Makalah RHD [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN PERADANGAN SISTEM CARDIOVASCULAR : RHEUMATIC HEART DISEASE (RHD) PADA ANAK Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak II Dengan Dosen Pengampu: Ns. Rahmawati Maulidia., M.Kep



Disusun oleh : Kelompok 3 1. Dwi Febriyanti



(1914314201040)



2. Khunatul Iqfiyah



(1914314201049)



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN 2021/2022



1



KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr.wb Alhamdulillah Puji syukur atas Kehadirat Allah SWT atas limpahan RahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini kami susun berdasarkan tugas yang diberikan oleh Dosen mata kuliah Keperawatan Anak II. Makalah ini kami beri judul “Peradangan Sistem Cardiovascular : Rheumatic Heart Disease (RHD) pada Anak” Kami menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini tidaklah sempurna, oleh karena itu apabila terdapat kesalahan-kesalahan di dalamnya dengan senang hati kami menerima koreksi dan kritik yang membangun, serta akan kami perbaiki demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya dalam bidang kesehatan terutama keperawatan. Malang, 12 September 2021



Kelompok 3



2



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR....................................................................................2 DAFTAR ISI...................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN...............................................................................4 1.1 Latar Belakang............................................................................................4 1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................4 1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................6 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN..........................................................15 BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................28 BAB V PENUTUP..........................................................................................31 5.1 Kesimpulan.................................................................................................31 5.2 Saran...........................................................................................................31 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................32



3



BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit jantung reumatik (PJR) adalah salah satu komplikasi yang membahayakan dari demam reumatik. Penyakit jantung reumatik adalah sebuah kondisi dimana terjadi kerusakan permanen dari katup-katup jantung yang disebabkan oleh demam reumatik. Katup-katup jantung tersebut rusak karena proses perjalanan penyakit yang dimulai dengan infeksi tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus β hemoliticus tipe A (contoh: Streptococcus pyogenes), bakteri yang bisa menyebabkan demam reumatik. Dengan penyakit jantung reumatik yang kronik, pada pasien bisa terjadi stenosis katup (gangguan katup), pembesaran atrium (ruang jantung), aritmia (gangguan irama jantung) dan gangguan fungsi ventrikel (ruang jantung). Penyakit jantug reumatik masih menjadi penyebab stenosis katup mitral dan penggantian katup pada orang dewasa di Amerika Serikat. RHD (Rheumatic Heart Desease) terdapat diseluruh dunia. Lebih dari 100.000 kasus baru demam rematik didiagnosa setiap tahunnya, khususnya pada kelompok anak usia 6-15 tahun. Cenderung terjangkit pada daerah dengan udara dingin, lembab, lingkungan yang kondisi kebersihan dan gizinya kurang memadai. Sementara dinegara maju insiden penyakit ini mulai menurun karena tingkat perekonomian lebih baik dan upaya pencegahan penyakit lebih sempurna. Dari data 8 rumah sakit di Indonesia tahun 19831985 menunjukan kasus RHD rata-rata 3,44 ℅ dari seluruh jumlah penderita yang dirawat. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apakah penyakit jantung rematik itu? 2. Bagaimana etiologi penyakit jantung rematik? 3. Apa saja klasifikasi dari penyakit jantung rematik? 4. Bagaimana patofisiologi penyakit jantung rematik? 5. Apa saja manifestasi klinis pada penyakit jantung rematik?



4



6. Penatalaksanaan apa yang diperlukan pada penyakit jantung rematik? 7. Pemeriksaan diagnostik apa yang di perlukan pada penyakit jantung rematik ? 8. Bagaimana penerapan asuhan keperawatan jantung rematik ? 1.3 1.4 TUJUAN PENULISAN 1. Untuk mengetahui apa itu penyakit jantung rematik 2. Untuk mengetahu bagaimana etiologi dari jantung rematik 3. Untuk mengetahui klasifikasi jantung rematik 4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi jantung rematik 5. Untuk mengetahui manifestasi klinis yang timbul pada jantung rematik 6. Untuk mengetahui penatalaksanaan yang dilakukan pada jantung rematik 7. Untuk mengetahui pemeriksaaan diagnostik yang dilakukan pada jantung rematik 8.



Untuk mengetahui bagaimana penerapan asuhan keperawatan jantung rematik



5



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Rheumatic Heart Disease (RHD) Penyakit Jantung Rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolitic-b grup A.



Penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A yang mekanisme perjalanannya belum diketahui, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis migrans akut, Karditis, Korea minor, Nodul subkutan dan Eritema marginatum. 2.2 Etiologi Rheumatic Heart Disease (RHD) Disebabkan oleh karditis rheumatic akut dan fibrosis dan beberapa faktor predisposisi lainnya, menurut LAB/UPF ilmu kesehatan Anak, seperti : 1. Faktor Genetik Banyak penyakit jantung rheumatic yang terjadi pada satu keluarga maupun anak-anak kembar, meskipun pengetahuan tentang faktor genetik pada penyakit jantung rheumatic ini tidak lengkap, namun pada umumnya disetujui bahwa ada faktor keturunan pada penyakit jantung rheumatic, sedangkan cara penularannya belum dapat dipastikan. 2. Jenis Kelamin Dahulu sering dinyatakan bahwa lebih sering didapatkan pada anak wanita dibandingkan anak laki-laki, tetapi data yang lebih besar 6



menunjukkan tidak ada perbedaan jenis kelamin. Kelainan kutub sebagai gejala sisa penyakit jantung rheumatic menunjukkan perbedaan jenis kelamin. Pada orang dewasa gejala sisa berupa stenosis mitral sering didapatkan wanita. Sedangkan insufisiensi aorta lebih sering ditemukan pada laki-laki. 3. Golongan etnik dan ras Di Negara-negara barat umunya stenosis mitral terjadi bertahun-tahun setelah penyakit jantung rheumatic akut, tetapi di India menunjukkan bahwa stenosis mitral organic yang berat sering terjadi dalam waktu yang singkat, hanya 6 bulan – 3 tahun. 4. Umur Umur agakna merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya penyakit jantung rheumatic, penyakit ini paling sering mengenai anak berumur 5-18 tahun dengan puncak sekitar umur 8 tahun, tidak biasa ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun dan sangat jarang sebelum anak berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun. 2.3 Klasifikasi Rheumatic Heart Disease (RHD) Perjalanan klinis penyakit demam reumatik/penyakit jantun reumatik dapat dibagi dalam 4 stadium menurut Ngastiyah, 1995:99 adalah: 1.    Stadium I Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A. Keluhan : Demam, Batuk, Rasa sakit waktu menelan, Muntah, Diare, Peradangan pada tonsil yang disertai eksudat 2.    Stadium II Stadium ini disebut juga periode laten,ialah masa antara infeksi streptococcus dengan permulaan gejala demam reumatik; biasanya periode ini berlangsung 1-3 minggu,kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-bulan kemudian. 3.    Stadium III Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam reumatik, saat ini timbulnya berbagai manifestasi klinis demam reumatik



7



/penyakit jantung reumatik.Manifestasi klinis tersebut dapat digolongkan dalam gejala peradangan umum dan menifesrasi spesifik demam reumatik /penyakit jantung reumatik. Gejala peradangan umum : Demam yang tinggi, lesu, Anoreksia, Lekas tersinggung, Berat badan menurun, Kelihatan pucat, Epistaksis, Athralgia, Rasa sakit disekitar sendi, Sakit perut 4.    Stadium IV Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam reumatik tanpa kelainan jantung / penderita penyakit jantung reumatik tanpa gejala sisa katup tidak menunjukkan gejala apa-apa. Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan gejala sisa kelainan katup jantung, gejala yang timbul sesuai dengan jenis serta beratnya kelainan.Pada fase ini baik penderita demam reumatik maupun penyakit jantung reumatik sewaktu-waktu dapat mengalami reaktivasi penyakitnya. 2.4 Patofisiologi Rheumatic Heart Disease (RHD) Patofisiologi penyakit jantung rematik terjadi sebagai komplikasi dari infeksi faring oleh Streptococcus grup A yang kemudian menimbulkan reaksi inflamasi dan reaktivitas silang antara protein bakteri dan jaringan jantung yang bermanifestasi sebagai demam rematik akut. Demam rematik akut merupakan reaksi hipersensitivitas tipe 2 dimana terjadi reaksi imun yang dimediasi oleh interaksi antigen antibodi. Terdapat kemiripan molekuler antara protein M dari Streptococcus dengan protein alfa helix jantung, seperti miosin tropomiosin, keratin, laminin, vimentin dan endotel katup, sehingga sistem imun mengenali mimikri molekuler tersebut sebagai autoantigen. Kemudian terjadi reaksi silang autoimun, baik secara humoral maupun dimediasi oleh sel. Sebagai hasilnya, auto antibodi monoklonal penderita demam rematik akut akan bereaksi tidak hanya terhadap Streptococcus, tetapi juga terhadap myosin pada miokardium dan endothelium katup jantung. Reaksi peradangan pada endotelium yang mengelilingi katup menyebabkan sel T masuk ke dalam katup sehingga menghasilkan jaringan parut. Inflamasi sitokin, seperti



