Makalah PREEKLAMPSIA Dan EKLAMPSIA [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH “KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PREEKLAMPSIA dan EKLAMPSIA” “Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sistem Reproduksi”



\ Disusun oleh : Kelompok 8 1. Ayu Anggun R.S 2. Evi Sugiarti 3. Gieta Ratnasari 4. Nurjanah 5. Rudi 6. Uswatun Hasanah



YAYASAN INDRA HUSADA PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU TAHUN 2017/2018



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dan tidak lupa shalawat serta salam telah tercurah pada nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas kelompok Sistem Reproduksi. Topik yang akan di bahas dalam makalah ini adalah “Konsep Asuhan Keperawatan Pre-eklampsia dan eklampsia”. Dalam makalah ini akan di gambarkan mengenai definisi, teori, konsep asuhan keperawatan pada pasien denga gangguan Pre-eklampsia dan Eklampsia. Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada segenap dosen di mata kuliah yang telah membimbing dan mengajarkan kami. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan tidak luput dari kesalahan serta kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran demi perbaikan makalah ini sangat kami harapkan. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita.



Indramayu, 05 April 2018



Penyusun, Kelompok 8



DAFTAR ISI



Kata pengantar...........................................................................................i Daftar isi......................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang........................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................2 1.2 Tujuan penulisan....................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi...................................................................................................3 2.2 Etiologi...................................................................................................4 2.3 Patofisiologi...........................................................................................5 2.4 Klasifikasi..............................................................................................9 2.5 Manifestasi Klinis..................................................................................10 2.6 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................10 2.7 Penatalaksanaan ....................................................................................11 2.8 Komplikasi.............................................................................................14 BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian..............................................................................................15 3.2 Diagnosa keperawatan...........................................................................16 3.3 Intervensi................................................................................................16 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan............................................................................................20 4.2 Saran.......................................................................................................20 Daftar pustaka............................................................................................ iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1      Latar Belakang Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan kesatuan penyakit yang disebabkan oleh kehamilan walaupun belum jelas bagaimana terjadi. Di indonesia pre-eklampsia dan eklampsia, disamping perdarahan dan infeksi masih merupakan sebab utama kematian ibu dan sebab kematian perinatal yang tinggi. (professor dokter sarwono prawirhadjo, DSOG). Salah satu penyebab dari tingginya mortalitas dan morbiditas ibu bersalin adalah hipertensi yang karena tidak di tangani dengan benar berujung pada preeklsamsia dan eklamsia. Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5 – 15 % penyulit kehamilan. Oleh karena itu, ditekankan bahwa pengetahuan tentang pengelolaan sindroma pre-eklamsia ringan dengan hipertensi, edema dan protein urine harus benar–benar dipahami dan ditangani dengan benar oleh semua tenaga medis. (Prof. dr.H. Muh.Dikman Angsar, SpOG, tahun 2005). Pre-eklampsia adalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung disebabkan oleh kehamilan. Pre-eklampsia adalah hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi. Pre-eklampsia hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada multipara. Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrem yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun. Eklampsia merupakan kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau nifas, yang ditandai dengan timbulnya kejang dan / atau koma. Biasanya Sebelumnya wanita hamil itu menunjukkan gejala-gejala pre-eklampsia (kejangkejang dipastikan bukan timbul akibat kelainan neurologik lain).



1.2       Rumusan Masalah 1. Jelaskan Pengertian dan Etiologi Pre-Eklampsia dan Eklampsia ? 2. Sebutkan Macam-macam Pre-Eklampsia dan Eklampsia ? 3. Jelaskan Patofisiologi dari Pre-Eklampsia dan Eklampsia ? 4. Sebutkan Apa tanda dan gejala dari Pre-Eklampsia dan Eklampsia ? 5.



Sebutkan Komplikasi dari Pre-Eklampsia dan Eklampsia ?



6. Jelaskan Penatalaksanaan dari Pre-Eklampsia dan Eklampsia ? 7. Apa saja Pemeriksaan penunjang dari Pre-Eklampsia dan Eklampsia ? 8.



Membuat Asuhan keperawatan Pre-Eklampsia secara umum ?



9. Membuat Asuhan keperawatan Eklampsia secara umum ? 1.3      Tujuan Penulisan 1.



Tujuan Umum a. Mampu menerapkan Asuhan Keperawatan pasien dengan pre-eklampsia dan eklampsia b. Menganalisa hubungan antara beberapa faktor resiko terhadap terjadinya pre-eklampsia dan eklampsia pada saat kehamilan



2.



