Makalah Psikologi Kognitif Kelompok 8.revisi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PSIKOLOGI KOGNITIF



Mata Kuliah Sejarah-Sejarah Aliran Psikologi Dosen Pengajar: Dr.Deetje J. Solang M.Si Gloridei Lingkanbene Kapahang S.Psi, M.A KELOMPOK VIII Disusun Oleh: 1. 2. 3. 4. 5.



Anjeli Agrifa Tabita Sumanti (21101024) Dandi Mustafa Syam Hamid (21101080) Carrie Valentine Wajong (21101196) Milira Ezra Porung (21101041) Yoel Yoas Emor (21101008)



UNIVERSITAS NEGERI MANADO FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PRODI PSIKOLOGI TAHUN AJARAN 2021/2022



1|Psikologi Kognitif



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala rahmat,



karunia dan pertolonganNya sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul



“Psikologi Kognitif”. Tidak lupa diucapkan terimakasih kepada seluruh anggota kelompok yang telah ikut berkontribusi dan aktif dalam memberikan pendapat dan ikut andil dalam mengerjakan bagiannya masing-masing sehingga pembuatan makalah ini dapat berjalan dengan baik.



Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok dan untuk menambah pengetahuan dalam menganalisis



tentang “Psikologi Kognitif”.



Kami sebagai penulis juga sangat



berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.



Bagi kami sebagai penulis merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini



karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.



Tondano, 9 September 2021



Penulis



2|Psikologi Kognitif



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... 2 DAFTAR ISI......................................................................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................................... 4 1.1 Latar Belakang......................................................................................................................................4 1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................................5 1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................................................5 BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................................6 2.1 Pengertian Psikologi Kognitif............................................................................................................... 6 2.2 Sejarah Psikologi Kognitif.....................................................................................................................7 2.3 Metode Penelitian............................................................................................................................... 8 2.4 Yang Dipelajari Dalam Psikologi Kognitif........................................................................................... 11 2.5 Manfaat Mempelajari Psikologi Kognitif........................................................................................... 12 2.6 Penjelasan.......................................................................................................................................... 13 2.7 Peranan Psikologi Kognitif dalam kehidupan sosial.......................................................................... 13 2.8 Ruang Lingkup Psikologi Kognitif....................................................................................................... 14 2.9 Teori-Teori Para Ahli.......................................................................................................................... 16 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................................................ 20 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................................ 21



3|Psikologi Kognitif



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Psikologi kognitif merupakan cabang ilmu psikologi yang mempelajari tentang proses mental seperti perhatian, penggunaan bahasa, daya ingat, persepsi, pemecahan masalah, kreativitas, dan pola piker manusia. Sebagian besar karya yang berasal dari psikologi kognitif telah diimplementasikan ke dalam berbagai disiplin ilmu psikologis modern lainnya, termasuk psikologi pendidikan, psikologi sosial, psikologi kepribadian, psikologi abnormal, psikologi perkembangan, dan Ilmu ekonomi. Sejarah dari psikologi kognitif berawal pada saat Plato (428-348SM) dan muridnya Aristotle (384322SM) memperdebatkan mengenai cara manusia memahami pengetahuan maupun dunia serta alamnya. Plato berpendapat bahwa manusia memperoleh pengetahuan dengan cara menalar secara logis, aliran ini disebut sebagai rasionalis. Lain halnya dengan Aristotle yang menganut paham empiris dan mempercayai bahwa manusia memperoleh pengetahuannya melalui bukti-bukti empiris. Perdebatan ini masih berlangsung seperti pertentangan Rasionalis dari Prancis, Rene Descartes (1596-1650), dan Empiris dari Inggris, John Locke (1632-1704), dengan tabularasa-nya. Seorang fisuf Jerman, Immanuel Kant, pada abad 18 berargumentasi bahwa baik rasionalisme maupun empirisme harus bersinergi dalam membuktikan pengetahuan. Perdebatan ini meletakkan landasan dan memengaruhi cara berpikir di bidang ilmu psikologi maupun cabang ilmu lainnya. Saat ini ilmu pengetahun mendasarkan paham empiris untuk pencarian data dan pengolahan dan analisis data menggunakan kerangka pikir rasionalis. Pada abad 19 dan 20 Wilhelm Wundt (1832-1920)seorang psikolog dari Jerman mengajukan ide untuk mempelajari pengalaman sensori melalui introspeksi. Dalam mempelajari proses perpindahan informasi atau berpikir, maka informasi tersebut harus dibagi dalam struktur berpikir yang lebih kecil. Aliran strukturisme Wundt berfokus pada proses berpikir, tetapi aliran fungsionalisme berpendapat bahwa bahwa penting bagi manusia untuk tahu apa dan mengapa mereka melakukan sesuatu. William James (1842-1910)seorang pragmatisme-fungsionalisme melontarkan gagasan mengenai atensi, kesadaran serta persepsi. Setelah itu munculah aliran assosiasi (Edward Lee Thorndike, 1874-1949) yang mulai menggunakan stimulus dan diikuti dengan aliran behaviorisme yang memasangkan antara stimulus dan respon dalam proses belajar. Pendekatan behaviorisme radikal yang dibawakan oleh B.F. Skinner (1904-1990) menyatakan bahwa semua tingkah laku manusia untuk belajar, perolehan bahasa bahkan penyelesaian masalah dapat dijelaskan dengan penguatan antara stimulus dan respon melalui hadiah dan hukuman. Edward Tolman (1886-1959) percaya bahwa semua tingkah laku ditujukan pada suatu tujuan. Menggunakan eksperimen dengan tikus yang mencari makanan dalam maze, percobaan ini membuktikan bahwa terdapat skema atau peta dalam kognisi tikus. Hal ini membuktikan bahwa tingkah laku melibatkan proses kognisi. Oleh karena itu beberapa pihak mengakui Tolman sebagai Bapak Psikologi Kognitif Modern.