8



TNF-alpha, IFN-gamma, IL-10, IL-4 juga bertanggung jawab pada progresifitas lesi fibrotik katup Penyakit jantung rematik ditandai dengan adanya kerusakan permanen pada satu atau lebih katup jantung. Pada kondisi akut, katup mengalami inflamasi dan edema ringan. Sedangkan pada kondisi kronis, katup akan mengalami penebalan dan fibrosis. Sekitar 50-60% kasus penyakit jantung rematik berdampak pada katup mitral, 20-30% mengenai katup aorta, dan hanya 10% berdampak pada katup trikuspid atau pulmonal. Kelainan katup yang paling sering terjadi adalah fusi komisura yang mengakibatkan stenosis katup mitral. Selain itu, dapat terjadi juga lesi fungsional seperti regurgitasi katup mitral dan regurgitasi katup aorta. Jika tidak ditangani dengan baik, kondisi ini dapat berkembang menjadi gagal jantung kongestif.



9



PATHWAY



2.5 Manifestasi Klinis Rheumatic Heart Disease (RHD) Gejala umum : a. Tanda-tanda demam reumatik bisanya muncul 2-3 minggu setelah infeksi, tetapi dapat juga muncul awal minggu pertama atau setelah 5 minggu. b. Insiden puncak antara umur 5-15 tahun, demam reumatik jarang terjadi sebelum umur 4 tahun dan setelah umur 40 tahun.



10



c. Karditis reumatik dan valvulitis dapat sembuh sendiri atau berkembang lambat menjadi kelainan katup. d. Karakteristik lesi adalah adanya reaksi granulomotosa perivaskuler dengan vaskulitis. e. Pada 75-85% kasus, yang terserang adalah katup mitral, katup aorta pada 30% kasus (tetapi jarang berdiri sendiri), dan mengenai katup pulmonalis kurang dari 5%. (Bungsu Kana, 2019) Untuk menegakkan diagnosa demam dapat digunakan kriteria Jones yaitu : a. Kriteria Mayor 1. Poliarthritis : Pasien RHD biasanya datang dengan keluhan sakit pada sendi yang berpindah-pindah, radang sendi-sendi besar, lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan, siku (Poliartitis migran) 2. Karditis : Peradangan pada jantung (miokarditis, endokarditis) yang menyebabkan terjadinya gangguan pada katub mitral dan aorta dengan manifestasi terjadi penurunan curah jantung (seperti hipotensi, pucat, sianosis, berdebar-debar dan heart rate meningkat), bunyi jantung melemah, dan terdengar suara bising katup pada auskultasi akibat stenosis dari katup terutama mitral (bising sistolik), Friction rub. (Agus et al., 2018) 3. Eritema marginatum : Eritema marginatum merupakan manifestasi RHD pada kulit, berupa bercak-bercak merah dengan bagian tengah berwarna pucat sedangkan tepinya berbatas tegas , berbentuk bulat dan bergelombang tanpa indurasi dan tidak gatal. Biasanya terjadi pada batang tubuh dan telapak tangan. 4. Nodul Subkutan : Terletak pada permukaan ekstensor sendi terutama siku, ruas jari, lutut persendian kaki, tidak nyeri dan dapat bebas digerakkan. Nodul subcutan ini terlihat sebagai tonjolan-tonjolan keras dibawah kulit tanpa adanya perubahan warna atau rasa nyeri. Biasanya timbul pada minggu pertama