Tujuan Khusus a. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada pasien dengan preeklampsia dan eklampsia. b. Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada pasien dengan pre-eklampsia dan eklampsia. c.



Dapat membuat perencanaan pada pasien dengan pre-eklampsia dan eklampsia.



d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada pasien dengan pre-eklampsia dan eklampsia.



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Definisi 1. Pre-Eklampsia Preeklampsia adalah kelainan multiorgan spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan terjadinya hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 20 minggu. (Obynaca 2009) Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. (Mansjoer, 2000). Pre-eklampsia adalah kelainan multiorgan spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan terjadinya hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 20 minggu. (Obgynacea 2009). (Nanda NIC NOC 2013). 2. Eklampsia Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan, atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan saraf) dan / atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala preeklampsia. Secara eksklusif eklampsia merupakan penyakit pada kehamilan pertama (nullipara). Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrim, yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun. (Sarwono, 2005). Eklamsia adalah terjadinya kejang pada seorang wanita dengan pre eklamsia yang tidak dapt disebabkan oleh hal lain. (Cunningham, 2005).



Eklamsia adalah pre eklamsia yang disertai kejang-kejang, kelainan akut pada ibu hamil. (Maimunah, 2005).  



2.2 Etiologi Apa yang menjadi penyebab preeklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum diketahui. Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebabmusabab penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal-hal berikut: a.       Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa. b.      Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan. c.       Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus. d.      Sebab jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya. e.       Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang, dan koma. Penyebab PIH tidak diketahui; namun demikian, penelitian terakhir menemukan suatu organisme yang disebut hydatoxi lualba. Faktor resiko yang terjadi pada pre-eklampsia dan eklampsia, yaitu: a.       Kehamilan pertama (Primigravida) b.      Riwayat keluarga dengan pre-eklampsia atau eklampsia c.       Pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya d.      Ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun e.       Wanita dengan gangguan fungsi organ (diabetes, penyakit ginjal, migraine, dan tekanan darah tinggi) f.       Hidrops Fetalis g.      Kehamilan kembar h.      Obesitas i.        Hipertensi Essensial Kronik



2.3



Patofisiologi Pada preeklampsia terdapat penurunan  aliran darah. Perubahan ini menyebabkan  prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus. Keadaan iskemia pada uterus , merangsang pelepasan bahan tropoblastik yaitu akibat hiperoksidase lemak dan pelepasan renin uterus. Bahan tropoblastik menyebabkan terjadinya endotheliosis menyebabkan pelepasan tromboplastin. Tromboplastin yang dilepaskan mengakibatkan pelepasan tomboksan dan aktivasi / agregasi trombosit deposisi fibrin. Pelepasan tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme sedangkan aktivasi/ agregasi trombosit deposisi fibrin akan menyebabkan koagulasi intravaskular yang mengakibatkan perfusi darah menurun dan konsumtif koagulapati. Konsumtif koagulapati mengakibatkan trombosit dan faktor pembekuan darah menurun dan menyebabkan gangguan faal hemostasis. Renin uterus yang di keluarkan akan mengalir bersama darah sampai organ hati dan bersama- sama angiotensinogen menjadi angiotensi I dan selanjutnya menjadi angiotensin II. Angiotensin II bersama tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme. Vasospasme menyebabkan lumen arteriol menyempit. Lumen arteriol yang menyempit menyebabkan lumen hanya dapat dilewati oleh satu sel darah merah. Tekanan perifer akan meningkat agar oksigen mencukupi kebutuhab sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan vasospasme, angiotensin II akan merangsang glandula suprarenal untuk mengeluarkan aldosteron.



Vasospasme



bersama



dengan



koagulasi



intravaskular



akan 



menyebabkan gangguan perfusi darah dan gangguan multi organ. Gangguan multiorgan terjadi pada organ- oragan tubuh diantaranya otak, darah, paru- paru, hati/ liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat menyebabkan terjadinya edema serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang meningkat menyebabkan terjadinya gangguan perfusi serebral , nyeri dan terjadinya kejang sehingga menimbulkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada darah akan terjadi enditheliosis menyebabkan sel darah merah dan pembuluh darah pecah. Pecahnya pembuluh darah akan menyebabkan terjadinya pendarahan,sedangkan sel darah merah yang pecah akan menyebabkan terjadinya anemia hemolitik. Pada paru-