4|Psikologi Kognitif



Selain Tolman, Albert Bandura (1925- ) juga mengkritik behaviorisme dengan menyatakan bahwa belajar pun dapat diperoleh melalui lingkungan sosial dari individu. Dalam perolehan bahasa, Noam Chomsky (1928- ) -seorang linguis- juga mengkritik behaviorisme dengan menyatakan bahwa otak manusia dibekali dengan kemampuan untuk mengenali dan memproduksi bahasa.



1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Pengertian psikologi kognitif 2. Sejarah psikologi kognitif 3. Metode Penelitian 4. Yang di pelajari dalam psikologi kognitif 5. Manfaat mempelajari psikologi kognitif 6. Penjelasan 7. Peranan psikologi kognitif dalam kehidupan sosial 8. Ruang lingkup psikologi kognitif 9. Teori-teori para ahli



1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut: -Memenuhi tugas mata kuliah sejarah-sejarah aliran psikologi -Menjelaskan rumusan masalah mengenai psikologi kognitif -Memperluas wawasan penulis maupun pembaca mengenai psikologi kognitif



5|Psikologi Kognitif



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Psikologi kognitif Pengertian psikologi kognitif beserta contohnya Sebelum mengambil pengertian tunggal mengenai psikologi kognitif, perlu adanya pengertian yang mendasari dari dua kata tersebut, Psikologi kognitif sendiri terdiri dari dua kata dasar yaitu Psikologi dan kognitif, dan berikut merupakan pengertian dari kata psikologi dan kognitif secara independen. Psikologi Yang pertama adalah kata “psikologi”, kata psikologi merujuk pada kata “psycho” yang berarti jiwa, dan “logos” yang memiliki makna ilmu. Dan dalam perkembangannya kemudian istilah psikologi berarti ilmu jiwa atau yang kerap kali disebut dengan imu yang mempelajari mengenai gejala-gejala kejiwaan. Akan tetapi dengan semakin modernya jaman psikologi kemudian diartikan sebagai ilmu yang mempelajari mengenai tingkah laku manusia. Kognisi Sedangkan mengenai pengertian dari kognisi atau kogitif adalah ilmu yang mempelajari mengenai halhal yang dialami manusia, diantaranya adalah seperti sikap, ide, harapan dan sebagainya. Terlepas dari itu belum ada kesepakatan secara umum mengenai kata yang serapan dari cognition. Jadi, pengertian dari psikologi kognitif adalah ilmu pengetahuan yang secara perspektif mengkhususkan diri pada lingkup perspektif pemikiran ingatan manusia, psikologi ini menggambarkan bahwa manusia adalah proses maklumat yang secara aktif seperti menyerupai motofora dunia komputer. Pada definisi selanjutnya, dijabarkan bahwa yang dinamakan psikologi kognitif adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari proses mental dan pada umumnya membahas mengenai bagaimana cara berfikir, melihat, daya ingat, dan belajar dari seseorang. Fokus utama dari ilmu psikologi kognitif adalah mengenai bagaimana cara manusia memperoleh, memproses, serta menyimpan maklumat. Psikologi kognitif adalah cabang ilmu psikologi yang mempelajari proses mental seperti “perhatian, penggunaan bahasa, daya ingat, persepsi, pemecahan masalah, kreativitas, dan pola pikir”. Sebagian besar karya yang dapat berasal dari psikologi kognitif telah diimplementasikan ke dalam berbagai disiplin ilmu psikologis modern lainnya, termasuk psikologi pendidikan, psikologi sosial, psikologi kepribadian, psikologi abnormal, psikologi perkembangan, dan Ilmu ekonomi. Psikologi kognitif adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari proses mental dan pada umumnya membahas mengenai bagaimana cara berfikir, melihat, daya ingat, dan belajar dari seseorang. Fokus utama dari ilmu psikologi kognitif adalah mengenai bagaimana cara manusia memperoleh, memproses, serta menyimpan maklumat.



6|Psikologi Kognitif



Konsep kognitif adalah proses mental yang aktif mencapai, mengingat dan menggunakan pengetahuan, oleh karena itu sebuah perilaku tidak dapat diukur dan dilihat tanpa melihat proses mentalnya, contohnya saja seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan atau sebagainya. Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dinamakan dengan psikolohi kognitif adalah ilmu psikologi yang mempelajari mengenai proses mental yang aktif untuk memperoleh informasi guna terjadinya perubahan tingkah laku.



