Makalah Pestisida [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR Assalamualaikum wr.w Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga kami selaku mahasiswa/(i) dapat menyelasaikan tugas makalah ini yang berjudul “Pemanfaatan Pestisida dan Dampaknya Terhadap Makhluk Hidup dan Lingkungan” Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Wassalamualaikum Wr.Wb Makassar, 8 November 2019



Penyusun



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...............................................................................................1 B. Rumusan Masalah ..........................................................................................2 C. Tujuan ............................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN A. Defenisi Pestisida ...........................................................................................3 B. Cara Penggunaan Pestisida ............................................................................11 C. Dampak Penggunaan Pestisida ......................................................................15 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................................................25 B. Saran ...............................................................................................................26 DAFTAR PUSTAKA



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pestisida adalah subtansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau menendalikan berbagai hama. Kata pestisida berasal dari kata pest = hama dan cida = pembunuh, jadi artinya pembunuh hama. Pestisida adalah racu untuk membunuh serangga (insektisida), fungi atau cendawan, nematode, dan lainlain hama pengganggu tanaman. Untuk itulah kehadirannya di dunia pertanian tidak bias dihindari lagi. Tanpa adanya pestisida bias diramalkan bahwa produksi tanaman tidak bisa mencapai optimum, apalagi selama ini pemberantasan secara biologis, yaitu dengan musuh alami belum bias menyaingi pemberantasan secara kimia yaitu denan pestisida. Mengingat peranannya yang sangat besar, perdagangan pestisida semakin lama semakin semakin ramai. Tetapi yang sering menjadi masalah adalah sifat racunnya. Racun pestisida dapat meracuni manusia, ternak, serangga penyerbuk, musuh alami serangga hama, tanaman, serta lingkungan bisa terpolusi. Bahkan pemakain dosis yang tidak tepat dapat membuat hama menjadi kebal. Di bidang pertanian, penggunaan pestisida juga telah dirasakan manfaatnya untuk meningkatkan produksi. Dewasa ini pestisida merupakan sarana yang sangat diperlukan. Terutama digunakan untuk melindungi tanaman dan hasil tanaman, ternak maupun ikan dari kerugian yang ditimbulkan oleh berbagai jasad pengganggu. Bahkan oleh sebahagian besar petani, beranggapan bahwa pestisida adalah sebagai “dewa penyelamat” yang sangat vital. Sebab dengan bantuan pestisida, petani meyakini dapat terhindar dari kerugian akibat serangan jasad pengganggu tanaman yang terdiri dari kelompok hama, penyakit maupun gulma. Keyakinan tersebut, cenderung memicu pengunaan pestisida dari waktu ke waktu meningkat dengan pesat.



Di Indonesia, disamping perusahaan perkebunan, petani yang paling banyak menggunakan berbagai jenis pestisida ialah petani sayuran, petani tanaman pangan dan petani tanaman hortikultura buah-buahan. Khusus petani sayuran, kelihatannya sulit melepaskan diri dari ketergantungan penggunaan pestisida. Bertanam sayuran tanpa pestisida dianggap tidak aman, dan sering kali pestisida dijadikan sebagai garansi keberhasilan berproduksi. Berdasarkan dari hal tersebut maka dibuatlah makalah ini sebagai bahan informasi tentang pestisida B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari pestisida ? 2. Bagaimana penggunaan pestisida yang baik dan benar ? 3. Bagaimana dampak penggunaaan pestisida bagi lingkungan dan manusia C. Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi dari pestisida 2. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan pestisida yang baik dan benar 4. Untuk mengetahui Bagaimana dampak penggunaaan pestisida bagi lingkungan dan manusia



2



BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Pestisida Menurut Peraturan Pemerintah Bo. 7 Tahun 1973, definisi pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk: 1. Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian, 2. Memberantas rerumputan, 3. Mengatur dan merangsang pertumbuhan yang tidak iinginkan, 4. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan peliharaan dan ternak, 5. Memberanta atau mencegah hama-hama air, 6. Mmmberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam bangunan rumah tangga alat angkutan, dan alat-alat pertanian, 7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan, tanah dan air. Sedangkan definisi menurut The United States Federal Enviromental Pesticide Control Act, pestisida adalh semua zat yang khusus untuk memberantas atau mencegah gsngguan serangga, binatang, pengerat, nematoda, cendawan, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama kecuali virus, bakteria atau jasad renik yang terdapat pada manusia dan binatang lainnya. Atau semua zat atau campuran zat yang dimaksudkan untuk digunakan sebagai pengatur pertumbuhan atau pengering tanaman.



3



1. Peranan pestisida Dalam konsep pengendalian hama terpadu pestisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian. Prinsip penggunaannya ialah : a. Harus kompatibel dengan komponen pengendalian lain, yaitu komponen pengendalian hayati, b. Efisien untuk mengendalikan hama tertentu, c. Meninggalkan residu dalam waktu yang diperlukan saja, d. Tidak boleh persisten, jadi harus mudah terurai, e. Dalam perdagangan (transport, penyimpanan, pengepakan, labeling) harus memenuhi persyaratan keamanan yang maksimum, f. Harus tersedia antidote untuk pestisida tersebut, g. Sejauh mingkin harus aman bagi lingkungan fisik dan biota, h. Relatif aman bagi pemakaian (LD50 dermal dan LD50 oral relatif tinggi), i. Harga terjangkau bagi petani. Idealnya teknologi pertnian maju tidak memakai pestisida. Tetapi sampai kini belum ada teknologi yang demikian. Pestisida masih diperlukan dan malahan penggunaannya makin meningkat. Maka untuk mengetahui sejauh mungkin memenuhi penggunaan prinsip diatas, jenis, waktu, bentuk formulasi dan metode aplikasi suatu pestisida benar-benar harus diketahui dengan baik. Pengalaman di Indonesia dalam menggunakan pestisida untuk program intensivikasi, ternyata pestisida dapt membantu mengatasi masalah-masalah hama padi. Pestisida dengan cepat menurunkan populasi hama hingga meluasnya serangga dapat dicegah, dan kehilangan hasil panen dapat dikurangi. 2. Macam – macam Pestisida



