Makalah PKG Kelas 2b [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ETIKA GURU DAN SISWA MENURUT PEMIKIR ISLAM Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah: Pengembangan Kepribadian Guru Dosen pengampu: Sri Maryanti, M.Pd.



Disusun oleh: Didah Herawati



Farah Khaerun N.



Diny Islami N.



Fauziah Dwi N.



Divanny Nur Khasanah



Fazriah Dwi O.



Fadillah Ahmad



Hazzel Misbach B.R



Fanya Dwi Putri W.



Imas Nurul H.



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2021/2022



KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada kita semua, yang mana dengan curahan nikmat dan karunia-Nya itu kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Tak lupa shalawat beserta salam semoga tetap tercurah limpah kepada jungjunan alam Nabi Muhammad SAW. Penyusunan makalah kami yang berjudul “ETIKA GURU DAN SISWA MENURUT PEMIKIR ISLAM” ini bertujun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Pengembangan Kepribadian Guru. Kami memohon maaf apabila masih banyak kesalahan dan kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih memerlukan banyak penyempurnaan. Untuk itu kami sangat terbuka dalam menerima kritik dan saran pembaca agar makalah ini menjadi lebih baik lagi.



Bandung, 31 Mei 2022



Penyusun



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... i DAFTAR ISI.................................................................................................................................... ii BAB 1 ............................................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang......................................................................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................................. 1 1.3. Tujuan .................................................................................................................................... 1 BAB 2 ............................................................................................................................................... 2 PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 2 2.1. Pengertian Etika ..................................................................................................................... 2 2.2.



Etika Seorang Guru ............................................................................................................ 4



2.3.



Etika Guru Terhadap Dirinya Sendiri ................................................................................. 5



2.4.



Etika Guru terhadap Siswa ................................................................................................. 8



2.5.



Etika Guru dalam Mengajar................................................................................................ 9



2.6.



Etika Siswa Terhadap Guru .............................................................................................. 10



BAB 3 ............................................................................................................................................. 12 PENUTUP...................................................................................................................................... 12 3.1. Kesimpulan........................................................................................................................... 12 3.2. Saran .................................................................................................................................... 12 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 13



ii



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam ranah pendidikan tentu tidak terlepas dari adanya guru sebegai pengajar dan juga siswa sebagai yang mendapat pengajaran. Dalam proses belajar mengajar antara guru dan siswa tentu diperlukan adanya sikap atau tingkah laku yang sesuai agar suasana belajar mengajar berjalan dengan baik dan juga ilmu yang diberikan dan didapatkan bisa bermanfaat nantinya. Sikap atau ingkah laku tersebut disebut dengan etika. Etika sangat diperlukan untuk tetap menjaga suasana belajar yang kondusif. Etika di ranah pendidikan tentu mencakup etika guru ketika mengajar, etika siswa ketika belajar, dan tentu etika siswa terhadap gurunya.



1.2. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari etika? 2. Bagaimana etika guru menurut Ibnu Jama`ah dan Al-Ghazali? 3. Seperti apakah etika guru terhadap dirinya? 4. Seperti apakah etika guru terhadap siswanya? 5. Bagaimana etika guru dalam mengajar? 6. Seperti apa etika siswa terhadap gurunya?



1.3. Tujuan 1. Mengetahui pengertian dari etika. 2. Mengetahui etika menurut pendapat Ibnu Jama`ah dan Al-Ghazali. 3. Mengetahui apa saja etika guru terhadap dirinya. 4. Mengetahui apa saja etika guru terhdap siswanya. 5. Mengetahui bagaimana etika guru ketika mengajar. 6. Mengetahui apa saja etika siswa terhadap gurunya.



