Makalah Proses Pembuatan Polimer [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROSES PEMBUATAN POLIMER/KARET/PLASTIK



Disusun Oleh : Amran Fadila



(18208020)



Iyohana Maria Uli Hasibuan



(18208016)



Sartika Pakpahan



(18208021)



Sertawati Sihotang



(18208015)



Dosen Pembimbing : Aja Avriana. ST.,MT



FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI TEKNIK KIMIA INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN SUMATERA UTARA 2021 1



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan rahmat-Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Proses Pembuatan Polimer/karet/plastik” ini dengan baik tepat pada waktunya. Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing kami Ibu Aja Avriana. ST.,MT yang telah memberikan banyak bimbingan serta masukan yang bermanfaat dalam proses penyusunan makalah ini. Rasa terima kasih juga hendak kami ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan kontribusinya baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan. Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang penyusunan karya ilmiah ini, namun kami menyadari bahwa di dalam makalah yang telah kami susun ini masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca demi tersusunnya makalah lain yang lebih lagi. Akhir kata, kami berharap agar makalah ini bisa memberikan banyak manfaat bagi setiap pembacanya.



2



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR



2



DAFTAR ISI



3



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang



4



1.2 Rumusan Masalah



5



1.3 Tujuan penelitian



5



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polimer



1



2.1.1 Polimer Alam



1



2.1.2 Polimer Sintesis



3



2.2 Macam-macam Polimer



4



2.3 Teknik Pembuatan Polimer



5



BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 3.1 Blok Diagram Proses Pembuatan PVC



10



3.2 Diagram Alir Pembuatan Pupuk Pupuk Magnesium Sulfat



12



3.3 Peralatan Pada Proses Pembuatan PVC



11



3.4 Deskripsi Proses Pembuatan



12



BAB IV KESIMPULAN



15



DAFTAR PUSTAKA



16



3



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polimer adalah senyawa molekul besar berbentuk rantai atau jaringan yang tersusun dari gabungan ribuan hingga jutaan unit pembangun yang berulang. Plastik pembungkus, botol plastik, styrofoam, nilon, dan pipa paralon termasuk material yang disebut polimer. Polimer merupakan senyawa-senyawa yang tersusun dari molekul sangat besar yang terbentuk oleh penggabungan berulang dari banyak molekul kecil. Molekul yang kecil disebut monomer, dapat terdiri dari satu jenis maupun beberapa jenis. Polimer adalah sebuah molekul panjang yang mengandung rantairantai atom yang dipadukan melalui ikatan kovalen yang terbentuk melalui proses polimerisasi dimana molekul monomer bereaksi bersama-sama secara kimiawi untuk membentuk suatu rantai linier ataujaringan tiga dimensi dari rantai polimer. Polimer didefinisikan sebagai makromolekul yang dibangun oleh pengulangan kesatuan kimia yang kecil dan sederhana yang setara dengan monomer, yaitu bahan pembuat polimer. Penggolongan polimer berdasarkan asalnya, yaitu yang berasal dari alam (polimer alam) dan polimer yang sengaja dibuat oleh manusia (polimer sintetis). Plastik, karet, serat, kapas, protein dan selulosa merupakan istilah umum dalam perbendaharaan kata modern yang digunakan untuk menyatakan bahan yang terbuat dari polimer. Reaksi polimerisasi (perpanjangan rantai), reaksi ini terdiri dari tiga tahap yaitu pembentukan radikal bebas (inisiasi), perpanjangan monomer (propagasi), dan terminasi (pemotongan atau penyetopan reaksi). Pembentukan cabang dalam proses polimerisasi menyebabkan tiga bentuk struktur yaitu struktur beraturan (isotaktik), struktur tak beraturan (ataktik), campuran (sindiotaktik). Struktur polimer sangat berpengaruh terhadap sifat polimernya. Plastik (PE) Plastik adalah bahan yang elastik, tahan panas, mudah dibentuk, lebih ringan dari kayu, dan tidak berkarat oleh adanya kelembapan.



4



1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah : 1.



Apa pengertian polimer?



2.



Berapa jenis- jenis dari polimer?



3.



Bagaimana proses pembuatan polimer?



1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian dari makalah ini yaitu : 1.



