Makalah Ruang Lingkup Akidah Islam [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Aqidah adalah pokok-pokok keimanan yang telah ditetapkan oleh Allah, dan kita sebagai manusia wajib meyakininya sehingga kita layak disebut



sebagai



orang



yang



beriman



(mu’min).



Namun bukan berarti bahwa keimanan itu ditanamkan dalam diri seseorang secara dogmatis, sebab proses keimanan harus disertai dalildalil aqli. Akan tetapi, karena akal manusia terbatas maka tidak semua hal yang harus diimani dapat diindra dan dijangkau oleh akal manusia Para ulama sepakat bahwa dalil-dalil aqli yang haq dapat menghasilkan keyakinan dan keimanan yang kokoh. Sedangkan dalil-dalil naqli yang dapat memberikan keimanan yang diharapkan hanyalah dalil-dalil yang qath’i. Makalah kecil ini menampilkan beberapa bahasan yang bisa membantu siapa saja yang ingin memahami aqidah. 2. Rumusan Masalah 1. Apa yang di maksud dengan aqidah ? 2. Apa landasan filosofis dan religiusnya? 3. Apa saja ruang lingkup aqidah? 4. Apa kaidah dari aqidah? 5. Apa fungsi dan peran aqidah? 6. prinsip aqidah ? 7. Aliran Aqidah Islam? 3. Tujuan Masalah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Menjelaskan pengertian aqidah Menjelaskan landasan filosofis dan religiusnya Menerangkan tentang ruang lingkup aqidah Menyampaikan fungsi dan peran aqidah Memaparkan delapan kaidah aqidah Menyampaikan prinsip Aqidah Menyampaikan aliran Akidah



1



BAB II PEMBAHASAN A. Akidah 1.1.Pengertian Akidah Akidah merupakan kata serapan dari bahasa Arab ‘Aqiidatu , jamaknya ‘aqooidu yang artinya kepercayaan, keyakinan . Menurut istilah, akidah islam adalah sesuatu yang dipercayai dan diyakini kebenarannya oleh hati manusia sesuai ajaran Islam dengan berpedoman kepada Al-Qur’an dan Hadis (Sunah Nabi Muhammad SAW ) . Dari keterangan ini dapat dipahami bahwa yang dijadikan pedomann pokok dari akidah Islam adalah Al-Qur’an dan hadis shahih, inilah yang harus dipegang teguh karena di dalam Al-Qur’an dan Hadis mengandung nilai-nilai yang murni dan benar . segala macam kepercayaan dan keyakinan yang tidak bersumber dari kedua hal tersebut harus dihindari karena bisa menyesatkan dan menghancurkan kehidupan manusia, baik di dunia maupun diakhirat . Berikut pengertian akidah secara terminologis atau istilah menurut tokoh-tokoh pergerakan . a. Menurut Hasan Al-Banna Dalam kitab Majmu’ah ar-Rasa’il disebutkan sebagai berikut . “ Akidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikit pun dengan keragu-raguan . b. Menurut Abu Bakar Jabir Al-Jazairy “ Akidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal,wahyu,fitrah dan kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini keshahihan dan keberadannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu .



2



Berdasarkan pengertian ulama diatas dapat disimpulkan bahwa akidah adalah suatu keyakinan yang dikaitkan dengan rukun iman dan merupakan asas dari seluruh ajaran Islam . Dapat juga kita pahami, akidah merupakan suatu keyakinan yang muncul dari hati nurani, tanpa ada keraguan . Hal ini semacam hidayah karena tidak semua orang mendapat hidayah . Kebanyakan dari kita berislam karena orangtua, walaupun kita meyakini, terkadang kita masih butuh banyak pengetahuan agama agar kita dapat memahami islam secara kaffah sehingga kita mendapatkan hidayah dari Allah . Dasar-dasar agama Islam dapat dibagi menjadi tiga aspek, yaitu akidah,syari’at, dan akhlak . Dari ketiga aspek tersebut, aspek akidah merupakan pokok ajaran Islam dan akidah berkaitan dengan keyakinan (keimanan) kita terhadap yang gaib . Akidah berhubungan dengan masalah hati . Adapun aspek syariat berkaitan dengan amal ibadah kita, mengenai hukum perintah dan larangan Allah Swt.. Adapun aspek akhlak berkaitan dengan persoalan norma,etika,moral dan segala bentuk perilaku sehari-hari . Ada beberapa istilah yang hampir sama dengan akidah, yakni iman dan tauhid (keesaan) . Akidah meliputi ilmu kalam,ushuludin, dan fikih akbar .