1



BAB 2 PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Etika 2.1.1. Pengertian Etika menurut Bahasa Kata etika (adab, plural, ādāb) dalam kamus bahasa arab berasal dari : ‫ُب‬ َ ‫أَد‬ – ‫ُب‬ ُ ‫ أَدَبًا –يَأْد‬artinya : beradab, bersopan santun, sedangkan kata jamaknya adalah : ‫ ٌا َبآد‬yang berarti : adab, tertib, sopan1. Pengertian etika dari secara etimologi berasal dari bahasa Yunani kuno ethos. Kata ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti : tempat tingal yang biasa; padang rumput, kandang; kebiasaan,”adat; akhlak, watak; perasaan, sikap, cara berfikir. Dalam bentuk jamak (taetha) artinya : adat kebiasaan. Dan arti terakhir inilah menjadi latar belakang terbentuknya istilah ”etika” yang oleh filusuf Yunani besar Aristoteles (384-322.M). Jadi etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan2. Etika juga dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang filsafat moral, yaitu mengenai nilai, ilmu tentang tingkah laku dan ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang benar. Perilaku etika dapat meliputi: 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Pertanggungjawaban (reponsibility) Pengabdian (dedication) Kesetiaan (loyalitas) Kepekaan (sensitivity) Persamaan (equality) Kepantasan (equity)



Etika profesi guru merupakan kunci keberhasilan pendidikan siswa. guru dapa memberikan contoh yang baik dan juga positif dalam memengaruhi proses pembelajaran, yang pada akhirnya akan menghasilkan keberhasilan yang memuaskan bagi guru dan siswa. etika tersebut meliputi; etika pada diri sendiri, etika guru terhadap siswa, dan etika guru dalam proses pembelajaran. 2.1.2. Pengertian Etika menurut Istilah Arti etika dari segi istilah, para ahli mengungkapkannya berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut Ibn Jamā’ah sendiri memulai pendahuluannya untuk kitab Tazkirah al- Sāmi’ wa al- Mutakallim dengan uraian 1 2



Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wadzurriyyah), hal. 37. K. Bertens, Etika, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007), hal. 4.



2



tentang pentingnya etika yang baik. Ia kemudian secara khusus menekankan pentingnya etika bagi para ilmuan, karena status mereka sebagai pewaris Nabi yang dalam hadis-hadis disebutkan sebagai seorang berakhlak dan beradab mulia. Bagi Ibn Jamā’ah para ilmuanlah, berkat ilmu dan statusnya, yang paling berhak sekaligus paling dituntut untuk memelihara etika yang mulia 3. Menurut al- Ghazāli mengidentifikasikan setiap jenis profesi, keadaan masing – masing mempunyai etikanya sendiri - sendiri4. 2.1.3. Guru Guru menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah orang yang pekerjaannya mengajar dan dimaknai sebagai tugas profesi. Untuk menjadi guru seseorang harus memenuhi persyaratan profesional tertentu, karena itu tentu tidak semua orang bisa menjadi guru. Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu yang mencakup tanggung jawab, wibawa dan disiplin 5. Guru dikatakan seorang pendidik, artinya memelihara , merawat, dan memberikan latihan agar seseorang memiliki ilmu pengetahuan seperti yang diharapkan (tentang sopan santun, akal budi, akhlak, dan sebagainya). Selanjutnya dengan menambahkan awalan pe hingga menjadi pendidik, yang artinya orang yang mendidik6. Menurut Al-Ghazāli guru merupakan maslikhul kabir bahkan dapat dikatakan pada satu sisi, guru mempunyai jasa lebih dibandingkan kedua orang tuanya. Lantaran kedua orang tua menyelamatkan anaknya dari sengatan api neraka dunia, sedangkan guru menyelamatkannya dari sengatan api neraka 7. Al-Ghazāli mengkhususkan guru dengan sifat-sifat kesucian dan kehormatan dan menempatkan guru langsung sesudah kedudukan Nabi seperti contoh sebuah syair yang diungkapkan oleh Syauki yang berbunyi : ”Berdiri dan hormatilah guru dan berilah ia penghargaan, seorang guru itu hampir saja merupakan seorang Rasul”. Al-Ghazāli menyatakan sebagai berikut :



