Makalah Rotifera Dan Porifera [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ROTIFERA DAN PORIFERA Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Semester Ganjil Matakuliah Avertebrata Air oleh: 1. Marisa Ekaputri D.



(155080300111005)



2. Moh. Dwi Pratomo



(155080300111007)



3. Aulia Halidar Rahmah



(155080300111015)



Kelas T01



PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016 iii



KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat, karunia, serta kasih sayang terbesar-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Rotifera dan Porifera. Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Avertebrata Air pada semester ganjil tahun 2016/2017. Selain itu sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan memotivasi mahasiswa dalam memahami materi Avertebrata Air. Penyusun menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu penyusun dengan tangan terbuka menerima saran dan kritik dari pembaca sekalian demi memperbaiki penulisan lain di kemudian hari. Akhirnya, semoga makalah ini dapat mendatangkan manfaat bagi semua pihak. Sekian dan terimakasih.



Senin, 12 September 2016



Penyusun



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...........................................................................................i DAFTAR ISI.......................................................................................................ii DAFTAR GAMBAR............................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1 1.1 Latar Belakang.........................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah...................................................................................2 1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4 Rotifera 2.1 Pengertian ..............................................................................................4 2.2 Morfologi dan Anatomi.............................................................................4 2.3 Proses Fisiologis......................................................................................5 2.3.1 Sistem Pencernaan..........................................................................5 2.3.2 Sistem Ekskresi................................................................................6 2.3.3 Susunan Saraf.................................................................................6 2.4 Reproduksi...............................................................................................6 2.5 Klasifikasi.................................................................................................7 2.6 Peranan...................................................................................................8 Rotifera 2.7 Pengertian ..............................................................................................9 2.8 Morfologi dan Anatomi.............................................................................9 2.9 Proses Fisiologis......................................................................................10 2.9.1 Sistem Gerak dan Rangka Tubuh....................................................11 2.9.2 Sistem Respirasi..............................................................................11 2.9.3 Sistem Pencernaan..........................................................................12 2.9.3 Sistem Ekskresi................................................................................12 2.10 Reproduksi.............................................................................................12 2.11 Klasifikasi...............................................................................................13 2.12 Peranan.................................................................................................15 BAB III PENUTUP.............................................................................................16 3.1 Kesimpulan..............................................................................................16 3.2 Saran.......................................................................................................16 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17



ii



DAFTAR GAMBAR



Gambar 1. Rotifera.............................................................................................4 Gambar 2. Morfologi Rotifera.............................................................................5 Gambar 3. Saraf Rotifera...................................................................................6 Gambar 4. Reproduksi Rotifera..........................................................................7 Gambar 5. Porifera.............................................................................................9 Gambar 6. Morfologi Porifera.............................................................................10 Gambar 7. Reproduksi Porifera..........................................................................13



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada begitu banyak makhluk hidup yang hidup di bumi ini. Jenis makhluk hidup yang sedemikian banyak ini memiliki keanekaragamaan yang hampir tidak terbatas baik hewan maupun tumbuhan. Dalam kingdom animalia dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu Invertebrata dan Vertebrata. Hewan invertebrata adalah hewan yang tidak memiliki tulang belakang misalnya cacing, cumi, siput sedangkan vertebrata adalah hewan yang memiliki tulang belakang, misalnya katak, sapi, ikan. Invertebrata mencangkup hampir seluruh anggota kerajaan animalia. Avertebrata air merupakan hewan yang sangat penting untuk dipelajari karena jumlah vertebrata di seluruh dunia hanya 5% di permukaan bumi, keanekaragaman avertebrata air yang sangat beraneka ragam, adanya kaitan antara



avertebrata



air



dengan



perikanan,



avertebrata



air



ada



yang



menguntungkan bagi manusia dan ada yang merugikan. Kaitan avertebrata air dengan



perikanan yaitu avertebrata air sebagai pakan ikan, sebagai parasit



pada ikan, sebagai bioindikator dalam perikanan, dan sebagai penentu kualitas perairan. Avertebrata air yang menguntungkan bagi manusia yaitu bisa dikonsumsi, dapat dibudidayakan dan sebagainya. Yang merugikan ialah avertebrata air ada yang menyebabkan penyakit contohnya demam keong dan kaki gajah (Barnes, 1982). Salah satu contoh avertebrata air ialah filum rotifera. Filum rotifera atau rotatoria merupakan metazoa yang sangat kecil. Filum ini pernah dianggap sebagai Infusoria. Sekitar 1200 jenis telah diketahui dan kebanyakan hidup di air tawar, beberapa hidup di air laut dan sedikit yang parasit. Rotifera merupakan filum menarik karena bentuk tubuhnya sangat menyerupai larva trokofor. Adanya bentuk-bentuk yang serupa tersebut menunjukkan adanya nenek myang yang sama antara rotifera, Mollusca, dan Annelida. Rotifera mempunyai banyak bulu getar yang membantu untuk