4



Pestisida dapat digolongkan menjadi bermacam-macam dengan berdasar fungsi dan asal katanya. Penggolongan tersebut disajikan sebagai berikut : a. Akarisida Berasal dari kata akari yang dalam bahasa Yunani berarti tungau atau kutu. Akarisida sering juga disebut mitesida. Fungsinya untuk membunuh bagian tungau atau kutu. Contohnya Kelthene MF dan Trithion 4E b. Algisida Berasal dari kata alga bahasa Latinnya berarti ganggang laut. Fungsinya untuk membunuh alga. Contoh Dimanin c. Avisida Berasal dari kata avis bahasa Latinnya berarti burun, fungsinya sebagai pembunuh atau penolak burung. Contohnya Avitrol untuk burung kakaktua. d. Bakterisida Berasal dari kata Latin bacterium atau kata Yunani bacrom, berfungsi untuk membunuh bakteri. Contohnya Agrept, Agrimycin, Bactycin, Tetracyline dan Trichloropenol. e. Fungisida Berasal dari kata Latin fungus atau kata Yunani spongos yang artinya jamur, berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan. Dapat bersifat Fungitoksik



(membunuh



cendawan)



atau



Fungistatik



(menekan



pertumbuhan cendawan). Contohnya Benlate, Dithane M-45 80P, Antracol 70 WP, Cupravit OB 21, Delsene MX 200, Dimatan 50 WP. f. Herbisida Berasal dari kata Latin herba artinya tanaman setahun, berfunsi untuk membunuh gulma. Contohnya Gromoxone, Basta 200 AS, Basfapon 85 SP, Esteron 45 P. g. Insektisida



5



Berasal dari kata Latin insectum artinya potongan, keratin segmen tubuh, berfungsi untuk membunuh serangga. Contohnya Lebaysid, Diroside 650 EC, Thiodan, Sevin, Sevidan 70 WP, Tamaron. h. Larvisida Berasal dari kata Yunani lar, berfungsi untuk membunuh ulat (larva). Contohnya Venthion, Dipel (Turiside). i. Molluksisida Berasal dari kata Yunani molluscus artinya berselubung tipis atau lembek, berfungsi untuk membunuh siput. Contohnya Morestan, PLP, Brestan 60. j. Nematisida Berasal dari kata Latin nematoda atau bahasa Yunani nema berarti benang, berfungsi untuk membunuh nematoda. Contohnya Nemacur, Furada, Basamid G, Temik 10 G, Vydate. k. Ovisida Berasal dari kata Latin ovum berarti telur, berfungsi untuk merusak telur. l. Pedukulisida Berasal dari kata Latin pedis, berarti kutu, tuma, berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma.



m. Piscisida Berasal dari kata Yunani piesces berarti ikan, berfungsi untuk membunuh ikan. Contohnya Sqouxin untuk Cyprinidae, Chemish 5 EC. n. Predisida Berasal dari kata Yunani praeda, berarti pemangsa, berfungsi sebagai pembunuh predator. o. Rodentisida Berasal dari kata Yunani rodere, berarti pengerat berfungsi untuk membunuh binatang pengerat, seperti tikus. Contohnya Diphacin 110, klerat RMB, Racumin, Ratikus RB, Ratilan, Ratak, Gisorin. 6



p. Silvisida Berasal dari kata Latin silva berarti hutan, berfungsi untuk membunuh pohon atau pembersih pohon. q. Termisida Berasal dari kata Yunani termes artinya serangga pelubang kayu, berfungsi untuk membunuh rayap. Contohnya Agrolene 26 WP, Chiordane 960 EC, sevidol 20/20 WP, Lindamul 20 EC, Difusol CB. Berikut ini beberapa bahan kimia yang termasuk pestisida juga, namun namanya tidak memakai akhiran sida. a. Attraktan Zat yang baunya dapat menyebabkan serangga menjadi tertarik, sehingga dapat digunakan sebagai penarik serangga dan menangkap dalam suatu perangkap. Contohnya Metiluegenol, Feromon kelamin (zat yang diekskresi oleh sejenis serangga dengan maksud untuk menarik jenis lawannya). b. Kemosterilan Zat yang berfungsi untuk mensterilkan serangga atau vertebrata. Contohnya Ornitrol yang digunakan untuk menserilkan burung darah, Afolate pensteril lalat rumah. c. Defoliant Zat yang digunakan untuk menggugurkan daun supaya memudahkan panen (seperti pada tanaman kapas). Contohnya Asam Arsenic, Folex,DEF. d. Desikan Zat untuk mengeringkan daun atau bagian tanaman. Contohnya Asam Arsenik. e. Desinfektan Zat



yang



digunakan



untuk



membasmi



atau



menginaktifkan



mikroorganisme. Contohnya Triklorofenol, Sodiumbisulfat. 7



f. Zat Pengatur Tumbuh Zat



yang



bisa



memperlambat,



menghentikan



atau



mempercepat



pertmbuhan tanaman. Contohnya Gibbrellin, ethrel, Phospon. g. Reppellen Zat yang berfugsi sebagai penolak atau penghalau hama. Contohnya kamper untuk penolak kutu, minyak sereh untuk penolak nyamuk, Avitrol untuk penolak burung. h. Sterilan tanah Zat yang berfungsi mensterilkan tanah dari jasad renik atau biji gulma. Contohnya Ammoniumtiasinate, Metil bromide. i. Desinfestan Zat untuk membasmi hama, tngro, gulma, tikus dan organisme berel banyak lainnya. j. Pengawet kayu Zat untuk pengawet kayu. Contohnya Penta Klorol Fenol (PCP). k. Stiker Zat yang berguna sebagai perekat pestisida supaya tahan terhadap angin dan hujan. Contohnya Teepol, Adjuvan T. l. Surfaktan dan agen penyebar Zat untuk meratakan pestisida pada permukaan daun. Contohnya Triton dan Surfinol. m. Inhibitor Zat untuk menekan pertumbuhan batang dan tunas. Contohnya Phospon. n. Stimulan tanaman Zat untuk menguatkan pertumbuhan dan memastikan terjadinya buah. Contohnya Atonik, Ethrel.