3



Ibn Jamā’ah, Tazkirah al- Sāmi’ wa al- Mutakallim fī- Adab al- ‘Ālim Wa al- Muta’allim, al-Syirkah al- Alāmiyah li al- Kitāb al-Syāmil Maktabah al -Madrasah Dar al-Kitāb Al ‘Āli, (Bairut, 1990), hal. 62. 4 Al-Ghazāli, Risalah al-Adāb fī al-Dīn dalam Majmu’ah al-Rasāil, Maktabah Kurdisan al-`Ilmiyyah, (Mesir,tth), hal. 62. 5 Isjoni, Berkarya untuk kejayaan Bangsa; Harapan dan Impian kepada guru, Panitia Hari Guru Nasional, Cet-I, (Pekanbaru, 2007), hal. 17. 6 Ramayulis, Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam; Tela’ah system pendidikan dan pemikiran para Tokohnya, Kalam Mulia, (Jakarta, 2009), hal. 138. 7 Al - Ghazāli, Ihyā’ Ulūmudīn, Maktabah Shabihah, jilid 1, (Kairo, tth), hal. 22.



3



”Seseorang yang berilmu dan kemudian mengamalkan ilmunya itu, dialah yang disebut dengan orang besar di semua kerajaan langit, dia bagaikan matahari yang menerangi alam sedangkan ia mempunyai cahaya dalam dirinya seperti minyak kasturi yang mengharumi orang lain karena ia harum, seorang yang menyibukkan dirinya dalam mengajar berarti dia telah memilih pekerjaan yang terhormat. Oleh karena itu hendaklah seorang guru memperhatikan dan memelihara akhlaq dan sopan santun dalam tugasnya sebagai seorang guru 8. Dalam Undang –Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Pasal 27 ayat (3) dikemukakan bahwa guru adalah tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan tugas utama mengajar. Di samping itu, ia mempunyai tugas lain yang bersifat pendukung, yaitu membimbing dan mengelola administrasi sekolah 9.



2.2. Etika Seorang Guru Ada beberapa pendapat tokoh mengenai etika seorang guru yang lazim dimiliki ketika mendidik dan mengajar murid-muridnya, diantaranya: a. Al-Ghazāli berpendapat bahwa guru atau ulama adalah seseorang yang memberikan apapun yang bagus, positif, kreatif atau bersifat membangun kepada manusia yang sangat menginginkan, di dalam tingkat kehidupan yang manapun, dengan jalan apapun, dengan cara apapun, tanpa mengharapkan balasan uang kontan setimpal apapun. Pendapat Al-Ghazāli bahwa etika yang harus dimiliki seorang guru adalah : 1. Guru hendaknya memandang murid seperti anaknya sendiri, menyayangi dan memperlakukan mereka dengan baik. 2. Dalam menjalankan tugasnya, guru hendaknya tidak mengharapkan upah atau pujian, tetapi hanya mengharapkan keridhaan Allah SWT dengan berorientasi mendekatkan diri kepada-Nya. 3. Guru hendaknya memanfaatkan setiap peluang untuk memberi nasehat dan bimbingan kepada murid bahwa tujuan menuntut Ilmu adalah untuk mendekatkan diri pada Allah SWT. 4. Terhadap murid yang bertingkah laku buruk, hendaknya guru menegurnya sebisa mungkin dengan cara menyindir dan penuh kasih sayang, bukan terus terang dan mencela, sebab ia bisa membangkang dan berlaku buruk.



8



Ibid, hal. 22. Saputra, Herry Noer Aly, Metodologi Pengajaran Agama Islam,Cet-II, Amissco, (Jakarta, 2003), hal. 2. 9



4



5. Hendaknya seorang guru tidak fanatik terhadap bidang studi yang diasuhnya, lalu mencela bidang studi yang diasuh guru yang lain. Sebaliknya, mendorong murid agar mencintai semua bidang studi yang diajarkan oleh setiap guru. 6. Hendaknya seorang guru memperhatikan perkembangan berfikir murid agar dapat menyampaikan ilmu sesuai dengan kemampuan berfikirnya. 7. Hendaknya guru memperhatikan murid yang lemah dengan memberikannya pelajaran yang mudah dan jelas, dan tidak menghantuinya dengan hal-hal yang serba sulit dan membuatnya kehilangan kecintaan terhadap pelajaran10. b. Ibnu Jamā’ah menawarkan beberapa kriteria etika yang harus dipenuhi oleh seorang yang akan menjadi guru, antara lain : 1.