1.2 Landasan Filosofis Akidah Islam Pada hakikatnya filsafat dalam bahasan akidah tetap bersumber pada Al-Qur’an . Allah mengutus (Rasul) yang membawa pesab dari-Nya untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia . Pesan Allah itu ditulis dalam Al-kitab (Al-Qur’an) . Allah menganugerahkan kebijakan dan kecerdasan berfikir kepada manusia untuk mengenal adanya Allah degan memperhatikan alam sebagai bukti hasil perbuatan-Nya Yang Maha Kuasa .



3



Hasil perbuatan Allah itu serba teratur, cermat dan berhati-hati. Yang menerima hikmah-hikmai inilah yang disebut “Hukuman” atau “Filosof. Berikut beberapa pendapat para filosof barat tentang Tuhan:  Pendapat Xenophanes Xenophanes menyatakan : “ Tuhan hanya satu, yang terbesar diantara dwa dan manusia, tidak serupa denngan makhluk yang fana . “ Tuhan yang Esa itu tidak dijadiakan tidak bergerak dan berubahubah, dan ia mengisi seluruh alam . Dia melihat semuanya, mendengar semua dan memikirkan seluruhnya . Mudah sekali ia memimpin alam ini dengan kekuatan fikir-Nya” .  Pendapat Socrates Socrates menyatakan : “ Tuhan pencipta alam mini bukanlah hanya untuk memikirkan dan memperhatikan manusia saja, tapi ialah roh bagi manusia . Jika tidak begitu cobalah sebutkan padaku, hewan manakah yang dapat mengetahui adanya Tuhan yang mengatur susunan tubuh yang mempunyai sifat-sifat tinggi ini ! Coba kata hewan mana selain manusia yang dapat dibawa akalnya menyembah dan berkhidmah kepada Tuhan ? “  Pendapat Descartes Descartes menyatakan : “ Saya tidak menjadikan diri saya sendiri . Sebab kalau saya menjadikan, tentulah saya dapat memberikan segala sifat kesempurnaan kepada diri saya itu . Oleh sebab itu tentu saya dijadika oleh Dzat yang lain . Dan sudah pasti pula Dzat lain itu menjadikan saya mempunyai sifat-sifat kesempurnaan, kalau tidak akan sama halnya dengan diri saya . “ “ Saya selalu merasa diri saya dalam kekurangan, dan pada waktu itu juga diri saya merasa tentu ada Dzat yang tidak kekurangan, yakni sempurna . Dan Dzat yang sempurna itu ialah Allah ” .



4



Mari kita kaji Al-Qur’an lalu kita perhatikan kandungannya, bahwa apa yang dinyatakan oleh para filosofis diatas, semakna dengan apa yang dinyatakan oleh Allah di dalam Al-Qur’an : Dan



apakah



manusia



tidak



memperhatikan



bahwa



kami



menciptakannya dari air . Dan ia membuat perumpamaan bagi kami dan Dia lupa kepada kejadiannya Ia berkata : “ Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh ? ” . Katakanlah



:







Ia



akan



dihidupkan



oleh



Tuhan



yang



menciptakannya kali yang pertama dan Dia Maha mengetahui tentang segala makhluk . (QS.36:77-79) Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah Dia diciptakan ? Dia diciptakan dari air yang dipancarkan, yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan . Sesungguhnya Allah benar-benar Kuasa untuk mengembalikannya ( Hidup sesudah mati ) . (QS.86:5-8) Dari uraian diatas, nyatalah bahwa pada hakikatnya landasan akidah Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah .



B. FUNGSI DAN PERANAN AKIDAH ISLAM 1. Fungsi akidah Islam diantaranya, yaitu : a. Sebagai pondasi untuk mendirikan bangunan Islam . b. Merupakan awal dari ahlak yang mulia . Jika seseorang memiliki akidah yang kuat pasti akan melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak yang mulia dan bermu’amalat dengan baik . c. Semua ibadah yang kita laksanakan jika tanpa ada landasan akidah maka ibadah kita tersebut tidak akan diterima . 2. Sedangkan peran akidah Islam meliputi : a. Akidah merupakan misi pertama yang dibawa para rasul Allah . Allah berfirman : “ Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul



5



pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) : “ Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut itu “ (QS.An-Nahl : 36 ) . b.