2.2 Sejarah Psikologi Kognitif Sejarah psikologi kognitif berawal ketika Plato dan muridnya Aristoteles memperdebatkan bagaimana cara manusia memahami ilmu, alam, serta dunianya. Menurut Plato, manusia mendapat ilmu dengan cara menalar secara logis atau rasionalis. Berbeda dengan Plato, Aristoteles yang menganut paham empiris berpendapat bahwa manusia mendapat ilmunya melewati bukti-bukti empiris. Aristoteles juga menyatakan bahwa pengetahuan berada dalam jantung. Sedangkan Plato, menyatakan bahwa pengetahuan manusia tersimpan berasal dari otak. Dilihat dari pendapat mereka ini terdapat dua perspektif yang dapa di ambil, yakni perspektif empiris dan perspektif nativis. Perspektif empiris memandang kalau pengetahuan didapatkan dari pengalaman hidup, sedangkan dalam perspektif nativis menyatakan bahwa pengetahuan didasarkan dari generik otak seseorang. Pada abad 18, John stuart seorang filsuf dan mantan angota parlemen Inggris menyatakan representasi internal terdiri dari 3 jenis yaitu, peristiwa sensorik langsung, peristiwa yang disimpan dalam memori, transformasi dari peristiwa-peristiwa dalam proses berpikir. David Hume seorang filsuf asal skotlandia mengansumsikan representasi internal dibentuk berdasarkan peraturan yang dapat didefinisikan dari formasi serta transformasi yang membutuhkan waktu dan usaha. Asumsi Hume tersebut mendasari sebagian besar psikolog masa kini. Pada abad ke-19 muncullah para psikologi dari bidang ilmu filsafat mereka kemudian membentuk suatu disiplin ilmu baru yang bersumber dari ilmu filsafat. Disiplin ilmu baru ini didasarkan pada hipotesis yang dapat diuji dan pada data-data empiris. Wundt seorang ahli psikologi dan filsuf yang berasal dari Jerman dan Titchener psikolog yang berasal dari Amerika menekankan struktur representasi mental melalui penelitian mereka terkait introspeksi. sedangkan Brentano dari Austria proses atau tindakan dari representasi mental. Pada Tahun 1874 sampai 1949, nama Edward lee Thorndike muncul, yang kemudian muncul sebuah aliran yang dinamai aliran asosiasi, aliran ini adalah aliran yang mulai menggunakan stimulus dan diikuti dengan aliran behaviorisme yang menggabungkan antara stimulus dan respon pada proses belajar. Pada awal abad ke-20, lahirlah teori Behaviorisme yang mengalami perubahan konsep radikal. Dan behavioris mengatakan bahwa otak manusia adalah otak pasif yang memandang bahwa otak manusia dan binatang semata- mata hanya psikologi stimulus-respon. Namun beberapa tahun kemudian, pada tahun 1932 terjadi sebelum kebangkitan Revolusi kognitif seorang behavioris dari Universitas California yang bernama Edward C. Tolman. Tolman menerbitkan sebuah buku yang menjelaskan tentang eksprimen terhadap tikus yang ditempatkan dalam labirin dengan mempelajari stimulus-respon darinya, 7|Psikologi Kognitif



Akan tetapi, psikologi kognitif berasal dari pemikiran behavior. Selanjutnya, beberapa tahun kemudian dengan melewati berbagai eksprimen dari berbagai tokoh maka psikologi kogntif terbentuk pada tahun 1960-an. Adapun tokoh dari psikologi kognitif adalah Edward C. Tolman (1886-1959) dengan mengembangkan konsep peta kognitif, beliau juga merupakan behavioris dari Universitas California di Berkeley dengan menerbitkan buku yang pertamanya berjudul "Purposive Behavior In Animals And Men".



2.3 Metode Penelitian Jenis Pendekatan Dalam Penelitian Psikologi Kognitif Psikologi kognitif mengasumsikan bahwa ada proses mediasi yang muncul diantara stimulus atau input dan respons atau output. Medium tersebut adalah proses mental yang bisa jadi berupa memori, persepsi, perhatian, pemecahan masalah, dan lain sebagainya. Metode penelitian dalam psikologi kognitif yang digunakan oleh para ahli antara lain: 1. Metode Ilmiah Proses ilmiah sebagai metode penelitian dalam psikologi kognitif bisa dimulai dengan pengamatan sederhana atau bisa juga merupakan hasil dari studi yang didesain untuk menguji hipotesis spesifik. Serangkaian hipotesis ketika dianalisa bisa menuntun peneliti untuk mengembangkan sebuah teori, yang merupakan serangkaian prinsip yang dapat menjelaskan data secara bersamaan. Dari teori tersebut, seorang peneliti bisa mendapatkan hipotesis yang spesifik, mengenai pernyataan tentang apa yang dapat diamati dalam situasi tertentu. Untuk mengujinya, maka dibuat rancangan penelitian yang akan menyusun situasi – situasi tersebut. Hasilnya akan dikumpulkan dan dianalisa, serta tercapai kesimpulan mengenai apakah data yang ada mendukung teori tersebut atau tidak. 2. Metode Desain Eksperimental Dalam eksperimen sesungguhnya, seorang peneliti dapat memanipulasi variabel dalam rangka untuk melihat efeknya terhadap variabel lainnya. Dalam penelitian ini akan terdapat variabel independen dan juga variabel dependen. Keragaman para peserta dan juga kemampuan untuk memasukkan variabel interest sementara mengecualikan banyak faktor yang tidak diinginkan, bisa berarti eksperimen nyata ini merupakan contoh desain penelitian yang kuat. Ketahuilah mengenai beberapa hal yang berhubungan



8|Psikologi Kognitif



dengan materi kognitif, antara lain tahap perkembangan kognitif anak, proses perkembangan kognitif remaja, pendekatan kognitif dalam organisasi.



3. Desain Quasi Eksperimental Seperti yang telah sering disaksikan, eksperimen nyata seringkali melibatkan perbandingan dari dua atau lebih kelompok dimana orang – orang ditugaskan secara acak kepada kelompok – kelompok tersebut.



Desain quasi eksperimental mengacu pada sebuah situasi dimana peneliti mempelajari