bergerak



dan



menarik makanan ke dalam



mulutnya (Suwignyo et al., 2005).



1



Di dunia terdapat sekitar 10.000 spesies sponge, di Indonesia diperkirakan sebanyak 850 spesies sampai 1500 spesies (Hooper dan van Soest, 2002 dalam Haris et al., 2013). Sponge atau porifera adalah hewan dari phylum porifera yang merupakan salah satu hewan primitif yang hidup menetap dan bersifat filter feeder. Sponge memompa air keluar melalui tubuhnya dan menyaring partikel sebagai bahan makanan (Hickman et al., 2002 dalam Haris et al., 2013). Secara pada



ekosistem



karang dan



ekologi, pesisir



sponge dan



laut,



merupakan



salah



satu



penyusun



terutama pada ekosistem terumbu



padang lamun yang umumnya dijumpai di perairan tropik



dan subtropik (Haris et al., 2009).



1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut. Rotifera 1. Apa pengertian rotifera? 2. Bagaimana morfologi dan anatomi rotifera? 3. Bagaimana fisiologi rotifera? 4. Bagaimana klasifikasi rotifera? 5. Bagaimana reproduksi rotifera? 6. Apa peranan rotifera? Porifera 1. Apa pengertian porifera? 2. Bagaimana morfologi dan anatomi porifera? 3. Bagaiman fisiologi porifera? 4. Bagaimana klasifikasi porifera? 5. Bagaimana Reproduksi porifera? 6. Apa peranan porifera?



2



1.3 Tujuan Penulisan Dari rumusan masalah yang telah disebutkan diatas dapat diperoleh tujuan penulisan sebagai berikut. Rotifera 1. Mengetahui pengertian rotifera. 2. Mengetahui morfologi dan anatomi rotifera. 3. Memahami fisiologi rotifera. 4. Mengetahui klasifikasi rotifera. 5. Mengetahui sistem reoroduksi rotifera. 6. Mengetahui peranan rotifera. Porifera 1. Mengetahui pengertian porifera. 2. Mengetahui morfologi dan anatomi porifera. 3. Memahami fisiologi porifera. 4. Mengetahui klasifikasi porifera. 5. Mengetahui sistem reoroduksi porifera. 6. Mengetahui peranan porifera.



3



BAB II TINJAUAN PUSTAKA Rotifera 2.1 Pengertian Rotifera adalah filum dengan ukuran sedang, berbentuk bilateral simetris, hewan unsegmented yang hidup terutama di air. Rotifera berasal dari kata rota = roda dan fera = membawa. Kata “rotifer” berasal dari bahasa latin artinya “rodapembawa”, karena korona di sekitar mulut yang bergerak menyerupai roda meskipun organ tidak benar-benar memutar. Pertama kali ditemukan oleh John Harris tahun 1696 yang waktu itu dikenal dengan nama ‘bdelloid rotifer’ yaitu hewan mirip cacing. Dari 1700 spesies, kebanyakan hidup di air tawar, hanya 50 spesies di laut, beberapa di hamparan lumut yang basah. Rotifera termasuk metazoan yang paling kecil berukuran antara 40-2500 mikron rata-rata 200 mikron. Umunya hidup bebas, soliter, koloni, sessile (Suwignyo et al., 2005).



Gambar 1. Rotifera.



