Makalah Pesikologi AHMAD DANI [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH “PERAN PSIKOLOGI DALAM OLAHRAGA”



Oleh : AHMAD DANI A1F119002



PENJASKES-REK FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2021



KATA PENGANTAR



Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam karena atas izin dan kehendakNya jualah makalah sederhana ini dapat saya rampungkan teppat pada waktunya. Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kuliah . Adapun yang saya bahas dalam makalah ini adalah mengenai Peran Psikologi dalam olahraga. Dalam penulisan makalah ini saya menemui banyak hambatan yang dikarenakan terbatasnya ilmu pengetahuan kami mengenai hal yang berkenan dengan penulisan makalah ini. Oleh karena itu sudah sepatutnya saya berterimakasih kepada Dosen kami yakni Bapak Heriansyah, S.Pd., M.Pd. yang telah memberikan limpahan ilmu berguna kepada saya. Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini. Kendari, 31 Oktober 2021



Penyusun,



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan BAB II PEMBAHASANAN 2.1 Arti Psikologi Olahraga 2.2 Aspek- Aspek Psikologi Olahraga 2.3 Peran Psikologi Dalam Olahraga 2.4 Mental Training BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 3.2 Saran DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada beberapa pendekatan yang dipilih manusia untuk memahami, mengolah dan menghayati dunia beserta isinya.Pendekatan-pendekatan tersebut adalah takwa kepada Allah, ilmu pengetahuan, seni dan agama.psikologi olahraga adalah usaha untuk memahami atau mengerti seorang atlet dalam hal makna dan nilai-nilainya.Bidang dalam psikologi tersebut sangat luas dan mencakup secara keseluruhan sejauh dapat dijangkau oleh fikiran. Psikologi olahraga berusah untuk memahami kondisi seorang atlet-atlet yang berusaha untuk berprestasi di kanca internasional. Oleh karena itu psikologi olahraga merupakan pendekatan yang menyeluruh terhadap kehidupan dan dunia seorang atlet. Psikologi olahraga berusaha untuk menyatukan jiwa raga seorang atlet dengan pelatihnya, yang akhirnya menjadikan satu orang menjadi seorang atlet yang berprestasi. Pada mulanya kata psikologi olahraga yaitu segala ilmu pengetahuan yang menyankut masalah keperibadian seorang atlit dan dapat ditrapkan didalamnya. 1.2 Rumusan Masalah 1.



Apa arti psikologi olahraga ?



2.



Apa saja aspek aspek dari psikologi olahraga ?



3.



Apa peran pasikologi dalam olahraga ?



4.



Apa itu mental training



1.3 Tujuan 1.



Untuk mengetahui arti psikologi olahraga.



2.



Untuk mengetahui aspek-aspek psikologi olahraga.



3.



Untuk mengetahui peran psikologi dalam olahraga.



4.



Untuk mengetahui mental raining.



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Arti Psikologi Olahraga A. Apakah Psikologi Olahraga itu? Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya, mulai dari perilaku sederhana sampai yang kompleks. Perilaku manusia ada yang disadari, namun ada pula yang tidak disadari, dan perilaku yang ditampilkan seseorang dapat bersumber dari luar ataupun dari dalam dirinya sendiri. Ilmu psikologi diterapkan pula ke dalam bidang olahraga yang lalu dikenal sebagai psikologi olahraga. Penerapan psikologi ke dalam bidang olahraga ini adalah untuk membantu agar bakat olahraga yang ada dalam diri seseorang dapat dikembangkan sebaik-baiknya tanpa adanya hambatan dan factor-faktor yang ada dalam kepribadiannya. Dengan kata lain, tujuan umum dari psikologi olahraga adalah untuk membantu seseorang agar dapat menampilkan prestasi optimal, yang lebih baik dari sebelumnya. B. Mengapa Psikologi Olahraga Diperlukan dalam Olahraga? Meningkatnya stres dalam pertandingan dapat menyebabkan atlet bereaksi secara negatif, baik dalam hal fisik maupun psikis, sehingga kemampuan olahraganya menurun. Mereka dapat menjadi tegang. denyut nadi meningkat, berkeringat dingin, cemas akan hasil pertandingannya, dan mereka merasakan sulit berkonsentrasi. Keadaan ini seringkali menyebabkan para atlet tidak dapat menampilkan permainan terbaiknya. Para pelatih pun menaruh minat terhadap bidang psikologi olahraga, khususnya dalam pengendalian stres. Psikologi olahraga juga diperlukan agar atlet berpikir mengenai. mengapa mereka berolahraga dan apa yang ingin mereka capai? Sekali tujuannya diketahui, latihan-latihan ketrampilan psikologis dapat menolong tercapainya tujuan tersebut. C. Bagaimanakah Psikologi Olahraga Dapat Membantu Atlet Agar Memiliki Mental yang Tangguh? Mental yang tegar, sama halnya dengan teknik dan fisik, akan didapat melalui latihan yang terencana, teratur, dan sistematis. Dalam membina aspek psikis atau mental atlet, pertamatama perlu disadari bahwa setiap atlet harus dipandang secara individual, yang satu berbeda



dengan yang lainnya. Untuk membantu mengenal profil setiap atlet, dapat dilakukan pemeriksaan psikologis, yang biasa dikenal dengan "psikotes", dengan bantuan psikometri.



