Makalah Posyandu Balita [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga pembentukan, penyelenggaraan dan pemanfaatannya memerlukan peran serta aktif masyarakat dalam bentuk partisipasi penimbangan balita setiap bulannya, sehingga dapat meningkatkan status gizi balita. Kegiatan ini membutuhkan partisipasi aktif ibu-ibu yang memiliki anak balita untuk membawa balitabalita mereka ke posyandu sehingga mereka dapat memantau tumbuh kembang balita melalui berat badannya setiap bulan (Depkes RI, 2006). Posyandu dibentuk oleh masyarakat desa/kelurahan dengan tujuan untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare kepada masyarakat setempat. Satu posyandu melayani sekitar 80-100 balita. Dalam keadaan tertentu, seperti lokasi geografis, perumahan penduduk yang terlalu berjauhan, dan atau jumlah balita lebih dari 100 orang, dapat dibentuk posyandu baru (Depkes RI, 2006). Secara



kuantitas,



perkembangan



jumlah



posyandu



sangat



menggembirakan, karena di setiap desa ditemukan sekitar 3-4 posyandu. Pada saat posyandu dicanangkan pada Tahun 1986 jumlah posyandu tercatat sebanyak 25.000 posyandu, pada Tahun 2005 meningkat menjadi 238.699 posyandu (Depkes RI, 2006), dan pada Tahun 2008 menjadi 269.202 posyandu (Depkes RI, 2009). Ditinjau dari aspek kualitas masih ditemukan banyak masalah, antara lain kelengkapan sarana dan keterampilan kader yang belum memadai (Depkes RI, 2006). Menurut Depkes RI (2001) meningkatkan kualitas pelayanan posyandu merupakan tujuan khusus dari revitalisasi posyandu yang salah satunya yaitu meningkatkan pengelolaan dalam pelayanan posyandu. Tujuan dari revitalisasi



1



posyandu



tersebut



yaitu



meningkatkan



kemampuan/pengetahuan



dan



keterampilan teknis serta dedikasi kader di posyandu, memperluas sistem posyandu dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan di hari buka dan kunjungan rumah, menciptakan iklim kondusif untuk pelayanan dengan pemenuhan sarana dan prasarana kerja posyandu, meningkatkan peran serta masyarakat dan kemitraan dalam penyelenggaraan dan pembiayaan kegiatan posyandu dan memperkuat dukungan pembinaan dan pendampingan teknis dari tenaga profesional dan tokoh masyarakat, termasuk unsur Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Peningkatan kualitas pelayanan merupakan indikator kinerja bagi pelayanan posyandu yang mencakup pelayanan kesehatan ibu dan anak, KB, pemberantasan penyakit menular dengan imunisasi, penanggulangan diare dan gizi serta adanya penimbangan balita. Sasaran penduduk posyandu adalah ibu hamil, ibu menyusui, pasangan usia subur dan balita. Kegiatan rutin posyandu diselenggarakan dan dimotori oleh kader posyandu dengan bimbingan teknis dari petugas kesehatan. Jumlah minimal kader untuk setiap posyandu sebanyak 5 orang sesuai dengan jumlah kegiatan utama yang dilaksanakan oleh posyandu dengan sistem layanan 5 meja atau 5 langkah kegiatan, yaitu: (1) Pendaftaran; (2) Penimbangan; (3) Pencatatan/pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS); (4) Penyuluhan; dan (5) Pelayanan kesehatan sesuai kewenangannya (Depkes RI, 2006). 1.2 Rumusan Masalah a. Bagaimana konsep dari posyandu balita? b. Apa saja hal-hal yang berkontribusi mengenai ketidakberhasilan posyandu balita? 1.3 Tujuan a. Untuk memahami konsep dari posyandu balita b. Untuk mengetahui hal-hal yang berkontribusi ketidakberhasilan posyandu balita.