2.2 Morfologi dan Anatomi Tubuh rotifera dapat dibagi menjadi tiga bagian anterior yang pendek / kepala, badan yang besar dan kaki. Daibagian anterior terdapat corona dan mastax yang merupakan ciri khas filum rotifera. Corona terdiri atas dareah sekitar mulut yang bercilia, dan cilia ini melebar diseputar tepi anterior hingga seperti bentuk mahkota. Gerakan cilia pada trochal disk tampak seperti roda berputar. Mastax tarletak antara mulut dan pharynx. Mastax adalah pharynx yang berotot, bulat atau lonjong dan bagian dalamnya terdapat trophi, semacam rahang berkhitin. Trophi terdiri atas tujuh buah gigi yang saling berhubungan. Mastax



4



berfungsi untuk menangkap dan menggiling makanan, bentuknya beraneka ragam sesuai tipe kebiasaan makan rotifera (Suwignyo et al., 2005). Bentuk badan bulat atau silindris, pada bagian badan terdapat tiga buah tonjolan kecil pada yaitu sebuah atau sepasang antena dorsal dan dua buah antena lateral. Pada ujung antena terdapat bulu-bulu sebagai alat indera. Kaki terletak diujung posterior. Kaki acapkali berkerut-kerut sehingga tampak seperti beruas-ruas, yang dapat memendek dan dimasukkan kedalam badan. Didalam kaki terdapat kelenjar kaki (pedal gland) yang menghasilkan bahan perekat untuk menempel pada substrat (Suwignyo et al., 2005).



Gambar 2. Morfologi Rotifera.



2.3 Proses Fisiologi 2.3.1 Sistem Penceranaan Mulut rotifera terletak dibagian ventral dan biasanya dikelilingi oleh sebagian corona. Daerah sekitar mulut (buccal field) pada jenis Colothecacea mengalami modifikasi melebar sedemikian rupa hingga menyerupai corong, dan mulut terletak di dasar corong. Jenis filter feeder memakan partikel organik yang lembut dengan bantuan aliran air yang dihassilkan cilia pada corona. Memakan dari mulut dialirkan ke mastax. Pharynx dihubungkan dengan perut oleh esofagus. Perut berbentuk tabung dan kantong, berhubungan dengan usus yang pendek dan berakhir pada anus (Suwignyo et al., 2005).



5



2.3.2 Sistem Ekskresi Pada tiap sisi lateral terdapat sebuah protonephridium dengan 2-8 flame bulb. Kedua protonephridia tersebut bersatu pada kantung kemih (bladder), yang bermuara pada bagian ventral kloaka. Isi bladder dikosongkan melalui anus dengan jalan konstraksi, dengan kecepatan satu sampai empat kali per menit. Pembuangan yang demikian cepat membuktikan bahwa fungsi protonephridia adalah sebagai osmoregulator, yaitu membuang kelebihan air di dalam tubuh rotifera (Suwignyo et al., 2005). 2.3.3 Susunan Saraf Rotifera mempunyai otak yang terdiri atas masa ganglion dorsal, dan terletak diatas mastax. Dari otak keluar sejumlah pasangan saraf yang menuju ke berbagai indera, antara lain ke mata dan ke atena. Beberapa Jenis rotifera, terutama sesil tidak mempunyai mata. Maka berupa ocellus sederhana, dan berjumlah tiga hingga lima buah (Suwignyo et al., 2005).



Gambar 3. Saraf Rotifera.



2.4 Reproduksi Siklus hidup rotifera mengandung kedua fase yaitu fase askesual dan seksual. Produk reproduksi seksual adalah embrio aktif encysted disebut kista. Pada rotifera dioecious, reproduksi selalu seksual. Individu jantan selalu lebih kecil daripada betina biasanya mengalami degenerasi yaitu tidak mempunyai alat pencernaan, hanya memiliki alat reproduksi saja. Perkawinan pada rotifera



6



biasanya dengan jalan”hypodermic impregnation”, dimana sperma masuk melalui dinding tubuh. Rotifera jantan siap melakukan perkawinan satu jam setelah menetas, kemudian akan mati. Bila tidak menemukan rotifera betina maka rotifera jantan akan mati pada umur 2-7 hari, tergantung pada jenisnya. Pada Bdelloidea, dimana tidak pernah ada jantannya reproduksi selalu dengan cara partenogenesis, yaitu betina menghasilkan telur yang menetas menjadi betina (Suwignyo et al., 2005).



Gambar 4. Reproduksi Rotifera.



2.5 Klasifikasi Menurut Suwignyo et al. (2005), klasifikasi rotifera terdiri dari beberapa kelas diantaranya: 1. Kelas Seisonacea Tubuh panjang, corona mengecil, ovari sepasang, jantan berkembang baik, hanya ada satu genus Seison, dengan dua spesies laut, hidup komensal pada Nebalia, filum Crustacea. 2. Kelas Bdelloide Tubuh silindris dan retraktil, corona seperti dua roda yang berputar, ovari sepasang, jantan tidak dikenali, partenogenesis, berenang atau merayap. Contohnya: Pbilodina, Embata, Rotaria.