Profil psikologis atlet biasanya berupa gambaran kepnbadian secara umum, potensi intelektual. dan fungsi daya pikimya yang dihubungkan dengan olahraga. Profil atlet pada umumnya tidak berubah banyak dari waktu ke waktu. Oleh karenanya, orang sering beranggapan bahwa calon atlet berbakat dapat ditelusun semata-mata dari profil psikologisnya. Anggapan semacam ini keliru, karena gambaran psikologis seseorang tidak menjamin keberhasilan atau kegagalannya dalam prestasi olahraga, karena banyak sekali faktor lain yang mempengaruhinya. Beberapa aspek psikologis dapat diperbaiki melalui latihan ketrampilan psikologis (diuraikan kemudian) yang terencana dan sistematis, yang pelaksanaannya sangat tergantung dari komitmen si atlet terhadap program tersebut. 2.2 Aspek-aspek Psikologi Olahraga A. Masalah psikologi dalam olahraga Pengaruh faktor psikologis pada atlet akan terlihat dengan jelas pada saat atlet tersebut bertanding. Berikut ini akan diuraikan beberapa masalah psikologis yang paling sering timbul di kalangan olahraga, khususnya dalam kaitannya dengan pertandingan dan masa latihan. 1. Berpikir Positif Berpikir positif dimaksudkan sebagai cara berpikir yang mengarahkan sesuatu ke arah positif, melihat segi baiknya. Hal ini perlu dibiasakan bukan saja oleh atlet, tetapi terlebih-lebih bagi pelatih yang melatihnya. Dengan membiasakan diri berpikir positif, maka akan berpengaruh sangat baik untuk menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi, dan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Berpikir positif merupakan modal utama untuk dapat memiliki ketrampilan psikologis atau mental yang tangguh. Pikiran positif akan diikuti dengan tindakan dan perkataan positif pula, karena pikiran akan menuntun tindakan. Sebagai contoh, jika dalam bermain bulutangkis terlintas pikiran negatif seperti, "takut salah, takut out, takut bola pukulannya tanggung" dan sebagainya, maka kemungkinan terjadi akan lebih besar. Karena itu cobalah dan biasakan untuk selalu berpikir positif, hindari yang negatif. Demikian juga dalam memberikan instruksi kepada atlet. Daripada mengatakan: "Kamu ini susah sekali sih diajarnya..., salah terus...! Awas, jangan berhenti sebelum bisa!", lebih baik mengatakannya dengan cara yang positif walaupun maksudnya sama: "Ayo, coba lagi pelan-pelan, kamu pasti bisa melakukannya. Perhatikan, tangannya, begini... langkahnya, ke sini... kena bolanya, di sini... ayo dicoba". Sebagai pelatih, tunjukkan Anda percaya bahwa atlet Anda memiliki peluang untuk dapat berprestasi baik. Cemooh, celaan, dan kritik yang pedas yang tidak pada tempatnya, justru akan membuat atlet bereaksi negatif dan berakibat akan menurunkan motivasi yang diikuti dengan penurunan prestasi.



2. Penetapan Sasaran Penetapan sasaran (goal setting) merupakan dasar dan latihan mental. Pelatih perlu membantu setiap atletnya untuk menetapkan sasaran, baik sasaran dalam latihan maupun dalam pertandingan. Sasaran tersebut mulai dan sasaran jangka panjang, menengah, sampai sasaran jangka pendek yang lebih spesifik. Untuk menetapkan sasaran, ada tiga syarat yang perlu diingat agar sasaran itu bermanfaat, yaitu: a. Sasaran harus menantang. Sasaran yang ditentukan harus sedemikan rupa, sehingga atlet merasa tertantang untuk dapat mencapai sasaran tersebut. b. Sasaran harus dapat dicapai. Buatlah sasaran itu cukup tinggi, akan tetapi tidak terlalu tinggi. Atlet harus merasa bahwa sasaran yang ditetapkan itu dapat tercapai jika ia berusaha keras. Jika sasaran terlalu tinggi, sehingga atlet merasa mustahil dapat mencapainya, maka motivasi berlatihnya akan menurun. Demikian pula, jika sasaran tersebut terlalu mudah untuk dapat dicapai, maka atlet merasa tidak perlu berlatih keras karena ia akan dapat mencapai sasaran tersebut. c. Sasaran harus meningkat. Mulai dari sasaran yang relatif rendah, kemudian buatlah sasaran tersebut makin lama makin tinggi, semakin sulit tercapainya jika atlet tidak berlatih keras. Dalam setiap latihanpun biasakanlah selalu ada sasaran yang harus dicapai. Dan target yang bersifat umum, lalu uraikan lagi secara lebih spesifik. Dan target untuk suatu kompetisi jangka panjang, uraikan menjadi target atau sasaran jangka pendek, sampai target untuk setiap latihan. Sasaran yang ditetapkan tersebut, hendaknya juga ditetapkan kapan harus tercapainya, dan bagaimana pula cara mengukumya atau apa ukurannya secara objektif. Sedapat mungkin, buatkan grafik pencapaian sasaran tersebut agar terlihat jelas arah dan peningkatannya. 3. Motivasi Motivasi dapat dilihat sebagai suatu proses dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu sebagai usaha dalam mencapai tujuan tertentu. Motivasi yang kuat menunjukkan bahwa dalam diri orang tersebut tertanam dorongan kuat untuk dapat melakukan sesuatu. Ditinjau dari fungsi diri seseorang, motivasi dapat dibedakan antara motivasi yang berasal dan luar (ekstrinsik) dan motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri (intrinsik). Dengan pendekatan psikologis diharapkan atlet dalam setiap penampilannya dapat memperlihatkan motivasi yang kuat untuk bermain sebaik-baiknya, sehingga dapat memenangkan pertandingan. Motivasi yang baik tidak mendasarkan dorongannya pada faktor ekstrinsik seperti hadiah atau penghargaan dalam bentuk materi. Akan tetapi motivasi yang baik, kuat, dan lebih lama



menetap adalah faktor intrinsik yang mendasarkan pada keinginan pribadi yang lebih mengutamakan prestasi untuk mencapai kepuasan diri daripada hal-hal yang material.