2



mengenai



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Pengertian Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes, 2011). Posyandu merupakan suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. Posyandu merupakan pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana (Meilani, 2009). Pengintegrasian layanan sosial dasar di Posyandu adalah suatu upaya mensinergikan berbagai layanan yang dibutuhkan masyarakat meliputi perbaikan kesehatan dan gizi, pendidikan dan perkembangan anak, peningkatan ekonomi keluarga, ketahanan pangan keluarga dan kesejahteraan sosial. UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan bimbingan dari petugas Puskesmas, intas sektor dan lembaga terkait lainnya (Depkes, 2011). 2.2 Sasaran Sasaran utama pelayanan Posyandu adalah kelompok-kelompok rentan yakni ibu hamil, ibu menyusui bayi dan balita. Oleh sebab itu pelayanan Posyandu mencakup pelayanan-pelayanan: kesehatan ibu dan anak, imunisasi,



3



gizi, penanggulangan diare, dan keluarga berencana. Tujuan dikembangkan Posyandu sejalan dengan tujuan pembangunan kesehatan (Depkes, 2009). 2.3 Tujuan Menurut Sulistyorini (2011) tujuan penyelenggaraan Posyandu adalah sebagai berikut: a) Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (ibu hamil, melahirkan, dan nifas). AKI dsn AKB masih cukup tinggi meskipun dari tahun ketahun sudah dapat diturunkan, b) Membudayakan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera), c) Meningkatkan



peran



serta



dan



kemampuan



masyarakat



untu



mengembangkan kegiatan kesehatan dan Keluarga Berenacana (KB) serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera, d) Posyandu berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera, e) Menghimpun potensi masyarakat untuk berperan serta secara aktif meningkatkan kesejahteraan ibu, bayi, dan balita dan keluarga serta mempercepat penurunan angka kematian ibu, bayi dan balita.



2.4 Manfaat Posyandu a. Bagi Masyarakat Menurut Karwati, Pujiati, dan Mujiwati (2011) manfaat posyandu bagi masyarakat adalah: 1. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan bagi anak balita dan ibu, 2. Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang atau gizi buruk, 3. Bayi dan balita mendapatkan kapsul vitamin A,



4



4. Ibu hamil terpantau berat badannya dan memperoleh tablet tambah darah serta imunisasi tetanus toxoid (TT), 5. Ibu nifas memperoleh kapsul vitamin A dan tablet tambah darah, 6. memperoleh penyuluhan kesehatan yang berkaitan tentang kesehatan ibu dan anak, 7. apabila mendapat kelainan pada anak balita, ibu hamil, ibu nifas menyusuidapat segera diketahui dan dirujuk ke puskesmas, 8. dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang ibu dan anak balita. b. Bagi Kader Karwati, Pujiati, dan Mujiwati (2011) mengidentifikasi manfaat Posyandu bagi kader antara lain: 1) Mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan lebih lengkap, 2) Ikut berperan secara nyata dalam perkembangan tumbuh kembang anak balita dan kesehatan ibu, 3) Citra diri meningkat di mata masyarakat sebagai orang yang terpercaya dalam bidang kesehatan, 4) Menjadi panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan anak dan kesehatan ibu. c. Bagi Puskesmas Menurut Meilani, Setiyawati, Estiwidani, dan Sumarah (2009) manfaat posyandu bagi puskesmas adalah: 1. Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama, 2. dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan sesuai kondisi setempat, 3. Meningkatkan efesiensi waktu, tenaga, dan dana melalui pemberian pelayanan terpadu.



5



d. Bagi Sektor lain Meilani, Setiyawati, Estiwidani, dan Sumarah (2009) manfaat posyandu bagi sector lain adalah: 1. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah sektor terkait, utamanya yang terkait dengan upaya penurunan AKI dan AKB sesuai kondisi setempat. 2. Meningkatkan efesiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing sektor. 2.5 Bentuk Kegiatan Menurut Depkes RI (2011), kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan atau pilihan. Secara rinci kegiatan utama Posyandu adalah sebagai berikut: a. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) 1. Ibu Hamil Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup: 



Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanan darah, pemantauan nilai status gizi (pengukuran lingkar lengan atas), pemberian tablet besi, pemberian imunisasi Tetanus Toksoid, pemeriksaan tinggi fundus uteri, temu wicara (konseling) termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca pesalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dibantu oleh kader. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.







Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu diselenggarakan Kelas Ibu Hamil pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari lain sesuai dengan kesepakatan.



2. Ibu Nifas dan Menyusui Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui mencakup:



6



a) Penyuluhan/konseling kesehatan, KB pasca persalinan, Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI eksklusif dan gizi, b) Pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah 200.000 SI (1 kapsul segera setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam setelah pemberian kapsul pertama), c) Perawatan payudara, d) Dilakukan pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara, pemeriksaan tinggi fundus uteri (rahim) dan pemeriksaan lochia oleh petugas pemeriksaan payudara, pemeriksaan tinggi fundus uteri (rahim) dan pemeriksaan lochia oleh petugas kesehatan. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas. 3. Keluarga Berencana (KB) Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader adalah pemberian kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dapat dilakukan pelayanan suntikan KB dan konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang serta tenaga yang terlatih dapat dilakukan pemasangan IUD dan implant (Depkes RI, 2011). 4. Imunisasi Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh petugas Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program terhadap bayi dan ibu hamil (Depkes RI, 2011). Menurut



Syarifuddin, Theresia,



dan



Jomima



(2009),



survey



epidemiologi untuk menemukan kasus penyakit menular sedini mungkin, imunisasi untuk memberikan perlindungan kepada kelompok-kelompok masyarakat sehingga dapat mencegah terjadi penularan penyakit seperti TBC, tetanus, difteri, batuk rejan (pertusis), folio nyelitis, campak dan hepatitis B. 5. Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader Jenis pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan dan konseling gizi, pemberian makanan tambahan (PMT) lokal, suplementasi vitamin A dan



7



tablet Fe. Apabila ditemukan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK), balita yang berat badannya tidak naik 2 kali berturut-turut atau berada di bawah garis merah (BGM), kader wajib segera melakukan rujukan ke Puskesmas atau Poskesdes. 6. Pencegahan dan Penanggulangan Diare Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu dilakukan melalui pemberian oralit. Apabila diperlukan penanganan lebih lanjut akan diberikan obat Zinc oleh petugas kesehatan. Menurut Meilani, (2011), pada saat dikenal beberapa kegiatan tambahan Posyandu yang telah diselenggarakan antara lain: 1) Bina Keluarga Balita (BKB), 2) Kelompok peminat Kesehatan Ibu dan Anak (KP-KIA), 3) Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB), misalnya ISPA, demam berdarah, gizi buruk, polio, campak, difteri, pertusis, tetanus neonatorum, 4) Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD), 5) Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD), 6) Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAP-PLP), 7) Program diversifikasi tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan melalui Tanaman Obat Keluarga (TOGA), 8) desa siaga, 9) Pos Malaria desa (Polmades), 10) Kegiatan Ekonomi produktif, seperti Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K), usaha simpan pinjam, 11) Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), Tabungan Masyarakat (Tabumas). 2.6 Peran Kader a) Sebelum Hari Buka Posyandu  Melakukan persiapan penyelenggaraan kegiatan Posyandu.  Menyebarluaskan informasi tentang hari buka Posyandu melalui 



pertemuan warga setempat atau surat edaran. Melakukan pembagian tugas antar kader, meliputi pendaftaran, penimbangan, pencatatan, penyuluhan, pemberian makanan tambahan, serta pelayanan yang dapat dilakukan oleh kader.



8







Melakukan koordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya terkait dengan jenis layanan yang akan diselenggarakan. Jenis kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan Posyandu sebelumnya atau







rencana kegiatan yang telah ditetapkan berikutnya. Menyiapkan bahan penyuluhan dan pemberian makanan tambahan. Bahan-bahan penyuluhan sesuai permasalahan yang di dihadapi para orangtua serta disesuaikan dengan metode penyuluhan, misalnya: menyiapkan bahan-bahan makanan apabila ingin melakukan demo masak, lembar balik untuk kegiatan konseling, kaset atau CD, KMS,







buku KIA, sarana stimulasi balita. Menyiapkan buku-buku catatan kegiatan Posyandu.