3. Formulasi Pestisida



8



Pestisida sebelum siap digunakan harus diformulasikan terlebih dahlu. Pestisida dalam bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat diformulasikan sendiri atau dikrim ke formulator lain. Kemudian oleh formulator baru diberi nama dagang sesuai dengan keinginannya. Berkut ini beberapa formulasi pestisida yang sering dijumpai: a. Cairan Emulsi (Emulsifiable Concentrates = Emulsible Concentarates) Pestisida yang berformulasikan cairan emulsi meliputi pestisida yang dibelakang nama dagang diikuti oleh singkatan ES (Emulsifiable Solution), WSC (Water Soluble Concentate), E (Emulsifable), S (Slution). Biasanya dimuka singkatan trcantum angka yang menunjukkan besarnya persentase 90% berarti pestisida tesebut tergolong pestisida dalam bentuk murni. Komposisi pestisida cair biasanya terdiri atas tiga komponen, yaitu bahan aktif, pelarut serta bahan perata. Pestisida golongan ini disebut bentuk cairan emulsi karena berupa cairan pekat yang dapat dicampur dengan air dan akan membentuk emulsi. Contoh Basazinon 45/30 EC, Dharmabas 50 EC, Hopcin 50 EC, Sumbas 75 EC, Dimecron 30 ES, Dursban 155 E, Azodrin 15 WSC dan Terrazole 25 EC. b. Butiran Formulasi butiran biasanya hanya digunakan pada bidang pertanian sebagai nsektisida sistemik. Dapat digunakan bersamaan waktu tanam untuk melindungi tanaman pada umur awal. Komposisi pestisida butiran biasanya terdiri atas bahan aktif, bahan pembawa yang terdiri atas talek dan kuarsa serta bahan perekat.komposisi bahan aktif biasanya berkisar 2-25 persen, dengan ukuran butiran 20-80 mesh. Aplikasi pestisida butiran lbih mudah bila dibanding dengan formulasi lain. Pestisida formulasi butiran biasanya dibelakang nama dagang tercantum singkatan G atau WDG (Water Dispersible Granule). Contoh Furadan 3 G, Nemacur 5 G, Ekalux 5 G, Gesapax 75 WDG, Ridomil 2 G, dan Hopcin 5 G.



9



c. Debu (Dust) Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri atas bahan aktif dan zat pembawa seperti talek. Dalm bidang pertanian pestisida formulasi debu ini kurang banayk digunakan, karena kurang efisien, hanya antar 10-40 persen saja apabila pestisida formulasi debu ini diaplikasikan dapat mengenai sasaran (tanaman). Contoh Sevin 5 D ddan Manzate D. d. Tepung (Powder) Komposisi pestisida formulasi tepung, pada umumnya terdiri atas bahan aktif dan bahan pembawa sepeti tanah liat atau talek (biasanya 50-75 persen). Untuk mengenal pestisida formulasi tepng, biasanya dibelakang nama dagang tercantum singkatan WP (Wettable Powder) atau WSP (Water-Soluble Powder). Contoh Cymbush 12,5 WP, Sevidan 70 WP, Antracol 70 WP, Applaud 10 WP, Sevin 85 SP, Carbavin 85 SP dan Orthene 75 SP. e. Oli Pestisida formulasi oli biasanya dapat dikenal dengan singkatan SCO (Solluble Concentrate in Oil). Biasanya dicampur dengan larutan minyak seperti xilen, karosen atau aminoester. Dapat digunakan seperti penyemprotan ULV (Ultra Low Volume) dengan menggunakan atomizer. Formulasi ini dignakan pada tanaman kapas. Contoh Sevin 4 Oil dan Basudin 90 SCO. f. Fumigansia (Fumigant) Pestisida ini berupa zat kimia yang dapat menghasilkan gas, bau, uap, asap yang berfungsi untuk membunuh hama. Biasanya digunakan digudang penyimpanan.



Contoh



Metil



bromida,



Gammexane,



CH3Br,



D.D



dan



Karbondisulfida.



10



B. Cara Penggunaan Pestisida Cara penggunaan pestisida yang tepat merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan pengendalian hama. Walaupun jenis obat nya baik, namun karena penggunaannya tidak betul, maka menyebabkan sia-sianya penggunaan pestisida. Hal-hal yang perlu diprhatikan dalam penggunaan pestisida, diantaranya adalah keadaan angin, suhu udara, kelembapan, dan curah hujan. Angin yang tenang dan stabil akan mengurangi pelayangan partikel pestisda di udara. Apabila suhu di bagian bawah lebih panas, pestisida akan bergerak vertikal ke atas. Demikian pula kelembapan udara yang tinggi akan mempermudah terjadinya hidrolisis pada partikel pestisida yang dapat menyebabkan berkurangnya daya racun. Sedang curah hujan dapat menghilangkan pestisida karena pencucian pestisida oleh air hujan. Untuk menggunakan pestisida ada beberapa petunjuk dalam penggunaan pestisida, yaitu : 1. Memilih Pestisida Untuk memilih pestisida, pertama yang harus di ingat adalah jasad pengganggu yang akan dibasmi. Karena masing-masing formulasi pestisida hanya manjur untukjenis jasad pengganggu tertentu. Maka formulasi pestisida yang dipilih harus sesuai dengan jasad pengganggu yang akan di kendalikan. Untuk mempermudah pemilihan pestisida, dapat dibaca pada masing-masing label pestisida. Dalam label tersebut tercantum jenis-jenis jasad pengganggu yang dapat dikendalikan, cara penggunaan dan bahaya-bahaya yang ditimbulkan. 2. Dosis Dalam penggunaan pestisida kita harus tahu dosis



yang harus



dipergunakan. Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kg yang digunakan untuk mengendalikan hama atau penyakit tiap satuan luas tertentu



11



atau tiap tanaman yang dilakukan dalam satu kali aplikasi atau lebih. Ada pula yang mengartikan dosis adalah jumlah pestisida yang telah dicampur atau diencerkan dengan air, yang digunakan untuk menyemprot hama atau penyakit dengan luas tertentu. Besarnya suatu dosis pestisida, biasanya tercantum dalam label pestisida. Sebagai contoh dosis insektisida Diazinon 60 EC adalah satu liter perhektar untuk satu aplikasi, atau 400 liter larutan jadi Diazinon 60 EC perhektar untuk satu kali aplikasi. Untuk dosis bahan aktif sebagai contoh sumibas 75 SP adalah 0,75 kg/ha.