11



serangan dan menghilang setelah 1-2 minggu. Ini jarang ditemukan pada orang dewasa.Nodul ini terutama muncul pada permukaan



ekstensor



sendi



terutama



siku,ruas



jari,lutut,persendian kaki. Nodul ini lunak dan bergerak bebas. (Bungsu Kana, 2019) 5. Khorea Syendendham : Gerakan yang tidak disengaja / gerakan abnormal, bilateral,tanpa tujuan dan involunter, serta sering kali disertai dengan kelemahan otot sebagai manifestasi peradangan pada sistem saraf pusat b. Kriteria Minor 1. Mempunyai riwayat menderita demam reumatik atau penyakit jantung reumatik 2. Artraliga atau nyeri sendi tanpa adanya tanda objektif pada sendi, pasien kadang sulit menggerakkan tungkainya 3. Demam tidak lebih dari 39°C 4. Leukositosis 5. Peningkatan laju endap darah (LED) 6. C-Reaktif Protein (CRP) positif 7. P-R Interval memanjang 8. Peningkatan pulse/denyut jantung saat tidur 9. Peningkatan Anti Streptolisin O (ASTO) Selain kriteria mayor dan minor tersebut, terjadi juga gejala-gejala umum seperti, akral dingin, lesu,terlihat pucat dan anemia akibat gangguan eritropoesis.gejala lain yang dapat muncul juga gangguan pada GI tract dengan manifestasi peningkatan HCL dengan gejala mual dan anoreksia. Diagnosis RHD ditegakkan apabila ada dua kriteria mayor dan satu kriteria minor, atau dua kriteria minor dan satu kriteria mayor. 2.6 Penatalaksanaan Rheumatic Heart Disease (RHD) 1. Tatalaksana infeksi strepkokkus a. < 6 tahun : Benzatine penicillin 600.000 U IM b. > 6 tahun : Benzatine penicillin 1,2 juta U IM



12



c. Dewasa : penicillin 500.000 U oral 2 kali sehari selama 10 hari. Sensitif terhadap penicillin: a. < 6 tahun : Erythromycine 4x125mg oral selama 10 hari b. > 6 tahun : Erythromycine 4x250mg oral selama 10 hari 2. General treatment a. Anti Inflamasi: Salisilat obat terpilih. Steroid adalah obat pilihan kedua dimana salisilat gagal. Klinis Tanpa



karditis



atau



Obat karditis, Aspirin



kardiomegali (-) Karditis, kardiomegali, dengan Prenison gagal jantung



Dosis 100 mg/kg/hari oral selama 2 minggu ̶ 2 mg/kg/hari (maksimal 60 mg/hari) selama 2 minggu ̶ Kurangi 75/mg/kg/hari



aspirin setelah



2



minggu, diteruskan 6 minggu 4x sehari oral b. Terapi Korea Konservatif: Valproic, acid, Imunoglobulin, steroid. 3. Cardiac management a. Pasien Karditis : Bed Rest b. Tanpa karditis: istirahat ditentukan 2 minggu, mobilisasi bertahap 2 minggu c. Karditis tanpa kardiomegali: istirahat ditentukan 4 minggu, mobilisasi bertahap 4 minggu d. Karditis dengan kardiomegali: istirahat ditentukan 6 minggu, mobilisasi bertahap 6 minggu e. Karditis dengan gagal jantung: istirahat, ditentukan selama ada gagal jantung, mobilisasi bertahap 3 bulan. 4. Profilaksis golongan penicillin Diberikan menyusul eradikasi : a. Benzatin penicillin G 1,2 Juta U IM/ 4 atau 3 minggu (risiko tinggi rekuren) b. Penisillin V 2x 500mg Oral 13



c. Sulfadiazin 1g/hari Oral Profilaksis sekunder tidak dihentikan pada penderita PJR dengan riwayat sering rekuren dalam waktu 10 tahun setelah mendapatkan serangan demam rematik. 2.7 Pemeriksaan Diagnostik Rheumatic Heart Disease (RHD) Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut : a. Pemeriksaan laboratorium Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan peningkatan ASTO, peningkatan laju endap darah (LED),terjadi leukositosis, dan dapat terjadi penurunan hemoglobin. b. Radiologi Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran pada jantung. c. Pemeriksaan Echokardiogram Menunjukan pembesaran pada jantung dan terdapat lesi d. Pemeriksaan Elektrokardiogram Menunjukan interval P-R memanjang. e. Hapusan tenggorokan Ditemukan streptococcus hemolitikus β grup A



BAB III 14



ASUHAN KEPERAWATAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.I DENGAN PENYAKIT JANTUNG REMATIK A. Pengkajian I. Biodata a. Identitas Klien 1. Nama/Nama panggilan