Manusia diciptakan dengan tujuan beribadah kepada Allah . Allah berfirman : “ dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-Ku “ . (QS.Adz-Dzariyat:56) .



c. Akidah yang benar dibebankan kepada setiap mukallaf . Nabi bersabda : “ Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwasanya tiada sesembahan yang sebenarnya selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah rasul utusan Allah . “ (Mutaffaq ‘alaih) . d. Berpegang kepada akidah yang benar merupakan kewajiban manusia seumur hidup .Allah berfirman sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Tuhan kami ialah Allah kemudian mereka beristiqomah (teguh dalam pendirian mereka ) maka para malaikat akan turun kepada mereka (seraya berkata): ” Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah kamu



dengan



(memperoleh)



surga



yang



djanjikan



Allah



kepadamu.“( QS.Fushilat:30) e. Akidah



merupakan



akhir



kewajiban



seseorang



sebelum



mninggalkan dunia yang fana ini . nabi SAW bersabda: “ Barangsiapa yang akhir ucapnnya “ Tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah niscaya dia akan masuk surga “ . (HSR. AlHakim dan lainnya ) . f. Akidah yang benar telah mampu menciptakan generasi terbaik dalam



sejarah umat manusia, yaitu generasi sahabat dan dua



generasi sesudah mereka . Allah berfirma “ Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, kamu menyuruh kepada yang ma’ruf g.



dan mencegah kepada yang mungkar dan beriman kepada Allah . “ (QS.Ali-Imran:110) .



6



h. Kebutuhan manusia akan akidah yang benar melebihi segala kebutuhan lainnya karena ia merupakan sumber kehidupan, ketenangan dan kenikmatan hati seseorang. Dan semakin sempurna pengenalan serta pengetahuan



seorang hamba terhadap Allah



semakin sempurna pula dalam mengagungkan Allah dan mengikuti syari’atnya.



3.



Landasan Religius Akidah Islam Sumber akidah Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah . Artinya apa saja yang disampaikan oleh Allah dalam Al-Qur’an dan oleh Rasulullah dalam sunnahnya wajib diimani (diyakini dan diamalkan). Akal pikiran tidaklah menjadi sumber akidah, tetapi hanya berfungsi memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut dan mencoba kalau diperlukan membuktikan secara ilmiah kebenaran yang disampaikan Al-Qur’an dan sunnah . Itupun harus didasari oleh suatu kesadaran bahwa kemampuan akal sangat terbatas . Sesuatu yang terbatas/akal tidak akan mampu menggapai sesuatu yang tidak terbatas . Misalkan, saat ditanya, kekal (sesuatu yang tidak terbatas) itu sampai kapan ? maka akal tidak akan mampu menjawabnya karena akal itu terbatas . Akidah itu mempunyai sifat keyakinan dan kepastian sehingga tidak mungkin ada peluang bagi



seseorang untuk



meragukannya . dan untuk mencapai tingkat keyakinan ini, akidah Islam wajiblah bersumber pada dua warisan tersebut (Al-Qur’an hadits) yang tidak ada keraguan sedikitpun padanya . Dan akal bukanlah bagian dari sumber yang tidak ada keraguan padanya .



Dengan kata lain, untuk menjadi sumber akidah, maka asal dan indikasinya haruslah pasti dan meyakinkan, tidak mengandung sedikitpun keraguan . Jika kita memandang Al-Qur’an dari segi wurud, maka ia adalah pasti lagi meyakinkan karena telah ditulis selagi rasulullah masih hidup dan