Untuk mengembangkan motivasi intrinsik ini, peran pelatih dan orangtua sangat besar. Pelatih perlu melakukan pendekatan dan menumbuhkan kepercayaan diri pada atlet secara positif. Ajarkan atlet untuk dapat menghargai diri sendiri, oleh karena itu, pelatih harus memperlihatkan bahwa ia menghargai hasil kerja atlet secara konsekuen. 4. Emosi Faktor-faktor emosi dalam diri atlet menyangkut sikap dan perasaan atlet secara pribadi terhadap diri sendiri, pelatih maupun hal-hal lain di sekelilingnya. Bentuk-bentuk emosi dikenal sebagai perasaan seperti senang, sedih, marah, cemas, takut, dan sebagainya. Bentuk-bentuk emosi tersebut terdapat pada setiap orang. Akan tetapi yang perlu diperhatikan di sini adalah bagaimana kita mengendalikan emosi tersebut agar tidak merugikan diri sendiri. Pengendalian emosi dalam pertandingan olahraga seringkali menjadi faktor penentu kemenangan. Para pelatih harus mengetahui dengan jelas bagaimana gejolak emosi atlet asuhannya, bukan saja dalam pertandingan tetapi juga dalam latihan dan kehidupan sehari-hari. Pelatih perlu tahu kapan dan hal apa saja yang dapat membuat atletnya marah, senang, sedih, takut, dan sebagainya. Dengan demikian pelatih perlu juga mencari data-data untuk mengendalikan emosi para atlet asuhannya. yang tentu saja akan berbeda antara atlet yang satu dengan atlet lainnya. Gejolak emosi dapat mengganggu keseimbangan psikofisiologis seperti gemetar, sakit perut, kejang otot, dan sebagainya. Dengan terganggunya keseimbangan fisiologis maka konsentrasi pun akan terganggu, sehingga atlet tidak dapat tampil maksimal. Seringkali seorang atlet mengalami ketegangan yang memuncak hanya beberapa saat sebelum pertandingan dimulai. Demikian hebatnya ketegangan tersebut sampai ia tidak dapat melakukan awalan dengan baik. Apalagi jika lawannya dapat menekan dan penonton pun tidak berpihak padanya, maka dapat dibayangkan atlet tersebut tidak akan dapat bermain baik. Konsentrasinya akan buyar, strategi yang sudah disiapkan tidak dapat dijalankan, bahkan ia tidak tahu harus berbuat apa. Disinilah perlunya dipelajari cara-cara mengatasi ketegangan (stress mana- gement). Sebelum pelatih mencoba mengatasi ketegangan atletnya. terlebih dulu harus diketahui sumbersumber ketegangan tersebut. Untuk mengetahuinya, diperlukan adanya komunikasi yang baik antara pelatih dengan atlet. Berikut ini dijelaskan secara terpisah mengenai aspek-aspek yang berkaitan dengan emosi. 5. Kecemasan dan Ketegangan Kecemasan biasanya berhubungan dengan perasaan takut akan kehilangan sesuatu, kegagalan, rasa salah, takut mengecewakan orang lain, dan perasaan tidak enak lainnya. Kecemasan-kecemasan tersebut membuat atlet menjadi tegang, sehingga bila ia terjun ke dalam



pertandingan maka dapat dipastikan penampilannya tidak akan optimal. Untuk itu, telah banyak diketahui berbagai teknik untuk mengatasi kecemasan dan ketegangan yang penggunaannya tergantung dari macam kecemasannya. Sebagai usaha untuk dapat mengatasi ketegangan dan kecemasan, khususnya dalam menghadapi pertandingan, lakukanlah beberapa teknik berikut ini : 1. Identifikasikan dan temukan sumber utama dan permasalahan yang menimbulkan kecemasan. 2. Lakukan latihan simulasi, yaitu latihan di bawah kondisi seperti dalam pertandingan sesungguhnya. 3. Usahakan untuk mengingat, memikirkan dan merasakan kembali saat-saat ketika mencapai penampilan paling baik atau paling mengesankan. 4. Lakukan latihan relaksasi progresif, yaitu melakukan peregangan alau pengendoran otototot tertentu secara sistematis dalam waktu tertentu. 5. Lakukan latihan otogenik, yaitu bentuk latihan relaksasi yang secara sistematis memikirkan dan merasakan bagian-bagian tubuh sebagai hangat dan berat. 6. Lakukan latihan pernapasan dengan bernapas melalui mulut dan hidung serta secara sadar bernapas dengan menggunakan diafragma. 7. Dengarkan musik (untuk mengalihkan perhatian). 8. Berbincang-bincang, berada dalam situasi sosial (untuk mengalihkan perhatian). 9. Membuat pernyataan-pernyataan positif terhadap diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang diperlukan saat itu. 10. Lain-lain yang dapat mengurangi ketegangan. 6. Kepercayaan Diri Dalam olahraga, kepercayaan diri sudah pasti menjadi salah satu faktor penentu suksesnya seorang atlet. Masalah kurang atau hilangnya rasa percaya diri terhadap kemampuan diri sendiri akan mengakibatkan atlet tampil di bawah kemampuannya. Karena itu sesungguhnya atlet tidak perlu merasa ragu akan kemampuannya, sepanjang ia telah berlatih secara sungguhsungguh dan memiliki pengalaman bertanding yang memadai. Peran pelatih dalam menumbuhkan rasa percaya diri atletnya sangat besar. Syarat untuk untuk membangun kepercayaan diri adalah sikap positif. Beritahu pemain di mana letak kekuatan dan kelemahannya masing-masing. Buatkan program latihan untuk setiap atlet dan bantu mereka untuk memasang target sesuai dengan kemampuannya agar target dapat tercapai



jika latihan dilakukan dengan usaha keras. Berikan kritik membangun dalam melakukan penilaian terhadap atlet. Ingat, kritik negatif bahkan akan mengurangi rasa percaya diri. Jika pemain telah bekerja keras dan bermain bagus (walaupun kalah), tunjukkan penghargaan Anda sebagai pelatih. Jika pemain mengalami kekalahan (apalagi tidak dengan bermain baik), hadapkan ia pada kenyataan objektif. Artinya, beritahukan mana yang telah dilakukannya secara benar dan mana yang salah, serta tunjukkan bagaimana seharusnya. Menemui pemain yang baru saja mengalami kekalahan harus dilakukan sesegera mungkin dibandingkan dengan menemui pemain yang baru saja mencetak kemenangan.