paru, LADEP akan meningkat menyebabkan terjadinya kongesti vena pulmonal, perpindahan cairan sehingga akan mengakibatkan terjadinya oedema paru. Oedema paru akan menyebabkan terjadinya kerusakan pertukaran gas. Pada hati, vasokontriksi pembuluh darah menyebabkan akan menyebabkan gangguan kontraktilitas miokard sehingga menyebabkan payah jantung dan memunculkan diagnosa keperawatan penurunan curah jantung. Pada ginjal, akibat pengaruh aldosteron, terjadi peningkatan reabsorpsi natrium dan menyebabkan retensi cairan dan dapat menyebabkan terjadinya edema sehingga dapat memunculkan diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan. Selin itu, vasospasme arteriol pada ginjal akan meyebabkan penurunan GFR dan permeabilitas terrhadap protein akan meningkat. Penurunan GFR tidak diimbangi dengan peningkatan reabsorpsi oleh tubulus sehingga menyebabkan diuresis menurun sehingga menyebabkan terjadinya oligouri dan anuri. Oligouri atau anuri akan memunculkan diagnosa keperawatan gangguan eliminasi urin. Permeabilitas terhadap protein yang meningkat akan menyebabkan banyak protein akan lolos dari filtrasi glomerulus dan menyenabkan proteinuria. Pada mata, akan terjadi spasmus arteriola selanjutnya menyebabkan oedem diskus optikus dan retina. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya diplopia dan memunculkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada plasenta penurunan perfusi akan menyebabkan hipoksia/anoksia sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation serta memunculkan diagnosa keperawatan risiko gawat janin. Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan sistem saraf parasimpatis akan meningkat. Peningkatan saraf simpatis mempengaruhi traktus gastrointestinal dan ekstrimitas. Pada traktus gastrointestinal dapat menyebabkan terjadinya hipoksia duodenal dan penumpukan ion H menyebabkan HCl meningkat sehingga dapat menyebabkan nyeri epigastrik. Selanjutnya akan terjadi akumulasi gas yang meningkat, merangsang mual dan timbulnya muntah sehingga muncul diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pada ektrimitas dapat terjadi metabolisme anaerob menyebabkan ATP diproduksi dalam jumlah yang sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan asam laktat.



Terbentuknya asam laktat dan sedikitnya ATP yang diproduksi akan menimbulkan keadaan cepat lelah, lemah sehingga muncul diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas. Keadaan hipertensi akan mengakibatkan seseorang kurang terpajan informasi dan memunculkan diagnosa keperawatan kurang pengetahuan



Pathway  Tekanan darah



Meningkat (TD>140-190)



Hamil < 20 minggu



Normal



Hipertensi kronik



Superimposed Pre Eklamsia



Hamil >20 minggu



Pra eklamsia



Kejang (-)



Kejang (+)



Penurunan pengisian darah di vertikel kiri



ekamsia



Volume dan tekanan darah menurun



Proses 1 cardiac utput meningkat



Kelebihan volume cairan



Merangsang medula oblongata



System syaraf simpatis meningkat



jantung



HCL meningkat



Vaso spasme pada pembuluh darah



Kompresi saraf simpatis meningkat gangguan irama jantung aliran turbulensi emboli



Nyeri akut



Akral dngin Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer



paru



Penumpukan darah Peristaltik turun LAEDP meningkat



Akumulasi gas meningkat



Kongesti vena pulmonal



Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh



Proses perpindahan cairan karena perbedaan tekanan



Metabolismeturun



vasokontriksi



Timbul oedema gangguan fungsi alveoli



2.4 Klasifikasi Pre-Eklampsia dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut : 1.      Pre-Eklampsia Ringan Bila disertai keadaan sebagai berikut: a)      Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih .Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam. b)      Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau lebih per minggu. c)      Proteinuria kwantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada urin kateter atau midstream. 2.      Pre-Eklampsia Berat a)      Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih. b)      Proteinuria 5 gr atau lebih per liter. c)      Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam . d)      Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium. e)      Terdapat edema paru dan sianosis. Eklampsia dibagi menjadi 3 golongan, yaitu sebagai berikut : 1.      Eklampsia Gravidarum a)      kejadian 150 % sampai 60 % b)      serangan terjadi dalam keadaan hamil 2.      Eklampsia Parturientum a)      Kejadian sekitar 30 % sampai 35 % b)      Saat sedang inpartu c)      Batas dengan eklampsia gravidarum sukar ditentukan terutama saat mulai inpartu. 3.       Eklampsia Puerperium a)      Kejadian jarang



b)      Terjadinya serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir.