:An. I



2. Tempat tanggal lahir / Usia



: Makassar, 15/ 03 / 2012



3. Jenis Kelamin



: Laki-laki



4. Agama



: Islam



5. Pendidikan



: Belum ada



6. Alamat



: Abd. Dg. Sirua



7. Tanggal masuk



: 11 Mei 2018



8. Tanggal pengkajian



: 12 Mei 2018



9. Diagnosa Medik



: PJR



b. Identitas Orang Tua 1. Ayah Nama



: Tn. M



Usia



: 31 Tahun



Pendidikan



: STM



Pekerjaan / Sumber penghasilan : Wiraswasta Agama



: Islam



Alamat



: Abd. Dg. Sirua



2. Ibu Nama



: Ny. N



Usia



: 26 Tahun



Pendidikan



: SMA



Pekerjaan / Sumber penghasilan : Wirasawasta Agama



: Islam



Alamat



: Abd. Dg. Sirua



15



c. Identitas Saudara Kandung No 1.



Nama Klien anak per-1



Usia



Hubungan



Keterangan



II. Keluhan Utama / Alasan Masuk RS Pasien mengeluh badan demam sejak 2 minggu yang lalu naik turun. III. Riwayat penyakit sekarang Tanggal 14 april pasien dibawa ke RS dengan keluhan badan demam sejak 2 minggu yang lalu naik turun, pasien sudah berobat dan demam sempat turun seminggu yll, akan tetapi sejak 3 hari ini suhu tubuh naik lagi, tenggorokan terasa sakit, dada sakit, jantung berdebar-debar, mual, orang tua pasien mengatakan anaknya sulit minum obat. IV. Riwayat Imunisasi



No 1. 2. 3. 4. 5.



Jenis



Waktu



Reaksi setelah



Imunisasi Hb 0 BCG Polio DPT Campak



pemberaian 1X 1X 4X 1X 1X



pemberian Panas Panas -



V. Riwayat Tumbuh Kembang. a. Pertumbuhan Fisik 1. Berat Badan : BB lahir : 3 Kg masuk RS : 10 kg. 2. Tinggi Badan : PB : 60 cm, PB masuk RS : 97 Cm 3. Waktu tumbuh : 7 bulan dan tanggalnya gigi : belum ada VI. Riwayat Nutrisi a. Pemberian ASI 1. Pertama kali disusui : sekitar 2 jam setelah melahirkan 2. Waktu dan cara pemberian : tidak teratur ( setiap kali menangis ) 3. Lama pemberian : sampai anak berhenti sendiri 4. Asi diberikan sampai usia : 2 tahun b. Pemberian Susu tambahan



16



(diberikan susu botol sejak lahir , selang seling dengan ASI sampai umur 2 tahun , selanjutnya menggunakan gelas) c. Pemberian makanan tambahan Sejak umur 4 bulan ( makanan cereal ) d. Pola perubahan Nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini Usia 0 – 3 bulan



Jenis nutrisi ASI + susu botol



Lama pemberian 2 tahun



4 – 12 bulan



ASI + susu botol



2 tahun



24 bulan keatas



Susu , makan nasi



sampai sekarang



,lauk,sayur VII. Riwayat Psikososial 1. Anak tinggal di rumah sendiri , dan juga tinggal dengan neneknya 2. Lingkungan berada di setengah kota 3. Hubungan antar anggota keluarga : baik 4. Yang mengasuh anaknya adalah neneknya dan hari sabtu dan minggu oleh ibunya. VIII. Riwayat Spritual Belum dapat dikaji IX. Aktivitas sehari-hari 1. Nutrisi : Sebelum sakit : makan nasi , sayur dan lauk, Selera makan baik, frekwensi 3 X sehari dan bila klien mau. Saat sakit : Selera makan tidak ada, mual tapi tidak muntah, tenggorokan sakit 2. Cairan : Sebelum sakit : susu dan minum air biasa, frekusnsi bila klien mau, kalu susu pagi, siang dan malam , cara pemberian di minum pakai gelas. Saat Sakit : Susu , air hangat kebutuhan, frekuensi bila klien mau 3. Eliminasi (BAK/BAB) : a. Tempat pembuangan : WC b. Frekwensi : tidak teratur c. Konsistensi : lembek