7. Komunikasi Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi dua arah, khususnya antara atlet dengan pelatih. Masalah yang sering timbul dalam hal kurang terjalinnya komunikasi yang baik antara pelatih dengan atletnya adalah timbulnya salah pengertian yang menyebabkan atlet merasa diperlakukan tidak adil, sehingga tidak mau bersikap terbuka terhadap pelatih. Akibat lebih jauh adalah berkurangnya kepercayaan atlet terhadap pelatih. Untuk menghindari terjadinya hambatan komunikasi, pelatih perlu menyesuaikan teknikteknik komunikasi dengan para atlet seraya memperhatikan asas individual. Keterbukaan pelatih dalam hal pogram latihan akan membantu terjalinnya komunikasi yang baik, asalkan dilakukan secara objektif dan konsekuen. Atlet perlu diberi pengertian tentang tujuan program latihan dan fungsinya bagi tiap-tiap individu. Sebelum program latihan dijalankan, perlu dijelaskan dan dibuat peraturan mengenai tata tertib latihan dan aturan main lainnya termasuk sanksi yang clikenakan jika terjadi pelanggaran terhadap peraturan yang telah dibuat tersebut. Jadi, hindarilah untuk memberlakukan suatu sanksi yang belum pernah diberitahukan sebelumnya. Misalnya, seorang atlet minum Coca Cola dalam latihan, lalu dihukum oleh pelatih. Atlet tersebut bingung dan bertanya-tanya mengapa ia dihukum karena ia tidak pernah dijelaskan sebelumnya oleh pelatih bahwa dalam latihan dilarang minum minuman bersoda. Demikian pula dalam hal pelaksanaanya. Peraturan yang sudah dibuat, haruslah dijalankan secara konsekuen. Artinya, jika seorang atlet dihukum karena melanggar peraturan tertentu, maka jika ada atlet lain yang melanggar peraturan yang sama ia pun harus mendapat hukuman yang sama. Demikian pula jika atlet yang sama melakukannya lagi di kemudian hari. Pelatih pun perlu bersikap objektif dan berpikir positif. Bersikap objektif maksudnya adalah bersikap sesuai dengan kenyataan atau fakta apa adanya tanpa menyangkutpautkan dengan hal lain. Jika pelatih marah terhadap atlet karena misalnya si atlet datang terlambat dalam latihan, maka hukumlah atlet itu hanya atas keterlambatannya, jangan dihubungkan dengan halhal lain (ingat, hukuman tersebut harus sudah tertera dalam tata tertib latihan).



8. Konsentrasi Konsentrasi merupakan suatu keadaan di mana kesadaran seseorang tertuju kepada suatu obyek tententu dalam waktu tertentu. Makin baik konsentrasi seseorang, maka makin lama ia dapat melakukan konsentrasi. Dalam olahraga, konsentrasi sangat penting peranannya. Dengan berkurangnya atau terganggunya konsentrasi atlet pada saat latihan, apalagi pertandingan, maka akan timbul berbagai masalah. Dalam olahraga, masalah yang paling sering timbul akibat terganggunya konsentrasi adalah berkurangnya akurasi lemparan, pukulan, tendangan & tembakan sehingga tidak mengenai sasaran. Akibat lebih lanjut jika akurasi berkurang adalah strategi yang sudah dipersiapkan menjadi tidak jalan, sehingga atlet akhimya kebingungan, tidak tahu harus bermain bagaimana dan pasti kepercayan dirinya pun akan berkurang. Untuk menghindari keadaan tersebut, perlu dilakukan latihan berkonsentrasi. 9. Evaluasi Diri Evaluasi diri dimaksudkan sebagai usaha atlet untuk mengenali keadaan yang terjadi pada dirinya sendiri. Hal ini perlu dilakukan agar atlet dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan dirinya pada saat yang lalu maupun saat ini. Dengan bekal pengetahuan akan keadaan dirinya ini maka pemain dapat memasang target latihan maupun target pertandingan dan cara mengukurnya. Kegunaan lainnya adalah untuk mengevaluasi hal-hal yang telah dilakukannya, sehingga memungkinkan untuk mengulangi penampilan terbaik dan mencegah terulangnya penampilan buruk. Oleh karena itu, pelatih perlu menginstruksikan atletnya untuk memiliki buku catatan harian mengenai latihan dan pertandingan. Minta pemain untuk menuliskan kelemahan dan kelebihan diri sendiri, baik dalam segi fisik, teknik, maupun mental. Kemudian koreksilah jika menurut Anda sebagai pelatih ada hal-hal yang tidak sesuai atau ada yang kurang. Biasakan agar atlet mengisi buku tersebut secara teratur. Ajak atlet untuk menuliskan di dalam bukunya hal-hal yang intinya sebagai berikut: 1. Target jangka panjang, menengah, dan jangka pendek dalam latihan dan pertandingan. 2. Sesuatu yang dilakukan dan dipikirkan sebelum latihan atau pertandingan. 3. Suatu gerakan atau penampilan mengesankan. 4. Catatan mengenai kelemahan dan kelebihan lawan yang akan dihadapi dan strategi menghadapinya. 5. Hasil dan jalannya pertandingan. 6. Hal yang mengganggu emosi atau membuat penampilan jadi buruk. 7. Penghargaan yang didapat atas suatu keberhasilan.