7



3. Kelas Monogononta A. Ordo Ploima. Tubuh bulat, sampai lonjong, atau agak pipih, lorica ada atau tidak ada,



berenang



bebas



atau



merayap,



Contohnya:



Keratella,



Syncbaeta, dan di air tawar dan laut, Chromogaster. B. Ordo Flosculariacea Corona terdri atas dua rangkaian cilia yang konsentrik dan ditengah terdapat galur bercilia, biasanya terdapa 1 atau 2 atena, soliter atau koloni, berenang bebas. Contohnya: Testudinella, Floscularia sessile dan Conochilus. C. Ordo Collothecacea Corona



besar,



mastax



uncinate,



atau



kurang



berkembang.



Contohnya: Colotheca.



2.6 Peranan Rotifera memegang peranan penting dalam rantai makanan pada ekosistem perairan tawar. Disatu pihak memakan serpihan organik dan gangang bersel satu, dilain pihak rotifera merupakan makanan bagi hewan yang lebih besar seperti cacing dan crustacea. Branchionus merupakan rotifera yang banyak dibudidayakan sebagai makanan alami untuk larva ikan dan udang, karena berukuran kecil sekitar 300 mikron, dan berkembang biak dengan cepat, hingga cocok untuk makanan burayak ikan yang baru habis kuning telurnya. Menurut Fluks dan Main (1991) dalam Yudha et al. (2013), menyatakan bahwa rotifera merupakan makanan utama dalam kultur larva ikan serta kultur organisme lainnya dari beberapa kelompok takson, karena dapat menyediakan nutrisi yang baik bagi pertumbuhan larva, disebabkan karena kandungan gizinya yang tinggi.



8



Porifera 2.7 Pengertian Sponge meupakan filum porifera yang paling primitif. Semua anggota sesile memperlihatkan pergerakan yang sangat kecil. 150 spesies hidup di dalam air tawar, lainnya hidup di laut. Beberapa spesies hidup didaerah pasir yang halus atau dasar berlumpur. Kebenyakan menyukai kedalaman yang relatif rendah. Beberapa kelompok hidup di perairan yang dalam meliputi jenis kelas sponge (Wijarni, 1990).



Gambar 5. Porifera.



2.8 Morfologi dan Anatomi Ukuran tubuh porifera sangat bervariasi, dari sebesar kacang polong sampai setinggi 90 cmdan lebar 1 m. Bentuk tubuh spons juga bermacammacam. Pada permukaan tubuh terdapat lubang-lubang atau pori-pori (asal nama porifera) yang merupakan lubang air masuk ke spongocoel, untuk akhirnya keluar melalui osculum. Pada dasarnya dinding tubuh porifera terdiri atas tiga lapisan, yaitu a) Pinacocyte atau Pinacoderm, seperti epidermis berfungsi untuk melindungi tubuh bagian dalam. Bagian sel pinacocyte dapat berkontraksi atau berkerut, sehingga seluruh tubuh hewan dapat sedikit membesar atau mengecil; b) Mesohy atau mesoglea, terdiri dari zat semacam agar, mengandung bahan tulang dan sel amebocyte; c) Choanocyte, yang melapisi rongga spongocoel. Bentuk choanocyte agak lonjong, ujung satu melekat pada mesohyl dan ujung yang lain melekat pada spoongocoel serta dilengkapi flagelum (Kastawi, 2005).



9



Menurut Suwignyo et al. (2005), bentuk tubuh porifera dibagi menjadi tiga tipe, yaitu Asconoid, Syconoid, Leuconoid. 1.



Asconoid Diantara ketiga bentuk tersebut diatas, asconoid merupakan bentuk yang paling primitif, menyerupai vas bunga atau jambangan kecil. Pori-pori atau lubang air masuk merupakan saluran pada sel porocyte yang berbentuk tabung, memanjang dari permukaan tubuh sampai spongocoel.



2.



Syconoid Spons memperlihatkan lipatan-lipatan dinding tubuh pada tahap pertama termasuk tipe syconoid. Misalanya Scypha. Dinding tubuh melipat secara horisontal, sehingga potongan melintangnya seperti jari-jari, hingga masih tetap simetri radial. Lipatan sebelah dalam menghasilkan sejumlah besar kantung yang diapisi choanocyte, disebut flagellated canal, sedang lipatan luar sebagai saluran air masuk.