3. Konsentrasi Ada tiga macam konsentrasi yang perlu diperhatikan dalam hal penggunaan pestisida: a. Konsentrasi bahan aktif, yaitu persentase bahan aktif suatu pestisida dalam larutan yang sudah dicampur dengan air. b. Konsentrasi formulasi, yaitu banyaknya pestisida dalam cc atau gram setiap liter air. c. Konsentrasi larutan atau konsentrasi pestisida, adalah persentase kandungan pestisida dalam suatu larutan jadi.



4. Alat semprot, ukuran droplet, partikel, dan molekul Alat untuk aplikasi pestisida terdiri atas bermacam-macam seperti knapsack sprayer ( high volume) biasanya dengan volume larutan konsentrasi 500 liter. Mist blower (low volume) biasanya dengan konsentrasi 100 liter. Dan atomizer (ultra low volume) biasanya kurang dari 5 liter. 1. Ukuran droplet ada bermacam-macam: a. Very coarse spray



lebih 500 mikrometer



b. Coarce spray



400-500 mikrometer



c. Medium spray



250-400 mikrometer



d. Fine spray



100-250 mikrometer 12



e. Mist



50-100 mikrometer



f. Aerosol



0,1-50 mikrometer



g. Fog



5-15 mikrometer



2. Ukuran partikel ada bermacam-macam: a. Macrogranules



lebih 300 mikrometer



b. Microgranules



100-300 mikrometer



c. Coarse dusts



44-100 mikrometer



d. Fine dusts



kurang 44 mikrometer



e. Fog



0,001-0,1 mikrometer



3. Ukuran molekul hanya ada satu macam: a. Molecules



kurang 0,001 mikrometer



5. Menyimpan pestisida Pestisida senantiasa harus disimpan dalam keadaan baik, dengan wadah atau pembungkus asli, tertutup rapat, tidak bocor, atau rusak. Sertakan pula label asli berserta keterangan yang jelas dan lengkap. Dapat disimpan dalam tempat yang khusus yang dapat di kunci, sehingga anak-anak tidak mungkin menjangkaunya, demikian pula hewan peliharaan atau ternak. Jauhkan dari tempat minuman, makanan, dan juga sumber api. Buatlah ruangan yang terkunci tersebut ventilasi yang baik, tidak terkena langsung sinar matahari, dan ruangan tidak boleh bocor karena air hujan. Hal tersebut semuanya dapat menyebabkan penurunan kemanjuran pestisida. 6. Menggunakan pestisida Untuk menggunakan pestisida harus diingat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: a. Pestisida digunakan apabila diperlukan b. Sebaiknya makan dan minum secukupnya sebelum berkerja dengan pestisida



13



c. Harus mengikuti petunjuk yang tercantum dalam label d. Anak-anak tidak diperkenankan menggunakan pestisida, demikian pula wanita hamil, dan orang yang tidak baik kesehatannya. e. Apabila terjadi luka, tutuplah luka tersebut, kerena pestisida dapat terserap melalui luka. f. Gunakan perlengkapan khusus, pakaian lengan panjang dan celana panjang, sarung tangan, sepatu kebun, kacamata, penutup hidung dan rambut, dan atribut lain yang diperlukan. g. Hati-hatilah menggunakan pestisida, lebih-lebih yang konsentrasinya pekat. Tidak boleh sambil makan dan minum. h. Jangan mencium pestisida, kerena pestisida sangat berbahaya apabila tercium. i. Sebaiknya pada waktu pengeceran atau pencampuran pestisida lakukanlah ditempat terbuka. Gunakan selalu alat yang bersih dan khusus. j. Dalam



mencampur



pestisida



sesuaikan



dengan



takaran



yang



dianjurkan.jangan berlebihan atau kurang. k. Tidak dianjurkan meencampur pestisida lebih dari satu macam, kecuali dianjurkan. l. Jangan menyemprot dan menaburkan pestisida pada waktu akan turun hujan , cuaca panas, angin kencang, dan arah semprotan atau sebaran berlawanan arah dengan angin. m. Bila tidak enak badan berhentilah berkerja karena dapat membahayakan kita. n. Wadah bekas pestisida harus dirusak atau dikubur, dibakar supaya tidak digunakan oleh orang lain sebagai tempat makanan atau minuman. o. Pasanglah tanda peringatan ditemat yang baru diperlakukan dengan pestisida. p. Setelah bekerje dengan pestisida, semua peralatan harus dibersihkan, demikian pula pakaian-pakaian, dan mandilah dengan sebersih mungkin. 14



Untuk berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu pestisida tumpah, dapat disediakan air dan sabun atau diterjen, beserta pasir, kapur, serbuk gergaji, atau tanah sebagai penyerap pestisida. Sediakan pula wadah kosong, sewaktuwaktu untuk mengganti tempat atau wadah yang bocor. C. Dampak Penggunaan Pestisida 1. Dampak Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Dalam penerapan di bidang pertanian, ternyata tidak semua pestisida mengenai sasaran. Kurang lebih hanya 20 persen pestisida mengenai sasaran sedangkan 80 persen lainnya jatuh ke tanah. Akumulasi residu pestisida tersebut mengakibatkan pencemaran lahan pertanian. Apabila masuk ke dalam rantai makanan, sifat beracun bahan pestisida dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, mutasi, bayi lahir cacat, CAIDS (Chemically Acquired Deficiency Syndrom) dan sebagainya (Sa’id, 1994). Pada masa sekarang ini dan masa mendatang, orang lebih menyukai produk pertanian yang alami dan bebas dari pengaruh pestisida walaupun produk pertanian tersebut di dapat dengan harga yang lebih mahal dari produk pertanian yang menggunakan pestisida (Ton, 1991). Pestisida yang paling banyak menyebabkan kerusakan lingkungan dan mengancam kesehatan manusia adalah pestisida sintetik, yaitu golongan organoklorin. Tingkat kerusakan yang disebabkan oleh senyawa organoklorin lebih tinggi dibandingkan senyawa lain, karena senyawa ini peka terhadap sinar matahari dan tidak mudah terurai (Sa’id, 1994). Penyemprotan dan pengaplikasian dari bahan-bahan kimia pertanian selalu berdampingan dengan masalah pencemaran lingkungan sejak bahan-bahan kimia tersebut dipergunakan di lingkungan. Sebagian besar bahan-bahan kimia pertanian yang disemprotkan jatuh ke tanah dan didekomposisi oleh mikroorganisme. Sebagian menguap dan menyebar di atmosfer dimana akan