Mengetahui pengertian dari polimer.



2.



Mengetahui jenis – jenis dari polimer.



3.



Mengetahui proses pembuatan polimer.



5



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Polimer Kata ’polimer’ berasal dari kata Yunani kuno ’poli’ yang berarti ’banyak’ dan ’mere’ yang berarti ‘bagian’. Dengan demikian maka definisi dari polimer adalah: sebuah molekul rantai panjang yang terdiri atas sejumlah besar ’repeating unit’ (unit terulang) dengan struktur yang identik, yang disebut monomer. Pada umumnya polimer terdiri atas paling sedikit 100 monomer. Gabungan dua monomer disebut ’dimer’, 3 monomer disebut ’trimer’, empat monomer disebut ’tetramer’, dan seterusnya. Beberapa polimer terdapat di alam bebas, dalam perkembangannya kemudian manusia dengan proses sintesa berhasil menciptakan polimer. Dengan demikian maka dikenal polimer alam dan polimer sintetik. Contoh polimer alam adalah : selulosa (komponen utama pembentuk dinding sel tumbuh-tumbuhan), protein (komponen utama pembentuk sel makhluk hidup), serat alam (sutera, wol), karet (dihasilkan oleh makhluk hidup atau tumbuh-tumbuhan), DNA, dan lain-lain. Contoh polimer sintetik/buatan (menurut sifatnya) adalah plastik (bahan yang mudah dibentuk/dicetak menjadi bentuk tertentu), serat/fiber (bahan serat seperti nilon), elastomer (bahan dengan sifat elastik seperti karet, mudah dideformasi dan diregang secara reversibel). Modifikasi struktur pada kondisi tertentu dapat menghasilkan sifat-sifat yang dikehendaki, contoh : Poly Vinyl Chloride, Poly Urethane, Poly Propylene, Poly Amides. 2.1.1 Polimer Alam Polimer alam telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, Polimer alam adalah senyawa yang dihasilkan dari proses metabolisme mahluk hidup. jumlahnya yang terbatas dan sifat polimer alam yang kurang stabil, mudah menyerap air, tidak stabil karena pemanasan dan sukar dibentuk menyebabkan



6



penggunaanya amat terbatas. Contoh sederhana polimer alam seperti ; Amilum dalam beras, jagung dan kentang , pati , selulosa dalam kayu , protein terdapat dalam daging dan karet alam diperoleh dari getah atau lateks pohon karet, protein, DNA, kitin pada kerangka luar serangga, wool, jaring laba-laba, sutera dan kepompong ngengat, adalah polimer-polimer yang disintesis secara alami. Seratserat selulosa yang kuat menyebabkan batang pohon menjadi kuat dan tegar untuk tumbuh dengan tinggi seratus kaki dibentuk dari monomer-monomer glukosa, yang berupa padatan kristalin yang berasa manis. 2.1.2 Polimer Sintesis Polimer buatan dapat berupa polimer regenerasi dan polimer sintetis. Polimer regenerasi adalah polimer alam yang dimodifikasi. Contohnya rayon, yaitu serat sintetis yang dibuat dari kayu (selulosa). Polimer sintetis adalah polimer yang dibuat dari molekul sederhana (monomer) dalam pabrik atau polimer yang dibuat dari bahan baku kimia disebut polimer sintetis seperti polyetena, polipropilena, poly vynil chlorida (PVC), dan nylon. Kebanyakan polimer ini sebagai plastik yang digunakan untuk berbagai keperluan baik untuk rumah tangga, industri, atau mainan anak-anak. Polimer sintetis yang pertama kali yang dikenal adalah bakelit yaitu hasil kondensasi fenol dengan formaldehida, yang ditemukan oleh kimiawan kelahiran Belgia Leo Baekeland pada tahun 1907. Bakelit merupakan salah satu jenis dari produk-produk konsumsi yang dipakai secara luas. Beberapa contoh polimer yang dibuat oleh pabrik adalah nylon dan poliester, kantong plastik dan botol, pita karet, dan masih banyak produk lain yang ada pada kehidupan sehari-hari. Berdasarkan sifatnya terhadap panas, polimer dapat dibedakan atas polimer termoplastik (tidak tahan panas, seperti plastik) dan polimer termosting (tahan panas, seperti melamin). Klasifikasi polimer ini dibedakan menjadi dua, yaitu polimer termoplastik dan polimer termoseting. a. Polimer Termoplastik Polimer termoplastik adalah polimer yang mempunyai sifat tidak tahan terhadap panas. Jika polimer jenis ini dipanaskan, maka akan menjadi lunak