3.



Leuconoid Tingkat perlipatan dinding spongocoel paling tinggi terdapat pada leuconoid Flagellated canal melipat-lipat membentuk rongga kecil berflagel, disebut flageliated chamber. Dengan banyaknya lipatan menyebabkan bentuk spons tidak beraturan.



Gambar 6. Morfologi Porifera.



2.9 Proses Fisiologi Proses-proses fisiologi hewan spons dipengaruhi oleh aliran air yang melewati dinding tubuhnya. Air yang mengalir melewati tubuhnya membawa oksigen dan makanan serta membuang sisa metabolisme atau sampah. Kadangkadang telur dan sperma juga keluar lewat aliran air tersebut. Volume air yang melewati tubuh spons cukup besar. Pada sebuah spons Leuconia (Leucandra) yang



tingginya 10 cm dengan diameter 1 cm, dan



memiliki



kira-kira 10



2.250.000 rongga berflagel, dapat memompa lebih kurang



22,5



liter



air



per hari (Kastawi, 2005). 2.9.1 Sistem Gerak dan Rangka Tubuh Rangka sebagai penyangga tubuh porifera berupa kristal-kristal kecil seperti duri dan bintang (spikula-spikula) atau berupa anyaman serabut-serabut fiber dari bahan protein/spongin. Keragka tubuh seperti ini dapat disebut sebagai kerangka dalam atau endoskeleton. Menurut Kastawi (2005), ditinjau dari bahan pembentuk kerangkanya, maka hewan-hewan porifera dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan. a. Porifera lunak, yakni golongan porifera yang jenis kerangka tubuhnya tersusun dari bahan spongin (organis). Jika hewan telah mati tubuhnya dapat digunakan sebagai alat penggosok tubuh pada waktu mandi, penggosok alat rumah tangga misalnya penghalus meubelair dll. b. Porifera Kapur, yakni golongan porifera yang jenis kerangka tubuhnya terbuat dari ibahan kristal kapur caCO3. c. Porifera kaca, yakni golongan porifera yang jenis kerangka tubuhnya terbuat dari bahan kristal silikat H2Si3O7. 2.9.2 Sistem Respirasi Sebetulnya spons tidak mempunyai alat atau organ pernafasan khusus, kendati demikian mereka hal respirasi bersifat aerobik. Dalam hal ini yang bertugas menangkap/mendifusikan oksigen yang terlarut dalam air mediannya bila dijajaran luar adalah sel-sel epidermis (sel-sel pinakosit), sedangkan pada jajaran dalam yang bertugas adalah sel-sel leher (khoanosit) selanjutnya oksigen yang telah berdifusi ke dalam kedua jenis sel tersebut diedarkan ke seluruh tubuh oleh amoebosit. Berhubungan hewan spons bersifat sesil artinya tidak mengadakan perpindahan tempat sedangkan hidupnya sepenuhnya tergantung akan tidaknya kandungan oksigen merupakan sanggup



dan



partikel



makanan dari air yang



medianya, maka ketika porifera masih dalam fase larva yang



mengadakan pergerakan yaitu berenang-renang mengembara kian



kemari dengan bulu-bulu gatarnya, ia akan memilih tempat yang strategis dalam arti



kaya akan kandungan



material



yang



dibutuhkan untuk kepentingan



hidup (Kastawi, 2005).



11



2.9.3 Sistem Pencernaan Hewan spons memakan partikel-partikel organik dan mikroba yang sangat halus yang tersuspensi dalam air. Bahan organik tersebut merupakan lelapukan atau sisa-sisa tubuh organisme yang telah mati. Diantara partikel halus yang dimakan tersebut kira-kira 20 persennya berupa bakteri, dinoflagellata, dan plankton-plankton halus. Dalam hal nutrisi hewan porifera bersifat holozoik maupun saprozoik. Partikel-partikel yang berukuran 5 – 50 mikro dapat difagosit oleh sel-sel pinakosit yang melapisi saluran masuk (inhalant) (Kastawi, 2005). Mekanisme pencernaan tersebut adalah bila aliran air yang membawa partikel-partikel makanan itu melewati ruangan yang berasal dari leher, maka disitu terjadi proses penyaringan, dimana mikrovili-mikrovili sel leher akan bertindak sebagai filter tehadap material yang terbawa oleh arus aliran air. Selanjutnya dimasukan kedalam vakuola makanan. Didalam vakuola makanan partikel tersebut akan dicerna oleh enzim karbohidrase, protase dan lipase. Selanjutnya partikel makanan tersebut ditransfer ke dalam amoebosit di dekat sel leher. Kemudian diedarkan ke seluruh tubuh (Kastawi, 2005). 2.9.4 Sistem Ekskresi Untuk pembuangan sisa-sia metabolisme atau sampah tubuh, hewan spons juga belum mempunyai alat khusus. Zat-zat sampah yang berupa butirbutir dikeluarkan dari lingkungan internal tubuhnya oleh amoebosit. Kemudian ke luar berasama aliran air melewati oskulum (Kastawi, 2005).