2.5 Manifestasi klinis Diagnosis eklampsia ditegakkan berdasarkan gejala-gejala preaklampsia disertai kejang atau koma, sedangkan bila terdapat gejala preeklampsia berat disertai salah satu gejalanya, yaitu sebagai berikut: a.       Nyeri kepala hebat pada bagian depan atau belakang kepala yang diikuti dengan peningkatan tekanan darah yang abnormal. Sakit kepala tersebut terus menerus dan tidak berkurang dengan pemberian aspirin atau obat sakit kepala lain b.      Gangguan penglihatan pasien akan melihat kilatan-kilatan cahaya, pandangan kabur, dan terkadang bisa terjadi kebutaan sementara. c.       Iritabel ibu merasa gelisah dan tidak bisa bertoleransi dengan suara berisik atau gangguan lainnya d.      Nyeri perut pada bagian ulu hati yang kadang disertai dengan muntah e.       Gangguan pernafasan sampai cyanosis f.       Terjadi gangguan kesadaran



2.6



Pemeriksaan penunjang



a)      Pemeriksaan Laboratorium 1)      Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah a.       Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% ) b.      Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% ) c.       Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3) 2)      Urinalisis Ditemukan protein dalam urine. 3)      Pemeriksaan Fungsi hati a.       Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )



b.      LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat c.       Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul. d.      Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-45 u/ml ) e.       Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N= 110 mmHg, berikan hipertensi sampai tekanan diastolic diantara 90-100 mmHg. b.      Pasang infuse RL dengan jarum besar (16 gauge atau lebih) c.       Ukur keseimbangan cairan jangan sampai terjadi overload d.      Kateterisasi urine untuk mengeluarkan volume dan proteinuric e.       Jika jumlah urine kurang dari 30 ml / jam f.       Infus cairan dipertahankan 1 1/8 ml/jam g.      Pantau kemungkinan oedema paru h.      Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin. i.        Observasi tanda-tanda vital, refleks dan denyut jantung setiap jam j.        Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda oedema paru. Jika ada oedema paru hentikan pemberian cairan dan berikan diuretic k.      Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan beadside l.        Dosis awal : beri MgSO4 (4 gram) per IV sebagai larutan 20%, selama 5 menit. Diikuti dengan MgSO4 (50%) 5 gr 1ml dengan 1 ml lignokain 2% (dalam setopril yang sama) pasien akan merasa agar panas sewaktu pemberian MgSO4 m.    Dosis pemeliharaan : MgSO4 (50%) 5 gr + lignokain 2% (1ml) 1 m setiap 4 jam kemudian dilanjutkan sampai 24 jam pasca persalinan atau kejang terakhir n.      Sebelum pemberian MgSO4 periksa : frekuensi pernafasan minimal 16 / menit. Refleks Patella (+), urin minimal 30 ml / jam dalam 4 jam terakhir o.      Stop pemberian MgSO4, jika : frekuensi pernafasan < / > p.      Siapkan antidotlim jika terjadi henti nafas, Bantu dengan ventilator. Beri kalsium glukonat 2 gr ( 20 ml dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai pernafasan mulai lagi.



2.8 Komplikasi Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi antara lain: 1.      Pada Ibu a.       Eklampsia b.      Solusio plasenta c.       Pendarahan subkapsula hepar d.      Kelainan pembekuan darah ( DIC ) e.       Sindrom HELPP ( hemolisis, elevated, liver,enzymes dan low platelet count ) f.       Ablasio retina g.      Gagal jantung hingga syok dan kematian. 2.      Pada Janin a.       Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus b.      Prematur c.       Asfiksia neonatorum d.      Kematian dalam uterus e.       Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal   



BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN



3.1 Pengkajian Data yang dikaji pada ibu bersalin dengan pre eklampsia adalah : a.       Data Subyektif : 1)      Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun 2)      Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur 3)      Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM 4)      Riwayat kehamilan: riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya 5)      Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan 6)      Psikososial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya. b.      Data Obyektif : 1)      Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam 2)      Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema 3)      Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress 4)      Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika refleks+) 5)      Pemeriksaan penunjang : 1)      Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam 2)      Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit



menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml 3)      Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu 4)      Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak 5)      USG ; untuk mengetahui keadaan janin 6)      NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin



3.2 Diagnosa Keperawatan 1)      Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer  b/d penurunan kardiak out put sekunder terhadap vasopasme pembuluh darah. 2)      Kelebihan volume cairan b/d peningkatan retensi urine dan edema berkaitan dengan hipertensi pada kehamilan 3)      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d masukan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik dan menggantikan kehilangan. 4)      Nyeri akut b/d peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat hipertensi



3.3 Intervensi Keperawatan 1)      Gangguan Perfusi Jaringan Perifer b/d Penurunan Kardiak Out Put Sekunder Terhadap Vasopasme Pembuluh Darah Tujuan                 :           Perfusi jaringan otak adekuat danTercapai secara optimal. Kriteria Hasil       : a. Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan b. Menunjukkan fungsi sesori motori cranial yang utuh : tingkat kesadaran membaik, tidak ada gerakan involunter Intervensi: 1. Monitor perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinu ( cemas  bingung, letargi, pingsan )



2. Obsevasi adanya pucat, sianosis, belang, kulit dingin/ lembab, cacat kekuatan nadi perifer. 3. Kaji tanda Homan ( nyeri pada betis dengan posisi dorsofleksi ) eritema, edema 4. Dorong latihan kaki aktif / pasif 5. Pantau pernafasan 6. Kaji fungsi GI, catat anoreksia, penurunan bising usus, muntah/  mual, distaensi abdomen, kontipasi 7. Pantau masukan dan perubahan keluaran 2)      Kelebihan Volume Cairan b/d Peningkatan Retensi Urine Dan Edema Berkaitan Dengan Hipertensi Pada Kehamilan Tujuan                 : Kelebihan volume cairan teratasi. Kriteria hasil        : a. Bebas dari edema dan  effuse b. Bunyi nafas bersih tidak ada dispneu/ortopneu c. Terbebas dari distensi vena jugularis Intervensi: 1. Auskultasi bunyi nafas akan adanya krekels. 2. Catat adanya DVJ, adanya edema dependen 3. Ukur masukan atau keluaran, catat penurunan pengeluaran, sifat konsentrasi, hitung keseimbangan cairan. 4. Pertahankan pemasukan total cairan 2000 cc/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler. 5. Berikan diet rendah natrium atau garam. 3)      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d masukan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik dan menggantikan kehilangan. Tujuan : a. Status nutrisi normal



b. Berat badan meningkat c. Tidak ada tanda malnutrisi Kriteria Hasil: a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan b. Berat badan ideal seuai dengan  tinggi badan c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi d. Tidak terjadi malnutrisi e. Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan f. Tidak ada tand penurunan berat badan Intervensi: 1.      Kaji alergi makanan 2.      Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhakan pasien 3.      Anjurkan pasien untuk meningkatka intake Fe 4.      Anjurka pasien untu meningkatkan protein dan vitamin c 5.      Berikan substansi gula 6.      Yakinkan diet yang dimakan mengandung serat tinggi untik mencegah konstipasi 7.      Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasiskan dengan ahli gisi) 8.      Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian. 9.      Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi 10.  Kaji kemampuan pasien mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan 4)      Nyeri akut b/d peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat hipertensi Tujuan     : a. Nyeri mendekati normal b. Nyeri terkontrol c. Pasien merasa nyaman Kriteria hasil        : a. Mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri , mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri) a. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri



b. Mampu mengenali nyeri ( skala, intensitas, frekuensi dan tanda ) c. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Intervensi            : 1. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan 2. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien 3. Kaji penyebab nyeri 4. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau 5. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan control nyeri masa lampau 6. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan 7. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan ,pencahayaan dan kebisingan 8. Kurangi factor prepitasi nyeri 9. Pilih dan lakukan penanganan nyeri ( farmakologi , non farmakologi, dan inter personal )



BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Pre-eklampsia adalah kelainan multiorgan spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan terjadinya hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 20 minggu. (Obgynacea 2009). (Nanda NIC NOC 2013). Secara eksklusif eklampsia merupakan penyakit pada kehamilan pertama (nullipara). Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrim, yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun. (Sarwono, 2005). 4.2 Saran Dalam penyusunan makalah kami menyadari bahwa makalah ini sangatlah kurang dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dalam penyusunan makalah selanjutnya agar lebih baik.



DAFTAR PUSTAKA Persis Mary Hamilton, (1995), Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta R. Sulaeman Sastrawinata, (1981), Obstetri Patologi, Elstar Offset, Bandung. Suyono. Y.J., 2002. Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi. Edisi 6. Hipokrates, Jakarta.