Menjaga etika selama melaksanakan tugas pendidikan.



2. Mengetahui situasi sosial kemasyarakatan 3. Kasih sayang dan sabar 4. Adil dalam memperlakukan peserta didik 5. Menolong dengan kemampuan yang dimilikinya 11.



2.3. Etika Guru Terhadap Dirinya Sendiri 1. Guru harus berwibawa, tenang, tekun dan harus mempunyai kegigihan supaya para anak didiknya tidak akan merasa malas dan jenuh saat belajar. 2. Guru harus memiliki kesigapan yang alami (fitrah) untuk menjalankan profesi mengajar, seperti pemikirannya yang lurus, memiliki pandangan yang jauh ke depan, cepat tanggap dan bisa mengambil langkah yang tepat pada saat-saat kritis agar guru berhasil menjalankan tugasnya dan guru harus mempunyai kemauan yang kuat 12. 3. Berupaya untuk selalu bersyukur.



10



Ramayulis dan Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam; mengenal tokoh Pendidikan Islam di dunia Islam dan Indonesia, Quantum Teaching, (Ciputat, 2010), hal. 9 – 11. 11 Hasan Ibrahim Abd al’-‘Alā, Fann al-Ta’līm ‘inda ibn Jamā’ah, Maktabah al-Tarbiyah li-Duwal alKhalij, (Riyad, 1985), hal. 123-131. 12 Zulhimma, “Eksistensi Etika Profesi Keguruan Dalam Dunia Pendidikan,” Logaritma 1, no. 02, (2015), hal. 105.



5



Kita wajib bersyukur karena Tuhan telah memberikan banyak karunia-Nya kepada kita. Tidak memandang rejeki yang di dapat besar atau kecil sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan. Kita harus tetap bersyukur niscaya Allah akan memudahkan segalanya. Lebih bersyukur Allah akan memberikan rezeki yang melimpah lagi pada kita. Semua umat Allah diwajibkan bersyukur sebagai tanda orang yang beriman. Kita semua sudah mafhum akan janji Tuhan yang terdapat dalam satu firman-Nya yang berbunyi “barangsiapa mau bersyukur Tuhan akan menambah rezekinya, tetapi barangsiapa kufur maka siksa Tuhan sungguh sangat pedih”. Guru bukanlah profesi yang terjamin, karena masih banyak profesi yang lebih pamor. Padahal guru juga termasuk kedalam pegawai negeri. Menjadi seorang guru mungkin alternatif terakhir ketika semua pintu masuk profesi telah tertutup dengan rapat, atau bisa menjadi batu loncatan untuk menemukan profesi lain yang lebih bergengsi. Meskipun kita tahu banyak orang yang berniat menjadi guru karena panggilan hatinya sendiri13. 4. Berusaha untuk mengolah rasa kecewa Semua yang kita hadapi tak selamanya berjalan dengan mulus, itulah yang sering terjadi di kehidupan. Kadang-kadang kita berada diatas, kadang bisa saja di bawah. Kehidupan memiliki dua kutub ekstrim; senang susah, siang malam, sukses gagal dan lainnya. Manusia yang beriman harus dapat menerima takdir yang dia dapat, walaupun takdir itu penuh dengan kepedihan. Rasa senang dan kecewa itu ditentukan oleh diri sendiri, bukan oleh orang lain. Jika orang lain selalu membuat kita kecewa kita harus menanggapinya dengan sabar dan lapang dada, agar kita tidak terlarut dalam kekecewaan. Oleh karena itu kita harus membuat rasa senang dan kecewa bisa dikendalikan diri sendiri14. 5. Berusaha menyikapi perubahan secara positif 13



Soejitno Irhim, Menjadi Guru yang Digugu dan Ditiru (Jakarta: Seyma Media, 2006), hal. 131132. 14 Ibid., hal. 134-135.