15



diuraikan oleh sinar ultraviolet atau diserap hujan dan jatuh ke tanah (Uehara, 1993). Pestisida bergerak dari lahan pertnaian menuju aliran sungai dan danau yang dibawa oleh hujan atau penguapan, tertinggal atau larut pada aliran permukaan, terdapat pada lapisan tanah dan larut bersama dengan aliran air tanah. Penumpahan yang tidak disengaja atau membuang bahan-bahan kimia yang berlebihan pada permukaan air akan meningkatkan konsentrasi pestisida di air. Kualitas air dipengaruhi oleh pestisida berhubungan dengan keberadaan dan tingkat keracunannya, dimana kemampuannya untuk diangkut adalah fungsi dari kelarutannya dan kemampuan diserap oleh partikel-partikel tanah. Berikut ini akan diuraikan beberapa dampak penggunaan pestisida yang berhubungan dengan lingkungan dan ekosistem. a. Punahnya Spesies Polutan berbahaya bagi biota air dan darat. Berbagai jenis hewan mengalami keracunan dan kemudian mati. Berbagai spesies hewan memiliki kekebalan yang tidak sama. Ada yang peka, ada pula yang tahan. Hewan muda dan larva merupakan hewan yang peka terhadap bahan pencemar. Ada hewan yang dapat beradaptasi sehingga kebal terhadap bahan pencemar dan ada pula yang tidak. Meskipun hewan mampu beradaptasi, harus diketahui bahwa tingkat adaptasi hewan ada batasnya. Bila batas tersebut terlampaui, hewan tersebut akan mati.



b. Peledakan Hama Penggunaan pestisida dapat pula mematikan predator. Jika predator punah, maka serangga dan hama akan berkembang tanpa kendali.



c. Gangguan Keseimbangan Lingkungan Punahnya spasies tertentu dapat mengubah pola interaksi di dalam suatu ekosistem. Rantai makanan, jaring-jaring makanan dan aliran energi menjadi 16



berubah. Akibatnya keseimbangan lingkungan, daur materi, dan daur biogeokimia menjadi terganggu.



d. Kesuburan Tanah Berkurang Penggunaan insektisida dapat mematikan fauna tanah dan dapat juga menurunkan kesuburan tanah. Penggunaan pupuk terus menerus dapat menyebabkan tanah menjadi asam. Sehingga dapat menurunkan kesuburan tanah. Kerusakan tanah atau lahan dapat disebabkan oleh kemerosotan struktur tanah (pemadatan tanah dan erosi), penurunan tingkat kesuburan tanah, keracunan dan pemasaman tanah, kelebihan garam dipermukaan tanah, dan polusi tanah. Faktor-faktor yang mempengaruhi degradasi tanah atau lahan adalah : (1) pembukaan lahan (deforestration) dan penebangan kayu hutan secara berlebihan untuk



kepentingan



domestik,



(2)



penggunaan



lahan



untuk



kawasan



peternakan/penggembalaan secara berlebihan (over grazing), dan (3) aktivitas pertanian dalam penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan (Hakim, 2002).



2. Dampak Penggunaan Pestisida Terhadap Kesehatan Manusia Pestisida secara harfiah berarti pembunuh hama, berasal dari kata pest dan sida. Pest meliputi hama penyakit secara luas, sedangkan sida berasal dari kata “caedo” yang berarti membunuh. Pada umumnya pestisida, terutama pestisida sintesis adalah biosida yang tidak saja bersifat racun terhadap jasad pengganggu sasaran. Tetapi juga dapat bersifat racun terhadap manusia dan jasad bukan target termasuk tanaman, ternak dan organisma berguna lainnya. Pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama-hama tanaman, dalam Konsep Pengendalian Hama Terpadu pestisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian. Pestisida dengan cepat menurunkan populasi hama hingga meluasnya serangan dapat dicegah, dan kehilangan hasil panen dapat



17



dikurangi. Tetapi, benefit bagi produksi pertanian tanaman tersebut bukan tidak menimbulkan dampak. Para ahli menyatakan bahwa salah satu penyebab terbesar penyakit dan penuaan dini pada manusia adalah banyaknya bahan kimia yang ada di lingkungan kita, dan rekayasa genetika yang kerap dilakukan pada budidaya bahan pangan non-organik merupakan salah satu penyebabnya. Sekitar 40 % kematian di dunia disebabkan oleh pencemaran lingkungan termasuk tanaman-tanaman yang dikonsumsi manusia, sementara dari 80 ribu jenis pestisida dan bahan kimia lain yang digunakan saat ini, hampir 10 % bersifat karsinogenik atau dapat menyebabkan kanker. Sebuah penelitian tentang kanker juga pernah menyatakan bahwa sekitar 1,4 juta kanker di dunia disebabkan oleh pestisida. Penggunaan pestisida sangat berdampak terhadap kesehatan dan lingkungan. Setiap hari ribuan petani dan para pekerja dipertanian diracuni oleh pestisida oleh pestisida dan setiap tahun diperkirakan jutaan orang yang terlibat dipertanian menderita keracunan akibat penggunaan pestisida. Dalam beberapa kasus keracunan pestisida, petani dan pekerja di pertanian lainnya terkontaminasi (terpapar) pestisida pada proses mencampur dan menyemprotkan pestisida



(pan



AP,2001). Di samping itu masyarakat sekitar lokasi pertanian sangat beresiko terkontaminasi pestisida melalui udara, tanah dan air yang ikut tercemar, bahkan konsumen melalui produk pertanian yang menggunakan pestisida juga beresiko terkontaminasi pestisida. Penelitian terbaru mengenai bahaya pestisida terhadap keselamatan nyawa dan kesehatan manusia sangat mencengankan. WHO (World Helth Organization) dan Program Lingkungan PBB memperkirakan ada 3 juta orang yang bekerja pada sektor pertanian di negara-negara berkembang terkena racun pestisida dan sekitar 18 ribu orang diantaranya meninggal setiap tahunnya (Miller, 2004). Menurut NRDC (Natural Resources Defenns Council) tahun 1998, hasil penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan penderita kanker otak, leukemia dan cacat pada anak-anak awalnya disebabkan tercemar pestisida kimia. 18