2.10 Reproduksi Porifera dapat berkembang biak secara seksual maupun aseksual. Perkembangbiakan secara seksual dilakukan dengan membentuk kuncup (budding) atau benih (gemmulae). Kuncup setelah mengalami pertumbuhan ada yang masih tetap melekat pada tubuh induk sehingga membentuk koloni, ada yang memisahkan diri dengan induk. Perkembangan secara seksual pada porifera belum ditunjang oleh alat reproduksi khusus, baik ovum maupun spermatozoidnya



berkembang



dari



amoeba



khusus



yang



disebut



arkheosit (Kastawi, 2005). Ada jenis porifera yang bersifat monosius (hermaprodit) ada yang diosius (kelamin terpisah). Bagi yang bersifat hermaprodit perkawinannya dilakukan secara perkawinan silang artinya ovum porifera yang satu dikawini oleh



12



spermatozoid porifera yang lain. Ovum sebelum dan sesudah dikawini masih tinggal didalam tubuh induk yaitu dikawasan mesoglea (Kastawi, 2005).



Gambar 7. Reproduksi Porifera.



2.11 Klasifikasi Menurut Kozloff (1990) dalam Pratama (2014), Filum porifera terdiri dari 4 kelas, yaitu Calcarea, Hexactinellida, Demosponiae dan Selerospongae. A. Kelas Calcarea (Calcispongiae) Spikul kapur, monaxon, triaxon, atau tetraxon, permukaan tubuh berbulu, warna suram, tinggi kurang dari 15 cm. Terdiri dari 2 ordo. 1. Ordo Homocoela Tipe asconoid, dinding tubuh tipis. Contohnya: Leucosolenia dan Clatbrina. 2. Ordo Heterocoela Tipe Syconoid atau leuconoid, dinding tubuh tebal. Contohonya: Scypha. B. Kelas Hexactinellida (Hyalospongiae) Spons kaca, Spikula silikat, hexactinal, beberapa bersambungan seperti pagar, beberapa terjalin seperti kaca, tipe syconoid, bentuk tubuh silindris, datar atau bertangkai, tinggi 90 cm, di laut pada kedalaman 90 sampai 5000 m. 1. Ordo Hexasterophora Spikula kecil hexactinal, Contohnya: Euplectella aspergillum.



13



2. Ordo Amphidiscophora Spikul kecil dengan kait-kait pada kedua ujungnya. Contohnya: Hyalonema. C. Kelas Demospongiae Spikul silkat, serat spons atau keduanya atau tidak ada, bila ada spikulnya monaxon atau tetraxon, tipe leuconoid 1. Sub kelas Tetractinellida Spikul tetraxon atau tidak ada, bentuk tubuh bulat atau datar tanpa percabangan, diperairan dangkal. a. Ordo Myxospongiae (Dendroceratisa) Tidak



mempunyai



spikul,



bentuk



tubuh



sederhana,



tanpa



kerangka. Contohnya: Oscarella. b. Ordo Carnosa (Homosclerophora atau Microsclerophora) Spikul tetraxon, ukuran hampir sama. Contohnya: Plakina, Plakortis. c. Ordo Choristida Spikul tetraxon, dua macam ukuran besar dan kecil ada semua. Contohnya: Thenea dan Geodia. 2. Sub kelas Monaxonida Spikul monaxon, ada yang berserat spons; bentuk tubuh bervariasi, di tepi pantai kedalaman 45 cm, beberapa jenis sampai 5,5 km, melimpah dan umum. a. Ordo Hadromerida (Astromonaxonellida) Spikul besar terpisah. Suberitas dan Cliona (spons pengebor) b. Ordo Halichondrida Spikul



besar



dan



mempunyai



serat



spons.