6



Dengan berpikir positif kita dapat memperoleh kesempatan untuk memenangkan perubahan. Pandanglah perubahan dengan apa adanya, dengan pandangan obyektif dan jujur. Tampil seutuhnya di hadapan kita. Terimalah apa adanya baik buruknya, karena setiap sesuatu pasti ada baik buruknya15. 6. Mengatur rezeki yang diterima dengan baik Kita pasti sering mengeluh karena rezeki yang kita terima jauh lebih kecil dari yang kita butuhkan. Kita berharap agar bisa menyisihkan sebagian rezeki yang kita dapat untuk ditabung, tetapi tiba-tiba ada saja musibah yang harus mengeluarkan uang. Bukannya bisa menabung, malah kita terpaksa berutang kepada teman. Sudah terbayang di depan mata gaji bulan depan terpotong untuk membayar hutang. Jalan satu-satunya adalah mengelola rezeki yang kita terima dengan sebaik-baiknya. Dalam hidup ini kita harus memiliki target, mana kebutuhan yang menurut kita paling penting dan mendesak dan mana yang hanya keinginan. Kita harus terbiasa mendahulukan yang penting dan mendesak daripada yang tidak penting 16. 7. Menghindari hutang atau kredit Hutang seakan-akan telah menjadi kebutuhan, rasanya semakin sulit manusia melepaskan dirinya dari hutang. Hal ini menandakan bahwa kebutuhan manusia semakin menumpuk, apa yang dulu merupakan keinginan sekarang berubah menjadi kebutuhan. Listrik misalnya, sekarang telah menjadi kebutuhan pokok. Manusia merasa kesulitan hidup tanpa listrik. Karena itu marilah kita sama-sama belajar untuk hidup hemat, hidup dengan hanya apa yang kita miliki. Tidak perlu terlalu mengikuti trend atau memaksa diri sendiri memiliki sesuatu yang tidak mampu kita beli. Sebab, kita tidak tahu apa yang akan terjadi dengan kehidupan selanjutnya dan rasanya kita tidak pernah bisa mempersiapkan diri



15 16



Ibid., hal. 139. Ibid., hal. 142.



7



sepenuhnya. Tapi dengan hidup apa adanya kita akan dapat menjalani hidup ini dengan lebih enteng 17.



8. Berusaha untuk tidak egois Ego harus kita terima sebagai sesuatu yang dikaruniakan Tuhan kepada hamba-Nya. Dengan sifatnya egoistis manusia bisa mempertahankan diri dari kesulitan yang menerima hidupnya. Apabila manusia tidak memiliki ego maka ia akan bersikap pasrah walaupun ada orang lain yang memukulinya. Ego membuat manusia berusaha melawan untuk mempertahankan dirinya. Akan tetapi demikian kita tidak boleh berbuat sewenang-wenang kepada orang lain dengan alasan ego. Inilah yang dinamakan ego pribadi. Setiap orang memiliki ego pribadi, tetapi ego pribadi ini akan melebur menjadi ego bersama ketika antar pribadi memasuki arena pergaulan. Disini tidak berlaku lagi ego pribadi, karena kita harus mengedepankan ego bersama atau lebih populer dengan istilah kepentingan bersama 18.



2.4. Etika Guru terhadap Siswa Seorang guru sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang dapat ditunjukan oleh peserta didik. Perubahan dalam cara mengajar guru dapat dilatihkan melalui peningkatan kemampuan mengajar sehingga kebiasaan lama yang kurang efektif dapat segera terdeteksi dan perlahan-lahan dihilangkan. Untuk itu, maka perlu adanya perubahan kebiasaan dalam cara mengajar guru yang diharapkan akan berpengaruh pada cara belajar siswa, diantaranya sebagai berikut: 1) Memperkecil kebiasaan cara mengajar guru baru (calon guru) yang cepat merasa puas dalam mengajar apabila banyak mengaji informasi dan terlalu mendominasi kegiatan belajar peserta didik. 2) Guru hendaknya berperan sebagi pengarah, pembimbing, pemberi kemudahan dengan menyajikan berbagai fasilitas belajar, pemberi bantuan bagi peserta yang mendapat kesulitan belajar, dan pencipta kondisi yang merangsang dan menantang peserta untuk bepikir dan bekerja. 3) Mangubah dari sekedar metode ceramah dengan berbagai variasi metode yang lebih relevan dengan tujuan pembelajaran, memperkecil kebiasaan cara belajar peserta yang baru merasa belajar dan puas kalau banyak mengajarkan dan menerima informasi (diceramahi) guru, atau baru belajar kalu ada guru.