Apabila penggunaan pestisida tanpa diimbangi dengan perlindungan dan perawatan kesehatan, orang yang sering berhubungan dengan pestisida, secara lambat laun akan mempengaruhi kesehatannya. Pestisida meracuni manusia tidak hanya pada saat pestisida itu digunakan, tetapi juga saat mempersiapkan, atau sesudah melakukan penyemprotan. Kecelakaan akibat pestisida pada manusia sering terjadi, terutama dialami oleh orang yang langsung melaksanakan penyemprotan. Mereka dapat mengalami pusing-pusing ketika sedang menyemprot maupun sesudahnya, atau muntah-muntah, mulas, mata berair, kulit terasa gatal-gatal dan menjadi luka, kejang-kejang, pingsan, dan tidak sedikit kasus berakhir dengan kematian. Kejadian tersebut umumnya disebabkan kurangnya perhatian atas keselamatan kerja dan kurangnya kesadaran bahwa pestisida adalah racun. Kadang-kadang para petani atau pekerja perkebunan, kurang menyadari daya racun pestisida, sehingga dalam melakukan penyimpanan dan penggunaannya tidak memperhatikan segi-segi keselamatan. Pestisida sering ditempatkan sembarangan, dan saat menyemprot sering tidak menggunakan pelindung, misalnya tanpa kaos tangan dari plastik, tanpa baju lengan panjang, dan tidak mengenakan masker penutup mulut dan hidung. Juga cara penyemprotannya sering tidak memperhatikan arah angin, sehingga cairan semprot mengenai tubuhnya. Bahkan kadang-kadang wadah tempat pestisida digunakan sebagai tempat minum, atau dibuang di sembarang tempat. Kecerobohan yang lain, penggunaan dosis aplikasi sering tidak sesuai anjuran. Dosis dan konsentrasi yang dipakai kadang-kadang ditingkatkan hingga melampaui batas yang disarankan, dengan alasan dosis yang rendah tidak mampu lagi mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Secara tidak sengaja, pestisida dapat meracuni manusia atau hewan ternak melalui mulut, kulit, dan pernafasan. Sering tanpa disadari bahan kimia beracun tersebut masuk ke dalam tubuh seseorang tanpa menimbulkan rasa sakit yang mendadak dan mengakibatkan keracunan kronis. Seseorang yang menderita keracunan kronis, ketahuan setelah selang waktu yang lama, setelah berbulan atau bertahun. Keracunan kronis akibat pestisida saat ini paling ditakuti, karena efek racun dapat bersifat karsiogenic (pembentukan jaringan kanker pada tubuh), mutagenic (kerusakan genetik untuk generasi yang akan datang), dan teratogenic (kelahiran anak cacad dari ibu yang keracunan). Pestisida dalam bentuk gas merupakan pestisida yang paling berbahaya bagi pernafasan, sedangkan yang berbentuk cairan sangat berbahaya bagi kulit, karena dapat masuk ke dalam jaringan tubuh melalui ruang pori kulit. Menurut World Health Organization (WHO), paling tidak 20.000 orang per tahun, mati akibat



19



keracunan pestisida. Diperkirakan 5.000 – 10.000 orang per tahun mengalami dampak yang sangat fatal, seperti mengalami penyakit kanker, cacat tubuh, kemandulan dan penyakit liver. Tragedi Bhopal di India pada bulan Desember 1984 merupakan peringatan keras untuk produksi pestisida sintesis. Saat itu, bahan kimia metil isosianat telah bocor dari pabrik Union Carbide yang memproduksi pestisida sintesis (Sevin). Tragedi itu menewaskan lebih dari 2.000 orang dan mengakibatkan lebih dari 50.000 orang dirawat akibat keracunan. Kejadian ini merupakan musibah terburuk dalam sejarah produksi pestisida sintesis. Selain keracunan langsung, dampak negatif pestisida bisa mempengaruhi kesehatan orang awam yang bukan petani, atau orang yang sama sekali tidak berhubungan dengan pestisida. Kemungkinan ini bisa terjadi akibat sisa racun (residu) pestisida yang ada didalam tanaman atau bagian tanaman yang dikonsumsi manusia sebagai bahan makanan. Konsumen yang mengkonsumsi produk tersebut, tanpa sadar telah kemasukan racun pestisida melalui hidangan makanan yang dikonsumsi setiap hari. Apabila jenis pestisida mempunyai residu terlalu tinggi pada tanaman, maka akan membahayakan manusia atau ternak yang mengkonsumsi tanaman tersebut. Makin tinggi residu, makin berbahaya bagi konsumen. Dewasa ini, residu pestisida di dalam makanan dan lingkungan semakin menakutkan manusia. Masalah residu ini, terutama terdapat pada tanaman sayursayuran seperti kubis, tomat, petsai, bawang, cabai, anggur dan lain-lainnya. Sebab jenis-jenis tersebut umumnya disemprot secara rutin dengan frekuensi penyemprotan yang tinggi, bisa sepuluh sampai lima belas kali dalam semusim. Bahkan beberapa hari menjelang panenpun, masih dilakukan aplikasi pestisida. Publikasi ilmiah pernah melaporkan dalam jaringan tubuh bayi yang dilahirkan seorang Ibu yang secara rutin mengkonsumsi sayuran yang disemprot pestisida, terdapat kelainan genetik yang berpotensi menyebabkan bayi tersebut cacat tubuh sekaligus cacat mental. Belakangan ini, masalah residu pestisida pada produk pertanian dijadikan pertimbangan untuk diterima atau ditolak negara importir. Negara maju umumnya tidak mentolerir adanya residu pestisida pada bahan makanan yang masuk ke negaranya. Belakangan ini produk pertanian Indonesia sering ditolak di luar negeri karena residu pestisida yang berlebihan. Media massa pernah memberitakan, ekspor cabai Indonesia ke Singapura tidak dapat diterima dan akhirnya dimusnahkan karena residu pestisida yang melebihi ambang batas. Demikian juga pruduksi sayur mayur dari Sumatera Utara, pada tahun 80-an masih diterima pasar luar negeri. Tetapi kurun waktu belakangan ini, seiring dengan perkembangan kesadaran peningkatan kesehatan, sayur mayur dari Sumatera Utara ditolak konsumen luar