kelompok yang muncul secara alami. Contohnya, jika seorang peneliti ingin membandingkan penampilan pria dan wanita dalam pemecahan masalah matematika, maka jenis kelamin tidak dapat dimanipulasi. Yang bisa dilakukan adalah untuk mendapatkan beberapa orang pria dan wanita saja lalu membandingkan kemampuan matematika mereka. 4. Metode Korelasional Metode penelitian dalam psikologi kognitif berikutnya berupa desain korelasional dimana peneliti berminat pada kemungkinan hubungan antara dua variabel, yang tidak satupun berada di bawah kontrol sang peneliti. Contohnya ketika memulai hipotesis mengenai tingkat IQ dan kapasitas memori seseorang yang berhubungan seara positif. Maka tingkat IQ seseorang tidak dapat dimanipulasi atau kapasitas memorinya juga sehingga hal terbaik yang bisa dilakukan adalah untuk mengambil contoh dari orang – orang dan mengukur kedua variabel untuk setiap orang, lalu melihat apakah kedua orang itu cenderung berhubungan dengan satu sama lain. Keuntungan praktis dari jenis penelitian ini adalah ketika para peneliti tidak harus mengkhawatirkan mengenai tugas – tugas dari partisipan acak. 5. Metode Psikobiologi Beberapa peneliti menyelidiki hubungan antara kognisi dan struktur otak serta aktivitasnya, dan hal ini disebut riset psikobiologis. Satu cara untuk mencari hubungan tersebut adalah untuk melakukan penelitian post mortem untuk membandingkan otak normal dengan otak yang diketahui memiliki kekurangan kognisi. Ini berarti penelitian hanya bisa dilakukan pada orang – orang yang sudah meninggal, karena tentu saja sulit untuk menggunakan otak orang yang masih hidup. Anda juga dapat menyimak pembahasan mengenai komponen dalam kognisi untuk membentuk pengetahuan, serta jenis – jenis memori dalam psikologi kognitif.



9|Psikologi Kognitif



6. Metode Proses Training Metode penelitian dalam psikologi kognitif ini bertujuan untuk fokus pada perhatian partisipan seiring waktu, seringkali ketika bekerja dalam tugas khusus. Salah satu bentuk dari proses training adalah analisis protokol, dimana partisipan diminta untuk berpikir keras – keras secara terus menerus ketika sedang melakukan sebuah tugas. Ucapan verbal ini akan direkam, dibuat transkripnya, dan dikodekan untuk dianalisa oleh peneliti. Ketahui juga mengenai cara mengatasi gangguan kognitif, jenis gangguan kognitif pada anak dan komponen kognitif dalam sikap. 7. Metode Studi Kasus Metode ini adalah investigasi intensif mengenai individual khususnya orang yang memiliki kemampuan luar biasa atau orang dengan kekurangan tertentu. Kelebihan metode ini adalah adanya informasi mendetil yang kaya mengenai individu tersebut termasuk informasi mengenai konteks terbaru dan konteks historis sehingga sangat bagus untuk pengembangan suatu teori. Sedangkan kekurangannya muncul dari sampel yang berjumlah sedikit, sehingga melahirkan kesimpulan yang dipertanyakan pada kasus lain. 8. Observasi Natural Salah satu metode dalam psikologi kognitif lainnya adalah untuk mengamati orang – orang dalam setting kehidupan nyata, seperti di rumah atau di tempat kerja. Observasi mungkin dilakukan dengan pengetahuan dan persetujuan orang – orang yang sedang diawasi, bisa juga dilakukan secara rahasia, ketika orang tidak tahu bahwa mereka sedang diamati. Cara terakhir ini tentunya memerlukan perhatian khusus dari peneliti mengenai pertimbangan etis dari melakukan hal tersebut. 9. Simulasi Komputer Seperti telah digunakan dalam psikologi kognitif, simulasi komputer ditujukan untuk meniru aspek – aspek dari fungsi manusia. Teori psikologi kognitif tertentu dapat diimplementasikan dalam program komputer. Jika program bekerja dengan sukses dan menghasilkan output yang meniru respon manusia, mungkin akan dapat disimpulkan bahwa teori tersebut koheren dan masuk akal. Paradigma pemrosesan informasi dari psikologi kognitif memandang pikiran seperti komputer ketika sedang bekerja mencerna informasi. Namun, walaupun ada kesamaan antara pikiran manusia dan cara komputer beroperasi, analogi ini telah mendapatkan kritik dari banyak orang. Penyebabnya karena penyederhanaan ini mengabaikan pengaruh emosi manusia dan motivasi dalam sistem kognitif serta bagaimana hal ini dapat mempengaruhi kemampuan manusia dalam memproses informasi. 10 | P s i k o l o g i K o g n i t i f



10. Metode Self Report Pada metode ini, partisipan melaporkan mengenai kondisi kognisinya sendiri ketika terdapat kemajuan atau ketika sedang dievaluasi. Keuntungan metode ini adalah bisa mendapatkan pencerahan secara introspektif dari sudut pandang partisipan, yang bisa jadi tidak tersedia jika dilakukan penelitian dengan metode lainnya. Sedangkan kekurangan dari penggunaan metode ini adalah ketidak mampuan untuk melaporkan proses yang terjadi di luar kesadaran diri partisipan, dan pengumpulan data mungkin bisa mempengaruhi proses kognitif yang dilaporkan. Anda juga dapat mempelajari mengenai teori belajar kognitif, struktur kognitif dalam fungsi ideologi, dan aplikasi pdikologi kognitif dalam kehidupan sehari – hari. Kunci Dalam Psikologi Kognitif Ketika peneliti sedang melakukan metode dalam psikologi kognitif, mereka perlu memegang beberapa psinsip kunci yang ada pada teori psikologi kognitif, yaitu: 















