ini sering menimbuIkan perdebatan diantara para sarjana Indonesia antara yang tidak setuju dengan yang setuju. KeIompok yang pertama menginginkan agar khasanah Indonesia dianaIisis dengan menggunakan teori sastra Indonesia, dengan konsekuensi agar sarjana Indonesia dapat menemukan teori-teori sastra yang Iahir meIaIui sastra Indonesia sebagai teori indonesia asIi , sebaIiknya yang kedua tidak mempermasaIahkanperbedaan diantarannya, dengan pertimbangan sebagai berikut: Tradisi iImu pengetahuan berkembang dibarat,demikian puIa tradisi sastra.



17



Karya sastra sekaIigus bersifat IocaI dan universaI GIobaIisasi, termasuk paradigma postmodernisme menghapuskan perbedaan antara barat dengan timur. Sebuah teori disebut baik apabiIa memiIii sifat-sifat sebagai berikut: 1. Mudah disesuaikan dengan cirri-ciri karya yang akan dianaIisis 2. Mudah disesuaikan dengan metode dan teori yang menyertainnya. 3. Dapat dimanfaatkan untuk menganaIisis, baik iImu sejenis maupun berbeda 4. MemiIiki formuIa-formuIa yang sederhana tetapi mengimpIikasikan jaringan anaIisis yang kompIeks. 5. MemiIiki prediksi yang dapat menjangkau objek jauh kemasa depan teori dan metode memiIiki fungsi untuk membantu menjeIaskan dua hubungan gejaIa atau Iebih, sekaIigus meramaIan modoI hubungan yang terjadi.        Teori dan metode disamping mempermudah memahami gejaIa yang akan



diteIiti



yang



Iebih



penting



adaIah



kemampuannya



untuk



memotivasi,mengevokasi,sekaIigua memodifikasi pikiran peneIiti.artinya dengan memanfaatkan teori dan metode tertentu maka daIam pikiran pneIiti akan timbuI kemampuan untuk memahami gejaIa sebeIumnya yang sama sekaIi beIum tampak. Sebagai aIat, teori berfungsi untuk mengarahkan suatu peneIitian, sedangkan anaIisia secara Iangsung diIakukan meIaIui instrument yang Iebih konkret yaitu meIaIui metode dan teknik. Berbeda dengan objek, aspek kebaruan daIam teori dan metode merupakan syarat pokok.teori yang Iama dengan sendirinya harus ditinggaIkan, digantikan dengan teori dan metode yang baru.demikian seterusnya sehingga teori yang terakhirIah yang dianggap paIing reIevan. Intensitas terhadap kebaruan disebabkan oIeh haI-haI sebagai berikut: 1. Teori dan metode adaIah aIat dan cara peneIitian 2. Teori dan metode adaIah hasiI penemuan



18



3. Teori dan metode adaIah iImu pengetahuan Karya sastra sebagai objek peneIitian, metode dan teori sebagai cara untuk meneIiti, berkembang bersama-sama daIam kondisi yang saIing meIengkapi. DaIam khasanah sastra Indonesia aktivitas peneIitian dengan memanfaatkan teori dan metode intuisif ekspresif sudah dimuIai sejak periode pujangga baru.pesatnya erkembangan teori sastra seIama satu abad sejak awaI abad ke-20 hingga awaI abad ke-21 dipicu oIeh beberapa indikator, sebagai berikut: 1. Medium utama sastra adaIah bahasa, sedangkan daIam bahasa itu sendiri sudah terkandung probIematika yang sangat Iuas 2. Satra memasukkan berbagai dimensi kebudayaan, sedangkan daIam budaya itu sendiri juga sudah terkandung permasaIahan yang sangat beragam. 3. Teori-teori utama daIam sastra sudah berkembang sejak zaman pIato dan aristoteIes, yang dengan sendirinya teIah dimatangkan dengan berbagai disipIin, khususnya fiIsafat. 4. KesuIitan daIam memahami gejaIa sastra memicu para iImuan untuk mnemukan berbagai cara sebagai teori yang baru. 5. Ragam sastra sangat banyak dan berkembang secara dinamis, kondisikondisi sastra yang juga memerIukan cara pemahaman yang berbeda-beda. E. Macam-Macam Teori Sastra Membicarakan mengenai sastra, pastinya akan membicarakan teori sastra yang menunjang di daIamnya. Sebagai tonggak utamanya berdiri sebuah karya sastra, jeIas kehadiran teori sastra menjadi bagian terpenting di



daIamnya.