17



4. Istirahat tidur tidak teratur : karena sakit daerah persendian 5. Olah raga : belum ada 6. Personal Hygine : a. Mandi : Frekuensi 2 x/ hari, dibantu oleh ibunya , semantara klien di seka b. Cuci rambut : frekwensi 2 – 3 x/mgg ( tergantung kebutuhan ) dibantu c. Gunting kuku : setiap kali panjang, dibantu oleh orang tua. 7. Rekreasi Frekwensi tidak terjadwal dengan keluarga. X. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan Umum : lemah 2. Tanda – tanda vital : ̶ Suhu : 38,7°C ̶ Nadi : 110 kali / menit ̶ Respirasi : 32 X/ menit ̶ Tekanan Darah : 100/ 50 mmHg 3. Antropometri : ̶ Panjang badan : 97 cm ̶ Berat Badan : 10 kg. ̶ Lingkar lengan atas : 11 cm ̶ Lingkar kepala : 48 cm ̶ Lingkar dada : 54 cm ̶ Lingkar perut : 53 cm 4. Sistem Pernafasan Hidung : Simetris, pernafasan cuping hidung : tidak ada, secret : tidak ada Leher : Tidak ada pemebesaran kelenjar dan tumor Dada : ̶ Bentuk dada : Pigion chest ̶ Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan tranversal : 1 : 1 ̶ Gerakan dada : tidak terdapat retraksi dada, simetris ki/ka ̶ Suara nafas : Vesikuler



18



5. Sistem kardiovaskuler : -



Conjungtiva : Tidak anemia, bibir : cyanosis, arteri carotis : kuat, tekanan vena jugularis : tidak meninggi



-



Ukuran Jantung : ada pembesaran (kardiomegali)



-



Suara jantung : bunyi abnormal (mur-mur)



-



Capillary refilling time : > 2 detik



6. Sistem Pencernaan -



Skelera : tidak ikterus, Bibir : agak kering



-



Mulut : Lidah agak kotor,berbau, stomatitis tidak ada, kemampuan menelan kurang baik, gerakan lidah bagus, jumlah gigi lengkap namun terdapat caries.



-



Gaster : gerakan paristaltik normal, kembung tidak ada



-



Abdomen : pada pemeriksaan 4 kuadran tidak ada ditemukan adanya nyeri tekan, ataupun pembesaran organ, permukaan perut halus dengan kontur melingkar , tidak ikterik, kulit normal : tidak licin dan tidak keriput.



-



Anus : tidak ada lecet, hemoroid : tidak ada, spingter Anu berfungsi baik, klien merasa dan dapat menahan BAB.



7. System indra -



Mata : kelopak mata tidak ada kemerahan ataupun ptosis, bulu mata ada posisi agak lentik, alis tebal, lipatan epikatus sejaran dengan pina (10 0 ), Visus 6/6, Lapang pandang : Normal



-



Hidung : Penciuman baik dapat membedakan bau-bauan, perih dihidung tidak ada, ada cairan hidung berupan secret, trauma hidung tidak pernah , mimisan tidak pernah.



-



Telinga : keadaan daun telingan baik, operasi telinga tidak pernah, membran tympani baik, fungsi pendengran baik dapat mendengar bunyi gesekan rambut.



8. Sistem Muskulo Skeletal -



Kepala : meshepalon, ubun – ubun berasar dan kecil tertutup



-



Vertebrae : khyposis, gerakan baik, ROM : baik



-



Pelvis : kaki sejajar



19



-



Lutut : balotemen test (+), ROM : agak kaku



-



Kaki : keutuhan ligamen baik, ROM : agak kaku



-



Bahu : Pergerakan baik



-



Tangan : pergerakan baik



9.



Sistem Integumen -



Rambut : warna : hitam, tidak mudah tercabut, cukup bersih



-



Kulit : warna : Sawo matang, temperatur : panas , kelembaban : baik, sering berkeringat.



-



Kuku : warna : agak pucat, permukaan kuku datar, tidak mudah patah, bersih.