17 18



Ibid., 144-145. Ibid., hal. 147-148.



8



4) Guru hendaknya mampu menyiapkan berbagai jenis sumber belajar sehingga peserta didik dapat belajar secara mandiri atau berkelompok, percaya diri, terbuka untuk saling memberi dan menerima pendapat orang lain, serta membina kebiasaan mencari dan mengolah sendiri informasi. Batasan etika perilaku manusia segala bentuk tindakannya berpegang teguh pada norma. Etika sangat penting bagi setiap orang, karena jika tanpa etika maka seseorang akan sewenang-wenang tanpa memikirkan akibat yang akan ditimbulkan setelah kejadian tersebut. Etika guru sangat berperan dalam pembentukan perilaku siswa di sekolah dan lingkungan. Nabi Saw mengajarkan supaya memilih kata-kata yang santun ketika berbicara kepada siapa pun, apalagi kepada murid-murid yang mendengarkan penyampaian ilmu dari seorang guru. Tindakan yang demikian akan berakibat dilecehkannya seorang guru oleh murid. Kata-kata yang indah dan menyentuh kalbu justru akan membekas lama dalam hati murid, dan akan membimbingnya dengan efektif. Rasulullah Saw bersabda: ‫حدثنا هناد حدثنا عبدة عن محمد بن عمر وحدثني ابي عن جدي قال‬: ‫سمعت بالل بن الحرث المزني‬ ‫صاحب رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول‬: ‫سمعت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول‬: ‫ان احدكم‬ ‫ليتكلم بالكلمت من رضوان هللا ما يظن ان تبلغ ما بلغت فيكتب هللا له بها رضوانه الى يوم يلقاه وان‬ ‫ان تبلغ ما بلغت فيكتب هللا عليه بها سخطه الى يوم يلقاه احدكم ليتكلم بالكلمت من سخط هللا ما يظن‬ Artinya: Sesungguhnya di antara kalian ada yang mengucapkan kata-kata (baik) yang diridhai Allah, dan tidak tahu kadar derajat kemuliaan kata-kata itu. Maka dengan kata-kata tersebut, Allah melimpahkan ridha-Nya kepada orang itu hingga hari perjumpaan nanti (Hari Kiamat). Dan sesungguhnya di antara kalian ada yang mengucapkan kata-kata (buruk) yang dimurkai Allah, dan dia tidak tahu kadar derajat kehinaan kata-kata itu. Maka dengan kata-kata tersebut Allah menetapkan murka-Nya kepada orang tersebut hingga hari perjumpaan nanti (Hari Kiamat)19.



2.4. Etika Guru dalam Mengajar Cara pandangan guru yang baik adalah tidak berfokus pada suatu yang menarik perhatiannya, namun harus meliputi seluruh kelas, bersikap tenang, tidak gugup, tidak kaku, ambil posisi yang baik sehingga dapat dilihat dan didengar peserta didik. Senyuman dapat mengusahakan dan menciptakan situasi belajar yang sehat, suara yang terang dan jelas dan diadakan variasi sehingga suara yang



19



Muhammad bin Isa Abu Isa at-Tirmizi as-Silmiy (selanjutnya disebut at-Tirmizi), al-Jami’ asSahih Sunan at-Tirmizi, Dar al-Ihya` al-Turas al-‘Arabiy, (Beirut, tth), hal. 559.