Contonhnya:



Hakichondria c. Ordo Poecilosclerida Spikul besar diikat oleh serat spons. Contonhnya: Microciona d. Ordo Haplosclerida Spikul besar, biasanya tidak ada spikul kecil. Contonhnya: spons air tawar Spongilla dan spons laut Haliclona.



14



D. Kelas Sclerospongiae Spons karang (Corraline sponges). Berbeda dari spons kelas lainnya, spons karang menghasilkan rangka CaCO3 (aragonit) yang terjalin dalam serat spons hingga sepintas hingga sepintas lalu mirip batu koral. Spikul silikat, monaxon, banyak ditemukan di daerah terumbu karang. Contohnya: Ceratoporella, Merlia, dan Stromatospongiae.



2.12 Peranan Beberapa jenis spons laut seperti Axinella carabina, diperdagangkan untuk menghias akuarium laut, ada juga yang diekspor ke Singapura dan Eropa. Jenis spons dari famili Clionidae mampu mengebor dan menembus batu karang dan cangkang molusca sehinga membantu pelapukan pecahan batu karang



dan



cangkang



molusca yang



berserakan di tepi pantai. Ada pula



yang tumbuh pada kerang-kerangan tertentu sehingga mengganggu peternakan tiram (Suwignyo et al., 2005).



15



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan -



Rotifera a. Rotifera adalah filum dengan ukuran sedang, berbentuk bilateral simetris, hewan unsegmented yang hidup terutama di air. b. Tubuh rotifera dapat dibagi menjadi tiga bagian anterior yang pendek, badan yang besar dan kaki. c. Fisiologi rotifera terdiri dari sistem pencernaan, sistem ekresi dan susunan saraf. d. Siklus hidup rotifera mengandung kedua fase yaitu fase askesual dan seksual. e. Rotifera terbagi menjadi 3 kelas yaitu Seisonacea, Bdelloide dan Monogononta. f.



Rotifera memegang peranan penting dalam rantai makanan pada ekosistem perairan tawar.



-



Porifera a. Porifera adalah hewan spons yang merupakan hewan multiseluler yang primitif. b. Bentuk tubuh porifera dibagi menjadi tiga tipe, yaitu Asconoid, Syconoid, Leuconoid. c. Fisiologi porifera terdiri dari sistem gerak dan rangka tubuh, sistem respirasi, sistem pencernaan dan sistem ekresi. d. Porifera dapat berkembang biak secara seksual maupun aseksual. e. Filum porifera terdiri dari 4 kelas, yaitu Calcarea, Hexactinellida, Demosponiae dan Selerospongae. f.



Beberapa jenis spons laut diperdagangkan untuk menghias akuarium laut, ada juga yang diekspor ke Singapura dan Eropa.



3.2 Saran Saran yang dapat kami ajukan dalam makalah ini yaitu agar tetap menjaga dan memelihara ekosistem perairan, baik air tawar maupun air laut karena mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan.



16



DAFTAR PUSTAKA Barnes, Robert D. 1982. Avertebrata Zoologi. Philadelphia, PA: Holt-Saunders International. pp. 272-286. Haris, A.; S. Werorilsngi; S. Gosalam; dan A. Mas’ud. 2013. Komposisi Jenis dan Kepadatan Sponge di Kepulauan Spermonde Kota Makasar. Jurnal BIOTA Vol IV (2):1-8. Kastawi, Y. 2005. Zoologi Avertebrata. Malang: UM Press. Pratama, F. 2014. Skripsi Distribusi dan Kelimpahan Sponge di Perairan Pulau Karammasang Kabupaten Polewali Mandar: Keterkaitan dengan Terumbu Karang dan Oseanografi Perairan. Makasar: Universitas Hasanuddin. Suwignyo, dkk. 2005. Avertebrata Air Jilid I. Jakarta: Penebar Swadaya. Wijarni. 1990. Diktat Kuliah Avertebrata Air I. Malang: Universitas Brawijaya. Yudha, Aji A; F. Agustriani; dan Isnaini. 2013. Pemberian Mikroalga terhadap Pertambahan Populasi Rotifera pada Skala Laboratorium di BBPBL Lampung. Maspari jurnal vol v (2):140-144.



17