10. Sistem Endokrine : -



Kelenjar thyroid : Tidak ada pembesar



-



Ekskresi urine : sering. ± 250 cc/ sekali berkemih



-



Tidak ada riwayat urine dikelilingi semut



11. Sistem perkemihan ( semua normal bak lancar ) 12. Sistem imun : ada riwayat alergi dingin ). XI. Tes Diagnostik -



Laboratorium 1. Hb : 10 g/dL ( 12,0 – 16,0 ) 2. Leukosit : 15.500 g/dL 3. Ht : 30 4. Trombosit : 210.000/mm 5. LED : 50mm 6. ASTO : +



B. ANALISIS DATA No. 1.



Data Ds : -



Orang tua klien



Etiologi



Masalah



Pharingitis dan



Hipertermi



tonsilitis



mengatakan : anaknya sudah demam sejak 2



Respon imun abnormal



minggu yang lalu, demam



20



naik turun. Sudah berobat



RHD



akan tetapi 3 hari yll suhu tubuh naik lagi



Jantung



Do : -



Klien tampak Lesu dan lemas



-



2.



-



GCS: 15



-



Suhu tubuh = 38,7oC



-



Hb : 10 g/dL



-



Leukosit : 15.500 g/dL



-



Ht : 30



-



Trombosit : 210.000/mm



-



LED : 50mm



-



mitral



Menggigil (-), Akral Hangat (+),



Ds :



Peradangan katub



Hipertermi



ASTO : + Pharingitis dan Orang tua klien



Nyeri



tonsilitis



mengatakan anaknya ngeluhkan nyeri siku, lutut



Respon imun abnormal



dan pergelangan kaki sakit dan tenggorokan terasa



RHD



sakit Do :



Peradangan pada



-



Klien tampak meringis



-



Skala Nyeri : 7



-



Lokasi : lutut, siku, pergelangan



-



Frekuensi : Hilang timbul



-



Durasi : ± 3-5 menit



-



Hb : 10 g/dL



-



Leukosit : 15.500 g/dL



-



Ht : 30



membrane senovial



Polyartritis/atralgia Nyeri



21



Trombosit : 210.000/mm 3.



LED : 50mm Ds : -



Peradangan katup mtral



Orang tua klien mengatakan anaknya mengeluhkan dada terasa sakit, jantung berdebar-



Penurunan Curah Jantung



Peningkatan sel retikuloendotelial, sel plasma dan limfosit



debar , badan terasa lelah dan lemas, mual tapi tidak



Jaringan parut



muntah Do : -



Stenosis katub mitral Klien tampak lemas dan lesu



-



Aktifitas dibantu keluarga



-



Mual (+) CRT >2detik



-



Suhu : 38,7°C



-



Nadi : 110 kali / menit



-



Respirasi : 32 X/ menit



-



Tekanan Darah : 100/ 50



Penurunan curah jantung



mmHg



C. MASALAH KEPERAWATAN 1. Hipertermi b.d proses penyakit 2. Nyeri b.d agens cedera biologis 3. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraksi otot jantung



22



23



D. RENCANA KEPERAWATAN N O 1



Diagnosa Keperawatan



Tujuan dan kriteria Hasil



Hipertemi Definisi



NOC :



Peningkatan



NIC



suhu Termogulasi



tubuh diatas kisaran normal



NIC



Kriteria Hasil :



Perawatan Demam 1. Monitor warna dan suhu kulit







Suhu tubuh dalam rentang normal



2. Monitor Tnad- tanda vital







Nadi dan RR dalam rentang normal Tidak



3. Monitor penurunan tingkat kesadaran



ada perubahan warna kulit dan tidak ada



4. Monitor WBC, Hb, dan Hct



pusing



5. Monitor intake dan output 6. Berikan antipiretik 7. Selimuti pasien 8. Lakukan tapid sponge 9. Kolaborasi pemberian cairan intravena



2



Nyeri akut



NOC



Definisi: Pengalaman sensori dan emosional



yang



tidak



NIC







Tingkat Nyeri







Kontrol nyeri



menyenangkan yang muncul akibat Kriteria Hasil : kerusakan jaringan yang aktual atau



Manajemen Nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor prepitasi) - Obs reaksi 24



potensial atau digambarkan dalam



1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab



hal kerusakan sedemikian rupa



nyeri,



tehnik



2. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain



(internasional association for the



nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,



tentang ketikefektifan kontrol nyeri masa lampau



study of pain): awitan yang tiba-



mencari bantuan)



Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan



tiba atau lambat dari intensitas



menggunakan



2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan



ringan hingga akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan



mampu



nonverbal dari ketidaknyamanan



menggunakan manajemen nyeri



3. Kurangi faktor prespitasi nyeri



3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,



berlangsu