7



dan didinginkan akan mengeras. Proses tersebut dapat terjadi berulang kali, sehingga dapat dibentuk ulang dalam berbagai bentuk melalui cetakan yang berbeda untuk mendapatkan produk polimer yang baru. Polimer yang termasuk polimer termoplastik adalah jenis polimer plastik. Jenis plastik ini tidak memiliki ikatan silang antar rantai polimernya, melainkan dengan struktur molekul linear atau bercabang. b. Plastik Termosetting Polimer termoseting adalah polimer yang mempunyai sifat tahan terhadap panas. Jika polimer ini dipanaskan, maka tidak dapat meleleh. Sehingga tidak dapat dibentuk ulang kembali.Susunan polimer ini bersifat permanen pada bentuk cetak pertama kali (pada saat pembuatan). Bila polimer ini rusak/pecah, maka tidak dapat disambung atau diperbaiki lagi. Polimer termoseting memiliki ikatan – ikatan silang yang mudah dibentuk pada waktu dipanaskan. Hal ini membuat polimer menjadi kaku dan keras. Semakin banyak ikatan silang pada polimer ini, maka semakin kaku dan mudah patah. Bila polimer ini dipanaskan untuk kedua kalinya, maka akan menyebabkan rusak atau lepasnya ikatan silang antar rantai polimer. 2.2 Macam-Macam Polimer Polimerisasi biasanya dibedakan menjadi dua macam, yaitu polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi: 1. Polimerisasi Adisi Merupakan polimerisasi dengan penambahan unit monomer yang terus menerus dipacu oleh suatu intermediet, yang biasanya berupa radikal, anion, kation dan membentuk polimer. Polimerisasi adisi biasanya terjadi pada unit monomer yang mempunyai ikatan rangkap. Reaksi adisi mengakibatkan terbukanya ikatan rangka menjadi ikatan tunggal. Beberapa contoh polimer dari hasil polimerisasi adisi termasuk: polistirena, polietilena, poliakrilat, dan metakrilat. Polimer yang dihasilkan dari proses polimerisasi adisi memiliki sifat lengai atau sukar untuk bereaksi secara kimia. Atas alasan tersebut, polimer adisi merupakan non-biodegradable.



8



2. Polimerisasi Kondensasi Polimerisasi kondensasi adalah proses pembentukan polimer melalui penggabungan molekul-molekul kecil lewat reaksi yang melibatkan gugus fungsi, dengan atau tanpa diikuti lepasnya molekul kecil. Dengan kata lain, polimerisasi kondensasi hanya dilangsungkan oleh monomer yang mempunyai gugus fungsional. Molekul kecil yang dilepaskan biasanya adalah air. Selain itu, metanol juga sering dihasilkan sebagai efek samping polimerisasi kondensasi. Polimer hasil dari proses polimerisasi kondensasi antara lain poliester, poliamida poliuretana, dan polisiloksan. Polimer yang dihasilkan dari proses polimerisasi kondensasi cenderung lebih biodegradable jika dibandingkan dengan hasil polimerisasi adisi. Peptida yang berada di antara monomer pada polimer kondensasi dapat terhidrolisis, terlebih dengan kehadiran enzim bakteri. 2.3 Teknik Pembuatan Polimer Reaksi polimerisasi pada umumnya adalah reaksi eksoterm (melepas panas), bila tidak dikontrol dengan baik dapat terjadi ledakan. Secara umum ada 4 teknik pembuatan



polimer:



bulk



polymerization



(polimerisasi



massa),



solution



polymerization (polimerisasi larutan), suspension polymerization (polimerisasi suspensi), dan emulsion polymerization (polimerisasi emulsi). 1. Bulk Polymerization (polimerisasi massa) Polimerisasi massa merupakan teknik yang sederhana dan menghasilkan polimer dengan tingkat kemurnian yang tinggi, hanya memerlukan monomer awal yang larut dalam pelarut dan kadang-kadang reagen pengubah rantai untuk mengontrol berat molekul dari polimer. Keuntungan dari teknik ini adalah persentase hasil yang tinggi, pengambilan kembali polimer dari larutan relatif mudah, dan adanya kemungkinan pemilihan campuran polimerisasi menjadi produk akhir. Beberapa kendala dalam polimerisasi massa adalah kesulitan dalam menghilangkan panas yang dihasilkan selama polimerisasi. Polimerisasi radikal bebas sangat eksotermik, dapat sampai 400oC, sedangkan konduktivitas