Pastikan bahwa buku tersebut diisi secara teratur oleh setiap atlet. Namun perlu diingat bahwa pelatih jangan terlalu memaksa untuk membaca buku harian atlet. Biarkan itu menjadi bagian dan rahasia pribadi mereka. Yang perlu dipantau oleh pelatih adalah bahwa atlet mempunyai bahan bagi dirinya sendiri untuk melakukan evaluasi. B. Persiapan Pertandingan Setelah atlet dilatih baik fisik, teknik, strategi, maupun mentalnya dengan program latihan yang tepat, maka untuk menguji hasil latihannya adalah dengan lterjun ke dalam pertandingan. Tentunya diharapkan bahwa setiap pemain akan dapat menampilkan seluruh kemampuannya yang didapat dan latihan. Namun acapkali pemain tampil di bawah form, artinya ia tidak dapat menampilkan seluruh kemampuan yang dimilikinya pada saat pertandingan. Untuk mengatasi hal seperti di atas, perlu diciptakan situasi yang mendukung yang tercapainya prestasi optimal dan dilakukan perwapan mental untuk menghadapi suatu pertandingan agar si atlet dapat menampilkan seluruh kemampuannya, sehingga tercapailah prestasi puncak. Ada empat tahap penting dalam persiapan menuju pertandingan, yaitu (1). Sebelum hari pertandingan (2). Pada hari pertandingan (3). Saat pertandingan (4). Setelah hari pertandingan. Berikut uraiannya dalam contoh persiapan pertandingan bulutangkis: 1. Sebelum Hari Pertandingan a. Kumpulkan data mengenai kekuatan dan kelemahan lawan. Jika memungkin- kan, putarlah rekaman pertandingannya. Kemudian susunlah strategi untuk menghadapinya. Untuk pemain ganda, diskusikan strategi tersebut dengan pasangannya. b. Pantau kemajuan atlet, baik fisik maupun mentalnya dengan memperhatikan bagaimana tingkat konsentrasinya, bagaimana irama, timing, power, dan kelancaran menjalankan ketrampilannya serta sikapnya terhadap latihan secara umum. c. Pantau tingkat kecemasan atlet dengan melihat ekspresi wajahnya apakah cerah atau murung: apakah sinar matanya letih atau segar dan awas. Juga perhatikan suasana hatinya, bagaimana kualitas tidur dan makannya, apakah ia mengalami faktor-faktor psikosomatis seperti sakit perut, nyeri otot, sesak nafas, demam, batuk, keringat dingin, dan sebagainya.



d. Pada saat tidak latihan, pastikan bahwa atlet tidak "hidup dan berpikir" mengenai pertandingannya 24 jam sehan. Berikan aktivitas yang menyenangkan bagi dirinya yang dapat memberikan suasana gembira, sehingga ia bisa mengalihkan pikirannya sejenak dari pertandingan. e. Satu hari menjelang pertandingan, biasanya cukup latihan ringan saja dan tidak perlu berada di lapangan terlalu lama. Pada malam hari sebelum bertanding, tidurlah pada saat yang tepat, tidak perlu tidur terlalu cepat. Sebelum tidur, lakukan latihan relaksasi dan visualisasi. Jika pertandingan besok dilakukan pagi atau siang hari, siapkan alat-alat perperlengkapan pertandingan, termasuk baju ganti dan perlengkapan cadangan malam ini juga agar esok tidak terburu-buru. Pastikan semua dalam keadaan baik.



2. Pada Hari Pertandingan a. Bangun tidur pada saat yang tepat, malamnya harus tidur cukup dan tidak berlebihan. Kemudian lakukan aktivitas rutin kebiasaan sehari-hari, seperti sembahyang, berdoa, stretching, sarapan (perhatikan kapan harus makan dan apa yang harus dimakan), latihan relaksasi dan visualisasi, memeriksa kembali perlengkapan pertandingan termasuk cadangannya. Mulailah hari ini dengan gembira, optimis, dan berpikir positif. b. Berangkatlah ke tempat pertandingan pada saat yang tepat. Perhitungkan jarak ke tempat pertandingan, bagaimana mencapainya, kemacetannya dan sebagainya. Tidak perlu berangkat terlalu cepat, namun jangan sampai terlambat, sehingga tidak ada waktu untuk istirahat, penyesuaian dan pemanasan. c. Di tempat pertandingan pelatih perlu mengenali atlet mana yang berada didekat teman-temannya dan mana yang lebih suka menyendiri. Pastikan di lapangan mana atlet yang akan bertanding, jangan lupa melapor panitia. Untuk pertandingan pertama, pastikan atlet sudah hapal dimana letak ruang ganti, WC, ruang kesehatan, tes doping, tempat ganti senar, dan sebagainya. d. Sambil melakukan pemanasan, atlet hendaknya meningkatkan level `semangat' dlan tetap berpikir positif. Pelatih dapat mengingatkan strategi yang akan diterapkan secara sekilas. Lakukan stroke dengan penuh konsentrasi yang kemudian dapat dilanjutkan dengan'visualisasi clan relaksasi.