Data tanpa teori tidak ada artinya, sedangkan teori tanpa data tidak ada apa – apanya. Contohnya, pengamatan bahwa kemampuan orang untuk mengenali wajah lebih baik daripada kemampuan untuk mengingat ulang wajah tersebut. Ini adalah kesimpulan yang menarik namun tidak memberi penjelasan mengapa ada perbedaan tersebut. Sebuah teori harus menyediakan penjelasan mengenai data yang ada, dan dasar untuk memprediksi data yang lain. Proses kognitif berinteraksi dengan satu sama lain dan dengan proses non kognitif. Walaupun psikolog kognitif seringkali mencoba mempelajari proses kognitif dalam kondisi yang terisolasi, mereka mengetahui bahwa proses tersebut bekerja bersama. Contohnya, proses memori tergantung pada proses persepsi, berpikir tergantung pada memori, dan motivasi berinteraksi dengan proses belajar. Kognisi perlu dipelajari melalui metode ilmiah yang bervariasi. Tidak ada satu cara yang paling benar untuk mempelajari kognisi, dan para psikolog perlu mempelajari variasi dari teknik – teknik berbeda yang digunakan untuk meneliti tentang kognisi. Penelitian dasar dalam psikologi kognitif bisa jadi mengarah kepada aplikasi, dan penelitian yang diaplikasikan akan mengarah kepada pemahaman dasar. Contohnya, menemukan bahwa proses belajar itu adalah sesuatu yang superior ketika dilakukan secara rentang waktu tertentu dibandingkan dengan dilakukan sekaligus dalam satu waktu yang pendek. Metode dalam psikologi kognitif yang digunakan tidak selalu mengenali aspek fisik dan lingkungan dalam menentukan perilaku. Psikologi kognitif telah dipengaruhi dan terintegrasi dengan banyak pendekatan lain serta area studi untuk memproduksi antara lain teori belajar sosial, neuropsikologi kognitif dan kecerdasan buatan. Kekuatan lain bahwa penelitian yang dilakukan pada area ini adalah seringnya berupa aplikasi di dunia nyata.



Contohnya, teori perilaku kognitif sangat efektif untuk



mengobati depresi, dan lumayan efektif untuk masalah kecemasan sebab dasarnya adalah untuk mengubah cara seseorang memproses pikiran mereka dan membuatnya lebih resional atau positif.



11 | P s i k o l o g i K o g n i t i f



2.4 Yang Dipelajari Dalam Psikologi Psikologi kognitif mempelajari proses mental seperti "perhatian, penggunaan bahasa, daya ingat, persepsi, pemecahan masalah, kreativitas, dan pola pikir". Sebagian besar karya yang dapat berasal dari psikologi kognitif telah diimplementasikan ke dalam berbagai disiplin ilmu psikologis modern lainnya, termasuk psikologi pendidikan, psikologi sosial, psikologi kepribadian, psikologi abnormal, psikologi perkembangan, dan Ilmu ekonomi. Selain itu psikologi kognitif juga memiliki teori yang dipelajari. Teori-teori yang dapat dikelompokkan ke dalam teori belajar kognitif adalah: Teori Gestalt (Koffka, 1935; Kohler, 1968; Wertheimer,1945); Teori Medan (Lewin, 1942); Teori Organismik (Wheeler, 1940);Teori Perkembangan Kognitif (Jean Piaget); Teori Belajar Bruner; Teori Belajar Ausubel; Teori Belajar Gagne (Robert M. Gagne); dan Teori Belajar Selfregulated Learning. Ciri-ciri teori belajar kognitif adalah: (1) mementingkan apa yang ada pada diri si belajar (nativistic); (2) mementingkan keseluruhan (wholistic); (3) mementingkan peranan fungsi kognitif; (4) mementingan keseimbangan dalam diri pelajar (dynamic equilibrium); (5) mementingkan kondisi yang ada pada waktu kini (sekarang); (6) mementingkan pembentukan struktur kognitif; dan (7) dalam pemecahan masalah, ciri khasnya adalah insight. Berikut ini diuraikan beberapa teori belajar, yakni: (1) Teori Gestalt dari Koffka, Kohler, dan Wertheimer; (2) Teori Belajar menurut Jean Piaget; (3) Teori Belajar menurut J. Bruner; (4) Teori Belajar Bermakna Ausubel; (5) Teori Belajar Robert M. Gagne; dan (6) Teori Self Regulated Learning menurut Zimmerman.



2.5 Manfaat Mempelajari Psikologi Kognitif Berikut ini adalah efek positif utama dari pembelajaran kognitif:



1.Meningkatkan ide dan kreativitas Teori pembelajaran belajar kognitif meningkatkan pembelajaran seumur hidup. Pekerja dapat membangun ide sebelumnya dan menerapkan konsep baru pada pengetahuan yang sudah ada. 2. Meningkatkan kepercayaan diri 12 | P s i k o l o g i K o g n i t i f



Karyawan menjadi lebih percaya diri dalam mengerjakan tugas karena mereka mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang topik baru dan mempelajari keterampilan baru. 3. Meningkatkan Pemahaman Pembelajaran kognitif meningkatkan pemahaman peserta didik dalam memperoleh informasi baru. Mereka dapat mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang materi pembelajaran baru. 4. Meningkatkan keterampilan pemecahan masalah Pembelajaran kognitif melengkapi karyawan dengan keterampilan yang mereka butuhkan untuk belajar secara efektif. Dengan demikian, mereka mampu mengembangkan keterampilan pemecahan masalah yang dapat mereka terapkan dalam tugas-tugas yang menantang. 5. Membantu mempelajari hal-hal baru dengan lebih cepat Melalui pengalaman belajar, karyawan akan dapat mendaur ulang dan menggunakan metode pembelajaran yang sama dengan yang digunakan sebelumnya. Ini akan membantu mereka mempelajari hal-hal baru jauh lebih cepat karena mereka sudah tahu apa yang berhasil untuk mereka dalam hal memperoleh pengetahuan baru. 6. Mengajar membentuk formasi konsep (berpikir abstrak) Pembelajaran kognitif juga dapat mengajari karyawan Anda untuk membentuk berbagai konsep berbeda seperti dengan mudah memahami dan menafsirkan informasi yang dapat meningkatkan kreativitas dan mengarah pada inovasi di tempat kerja. Serta masih banyak lagi termasuk Dapat menjadi dasar pengembangan tes kemampuan,meningkatkan pemahaman tentang mental seseoarng dan diri kita masing-masing dapat menentukan dan meningkatkan perilaku menjadi porsi utama untuk studi psikologi manusia.