9



(kemampuan menghantar) panas dari monomer organik dan polimer pada umumnya rendah. Peningkatan temperatur akan meningkatkan kecepatan polimerisasi yang menghasilkan panas tambahan, panas tambahan ini perlu dihilangkan. Penghilangan panas menjadi sulit ketika mendekati akhir polimerisasi karena tingginya viskositas (kekentalan). Viskositas tinggi akan susah diaduk dan menghalangi difusi (penyebaran) radikal rantai panjang yang diperlukan untuk mengakhiri reaksi. Hal ini berarti bahwa konsentrasi radikal akan meningkat dan sebagai akibatnya kecepatan polimerisasi juga akan meningkat. Difusi dari molekul monomer kecil ke sisi propagasi menjadi lebih tidak terhambat, sehingga kecepatan terminasi akan menurun dengan cepat dibandingkan dengan kecepatan propagasi, dan secara keseluruhan kecepatan polimerisasi meningkat yang diiringi dengan penambahan panas. Proses auto akselerasi ini disebut efek ’Norrish-Smith, Trommsdorff atau efek jel. Pada prakteknya, penghilangan panas selama polimerisasi massa dapat ditingkatkan dengan menyediakan saluran untuk memindahkan panas yang dihasilkan atau dengan melakukan polimerisasi massa dalam tahapan terpisah dari konversi rendah sampai sedang. Polimerisasi massa dapat digunakan untuk beberapa polimerisasi radikal bebas dan polimerisasi pertumbuhan bertahap (kondensasi). Contoh polimer yang dibuat melalui teknik polimerisasi massa adalah polistiren dan poli(metil metakrilat). 2. Solution Polymerization (polimerisasi larutan) Penghilangan



panas



selama



polimerisasi



dapat



difasilitasi



dengan



melakukan polimerisasi dalam pelarut organik atau air, meskipun demikian perlu dipertimbangkan tentang harga supaya produksi polimer tersebut tidak mahal. Selain itu, larutan juga harus dipilih yang dapat berfungsi sebagai high thermal conductivuty (penghantar panas yang sangat baik). Dalam memilih pelarut perlu dipertimbangkan persyaratan sebagai berikut : baik reagen pemula dan monomer harus larut dalam pelarut tersebut dan pelarut memiliki karakteristik pengubah rantai dan titik leleh serta titik didih yang sesuai dengan kondisi polimerisasi. Pemilihan pelarut dipengaruhi beberapa faktor seperti titik bakar, harga, dan sifat