20



negeri, dengan alasan kandungan residu pestisida yang tidak dapat ditoleransi karena melampaui ambang batas.. Pada tahun 1996, pemerintah Indonesia melalui Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Pertanian sebenarnya telah membuat keputusan tentang penetapan ambang batas maksimum residu pestisida pada hasil pertanian. Namun pada kenyatannya, belum banyak pengusaha pertanian atau petani yang perduli. Dan baru menyadari setelah ekspor produk pertanian kita ditolak oleh negara importir, akibat residu pestisida yang tinggi. Diramalkan, jika masih mengandalkan pestisida sintesis sebagai alat pengendali hama, pemberlakuan ekolabelling dan ISO 14000 dalam era perdagangan bebas, membuat produk pertanian Indonesia tidak mampu bersaing dan tersisih serta terpuruk di pasar global. 3. Pestisida Meningkatkan Perkembangan Populasi Jasad Penganggu Tanaman Tujuan penggunaan pestisida adalah untuk mengurangi populasi hama. Akan tetapi dalam kenyataannya, sebaliknya malahan sering meningkatkan populasi jasad pengganggu tanaman, sehingga tujuan penyelamatan kerusakan tidak tercapai. Hal ini sering terjadi, karena kurang pengetahuan dan perhitungan tentang dampak penggunaan pestisida. Ada beberapa penjelasan ilmiah yang dapat dikemukakan mengapa pestisida menjadi tidak efektif, dan malahan sebaliknya bisa meningkatkan perkembangan populasi jasad pengganggu tanaman. Berikut ini diuraikan tiga dampak buruk penggunaan pestisida, khususnya yang mempengaruhi peningkatan perkembangan populasi hama. a.) Munculnya Ketahanan (Resistensi) Hama Terhadap Pestisida Timbulnya ketahanan hama terhadap pemberian pestisida yang terus menerus, merupakan fenomena dan konsekuensi ekologis yang umum dan logis. Munculnya resistensi adalah sebagai reaksi evolusi menghadapi suatu tekanan (strees). Karena hama terus menerus mendapat tekanan oleh pestisida, maka melalui proses seleksi alami, spesies hama mampu membentuk strain baru yang lebih tahan terhadap pestisida tertentu yang digunakan petani. Pada tahun 1947, dua tahun setelah penggunaan pestisida DDT, diketahui muncul strain serangga yang resisten terhadap DDT. Saat ini, telah didata lebih dari 500 spesies serangga hama telah resisten terhadap berbagai jenis kelompok insektisida. Mekanisme timbulnya resistensi hama dapat dijelaskan sebagai berikut. Apabila suatu populasi hama yang terdiri dari banyak individu, dikenakan pada suatu tekanan lingkungan, misalnya penyemprotan bahan kimia beracun, maka sebagian besar individu populasi tersebut akan mati terbunuh. Tetapi dari sekian banyak



21



individu, ada satu atau beberapa individu yang mampu bertahan hidup. Tidak terbunuhnya individu yang bertahan tersebut, mungkin disebabkan terhindar dari efek racun pestisida, atau sebahagian karena sifat genetik yang dimilikinya. Ketahanan secara genetik ini, mungkin disebabkan kemampuan memproduksi enzim detoksifikasi yang mampu menetralkan daya racun pestisida. Keturunan individu tahan ini, akan menghasilkan populasi yang juga tahan secara genetis. Oleh karena itu, pada generasi berikutnya anggota populasi akan terdiri dari lebih banyak individu yang tahan terhadap pestisida. Sehingga muncul populasi hama yang benarbenar resisten. Dari penelaahan sifat-sifat hama, hampir setiap individu memiliki potensi untuk menjadi tahan terhadap pestisida. Hanya saja, waktu dan besarnya ketahanan tersebut bervariasi, dipengaruhi oleh jenis hama, jenis pestisida yang diberikan, intensitas pemberian pestisida dan faktor-faktor lingkungan lainnya. Oleh karena sifat resistensi dikendalikan oleh faktor genetis, maka fenomena resistensi adalah permanent, dan tidak dapat kembali lagi. Bila sesuatu jenis serangga telah menunjukkan sifat ketahanan dalam waktu yang cukup lama, serangga tersebut tidak akan pernah berubah kembali lagi menjadi serangga yang peka terhadap pestisida. Di Indonesia, beberapa jenis-jenis hama yang diketahui resisten terhadap pestisida antara lain hama Kubis Plutella xylostella, hama Kubis Crocidolomia pavonana, hama penggerek umbi Kentang Phthorimaea operculella, dan Ulat Grayak Spodoptera litura. Demikian juga hama hama-hama tanaman padi seperti wereng coklat (Nilaparvata lugens), hama walang sangit (Nephotettix inticeps) dan ulat penggerek batang (Chilo suppressalis). dilaporkan mengalami peningkatan ketahanan terhadap pestisida. Dengan semakin tahannya hama terhadap pestisida, petani terdorong untuk semakin sering melakukan penyemprotan dan sekaligus melipat gandakan tinggkat dosis. Penggunaan pestisida yang berlebihan ini dapat menstimulasi peningkatan populasi hama. Ketahanan terhadap pestisida tidak hanya berkembang pada serangga atau binatang arthropoda lainnya, tetapi juga saat ini telah banyak kasus timbulnya ketahanan pada pathogen/penyakit tanaman terhadap fungisida, ketahanan gulma terhadap herbisida dan ketahanan nematode terhadap nematisida. Resurgensi Hama Peristiwa resurgensi hama terjadi apabila setelah diperlakukan aplikasi pestisida, populasi hama menurun dengan cepat dan secara tiba-tiba justru meningkat lebih tinggi dari jenjang polulasi sebelumnya. Resurgensi sangat mengurangi efektivitas dan efesiensi pengendalian dengan pestisida.