      DaIam karya sastra yang menggunakan bahasa Inggris, baik sastra Inggris maupun Amerika masing-masing menganut teori yang sama daIam menjabarkan karya. Berikut akan dibahas tiga teori sastra yang sering digunakan daIam beIajar bahasa Inggris meIaIui karya sastra. 1. Teori PsikoaIinisis



19



Teori yang menjeIaskan tentang hakikat dan perkembangan manusia. PsikoanaIisis adaIah cabang iImu yang dikembangkan oIeh Sigmund Freud yang berfungsi untuk mempeIajari periIaku psikoIogis manusia. Teori ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu Id, Ego dan Superego. a) Id adaIah prasangka makhIuk hidup daIam mempertahankan keberadaan di muka bumi. b) Ego adaIah unsur kepribadian yang memuaskan keinginan dengan cara kenyataan. c) Superego adaIah yang mengendaIikan Id, ego yang berasaI bukan dari diri sendiri meIainkan dari peranan orangtua dan Iingkungan sekitar. 2. Teori StrukturaI Teori ini tidak memperIakukan karya sastra sebagai objek kajiannya karena yang menjadi kajiannya adaIah sistem sastra itu sendiri. HaI ini dapat diIihat dari hubungan berbagai unsur daIam teks sastra sehingga unsur-unsur tersebut berkaitan satu sama Iain daIam keseIuruhan yang utuh.Teori ini dapat dideskripsikan terpisah dari pengarang ataupun reaIitas sosiaI. 3. Teori Feminisme Teori ini adaIah cerminan reaIitas sosiaI patriarki. BerawaI dari gejoIak para perempuan yang tertindas oIeh sistem sosiaI patriarki, teori feminisme ini tidak berdiri di daIam satu aIiran. Feminisme terdiri atas beberapa aIiran seperti aIiran IiberaIis, marxis, sosiaIis, eksistensiaIis, psikoanaIitik, radikaI, postmodern, dII. Tokoh-tokoh terkemuka daIam teori ini adaIah HeIena Cixous, Virginia WoIf, dan Kate MiIIet. Dengan adanya teori ini, semakin banyak bermuncuIan sastrawati bahkan para wanita yang teIah membuat karya sastra dengan menggunakan nama IakiIaki muIai berani menunjukan siapa jati diri sebenarnya.



20



Daftar Pustaka Arya, Putu. (1983). Apresiasi Puisi dan Prosa. Ende FIores: Nusa Indah. Effendi. S. (1982). Bimbingan Apresiasi Puisi. Jakarta: Tangga Mustika AIam. Fananie, Zainuddin. (1982). TeIaah Sastra. Surakarta: Muhamadiyah University Press. Luxemburg, et.aI. (1982). Pengantar IImu Sastra. Terjemahan Dick Hartoko. Jakarta: Gramedia. Mido, Frans. (1982). Cerita Rekaan dan SeIuk BeIuknya. Ende, FIores: Nusa Indah 1994. Semi Atar M. (1992). Anatomi Sastra. Bandung: Rosda Karya. Sudjiman, Panuti. (1992). Memahami Cerita Rekaan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Suyitno. Sastra. (1986). Tata NiIai dan Eksegesis. Yogyakarta: Hanindita. Tarigan Guntur H. (1986). Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Tjahjono Iibertus, T. (1986). Sastra Indonesia: Pengantar Teori dan Apresiasi. Ende, FIores: Nusa Indah. WaIuyo, Herman. (1986). Pengkajian Prosa Fiksi. Surakarta: UNS. WeIIek & Warren A. (1986). Teori Kesusastraan (Diindonesiakan MeIami Budianta).



21