3. Saat Bertanding



Saat bertanding tiba, bukan waktunya lagi untuk memikirkan teknik memukul atau bagaimana harus melangkah. Itu semua sudah dilatih dalam latihan dan sudah dihayati dalam visualisasi. Sekarang saatnya tinggal mengulang-ulang kejadian yang sudah divisualisasikan dan melakukannya sesuai dengan situasi saat ini. Sekarang adalah saatnya melakukan konsentrasi penuh hanya pada bola dan jalannya pertandingan. 1. Anjurkan atlet untuk: a. Memantau clan menyesuaikan tingkat kecemasan, lakukan relaksasi. b. Pusatkan perhatian semata-mata hanya terhadap permainan yang sedang dijalani. Kesalahan yang baru atau pernah terjadi, clan yang mungkin terjadi jangan dihiraukan. c. Berpikir positif dan optimis, jangan biarkan pikiran-pikiran negatif. d. Jangan terlalu banyak menganalisa. e. Bermainlah dengan irama sendiri, jangan terbawa irama lawan. f. Menjalankan strategi yang telah disiapkan. Jangan diubah jika strategi itu berjalan. Lakukan evaluasi singkat, jika strategi tidak jalan, lakukan penyesuaian dengan alternatif strategi yang sudah dipersiapkan. g. Hindari hal-hal negatif seperti, menyalahkan diri sendiri secara berlebihan, berbicara terhadap diri sendiri berlebihan, berpikir negatif, meragukan kemampuan clan menyerah sebelum pertandingan selesai. h. Jika bermain bagus, jangan bertanya mengapa clan mengganti apapun; biarkan berjalan demikian. Jangan mengendor jika sedang leading (memimpin pertandingan), clan tidak perlu kasihan jika lawan mendapat angka nol. 4. Setelah Hari Pertandingan a. Mintalah atlet mencatat hal-hal posisitf maupun negatif yang dirasa berpengaruh terhadap penampilannya dalam pertandingan tadi. Bukan hanya yang bersifat teknik, taktik, clan strategi, tetapi juga yang bersifat mental, bahkan hal-hal kecil lainnya. Catat hasil tersebut dalam buku evaluasi si atlet. b. Evaluasi penampilan dalam pertandingan tadi. Apakah mencapai sasaran? c. Putuskan apakah perlu diadakan penyesuaian terhadap program latihan. d. Pusatkan perhatian terhadap aspek-aspek positif dari penampilan dalam pertandingan.



C. Pelatih Sebagai Pembina Mental Atlit Pelatih dalam olahraga dapat mempunyai fungsi sebagai pembuat atau pelaksana program latihan, sebagai motivator, konselor, evaluator dan yang bertanggung jawab terhadap segala hal yang berhubungan dengan kepelatihan tersebut. Sebagai manusia biasa, pelatih sama halnya dengan atlet, mempunyai kepribadian yang unik yang berbeda antara satu dengan lainnya. Setiap pelatih memiliki kelebihan dan kekurangan, karena itu tidak ada pelatih yang murni ideal atau sempura. Dalam mengisi peran sebagai pelatih, seseorang harus melibatkan diri secara total dengan atlet asuhannya. Artinya, seorang pelatih bukan hanya melulu mengurusi masalah atau hal-hal yang berhubungan dengan olahraganya saja, tetapi pelatih juga harus dapat berperan sebagai teman, guru. orangtua, konselor, bahkan psikolog bagi atlet asuhannya. Dengan demikian dapat diharapkan bahwa atlet sebagai seorang yang ingin mengembangkan prestasi, akan mempunyai kepercayaan penuh terhadap pelatihnya. Keterlibatan yang mendalam antara pelatih dengan atlet asuhannya harus dilandasi oleh adanya empati dan pelatih terhadap atletnya tersebut.Empati ini merupakan kemampuan pelatih untuk dapat menghayati perasaan atau keadaan atletnya, yang berarti pelatih dapat mengerti atletnya secara total tanpa ia sendiri kehilangan identitas pnbadinya. Untuk mengerti keadaan atlet dapat diperoleh dengan mengetahui atau mengenal hal-hal penting yang ada pada atlet yang bersangkutan. Pengetahuan sekadarnya saia tidak cukup bagi pelatih untuk mengetahui keadaan psikologi atletnya. Dasar dan sikap mau memahami keadaan psikologi atletnya adalah pengertian pelatih bahwa setiap orang memiliki sifat-sifat khusus yang memerlukan penanganan khusus pula dalam hubungan dengan pengembangan potensinya. Kepribadian seorang pelatih dapat pula membentuk kepribadian atlet yang menjadi asuhanya. Hal terpenting yang harus ditanamkan pelatih kepada atletnya adalah bahwa atlet percaya pada pelatih bahwa apa yang diprogramkan dan dilakukan oleh pelatih adalah untuk kebaikan dan kemajuan si atlet itu sendiri. Untuk bisa mendapatkan kepercayaan tersebut dari atlet, pelatih tidak cukup hanya memintanya, tetapi harus membuktikannya melalui ucapan, perbuatan, dan ketulusan hati. Sekali atlet mempercayai pelatih maka seberat apapun program yang dibuat pelatih akan dijalankan oleh si atlet dengan sungguh-sungguh. 2.3 Peran Psikologi Dalam Olahraga Ketika berbicara tentang olah raga, kita pasti disibukan dengan bahasan mengenai atlit dengan segudang aktivitas fisiknya. Padahal, kondisi psikis seorang atlit juga berpengaruh pada performanya saat berolah raga. Berikut beberapa peran psikolog dalam dunia olahraga secara umum. 1. Untuk Menentukan Target / Goal Peranan yang pertama adalah untuk menentukan target / goal. Psikologi ini digunakan oleh para atli untuk menentukan target atau goal yang akan dicapaianya. Karena dengan