b) Saat Hari Buka Posyandu  Melakukan pendaftaran, meliputi pendaftaran balita, ibu hamil, ibu nifas, 



ibu menyusui, dan sasaran lainnya. Pelayanan kesehatan ibu dan anak. Untuk pelayanan kesehatan anak pada Posyandu,



dilakukan



penimbangan,



pengukuran



tinggi



badan,



pengukuran lingkar kepala anak, pemantauan aktifitas anak, pemantauan status imunisasi anak, pemantauan terhadap tindakan orangtua tentang pola asuh yang dilakukan pada anak, pemantauan tentang permasalahan 



anak balita, dan lain sebagainya. Membimbing orangtua melakukan pencatatan terhadap berbagai hasil







pengukuran dan pemantauan kondisi anak balita. Melakukan penyuluhan tentang pola asuh anak balita. Dalam kegiatan ini, kader bisa memberikan layanan konsultasi, konseling, diskusi







kelompok dan demonstrasi dengan orangtua/keluarga anak balita. Memotivasi orangtua balita agar terus melakukan pola asuh yang baik







pada anaknya, dengan menerapkan prinsip asih-asah-asuh. Menyampaikan penghargaan kepada orangtua yang telah datang ke Posyandu dan minta mereka untuk kembali pada hari Posyandu







berikutnya. Menyampaikan informasi pada orangtua agar menghubungi kader apabila ada permasalahan terkait dengan anak balitanya.



9







Melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan pada hari buka Posyandu.







c) Sesudah Hari Buka Posyandu Melakukan kunjungan rumah pada balita yang tidak hadir pada hari buka Posyandu, anak yang kurang gizi, atau anak yang mengalami gizi buruk







rawat jalan, dan lain-lain. Memotivasi masyarakat, misalnya untuk memanfaatkan pekarangan dalam rangka meningkatkan gizi keluarga, menanam tanaman obat keluarga, membuat tempat bermain anak yang aman dan nyaman. Selain itu, memberikan penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat







(PHBS). Melakukan pertemuan dengan tokoh masyarakat, pimpinan wilayah untuk menyampaikan hasil kegiatan Posyandu serta mengusulkan







dukungan agar Posyandu terus berjalan dengan baik. Menyelenggarakan pertemuan, diskusi dengan masyarakat, untuk membahas kegiatan Posyandu. Usulan dari masyarakat digunakan







sebagai bahan menyusun rencana tindak lanjut kegiatan berikutnya. Mempelajari Sistem Informasi Posyandu (SIP). SIP adalah sistem pencatatan data atau informasi tentang pelayanan yang diselenggarakan di Posyandu. Manfaat SIP adalah sebagai panduan bagi kader untuk memahami permasalahan yang ada, sehingga dapat mengembangkan jenis kegiatan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan sasaran.



2.7 Hal yang Berkontribusi Ketidakberhasilan Posyandu Di Indonesia posyandu balita dianggap belum sepenuhnya berhasil mengatasi masalah yang ada. Pada kenyataannya masih banyak balita yang menderita gizi buruk dan penyakit lain, sehingga angka kematian bayi dan balita masih belum menurun. Berikut merupakan faktor yang mempengaruhi perihal tersebut :



10



A. Posyandu 1. Kader Kendala-kendala yang dapat menganggu pelaksanaan Posyandu karena faktor kader adalah: a) kurangnya kader, b) banyak terjadi angka putus (drop-out) kader, c) Kepasifan dari pengurus Posyandu karena belum adanya pembentukan atau resuffle pengurus baru dari kegiatan tersebut, d) Keterampilan pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS), e) sistem pencatatan buku register tidak lengkap atau kurang lengkap, f) kader Posyandu sering berganti-ganti tanpa diikuti dengan pelatihan atau training sehingga kemampuan teknis gizi para kader yang aktif tidak memadai. Hal ini mengakibatkan kegiatan pemantauan pertumbuhan balita tidak dapat dilakukan secara optimal sehingga upaya pencegahan timbulnya kasus gizi kurang dan buruk menjadi kurang efektif, g) Kemampuan kader posyandu dalam melaksanakan konseling dan penyuluhan gizi menjadi macet. Akhirnya balita yang datang hanya ditimbang, dicatat/dituliskan hasil penimbangannya di KMS atau buku KIA tanpa dimaknakan kemudian mengambil jatah PMT dan pulang. Balita yang sudah selesai mendapatkan imunisasi lengkap tidak mau datang lagi ke Posyandu, karena merasa tidak memperoleh manfaat apa-apa. 2. Ketersediaan Dana Dana pelaksanaan Posyandu berasal dari swadaya masyarakat melalui gotong royong dengan kegiatan himpitan beras dan hasil potensi desa lainnya serta sumbangan dari donatur yang tidak mengikat yang dihimpin melalui kegiatan dana sehat (Depkes, 2011). 3. Sarana dan prasarana