9



simpatik akan selalu menarik perhatian anak-anak. Beberapa etika guru ketika mngajardiantaranya yaitu: 1. Mengenakan pakaian yang rapi dan sopan. 2. Masuk kelas dengan wibawa, tenang dan rendah hati. 3. Jangan mengajar dalam keadaan lapar, haus, marah dan mengantuk, karena dapat menghilangkan konsentrasi. 4. Sebelum pembelajaran dimulai hendaknya diawali dengan mmbaca do`a bersama. 5. Menjaga suasana kelas agar tetap kondusif dan tidak menghambat waktu pembelajaran. Selain etika ketika mengajar, terdapat pula etika guru terhdap tempat mengajarnya. Suasana yang baik ditempat kerja bisa meningkatkan produktivitas. Kinerja guru yang tidak optimal bisa disebabkan oleh lingkungan kerja yang tidak memberi jaminan pemenuhan tugas dan kewajiban guru secara optimal. Pendekatan pembelajaran kontekstual bisa menjadi pemikiran bagi guru supaya lebih kreatif. Strategi belajar yang membantu guru untuk mengaitkan materi pelajaran dengan situasi akan mendorong murid mengaitkan pengetahuan yang sudah dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sikap profesional guru pada tempat kerja adalah dengan cara menciptakan hubungan yang harmonis di lingkungan tempat kerja. Etika guru sangat dibutuhkan dalam rangka untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Guru melaksanakan semua kebijakan pemerintah dalam pendidikan. Demikian pula, guru kadang-kadang disebut sebagai guru profesional jika mereka memiliki keterampilan dasar mengajar. Kemampuan guru menjadi isu yang sangat penting dalam mengelola pembelajaran siswa. Kemampuan yang harus dimiliki adalah kemampuan pendidikan, yang berhubungan dengan kepribadian, sosial dan profesional. Untuk mendukung keberhasilan tugas yang sulit ini, semua orang yang terlibat perlu dimotivasi untuk meningkatkan dan mendukung. Semua pemangku kepentingan, tidak hanya guru, perlu melakukan perbaikan untuk mendukung keberhasilan pendidikan Indonesia.



2.5. Etika Siswa Terhadap Guru Pendidikan adalah sarana yang sangat penting dalam meningkatkan potensi dan kualitas diri pada seseorang. Dalam hal pendidikan tentu ada ilmu yang diajarkan, orang yang mengajarkan yaitu guru, dan juga yang diajarkan yaitu siswa. Guru sangat berpengaruh dalam proses pengembangan potensi dan kemampuan siswanya menjadi lebih baik juga menjadi motivator bagi siswanya. Tak kalah penting dengan guru, siswa pun sama pentingnya dalam proses



10



pendidikan, karena tanpa siswa guru tidak dapat mengajar atau memberikan ilmunya. Sebagai siswa, menghormati guru sebagai seorang yang telah memberikan ilmu adalah hal wajib untuk dilakukan. Tujuan dari menghormati guru tentu saja agar ilmu yang kita dapatkan sebagai siswa yang menimba ilmu dapat menjadi ilmu yang berkah dan juga bermanfaat. Kita tidak dapat menutup mata bahwa sekarang ini semakin banyak siswa yang kehilangan etikanya dalam menghormati gurunya. Maka penting sekali memberikan pengetahuan mengenai etika dan nilai moral, terutama etika siswa terhadap gurunya. Seorang siswa sudah sewajarnya untuk mengedepankan dan berpegang teguh pada etika yang mulia dalam berhadapan, berinteraksi dengan seorang guru. Baik itu dalam proses belajar mengajar dikelas, maupun dalam berinteraksi dengan guru dalam kehidupan sehari hari. Berikut adalah beberapa adab murid terhadap guru menurut ajaran Islam: 1. 2. 3. 4.



Mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru. Memperhatikan nasihat-nasihatnya yang baik. Mematuhi perintahnya selama itu tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Tidak mengada-ngada pertanyaan yang dapat merugikan kepada diri sendiri. 5. Bersikap baik dan sopan juga menunjukkan sikap rendah hati. 6. Dalam majelis pertemuan hendaklah mendahulukan atau memberikan kesempatan terlebih dahulu kepada guru untuk menempati tempatnya. 7. Mengerjakan tugas yang telah diberikan guru dengan baik dan mengumpulkannya tepat waktu. 8. Tidak mengolok-olok atau berkata dengan perkataan yang merendahkan guru. 9. Apabila guru belum datang ke kelas, hendaklah menunggu guru tersebut dan jangan melewatkan kelasnya. 10. Memuliakan guru sebagaimana memuliakan orang tua sendiri. 11. Ketika didalam kelas, duduk dengan semestinya dan memperhatikan dengan seksama 12. Bersabar apabila menghadapi kekurangan / kesalahan seorang guru.