22



Resurjensi hama terjadi karena pestisida, sebagai racun yang berspektrum luas, juga membunuh musuh alami. Musuh alami yang terhindar dan bertahan terhadap penyemprotan pestisida, sering kali mati kelaparan karena populasi mangsa untuk sementara waktu terlalu sedikit, sehingga tidak tersedia makanan dalam jumlah cukup. Kondisi demikian terkadang menyebabkan musuh alami beremigrasi untuk mempertahankan hidup. Disisi lain, serangga hama akan berada pada kondisi yang lebih baik dari sebelumnya. Sumber makanan tersedia dalam jumlah cukup dan pengendali alami sebagai pembatas pertumbuhan populasi menjadi tidak berfungsi. Akibatnya populasi hama meningkat tajam segera setelah penyemprotan. Resurgensi hama, selain disebabkan karena terbunuhnya musuh alami, ternyata dari penelitian lima tahun terakhir dibuktikan bahwa ada jenis-jenis pestisida tertentu yang memacu peningkatan telur serangga hama . Hasil ini telah dibuktikan International Rice Research Institute terhadap hama Wereng Coklat (Nilaparvata lugens). c.) Ledakan Populasi Hama Sekunder Dalam ekosistem pertanian, diketahui terdapat beberapa hama utama dan banyak hama-hama kedua atau hama sekunder. Umumnya tujuan penggunaan pestisida adalah untuk mengendalikan hama utama yang paling merusak. Peristiwa ledakan hama sekunder terjadi, apabila setelah perlakuan pestisida menghasilkan penurunan populasi hama utama, tetapi kemudian terjadi peningkatan populasi pada spesies yang sebelumnya bukan hama utama, sampai tingkat yang merusak. Ledakan ini seringkali disebabkan oleh terbunuhnya musuh alami, akibat penggunaan pestisida yang berspektrum luas. Pestisida tersebut tidak hanya membunuh hama utama yang menjadi sasaran, tetapi juga membunuh serangga berguna, yang dalam keadaan normal secara alamiah efektif mengendalikan populasi hama sekunder. Peristiwa terjadinya ledakan populasi hama sekunder di Indonesia, dilaporkan pernah terjadi ledakan hama ganjur di hamparan persawahan Jalur Pantura Jawa Barat, setelah daerah tersebut disemprot intensif pestisida Dimecron dari udara untuk memberantas hama utama penggerek padi kuning Scirpophaga incertulas. Penelitian dirumah kaca membuktikan, dengan menyemprotkan Dimecron pada tanaman padi muda, hama ganjur dapat berkembang dengan baik, karena parasitoidnya terbunuh. Munculnya hama wereng coklat Nilaparvata lugens setelah tahun 1973 mengganti kedudukan hama penggerek batang padi sebagai hama utama di Indonesia, mungkin disebabkan penggunaan pestisida golongan khlor secara intensif untuk mengendalikan hama sundep dan weluk.



23



24



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pestisida adalah subtansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau menendalikan berbagai hama. Kata pestisida berasal dari kata pest = hama dan cida = pembunuh, jadi artinya pembunuh hama. Pestisida adalah racu untuk membunuh serangga (insektisida), fungi atau cendawan, nematode, dan lainlain hama pengganggu tanaman. Untuk itulah kehadirannya di dunia pertanian tidak bias dihindari lagi. Tanpa adanya pestisida bias diramalkan bahwa produksi tanaman tidak bisa mencapai optimum, apalagi selama ini pemberantasan secara biologis, yaitu dengan musuh alami belum bias menyaingi pemberantasan secara kimia yaitu denan pestisida. 2. Cara penggunaan pestisida yang tepat merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan pengendalian hama. Walaupun jenis obat nya baik, namun karena penggunaannya tidak betul, maka menyebabkan siasianya penggunaan pestisida. Dalam penggunaan pestisida kita harus mengetahui, yaitu dosis, konsentrasi, alat semprot, ukuran doplet, parikel, molekul serta memilih pestisida yang baik dan juga menyimpan pestisida dengan benar. 3. Dalam penerapan di bidang pertanian, ternyata tidak semua pestisida mengenai sasaran. Kurang lebih hanya 20 persen pestisida mengenai sasaran sedangkan 80 persen lainnya jatuh ke tanah. Akumulasi residu pestisida tersebut mengakibatkan pencemaran lahan pertanian. Dampak penggunaan pestisida yang berhubungan dengan lingkungan dan ekosistem, yaitu punahnya spesies, peledakan hama, ganggun keseimbangan lingkungan, dan kesuburan tanah berkurang. Tak bisa dipungkiri, bahaya pestisida semakin nyata dirasakan masyarakat, terlebih akibat penggunaan pestisida yang tidak bijaksana. Kerugian berupa timbulnya dampak buruk penggunaan pestisida,



25



dapat dikelompokkan atas 3 bagian : (1). Pestisida berpengaruh negatif terhadap kesehatan manusia, (2). Pestisida berpengaruh buruk terhadap kualitas lingkungan, dan (3). Pestisida meningkatkan perkembangan populasi jasad penganggu tanaman. D. Saran 1. Pestisida adalah subtansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau menendalikan berbagai hama. Kata pestisida berasal dari kata pest = hama dan cida = pembunuh, jadi artinya pembunuh hama. Pestisida adalah racu untuk membunuh serangga (insektisida), fungi atau cendawan, nematode, dan lainlain hama pengganggu tanaman. Untuk itulah kehadirannya di dunia pertanian tidak bias dihindari lagi. Jadi menurut kami pestisida merupakan suatu hasil senyawa kimia yang sangat berguna bagi kita dalam pertanian tetapi kita harus menggunakannya dengan benar dan sesuai dengan aturan pakainya. 2. penggunaan pestisida sebaiknya perlahan-lahan dikurangi untuk kepentingan bersama baik untuk manusia maupun untuk lingkungan dan terkhusus pada sector pertanian.



26



DAFTAR PUSTAKA Putri Bahagia . 2014. Makalah Pestisida https://www.academia.edu/12111105/makalah_pestisida?auto=download. Diakses 9 November 2019 anonym



. 2013. Makalah Dampak Pengunaan Pestisida http://agronomiunhas.blogspot.com/2013/11/makalah-dampak-penggunaanpestisida.html. Diakses 9 November 2019



27