7



juga dihafal serta sejumlah besar sahabat yang mustahil mereka sepakat berdusta untuk memalsukannya . dan juga karena itu, tidak pernah timbul perslisihan tentang keshahihan Al-Qur’an dikalangan umat Islam sejak dahulu hingga sekarang .(7) Tidak pernah ada yang berbeda pendapat bahwa Tuhan itu ada, bahwa Tuhan itu satu , bahwa Tuhan itu maha kuasa . Akidah atau iman itu mempunyai peran dan pengaruh dalam hati . Ia mendorong manusia untuk melakukan amalamal yang baik dan membimbing manusia kejalan yang lurus dan benar serta menjaganya untuk tidak tergelincir kedalam lembah kesesatan dan juga menanamkan dalam dirinya kecintaan kepada kebenaran dan kebaikan . Sesungguhnya hidayah Allah hanya diberikan kepada manusia yang hatinya telah dimasuki iman . (8) Allah berfirman dalam surat At-Taghabun/64:11 : . . . ‫ ومنيؤمنباللهيهدقلبه‬. . .(‫ التغابن‬11) “Dan barang siapa yang beriman kepada Allah niscaya Allah akan memberi hidayah kepada hatinya.” Pada hakikatnya, iman yang dalam hati itu atau akidah ibarat nur atau cahaya yang menerangi hati dan sangat diperlukan oleh manusia dalam kehidupannya di dunia. Tanpa cahaya itu hati sangat gelap, sehingga akan sangat mudah orang tergelincir dalam lembah maksiat. Ibarat orang yang berjalan pada waktu malam tanpa lampu atau cahaya, ia akan sangat mudah terperosok ke dalam lobang atau jurang. Demikianlah peranan iman yang merupakan bangunan bawah/fondasi utama dari kepribadian yang kukuh dan selalu mengawal serta membuat hati agar selalu baik dan bersih, sehingga dapat memberi bimbingan bagi manusia ke arah kehidupan yang tenteram dan bahagia.



C. RUANG LINGKUP, KAIDAH, FUNGSI SERTA MANFAAT AQIDAH ISLA 1. Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah



8



Meminjam sistimatika Hasaln al-Banna maka ruang lingkup pembahasan aqidah adalah: 1. Ilahiyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Ilah (Tuhan, Allah) seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat Allah, af’al Allah dan lainnya. 2.



Nubuwat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul, termasuk tentang KitabKitab Allah, mu’jizat, karamat dan lain sebagainya.



3.



Ruhaniyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik seperti Malaikat, Jin, Iblis, Syetan, Roh dan lain sebagainya.



4. Sam’iyyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat Sam’i (dalil naqli berupa Al-Qur’an dan Sunnah) seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, tandatanda kiamat, surga neraka dan lain sebagainya.[9] Di samping sistimatika di atas, pembahasan aqidah bisa juga mengikuti sistimatika arkanul iman (rukun iman) yaitu: 1. Iman Kepada Allah SWT. 2.



Iman Kepada Malaikat (termasuk juga makhluk ruhani lain seperti Jin, Iblis dan Syetan).



3.



Iman Kepada Kitab-Kitab Allah.



4.



Iman Kepada Nabi dan Rasul.



5.



Iman Kepada Hari Akhir.



6.



Iman Kepada Takdir Allah



2. Delapan Kaidah Aqidah 1. Apa yang saya dapat dengan indera saya, saya yakin adanya, kecuali bila akal saya mengatakan “tidak” berdasarkan pengalaman



masa



lalu.



Misalnya, bila saya untuk pertama kali melihat sepotong kayu di dalam gelas berisi air putih kelihatan bengkok, atau melihat



9



genangan air di tengah jalan [fatamorgana], tentu saja saya akan membenarkan hal itu. Tapi bila terbukti kemudian bahwa hasil penglihatan indera saya salah maka untuk kedua kalinya bila saya melihat hal yang sama, akal saya langsung mengatakan bahwa yang saya lihat tidak demikian adanya. 2. Keyakinan, di samping diperoleh dengan menyaksikan langsung, juga bias melalui berita yang diyakini kejujuran si pembawa berita. Banyak hal yang memang tidak atau belum kita saksikan sendiri tapi kita meyakini adanya. Misalnya anda belum pernah ke Thailand, Afrika atau Yaman, tapi anda meyakini bahwa negeri-negeri tersebut ada. Atau tentang fakta sejarah, tentang Daulah Abbasiyah, Umayyah atau tentang kerajaan Majapahit, dan lain-lain, anda meyakini kenyataan sejarah itu berdasarkan berita yang anda terima dari sumber yang anda percaya. 3. Anda tidak berhak memungkiri wujudnya sesuatu, hanya karena anda tidak bisa menjangkaunya dengan indera anda. Kemampuan alat indera memang sangat terbatas. Telinga tidak bisa mendengar suara semut dari jarak dekat sekalipun, mata tidak bisa menyaksikan semut dari jarak jauh. Oleh karena itu, seseorang tidak bisa memungkiri wujudnya sesuatu hanya karena inderanya tidak bisa menyaksikannya. 4. Seseorang hanya bisa menghayalkan sesuatu yang sudah pernah dijangkau Khayal



oleh manusiapun



terbatas.



inderanya. Anda



tidak



akan



bisa



menghayalkan sesuatu yang baru sama sekali. Waktu anda menghayalkan kecantikan seseorang secara fisik, anda akan menggabungkan unsur-unsur kecantikan dari banyak orang yang sudah pernah anda saksikan. 5. Akal hanya bisa menjangkau hal-hal yang terikat dengan ruang dan



waktu.