10



racun. Contoh pelarut organik yang sesuai adalah alifatik dan aromatik hidrokarbon (ester, eter, dan alkohol). Reaktor tempat polimerisasi dilakukan biasanya terbuat dari stainless steal atau kaca. Kendala nyata dari polimerisasi larutan ini adalah persentase hasil yang rendah dan perlunya tahapan terpisah dalam pengambilan kembali larutan. Beberapa polimerisasi radikal bebas dan ionik dilakukan dalam larutan. Contoh polimer yang dibuat dengan teknik ini diantaranya poli(asam akrilat), poliakrilamida, poli(vinil alkohol), dan poli(Nvinilpirolidinon). Sedangkan polimer yang dapat dibuat dalam pelarut organik adalah poli(metil metakrilat), polistiren, polibutadien, poli(vinil klorida), dan poli (vinilidin fluorida). 3. Suspension Polymerization (polimerisasi suspensi) Pada polimerisasi suspensi, digunakan reagen awal dan monomer yang tidak larut dalam air, oleh karena itu reaktor dilengkapi dengan pengaduk. Kadangkadang dalam polimerisasi radikal bebas ditambahkan reagen pengubah rantai untuk mengontrol berat molekul. Tetesan monomer yang terdiri atas reagen pemula dan reagen pengubah rantai akan terbentuk dengan ukuran diameter antara 50 – 200 µm dan bertindak sebagai reaktor mini. Pelekatan satu sama lain dari tetesan yang lengket ini dicegah oleh penambahan koloid pelindung, biasanya digunakan poli(vinil alkohol), dan dengan pengadukan secara terus menerus. Pada akhir polimerisasi, partikel akan mengeras dan dapat dipisahkan melalui penyaringan dan dilanjutkan dengan tahap pencucian. Meskipun harga pelarut dan proses pemisahan lebih murah dibandingkan dengan Solution Polymerization (polimerisasi larutan), akan tetapi kemurnian polimer dalam polimerisasi suspensi lebih rendah karena adanya reagen-reagen tambahan yang sulit dipisahkan secara sempurna, selain itu, biaya reaktor juga lebih mahal. Polimer yang biasa dibuat dengan teknik polimerisasi suspensi diantaranya resin penukar ion stiren, poli(stiren-co-akrilonitril), dan poli(vinilidin khlorida-co-vinil khlorida). 4. Emulsion Polymerization (polimerisasi emulsi) Teknik lain yang menggunakan air sebagai reagen penyalur panas adalah



11



polimerisasi emulsi. Selain air dan monomer, digunakan juga reagen pemula yang larut dalam air, reagen pengubah rantai, dan surfaktan. Molekul monomer yang tidak larut dalam air membentuk tetesan besar dan distabilkan oleh molekul surfaktan. Besarnya tetesan monomer tergantung pada temperatur polimerisasi dan kecepatan pengadukan. Pada konsentrasi surfaktan tertentu molekul surfaktan membentuk ‘misel’, tergantung dari surfaktannya misel dapat bulat atau oval dengan panjang 50 Ǻ yang terdiri atas 50 – 100 molekul surfaktan. Perbedaan utama antara polimerisasi suspensi dan polimerisasi emulsi adalah bahwa pada polimerisasi emulsi, reagen pemula harus larut dalam air. Contoh dari reagen pemula yang larut dalam air adalah K2SO4. Selama proses polimerisasi emulsi, molekul monomer yang larut dalam air dapat berpindah dari tetesan monomer melalui media air ke pusat misel. Polimerisasi dimulai ketika reagen radikal pemula memasuki misel yang terdiri atas monomer. Karena konsentrasi yang sangat tinggi dari misel, 1018 per mL, dibandingkan dengan tetesan monomer (1010 sampai 1011 per mL), maka secara statistik reagen pemula lebih memiliki peluang untuk memasuki misel dibandingkan tetesan monomer. Selama polimerisasi, molekul monomer berubah dari tetesan menjadi misel yang berkembang. Pada saat 50% - 80% monomer telah berubah, tetesan monomer menghilang dan misel yang membesar berubah menjadi partikel polimer yang relatif besar, dengan diameter berukuran antara 0,05 sampai 0,2 µm. Suspensi dari partikel polimer dalam air disebut lateks yang sangat stabil, dan polimer dapat dipisahkan dengan proses koagulasi dari lateks dengan asam atau garam.



12



BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES A. Blok Diagram Proses Pembuatan PVC



B. Diagram alir Proses Pembuatan PVC



13



. C. Peralatan Pada Proses Pembuatan PVC Reaktor Polimerisasi : berfungsi untuk terjadinya reaksi polimerisasi. Screening



: berfungsi untuk memisahkan suatu material yang bebeda ukuran.



Drying



: berfungsi untuk mengering PVC.



Stripper



: berfungsi untuk mempertajam pemisahan komponen14



komponen, sehingga bisa memperbaiki mutu suatu produk dengan memisahkan fraksi ringan yang tidak dibutuhkan. Dearator column



: digunakan untuk mengurangi kandungan gas terutama untuk membatasi kandungan oksigen dalam air   selama proses.



Mixed Bed Deionizer : untuk meningkatkan kemurnian air. Decanter



: untuk menyatukan dan memisahkan fase terdispersi dari fase kontinu.