11



Sarana prasarana merupakan alat yang digunakan untuk menunjang kegiatan Posyandu. Sehingga sarana dan prasarana merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kegiatan Posyandu. Kendalakendalanya adalah:



a) Tempat



pelaksanaan



kelurahan,



polindes,



Posyandu atau



kurang



gedung



representatif



PKK),



(dikantor



sehingga



tidak



memungkinkan menyediakan tempat bermain bagi balita, b) ketepatan jam buka posyandu, c) kebersihan tempat pelaksanaan posyandu, d) kurang kelengakapan untuk pelaksanaan KIE seperti buku-buku yang berkaitan dengan gizi dan kesehatan, poster-poster, leaflet, lembar balik, modul, dan lain-lain, e) kurangnya kelengkapan alat ukur dan timbangan, f) sarana dan peralatan yang ada dipuskesmas dan Posyandu masih kurang. (Sulistyorini, Pebriyanti, dan Proverawati, 2010). B. Masyarakat Ada beberapa masyarakat yang mengabaikan untuk mengajak anaknya datang ke posyandu setiap bulan karena ada yang beranggapan posyandu tidak penting, ada pula para ibu yang sibuk sehingga tidak bisa mengajak anaknya ke posyandu. Para Ibu yang sibuk terseut pada akhirnya tidak dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Di sebagian masayrakat yang sudah mau datang ke posyandu mengabaikan penyuluhan yang diberikan di posyandu contohnya pemberian asi eksklusif pada 6 bulan pertama yang tidak dilakukan, padahal ASI sangat bermanfaat bagi bayi. Hal tersebut dikarenakan beberapa ibu yang sibuk dengan kegiatannya sendiri sehingga tidak sempat untuk memberikan ASI dan memilih menggantinya dengan susu formula. Selain itu di masyarakat yang masih beredar mitos tentang



12



kolostrum yang harus dibuang, padahal kolostrum dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi.



13



BAB III PENUTUP



3.1 Simpulan Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Sasaran utama pelayanan Posyandu adalah kelompok-kelompok rentan yakni ibu hamil, ibu menyusui bayi dan balita. Oleh sebab itu pelayanan Posyandu mencakup pelayanan-pelayanan: kesehatan ibu dan anak, imunisasi, gizi, penanggulangan diare, dan keluarga berencana.



Tujuan



dikembangkan



Posyandu



sejalan



dengan



tujuan



pembangunan kesehatan. Manfaat posyandu bagi kader, bagi puskesmas, maupun bagi sektor lain bermacam-macam sesuai dengan perannya masingmasing. Akan tetapi masih ada faktor yang mempengaruhi ketidakberhasilan posyandu itu sendiri. Sehingga angka kematian bayi dan balita serta angka kematian ibu masih belum terjadi penurunan sesuai dengan target yang diharapkan 3.2 Saran Sebagai tenaga kesehatan yang profesional selain mengetahui dan melaksanakan tindakan keperawatan yang sesuai dengan SOP, hendaknya juga dibekali dengan pengetahuan mengenai perkembangan kesehatan bayi dan balita di Indonesia khususnya tentang konsep posyandu balita dan faktor yang mempengaruhi ketidakberhasilan posyandu tersebut. Sehingga sebagai tenaga kesehatan dapat memperbaiki perihal yang telah terjadi.



14



DAFTAR PUSTAKA http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29988/5/Chapter%20I.pdf http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/50747/4/Chapter%20II.pdf http://www.depkes.go.id/resources/download/promosi-kesehatan/buku-sakuposyandu.pdf



15