10



Tatkala mata mengatakan bahwa tiang-tiang listrik berjalan waktu kita menyaksikannya lewat jendela kereta api akal dengan cepat mengoreksinya. Tapi apakah akal bisa memahami dan menjangkau segala sesuatu? Tidak. Karena kemampuan akalpun terbatas. Akal tidak bisa menjangkau sesuatu yang tidak terikat dengan ruang dan waktu. 6. Iman adalah fithrah setiap manusia. Setiap manusia memiliki fithrah mengimani adanya Tuhan. Pada saat seseorang kehilangan harapan untuk hidup, padahal dia masih ingin hidup, fithrahnya akan menuntun dia untuk meminta kepada Tuhan. Misalnya bila anda masuk hutan, dan terperosok ke dalam lubang, pada saat anda kehilangan harapan untuk bisa keluar dari lubang tiu, anda akan berbisik “Oh Tuhan!” 7. Kepuasan materil di dunia sangat terbatas. Manusia tidak akan pernah puas secara materil. Seorang yang belum punya sepeda ingin punya sepeda. Setelah punya sepeda ingin punya motor dan seterusnya sampai mobil, pesawat, dan lain lain. Bila keinginan tercapai maka akan berubah menjadi sesuatu yang “biasa”, tidak ada rasa kepuasan pada keinginan itu. Selalu saja keinginan manusia itu ingin lebih dari apa yang sudah di dapatnya secara materil. Dan keinginan manusia akan dipuaskan secara hakiki di alam sesudah dunia ini. 8. Keyakinan tentang hari akhir adalah konsekuensi logis dari keyakinan tentang adanya Allah. Jika anda beriman kepada Allah, tentu anda beriman dengan segala sifat-sifat Allah, termasuk sifat Allah Maha Adil. Kalau tidak ada kehidupan lain di akhirat, bisakah keadilan Allah itu terlaksana? Bukankah tidak semua penjahat menanggung akibat kejahatannya di dunia ini? Bukankah tidak semua orang yang berbuat baik merasakan hasil kebaikannya?. Bila anda



11



menonton film, ceritanya belum selesai tiba-tiba saja dilayar tertulis kalimat “Tamat”, bagaimana komentar anda? Oleh sebab itu, iman anda dengan Allah menyebabkan anda beriman dengan adanya alam lain sesudah alam dunia ini yaitu Hari Akhir. 3. Fungsi Aqidah Aqidah adalah dasar, fondasi untuk mendirikan bangunan. Semakin tinggi bangunan yang akan didirikan harus semakin kokoh pula fondasi yang dibuat. Kalau fondasinya lemah bangunan itu akan cepat ambruk. Tidak ada bangunan tanpa fondasi.[10] Kalau ajaran Islam kita bagi dalam sistimatika Aqidah Ibadah Akhlak dan Mu’amalat, atau Aqidah Syari’ah dan Akhlak, atau Iman Islam dan Ihsan, maka ketiga/keempat aspek tersebut tidak bisa dipisahkan sama sekali. Satu sama lain saling terkait. Seseorang



yang memiliki



aqidah



yang kuat,



pasti



akan



melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak yang mulia dan bermu’amalat dengan baik. Ibadah seseorang tidak akan diterima oleh Allah swt kalau tidak dilandasi dengan aqidah. Misalnya orang nonmuslim memberi beras kepada seorang yang miskin, amal ibadah orang itu nilainya NOL di hadapan Allah, Allah tidak menerima ibadahnya karena orang itu tidak punya landasan aqidah. Seseorang bisa saja merekayasa untuk terhindar dari kewajiban formal, misalnya zakat, tapi dia tidak akan bisa menghindar dari aqidah. Misalnya, aqidah mewajibkan orang percaya bahwa Tuhan itu cuma satu yaitu Allah, orang yang menuhankan Allah dan sesuatu yang lain [uang misalnya] maka akan kelihatan nanti, tidak bisa ditutup-tutupi, tidak bisa direkayasa. Entah dari bicaranya yang seolah-olah uang telah membantu hidupnya, tanpa uang dia tidak akan nisa hidup, atau dari perilakunya yang satu minggu sekali datang ke pohon besar dan berdoa disitu.