menentukan target atau goal seorang atlit akan bisa mengatasi ketakutan –  ketakutan atau halangan yang ada dalam dirinya. 2. Untuk merancang Program Latihan Peranan yang kedua adalah untuk merancang program latihan. Seorang atlit akan memiliki waktu yang teratur untuk latihan dengan menggunakan program ini. (Baca juga mengenai aplikasi modifikasi perilaku psikologi olahraga) 3. Untuk Memaksimalkan  Kondisi Psikologi Atlet Peranan yang ketiga adalah untuk membanu atlet memaksimalkan kondisi piskologisnya. Kondisi psikologi dalma hal ini termasuk kedalam rasa percaya diri , fokus serta ketenangan jiwa seorang olahragawan atau atlet. (Baca juga mengenai masalah yang dihadapi dalam penerapan psikologi olahraga) 4. Untuk Membantu Bangkit Pasca Cedera Peranan yang ke empat adalah membantu bangkit pasca cedera. Dengan adanya aspke psikologi ini, maka seorang atlet dipercaya dapat denagn mudah bangkit pasca mengalami cedera di “ lapangan” karena rasa percaya diri yang sudah tertanam dalma dirinya. 5. Untuk Cerdas Dalam Mengelola Emosi Perananan yang kelima adalah agar seorang atlet cerdas dalam mengelola emosinya ketika berada di lapangan dan sesuatu terjadi tetapi tidak sebagaimana mestinya. (Baca juga mengenai jenis konsentrasi dalam psikologi olahraga) 6. Untuk Mengubah Mindset Peranan yang keenam adalah untuk mengubah mindset seseorang. Mengubah mindset dalam konteks ini adalah untuk membuat seorang atlet untuk memiliki pikiran yang positif yang disertai dengan tindakan dan perbuatan yang positif pula. 7. Untuk Membentuk Tubuh



Peranan yang ketujuh fisiologis adalah sesuatu yang mutlak sebagai pendukung seorang atlet. Adapun psikologi in berkaitan dengan kesiapan atlet untuk berlatih, berolahraga, bertanding untuk memperkuat tubuhnya. (Baca juga mengenai psikologi olahraga) 8. Untuk Menumbuhkan Semangat Peranan yang kedelapan adalah untuk menumbuhkan semangat. Semangat bisa didapatkan dari motivasi. Dengan menggunakan pendekatan psikologi maka seorang atlet bisa lebih semangat untuk mencapai apa yang semestinya harus dicapainya. 9. Untuk Membuat Mental Kuat Peranan yang kesembilan adalah untuk memperkuat mental seorang atlet. Psikologi juga termasuk ilmu yang memberikan pengajaran agar mempunyai mental yang kuat atau tegar. Seorang atlet haruslah memiliki mental yang kuat agar sanggup bertanding dengan atlet yang lainnya. Dalam hal inilah psikologi ini memberikan peranan pentingnya. 10. Untuk Membentuk Perilaku Atlet Peranan yang kesepuluh adalah untuk membentuk perilaku seorang atlet. Dalam hal ini psikologi akan berperan untuk membentuk perilaku seorang atlet yang berbeda dengan perilaku atlet lainnya. (Baca juga mengenai pengaruh globalisasi terhadap gaya hidup) 11. Untuk Menciptkan Perdamaian Peranan yang kesebelas adalah untuk menciptakna perdamaian. Yang namanya ajang pertandingan pastilah ada kasus yang tidak sesuai denagn yang kita inginkan. Untuk terus menciptakan kedamaian maka perlu adanya aspek psikologi. 12. Untuk Kesehatan Peranan yang kedua belas adalah untuk kesehatan. Selain sehat secara fisik, sehat secara jasmani juga dibutuhkan oleh seorang atlet untuk bisa bertanding dengan lawanya. Itulah fungsi dari psikologis olahraga ini. (Baca juga mengenai cara meningkatkan percaya diri pada anak) 13. Untuk Semangat



Peranan yang terakhir adalah untuk memberikan semangat. Tanpada adanya semangat maka bisa dipastikan seorang atlet tidaklah akan bisa mengalahkan suatu pertandingan. Itulah fungsi psikologi olahraga tersebut. (Baca juga mengenai pengertian kepribadian dalam psikologi komunikasi) 2.4 MENTAL TRAINNIN 1. Meningkatnya dan Prosotnya Prestasi Atlet strategi mental training dan perlakuan (treatment) yang di latihkan harus di sesuaikan dengan keadaan individual atlet, selain harus di sesuaikan dengan keaaan sebagian besar anggita teaam, karena ada mental traening yang di tunjukan kepada atlet orang perorang. Sehubungan itu perlu di ketahui beberapa gejala yang sering terjadi pada atlet, baik gejala yang perlu di kembangkan maupun gejala gejala yan atau hambatan gangguan pencapaian pertasi. Mental training adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan dan ketahanan mental atlit, yang mengandung kesanggupan untuk mengembangkan kemampuan dalam keadaan bagaimanapun juga, menghadapi hambatan dari dalam diri maupun luar di saat pertandingan. Unestahl juga mengatakan: ³Mental training merupakan latihan jangka panjang dan sistematis untuk berkembang dan belajar mengendalikan : 1) tingkah laku 2) penampilan 3) emosi dan mood-states (suasana hati) 4) proses Setiap atlet selalu menghadapi mental training akibat-akibat negatif relatif lebih mudah diatasi. Sudibyo Styobroto (1993) megatakan bahwa pelaksanaan mental training ditinjau dari pertahapannya dapat dikelompokkan dalam tahap awal dan tahap penguatan/ tahap lanjutan . Tahap-tahap pembinaan mental ini dapat dilakukan dengan sistematika dan teknik yang berbedabeda. Mengenai sasaran yang akan dicapai untuk tiap-tiap tahap juga dapat bervariasi sesuai dengan keadaan dan perkembangan psikologik atlet dan disesuaikan pula dengan kepentingan cabang olahraga yang diikuti atlet tersebut. 1. Tahap awal