2.6 Penjelasan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata kognitif adalah berhubungan dengan atau melibatkan kognisi. Arti lainnya dari kognitif adalah berdasar kepada pengetahuan faktual yang empiris. Namun dalam ilmu psikologi, psikologi kognitif merupakan cabang ilmu psikologi yang mempelajari proses mental seperti "perhatian, penggunaan bahasa, daya ingat, persepsi, pemecahan masalah, kreativitas, dan pola pikir".



2.7 Peranan Psikologi Kognitif Dalam Kehidupan Sosial Teori kognitif selalu kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari misalnya kita bangun tidur sampai mau tidur lagi. Teori kognitif ini berlaku bagi semua kalangan , dari yang mudah sampai yang tua. Dari 13 | P s i k o l o g i K o g n i t i f



kalangan pelajar sampai mahasiswa, dari pengangguran sampai pengacara. Sebelum kita membuktikan apakah benar teori kognitif secara sengaja atau tidak sengaja kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, kita perlu mengetahui psikologi kognitif. Psikologi kognitif membahas persepsi terhadap informasi,membahas pemahaman tentang informasi, membahas alur pikiran apakah anda menentukan atau tidak. Secara singkat pengertian psikology kognitif adalah ilmu yang menyelidiki pola pikir manusia. Psikolohy dapat pula dipandang sebagai studi terhadap proses-proses yang melandasi dinamika mental. Sesungguhnya psikologi meliputi segala hal yang kita lakukan (Robert L.Solso,2008)



Contoh sederhana lainnya misalnya pada saat kita terbangun oleh deringnya jam beker,kita bisa memutuskan tindakan apa yang kita lakukan, mematikan jam beker lalu bangun , apa mematikan jam beker kemudian tidur lagi. Kemudian kita melakukan mematikan jam beker dan melanjutkan tidur. Disinilah kita sudah melakukan proses kognisi, dimana kita bisa menerima informasi,mengolah, dan memutuskan suatu informasi tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari sangat jelas, untuk memutuskan hal yang terkecil sampai dengan yang terbesar kita menggunakan teori psikologi kognitif. Salah satu syarat menjadi makhluk hidup adalah kita dituntut untuk berfikir. Ketika kami mengatakan bahwa psikology kognitif adalah ilmu yang mempengaruhi pemrosesan informasi , yang kami maksud adalah bahwa psikologi kognitif berkutat dengan cara kita memperoleh dan memproses informasi mengenai dunia,cara informasi tersebut disimpan dan diproses oleh otak , cara kita menyelesaikan masalah berpikir dan menyusun bahasa ,dan bagaiman proses-proses ini di tampilkan dalam perilaku yang dapat diamati.(Robert L.Solso,2008)



2.8 Ruang Lingkup Psikologi Kognitif Lingkup Studi Psikologi Kognitif Psikologi kognitif memiliki kawasan lingkup studi atau pembahasan pembelajaran yang sangat luas, dimulai dari proses kognitif paling sederhana hingga proses kognitif yang sangat kompleks. Lingkup studi kognitif meliputi beberapa hal seperti persepsi, pencatatan sensori, pengenalan pola, dan perhatin, ingatan dan pembentukan konsep, bahasa, perkembangan kognitif, penalaran, pemecahan masalah dan kreativitas, pembuatan keputusanintelegensi manusia, dan intelegensi buatan, hubungan antara emosi atau suasana hati (mood) dengan proses kognitif manusia. Konsep tersebut dicetuskan oleh ilmuan MS. Suharnan pada tahun 2005. Berikut merupakan pembahasan mengenai tiga belas lingkup setudi dalam psikologi kognitif. 1.Persepsi (Perseption) Persepsi atau dalam bahasa inggris disebut perseption adalah merupakan sebuah proses untuk mendeteksi dan menginterpretasi stimulus yang diterima oleh alat indera yang dimiliki manusia. Persepsi ini melibatkan pengunaan pengetahuan yang telah disimpan di dalam ingatan seorang manusia. 14 | P s i k o l o g i K o g n i t i f



Persepsi merupakan proses yang paling awal dalam didalm keseluruhan pemrosesan informasi yang dilakukan oleh manusia. 2. Pengambilan pola (Pattern Recognition) Pengambilan pola dalam konteks psikologi kognitif adalah proses yang awal mengenali stimulus yang tersusun secara kompleks yang diterima melalui system alat indera manusia, misalnya penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecap. 3. Perhatian (Attention) Perhatian yang dalam bahsa inggris kerap juga disebut attention dalam ilmu psikologi kognitif merupakan pemusatan pikiran terhadap suatu obyek atau tugas tertentu dan pada saat yang sama mengabaikan obyek atau tugas yang lain. 4. Ingatan (Memory) Ingatan atau memori adalah penyimpanan pengetahuan di dalam system pikiran dan otak manusia, ingatan manusia ini berlangsung mulai dari beberapa detik sampai dengan jangka waktu sepanjang hidup. 5. Imajeri (Imagery) Imanginari atau iamjinasi merupakan proses membayangkan kembali di dalam pikiran mengenai obyek atau peristiwa yang telah dipersepsi, hal ini bisa juga diseubut sebagai sebuah fiksi yang dialami oleh otak dan pikiran manusia. 6. Bahasa (Language) Bahas adalah kata yang ditulis atau diucapkan melalui l1san. Bahasa merupakan cara universal untuk menyampaikan informasi baik itu dalam bentuk lisan maupun tulisan seperti pada buku, surat kabar, dan majalah. 7. Penalaran (Reasoning) Penalaran atau reaoning merupakan sistem penarikan kesimpulan menurut aturan logika, penalaran biasanya formal dibedakan menjadi dua macam penalaran yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif, sistem penarikan kesimpulan yang bermula dari hal khusus menjadi umum disebut induktif dan sistem penarikan kesimpulan yang bermula dari hal umum menuju ke khusus disebut dedutif. 8. Pembuatan keputusan (Decision Making) Pembuatan keputusan dalam lingkup psikologi kognitif artinya adalah suatu proses ketika seseorang sedang memilih diantara dua alternatif atau lebih, menaksir frekuensi suatu kejadian atau memprediksi situasi didepan berdasarkan informasi yang terbatas. 9. Pemecahan masalah (Problem Solving) 15 | P s i k o l o g i K o g n i t i f