Kondensor



: digunakan sebagai pendingin uap panas, biasanya digunakan pada proses destilasi.



Reboiler



: digunakan untuk memanaskan dan menguapkan cairan dan karena itulah reboiler diletakkan didekat bagian bawah kolom destilasi.



D. Deskripsi Proses Pembuatan PVC Vinil klorida polimerisasi dilakukan dalam stainless steel, kaca berlapis baja karbon, atau kaca berlapis reaktor stainless steel, tergantung pada bahan baku yang digunakan, ketahanan korosi, dan yang diinginkan selama raktor befungsi. Ukuran reaktor bervariasi antara 11,3 m3 dan 103,2 m3; setiap pabrik menggunakan 4-18 reaktor tersebut.reaktor masing-masing dilengkapi untuk memiliki reaktor yang lebih besar dan lebih sedikit. Reaktor masing-masing dilengkapi dengan agitator, baffle, dan kontrol suhu. Reaktor dibebankan pertama dengan deionisasi, air deaerated; maka larutan suspending agent diperkenalkan. Suhu reaktor dinaikkan sampai 55 oC dengan melewatkan uap melalui jaket reaktor. Inisiator ditempatkan dalam charge pot dan diuraikan oleh monomer cair seperti melalui meteran batch. Air pendingin bersirkulasi melalui jaket reaktor untuk menjaga suhu di 55 oC selama polimerisasi.



15



Agitator terletak di bagian bawah vessel menggunakan beberapa baffle dan/atau poros multiable untuk memberikan agitasi seragam, yang penting untuk kedua tranfer panas yang efisien dan kontrol ukuran partikel polimer. Suhu reaksi adalah salah satu variabel kontrol utama dalam polimerisasi suspensi. Suhu mempengaruhi berat molekul, distribusi berat molekul, crystallicity produk, ukuran partikel polimer dan solubility dan adsorpsi dari suspending agent. Master-slave kaskade instrumen sistem digunakan untuk kontrol suhu. Steam, cold water, dan refrigenerated water atau air garam diedarkan melalui jaket reaktor sesuai kebutuhan. Suhu polimerisasi dapat dikontrol dengan 30oC air hingga konversi 70% kemudian, laju reaksi meningkat lebih cepat karena autoacceleration. Pada titik ini, air didinginkan pada 16 oC yang diperlukan untuk mengendalikan suhu. Polimerisasi berlangsung pada tekanan 517-690 kPa. Reaktor dilindungi dari overpressure dengan katup pelepas dan cakram. Penyelesaian reaksi ditunjukkan oleh penurunan tekanan. Prologanation siklus ini diciptakan pada konversi 88% (276 kPa) dengan meniup slurry ke stripper batch. VCM yang tidak bereaksi dikirm oleh vakum untuk sistem pemulihan dan daur ulang. Gas noncondensable diakumulasi dalam sistem dan harus dibuang. Monomer Recovery dan Slurry Blending Dalam banyak pabrik, slurry dari reaktor ditransfer ke stripper untuk menghilangkan vinil klorida yang tidak bereaksi dengan penerapan panas dan/atau vakum. Stripping juga dapat diselesaikan secara efektif dalam reaktor, tetapi kebanyakan produsen tidak menggunakan reaktor karena memakan waktu pada stripping operation. Ventilasi gas dari stripper tersebut dipindahkan ke sistem vapor recovery untuk di daur ulang. Slurry monomer bebas polimer ditransfer ke tangki campuran slurry. Di mana berbagai batch dicampur bersama untuk membentuk produk yang seragam. Tangki pencampuran slurry juga berfungsi sebagai volume penyangga antara polimerisasi batch dalam reaktor dan peralatan yang dioperasikan terus menerus. Ini tangki yang terbuka dan melepaskan sisa VCM ke atmosfer. Polymer Dewatering dan Pengeringan