12



Itulah sebabnya kenapa Rasulullah SAW selama 13 tahun periode Mekah memusatkan dakwahnya untuk membangun aqidah yang benar dan kokoh. Sehingga bangunan Islam dengan mudah berdiri di periode Madinah. Dalam dunia nyatapun ternyata modal untuk membangun sebuah bangunan itu lebih besar tertanam di fondasi. Jadi aqidah berfungsi sebagai ruh dari kehidupan agama, tanpa ruh/aqidah maka syari’at/jasad kita tidak ada guna apa-apa. D. ALIRAN AKIDAH ISLAM Aliran Mu’tazilah lahir kurang lebih + 120 H.pada abad permulaan kedua hijriah di kota Basyrah dan mampu bertahan sampai sekarang, karena paham ini mampu menyusup ke dalam masyarakat Islam di Barat dan di Timur



bahkan



sampai



ke



Indonesia.



Pokok-pokok pendirian mu’tazillah setiap orang yang memeluk aliran mu’tazillah diharusan untuk memegang kepada lima ajaran : a. Tauhid (Ke-Esaan) b.



Al-Adlu (Keadilan )



c. . Wal-wal Wa’id (Janji dan Acaman) d.



Al-Manzilah Bainal Manziladaini (tempat diantara dua)



e.



Amar Ma’rup Nahi Munkar (Menyuruh krbaikan dan melarang kejelekan) Ahli sunnah dan jama’ah ini kelihatannya timbul sebagaireaksi terhadap paham-paham glongan mu’tazilah yang telah dijelaskan sebelumnya dan terhadap sikap mereka dalam menyiarkan ajaranajaran itu. Aliran ini terdiri dari beberapa ajaran, diantaranya : 1. Ajaran-Jaran Al-asy’ariyah 2.



Ajaran Maturi



13



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Dalam keseluruhan bangunan Islam, aqidah dapat diibaratkan sebagai fondasi. Di mana seluruh komponen ajaran Islam tegak di atasnya. Aqidah merupakan beberapa prinsip keyakinan. Dengan keyakinan itulah seseorang termotivasi untuk menunaikan kewajiban-kewajiban agamanya. Karena sifatnya keyakinan maka materi aqidah sepenuhnya adalah informasi yang disampaikan oleh Allah Swt. melalui wahyu kepada nabiNya, Muhammad Saw.Pada hakikatnya filsafat dalam bahasan aqidah tetap bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah. Allah menganugerahkan kebijakan dan kecerdasan berfikir kepada manusia untuk mengenal adanya Allah dengan memperhatikan alam sebagai bukti hasil perbuatan-Nya Yang Maha Kuasa. Sumber aqidah Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Akal pikiran tidaklah menjadi sumber aqidah, tetapi hanya berfungsi memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut dan mencoba –kalau diperlukan – membuktikan secara ilmiah kebenaran yang disampaikan Al-Qur’an dan Sunnah. Itupun harus didasari oleh suatu kesadaran bahwa kemampuan akal sangat terbatas. Sesuatu yang terbatas/akal tidak akan mampu menggapai sesuatu yang tidak terbatas. Jadi aqidah berfungsi sebagai ruh dari kehidupan agama, tanpa ruh/aqidah maka syari’at/jasad kita tidak ada guna apa-apa. B. SARAN Semoga apa yang telah kami sajikan tadi dapat diambil intisarinya yang kemudian diamalkan juga semoga berguna bagi kehidupan kita di masa yang akan datang.



14



DAFTAR PUSTAKA



Drs. H. Yunahar Ilyas. Kuliah Aqidah Islam. (Yogyakarta: 1992). h. 1 Al-Banna, Majmu’atu ar-Rasail. Muassasah ar-Risalah Beirut: tanpa tahun. h.165 Al-Jazairy, Aqidah al-Mukmin. (Cairo: 1978). h. 21 Drs. Edi Suresman. A.Md. Aqidah Islam. Malang. IKIP. 1993. Drs. Edu Suresman. Aqidah Islam. (Malang: 1993). h. 1 Ibid. h. 21 Al-Jazairy, Abu Bakar Jabir. Aqidah al-Mukmin. Cairo. Maktabah al-Kulliyat alAzhariyah. 1978. Drs. H. Yunahar Ilyas. Kuliah Aqidah Islam. (Yogyakarta: 1992). h. 6 Dr. Ahmad Daudy, Kuliah Aqidah Islam. Jakarta. Bulan Bintang. 1997



15