A. Tahap ini merupakan persiapan latihan mental dengan sasaran utama membentukan citra ³image building latihan mental berikutnya. Tahap latihan mental pada tahap ini meliputi antara lain : B. Latihan pernafasan; ini merupakan persiapan fisik sesuai dengan prinsip badan dan jiwa manusia merupakan satu kesatuan yang bersifat organis (kesatuan psikofisis yang organis). C. Latihan konsentrasi; ini perlu sekali karena pada hakekatnya prestasi tinggi hanya akan dicapai dengan mobilisasi total seluruh energi. Untuk itulah perlu atlet memiliki kemampuan untuk mengkonsentrasikan perhatian dan fungsifungsi psikologik agar dapat terpusat pada sasaran atau penyelesaian tugas tertentu. Relaksasi; ini merupakan hal yang perlu dikuasai oleh setiap atlet karena atlet adalah orang yang selalu atau sering dalam keadaan penuh ketegangan sehingga teknik relaksasi harus dikuasai untuk dapat mengembalikan kondisi sebaikbaiknya sehingga siap menghadapi tugastugas berikutnya yang penuh ketegangan pula. D. Imagery atau visualization; teknik ini perlu dikuasai agar atlet selalu dapat menggambarkan dengan jelas gerakan-gerakan teknik-teknik dan taktik-taktik yang harus dilakukan menghadapi perlombaan atau pertandingan; dengan menguasai gerakan-gerakan, teknik dan taktik tersebut berarti atlet memiliki sebagian dari kesiapan menta, khususnya kesiapan akal menghadapi pertandingan. E. imagery mempunyai tugas dan tanggung jawab menegakkan Sang Merah Putih, menjunjung nama Bangsa dan Negara.



2. Tahap lanjutan Tahap ini merupakan tahap untuk menguatkan kemampuan komponenkomponen mental atlet. Karena mental merupakan keseluruhan struktur dan proses kejiwaan maka pada tahap lanjut ini semua teknik mental training harus terarah untuk menguatkan fungsi-fungsi psikologik yang berhubungan dengan asepek kognitif (akal), aspek konatif (kemauan) dan aspek afektif emosional. Mental training yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan aspek kognitif antara lain : a. Pemusatan perhatian (attention focus) b. Imagery atau visualization c. Kecepatan dan ketepatan reaksi



d. Restrukturisasi pemikiran. Mental training yang berkaitan dengan peningkatan dan kemampuan aspek konatif (kemauan) yaitu, antara lain : a. Will power training b. Concentration c. Contemplation Mental training yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan aspek afektif emosional antara lain : a. Biofeed-back; ini berkaitan dengan aspek psiko-fisis b. self-suggestion c. Meditasi untuk dapat menguasai gejala-gejala emosional.



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya, mulai dari perilaku sederhana sampai yang kompleks. Perilaku manusia ada yang disadari, namun ada pula yang tidak disadari, dan perilaku yang ditampilkan seseorang dapat bersumber dari luar ataupun dari dalam dirinya sendiri. Serta psikologi olahraga mempunyai aspek yang perlu menjadi pegangan kita yaitu berpikiran positif. Berpikir positif dimaksudkan sebagai cara berpikir yang mengarahkan sesuatu ke arah positif, melihat segi baiknya. Hal ini perlu dibiasakan bukan saja oleh atlet, tetapi



terlebih-lebih bagi pelatih yang melatihnya. Dengan membiasakan diri berpikir positif, maka akan berpengaruh sangat baik untuk menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi, dan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Berpikir positif merupakan modal utama untuk dapat memiliki ketrampilan psikologis atau mental yang tangguh Beberapa peran psikolog dalam dunia olahraga secara umum.: 1. Membantu atlit menentukan target/goals serta mengatasi ketakutan-ketakutannya Misalnya, ketakutan akan kegagalan mencapai target, kejadian memalukan, kecelakaan, atau kecemasan terhadap performanya secara umum. 2. Membantu atlit merancang program latihan yang lebih efektif, efisien, dan berkualitas disesuaikan dengan kondisi dan target dari atlit tersebut. Terkadang seorang atlit bisa memiliki banyak waktu untuk latihan tetapi terkadang juga ia memiliki waktu luang terbatas untuk latihan. 3. Membantu atlit memaksimalkan kondisi psikologisnya. Kondisi psikologis ini termasuk di dalamnya rasa percaya diri, fokus, dan ketenangan seorang atlit. Kesiapan secara mental atau psikologis ini sangat penting sebelum memulai pertandingan dalam dunia olah raga. 4. Membantu atlit bangkit pasca cedera. Kembali ke “lapangan” pasca mengalami cedera terkadang bukan hal yang mudah bagi seorang atlit. Sekalipun cedera sudah sembuh total, terkadang ada “luka secara mental” yang tetap tersimpan dalam diri atlet. Terlebih, biasanya terdapat tekanan dalam dirinya untuk dapat kembali menampilkan performa sebaik sebelum ia cedera. 5. Membantu atlit mengelola emosinya pasca pertandingan. Misalnya senang ketika menang, atau sedih dan marah ketika kalah. Psikolog olahraga dapat membantu atlit untuk berlatih mengelola emosinya agar dapat kembali bangkit pasca kekalahan atau dapat mempertahankan performanya pasca kemenangan.



3.2 Saran Sebagai seorang pelatih, sebaiknya kita memperhatikan kondisi psikologi dari atlet yang kita latih agar memiliki performa fisik dan mental yang bagus, baik itu sebelum pertandingan, sedang bertanding, dan sesudah pertandingan.