16



Slurry dari tangki campuran dipompa ke centrifuge untuk pemisahan polimer dan air. Centrifuge berbentuk kerucut; mangkuk berputar pada 500 rpm sementara plow machanism berputar ke arah yang sama tetapi dengan kecepatan berkurang. Padatan yang mengandung kelembaban sekitar 30% diangkut ke ujung mangkuk kecil, dan air dibuang dari ujung yang lebih besar. Penyaringan dapat digunakan untuk memisahkan suspensi bukan centrifuging. Cake PVC yang basah dari centrifuge dijatuhkan ke mesin pengering. Teknik pengeringan digunakan meliputi pengeringan semprot, pengeringan flashputar, pengeringan putar, dan dua-tahap flash pengeringan. Ukuran partikel polimer mengatur pilihan pengeringan teknik. Polimer dikeringkan untuk 0,25% berat hingga 0,4% berat konten kelembaban. Suhu produk maksimum yang diijinkan adalah 55oC, karena degradasi polimer terjadi di atas 65oC. Waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan batch polimer dalam tangki campuran berkisar antara 5-8 jam. Akhir pengeluaran dari pengering adalah constricted untuk meningkatkan kecepatan udara cukup tinggi untuk menaikkan entrain PVC partikel kering. Pemisah siklon menghilangkan partikel kasar (99,93%) dan fines (99,48%). Bangunan filter disediakan untuk membersihkan udara ke luar. PVC padat dipisahkan dari siklon dan baghouses berdasarkan ukuran melalui pengayakan dan partikel yang lebih besar di daur ulang. Penanganan Polimer Massal Polimer kering disaring untuk memisahkan partikel yang lebih besar ukurannya. Partikel PVC yang telah diayak kemudian secara pneumatis dipindahkan ke penyimpanan atau silo. Produk dapat dikirimkan, dikantongkan, atau dikirim ke pabrim fabrikasi. Recycle Purification Recovered monomer dikumpulkan dalam tangki daur ulang dan secara terus menerus diumpankan ke bagian pemurnian. Monomer dimurnikan didaur ulang ke pabrik monomer. Katalis



17



Katalis berfungsi untuk mempercepat reaksi dalam proses polimerisasi di dalam reaktor. Terdapat 2 macam katalis yang digunakan, yaitu Di-(2 Ethylhexyl) Peroxy Dicarbonate dan Cumyl Peroxy Neodecanoate. 1) Suspending agent SA merupakan bahan tambahan yang berfungsi sebagai pengontrol ukuran dan porositas partikel yang berupa Poly (vinyl alkohol). 2) Terminator Terminator merupakan bahan tambahan yang berfungsi untuk menghentikan reaksi dalam proses polimerisasi. Contoh terminator yang digubakan adalah Methyl Phenol (C15H24O). selain itu juga dapat digunakan Tert Buthyl Catechol (TBC) yang berfungsi sama seperti Methyl Phenol namun bedanya TBC hanya digunakan pada saat – saat tertentu saja (emergency only).



BAB IV KESIMPULAN Polimer adalah sebuah molekul panjang yang mengandung rantai- rantai atom yang dipadukan melalui ikatan kovalen yang terbentuk melalui proses polimerisasi dimana molekul monomer bereaksi bersama-sama secara kimiawi untuk membentuk suatu rantai linier ataujaringan tiga dimensi dari rantai polimer. Terdapat beberapa jenis polimer, diantaraanya polimer alam dan polimer sintesis. Polimer alam adalah senyawa yang dihasilkan dari proses metabolisme mahluk hidup. jumlahnya yang terbatas dan sifat polimer alam yang kurang stabil, mudah menyerap air, tidak stabil karena pemanasan dan sukar dibentuk menyebabkan penggunaanya amat terbatas. Polimerisasi kondensasi adalah proses pembentukan polimer melalui penggabungan molekul-molekul kecil lewat reaksi yang melibatkan gugus fungsi, dengan atau tanpa diikuti lepasnya molekul kecil.



18



Secara umum ada 4 teknik pembuatan polimer: bulk polymerization (polimerisasi massa), solution polymerization (polimerisasi larutan), suspension polymerization



(polimerisasi



suspensi),



dan



emulsion



polymerization



(polimerisasi emulsi).



BAB V DAFTAR PUSTAKA Ari Marlina, 2010, Uji Kualitas Polyvinyl Chlorida (PVC). Bandung: Politeknik Negeri Bandung Riskon A.F. Siburian, 2017, Polimer Ilmu Material. Medan: USU Press https://www.scribd.com/document/248174662/Makalah-Pembuatan-Pvc



19