Pemecahan masalah dalam hal ini maksudnya adalah proses mencari dan menemukan jalan keluar terhadap suatu masalah dan kesulitan. 10. Pembentukan konsep (Concept Formastion or Learning) Pembentukan konsep atau concept formation or learning adalah penggunaan aturan tertentu. Digunakan untuk mengkategorikan obyek yang memiliki kemiripan di dalam struktur dan fungsinya. 11. Perkembangan kognitif (Cognitive Develoment) Perkembangan kognitif merupakan suatu tahap perkembengan kognitif manusia mulai dari usia anak hingga dewasa, mulai dari berfikir secara konkrit atau melibatkan konsep konkrit sampai dengan yang lebih tinggi yaitu konsep yang abstrak dan logis. 12.Inteligensi manusia (Human Intelligence) Inteligensi manusia adalah kemampuan manusia dalam memahami bahasa secara umum, mengikuti instruksi, mengubah deskripsi verbal dalam tindakan nyata, dan berprilaku menurut aturan budaya. Sementara inteligensi buatan atau artificial intellegence adalah suatu program computer yang memiliki kemampuan melakukan tugas kognitif sebagaimana manusia melakukannya misalnya robot dan permainan yang bersifat stimulasi. 13. Emosi dan proses kognitif (Emotion and Cognitive Processes) Emosi dan proses kognitif adalah suatu topik yang mempelajari peran atau pengaruh emosi dan suasana hati terhadap efektivitas pikiran manusia ketika memproses informasi atau mengerjakan tugas kognitif yang lain.



2.9 Teori-Teori Para Ahli Tokoh-tokoh Teori Belajar Kognitif 1. Jean Piaget, teorinya disebut “Cognitive Developmental”. Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dan fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Piaget adalah ahli psikolog developmentat karena penelitiannya mengenai tahap tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan belajar individu. Menurut Piaget, pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan-kemapuan mental yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektuan adalah tidak kuantitatif, melainkan kualitatif. Dengan kata lain, daya berpikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.Menurut Suhaidi Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi empat tahap:



16 | P s i k o l o g i K o g n i t i f



Tahap sensory – motor. yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-2 tahun, Tahap ini diidentikkan dengan kegiatan motorik dan persepsi yang masih sederhana. Tahap pre – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-7 tahun. Tahap ini diidentikkan dengan mulai digunakannya symbol atau bahasa tanda, dan telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstrak. Tahap concrete – operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun. Tahap ini dicirikan dengan anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif. Tahap formal – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 11-15 tahun. Ciri pokok tahap yang terahir ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola pikir “kemungkinan”. Dalam pandangan Piaget, proses adaptasi seseorang dengan lingkungannya terjadi secara simultan melalui dua bentuk proses, asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi jika pengetahuan baru yang diterima seseorang cocok dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang tersebut. Sebaliknya, akomodasi terjadi jika struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang harus direkonstruksi/di kode ulang disesuaikan dengan informasi yang baru diterima.Dalam teori perkembangan kognitif ini Piaget juga menekankan pentingnya penyeimbangan (equilibrasi) agar seseorang dapat terus mengembangkan dan menambah pengetahuan sekaligus menjaga stabilitas mentalnya. Equilibrasi ini dapat dimaknai sebagai sebuah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamya. Proses perkembangan intelek seseorang berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi 2. Jerome Bruner Dengan Discovery Learningnya. Bruner menekankan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupan. Bruner meyakini bahwa pembelajaran tersebut bisa muncul dalam tiga cara atau bentuk, yaitu: enactive,iconic dan simbolic.Pembelajaran enaktif mengandung sebuah kesamaan dengan kecerdasan inderawi dalam teori Piaget. Pengetahuan enaktif adalah mempelajari sesuatu dengan memanipulasi objek – melakukan pengatahuan tersebut daripada hanya memahaminya. Anak-anak didik sangat mungkin paham bagaimana cara melakukan lompat tali („melakukan‟ kecakapan tersebut), namun tidak terlalu paham bagaimana menggambarkan aktifitas tersebut dalam kata-kata, bahkan ketika mereka harus menggambarkan dalam pikiran. Pembelajaran ikonik merupakan pembelajaran yang melalui gambaran; dalam bentuk ini, anak-anak mempresentasikan pengetahuan melalui sebuah gambar dalam benak mereka. Anak-anak sangat mungkin mampu menciptakan gambaran tentang pohon mangga dikebun dalam benak mereka, meskipun mereka masih kesulitan untuk menjelaskan dalam kata-kata. Pembelajaran simbolik, ini merupakan pembelajaran yang dilakukan melalui representasi pengalaman abstrak (seperti bahasa) yang sama sekali tidak memiliki kesamaan fisik dengan pengalaman tersebut. Sebagaimana namanya, membutuhkan pengetahuan yang abstrak, dan karena simbolik pembelajaran yang satu ini serupa 17 | P s i k o l o g i K o g n i t i f



dengan operasional formal dalam proses berpikir dalam teori Piaget. Jika dikorelasikan dengan aplikasi pembelajaran, Discoveri learningnya Bruner dapar dikemukakan sebagai berikut:



Belajar merupakan kecenderungan dalam diri manusia, yaitu Self-curiousity (keingintahuan) untuk mengadakan petualangan pengalaman. Belajar penemuan terjadi karena sifat mental manusia mengubah struktur yang ada. Sifat mental tersebut selalu mengalir untuk mengisi berbagai kemungkinan pengenalan. Kualitas belajar penemuan diwarnai modus imperatif kesiapan dan kemampuan secara enaktif, ekonik, dan simbolik. Penerapan belajar penemuan hanya merupakan garis besar tujuan instruksional sebagai arah informatif. Kreatifitas metaforik dan creative conditioning yang bebas dan bertanggung jawab memungkinkan kemajuan. 4. Teori Belajar Bermakna Ausubel. Psikologi pendidikan yang diterapkan oleh Ausubel adalah bekerja untuk mencari hukum belajar yang bermakna, berikut ini konsep belajar bermakna David Ausubel. Pengertian belajar bermakna Menurut Ausubel ada dua jenis belajar : Belajar bermakna (meaningful learning) dan belajar menghafal (rote learning). Belajar bermakna adalah suatu proses belajar di mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Sedangkan belajar menghafal adalah siswa berusaha menerima dan menguasai bahan yang diberikan oleh guru atau yang dibaca tanpa makna. Sebagai ahli psikologi pendidikan Ausubel menaruh perhatian besar pada siswa di sekolah, dengan memperhatikan/memberikan tekanan-tekanan pada unsur kebermaknaan dalam belajar melalui bahasa (meaningful verbal learning). Kebermaknaan diartikan sebagai kombinasi dari informasi verbal, konsep, kaidah dan prinsip, bila ditinjau bersama-sama. Oleh karena itu belajar dengan prestasi hafalan saja tidak dianggap sebagai belajar bermakna. Maka, menurut Ausubel supaya proses belajar siswa menghasilkan sesuatu yang bermakna, tidak harus siswa menemukan sendiri semuanya. Malah, ada bahaya bahwa siswa yang kurang mahir dalam hal ini akan banyak menebak dan mencoba-coba saja, tanpa menemukan sesuatu yang sungguh berarti baginya. Seandainya siswa sudah seorang ahli dalam mengadakan penelitian demi untuk menemukan kebenaran baru, bahaya itu tidak ada; tetapi jika siswa tersebut belum ahli, maka bahaya itu ada. Ia juga berpendapat bahwa pemerolehan informasi merupakan tujuan pembelajaran yang penting dan dalam hal-hal tertentu dapat mengarahkan guru untuk menyampaikan informasi 18 | P s i k o l o g i K o g n i t i f



kepada siswa. Dalam hal ini guru bertanggung jawab untuk mengorganisasikan dan mempresentasikan apa yang perlu dipelajari oleh siswa, sedangkan peran siswa di sini adalah menguasai yang disampaikan gurunya. Belajar dikatakan menjadi bermakna (meaningful learning) yang dikemukakan oleh Ausubel adalah bila informasi yang akan dipelajari peserta didik disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik itu sehingga peserta didik itu mampu mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Belajar seharusnya merupakan apa yang disebut asimilasi bermakna, materi yang dipelajari di asimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dipunyai sebelumnya. Untuk itu diperlukan dua persyaratan : Materi yang secara potensial bermakna dan dipilih oleh guru dan harus sesuai dengan tingkat perkembangan dan pengetahuan masa lalu peserta didik. Diberikan dalam situasi belajar yang bermakna, faktor motivasional memegang peranan penting dalam hal ini, sebab peserta didik tidak akan mengasimilasikan materi baru tersebut apabila mereka tidak mempunyai keinginan dan pengetahuan bagaimana melakukannya. Sehingga hal ini perlu diatur oleh guru, agar materi tidak dipelajari secara hafalan. Berdasarkan uraian di atas maka, belajar bermakna menurut Ausubel adalah suatu proses belajar di mana peserta didik dapat menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dan agar pembelajaran bermakna, diperlukan 2 hal yakni pilihan materi yang bermakna sesuai tingkat pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki siswa dan situasi belajar yang bermakna yang dipengaruhi oleh motivasi. Dengan demikian kunci keberhasilan belajar terletak pada kebermaknaan bahan ajar yang diterima atau yang dipelajari oleh siswa. Ausubel tidak setuju dengan pendapat bahwa kegiatan belajar penemuan (discovery learning) lebih bermakna daripada kegiatan belajar penerimaan (reception learning). Sehingga dengan ceramahpun, asalkan informasinya bermakna bagi peserta didik, apalagi penyajiannya sistematis, akan dihasilkan belajar yang baik.



19 | P s i k o l o g i K o g n i t i f



BAB III KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan Psikologi kognitif adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana tentang diterimanya informasi dan ditangkap oleh indera, dan di proses oleh pikiran. Jadi segala kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh makhluk hidup pasti erat hubungannya dengan psikologi kognitif. Dengan kata lain tanpa kita sadari pasti kita telah menerapkan ilmu ini dalam kehidupan kita. Ilmu ini sudah dipelajari dari jaman dahulu dan sudah banyak sekali para ahli yang mengemukakan teori mengenai ilmu ini. b. Saran Demikian penulisan makalah yang kami susun tentang Psikologi Kognitif. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaaan makalah ini.



20 | P s i k o l o g i K o g n i t i f



DAFTAR PUSTAKA Solso, R. L., Maclin, S. O., & Maclin, M. K. (2008). Psikologi kognitif (edisi ke 8). Jakarta : Penerbit Erlangga Sternberg, R. (2009). Cognitive psychology (5th edition). United States : Wadsworth Cengage Learning Brown, C. (2007). Cognitive psychology. London : Sage Publications Prof.Dr. Nur Hidayah, M.Pd. 2017. Psikologi Pendidikan. Malang.Universitas Negeri Malang Solso, Robert.L., Otto H.Maclin, M. Kimberly Maclin. 2007. Psikologi Kognitif(edisi kedelapan). Jakarta :Erlangga



21 | P s i k o l o g i K o g n i t i f