11



BAB 3 PENUTUP 3.1. Kesimpulan Etika adalah ilmu yang membahas mengenai kebiasaan atau tingkah laku seseorang. Etika diterapkan dalam kegiatan sehari-hari, salah satunya yaitu dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar tentu ada orang yang memberikan pembelajaran yakni guru dan orang yang menerima pembelajaran yakni siswa. Etika-etika seperti etika guru ketika mengajar, etika guru kepada siswa dan juga etika siswa kepada guru. Antara guru dan siswa tentu penting adanya etika ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung, agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan kondusif dan ilmu yang didapat akan berkah dan bermanfaat.



3.2. Saran Demikian makalah yang kami buat dengan pembahasan etika guru. Dengan adanya pembahasan ini, diharapkan seorang guru lebih baik untuk menjaga etikanya dalam mengajar, berpenampilan, maupun berperilaku karena seorang guru dapat menjadi panutan bagi muridnya. Selain itu guru juga harus bisa memperoleh informasi tentang peserta didiknya untuk memudahkan dalam membimbing dan membina agar terciptanya suasana sekolah atau kelas yang baik dan berhasil. Begitu pula dengan siswa, harus memiliki etika terhadap gurunya. Menghormati guru yang telah memberikan ilmu adalah sebuah keharusan dan melihat disituasi sekarang yang mulai banyak siswa yang kurang sopan dengan gurunya, untuk itu diharapkan agar orang tua dan guru mengajarkan bagaimana etika yang baik kepada anak atau siswanya.



12



DAFTAR PUSTAKA Al – Ghazāli. Tth. Ihyā’ Ulūmudīn, Maktabah Shabihah. jilid 1. Kairo. Al-Ghazāli. Tth. Risalah al-Adāb fī al-Dīn dalam Majmu’ah al-Rasāil, Maktabah Kurdisan al-`Ilmiyyah. Mesir. Bertens, K. 2007. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. https://doi.org/10.47971/tjpi.v1i2.108 Ibn, Jamā’ah.1990. Tazkirah al- Sāmi’ wa al- Mutakallim fī- Adab al- ‘Ālim Wa al- Muta’allim, al-Syirkah al- Alāmiyah li al- Kitāb al-Syāmil Maktabah al -Madrasah Dar al-Kitāb Al ‘Āli. Bairut. Ibrahim, Hasan. 1985. Abd al’-‘Alā, Fann al-Ta’līm ‘inda ibn Jamā’ah, Maktabah al-Tarbiyah li-Duwal al- Khalij. Riyad. Isjoni. 2007. Berkarya untuk kejayaan Bangsa; Harapan dan Impian kepada guru, Panitia Hari Guru Nasional. Cet-I. Pekanbaru. Muhammad bin Isa Abu Isa at-Tirmizi as-Silmiy (selanjutnya disebut at-Tirmizi). al-Jami’ as-Sahih Sunan at-Tirmizi Dar al-Ihya` al-Turas al-‘Arabiy. Beirut. Ramayulis, Nizar, Samsul. 2009. Filsafat Pendidikan Islam; Tela’ah system pendidikan dan pemikiran para Tokohnya, Kalam Mulia. Jakarta. Ramayulis, Nizar, Samsul. 2010. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam; mengenal tokoh Pendidikan Islam di dunia Islam dan Indonesia, Quantum Teaching. Ciputat. Saputra, Aly, Noer, Herry. 2003. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Cet-II. Amissco. Jakarta. Irhim,Soejitno. 2006. Menjadi Guru yang Digugu dan Ditiru. Jakarta: Seyma Media. Yunus, Mahmud. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wadzurriyyah.



13



Zulhimma. 2015. “Eksistensi Etika Profesi Keguruan Dalam Dunia Pendidikan,” Logaritma 1, no. 02.



14