Makalah Saraf Lansia [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Fia
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia mengalami berbagai perubahan fisik dan psikologis melalui pertumbuhan dan maturitas. Proses menua pada manusia merupakan suatu peristiwa alamiah yang tak terhindarkan, dan menjadi manusia lanjut usia (lansia) yang sehat merupakan suatu rahmat. Perubahan neurologis bergantung pada faktor genetika, sosio ekonomi, harga diri, dan sosial. Walaupun terdapat beberapa catatan tentang efek penuaan pada system saraf, banyak perubahan dapat diperlambat atau dikurangi melalui suatu gaya hidup sehat. Selain masalah penurunan sistem neurologis masalah yang sering dialami oleh lansia juga adalah masalah penurunan sensoris, yang berhubungan dengan perubahan normal akibat penuaan. Perubahan ini tidak terjadi pada kecepatan yang sama atau pada waktu yang sama atau pada waktu yang sama untuk semua orang dan tidak selalu jelas dan dramatis. Perubahan sensoris dan permasalahan yang dihasilkan mungkin merupakan faktor yang turut berperan paling kuat dalam perubahan gaya hidup yang bergerak kearah ketergantungan yang lebih besar dan persepsi negative tentang kehidupan. Jadi dengan memandang proses penuaan dari prespektif yang luas dapat membimbing kearah strategi yang lebih kreatif untuk melalukan intervensi terhadap lansia. Degeneratif sel pada lansia menyebabkan sistem saraf mengalami perubahan dengan menurunnya berat otak 10-20% sehingga lambat dalam merespon rangsangan. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Penuaan menyebabkan penurunan persepsi sensorik dan respon motorik pada susunan saraf pusat dan penurunan reseptor proprioseptif. Hal ini terjadi karena susunan saraf pusat pada lansia mengalami perubahan morfologis dan biokimia. Struktur dan fungsi sistem saraf berubah dengan bertambahnya usia. Berkurangnya massa otak progresif akibat berkurangnya sel saraf yang tidak bisa diganti (Smeltzer & Suzanne, 2001). 1



Perubahan struktural yang paling terlihat terjadi pada otak itu sendiri, walaupun bagian dari sistem saraf pusat juga terpengaruh perubahan ukuran otak yang diakibatkan oleh atrofi girus dan dilatasi sulkus dan ventrikel otak. Korteks cerebral adalah daerah otak yang paling besar dipengaruhi oleh kehilangan neuron. Penurunan aliran darah cerebral dan penggunaan oksigen dapat pula terjadi dengan penuaan. Memori merupakan bagian integral dari eksistensi manusia. Kita tidak bisa membayangkan seperti apa manusia itu bila kita tidak dapat mengingat masa lalu, tidak dapat memasukkan informasi yang baru saja kita dengar, dan tidak dapat mengingat apa yang akan kita lakukan besok. Sebagian besar dari apa yang kita ketahui dari dunia ini bukan berasal dari saat kita lahir, tetapi kita peroleh dari pengalaman yang tersimpan dalam memori (Darjowidjojo, 2005). Kehilangan memori pada lansia merupakan hal yang membuat stres dan frustasi. Walaupun kehilangan memori bisa disebabkan penyakit otak organik atau depresi, semua hal itu tidak ada hubungannya dengan proses penyakit. Seiring bertambahnya usia, kehilangan short-term memory (mengingat kejadian yang baru saja terjadi) lebih sering terjadi daripada kehilangan long-term memory (mengingat kejadian yang dulu). Untuk menjaga agar penurunan fungsi tidak terjadi secara cepat pada lansia dapat dilakukan pencegahan primer, sebagai salah satu cara dalam memelihara gaya hidup yang sehat, ini merupakan suatu tantangan yang penting bagi perawat dan para professional pelayanan kesehatan lainnya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah adalah 1. Apakah penyebab terjadinya gangguan saraf dan memori pada lansia? 2. Bagaimana perubahan sistem saraf pada lansia 3. Bagaimana masalah yang terjadi akibat perubahan sistem saraf pada lansia C. Tujuan 1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya gangguan saraf dan memori pada lansia. 2



2. Untuk mengetahui perubahan saraf pada lansia 3. Untuk mengetahui masalah yang terjadi akibat perubahan sistem saraf pada lansia D. Manfaat Dapat digunakan sebagai bahan tambahan pengetahuan dalam hal gangguan saraf dan memori pada lansia.



BAB II PEMBAHASAN A. Sistem Saraf Sistem saraf adalah sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa penghantaran impul saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impul saraf dan perintah untuk memberi tanggapan rangsangan. Unit terkecil pelaksanaan kerja sistem saraf adalah sel saraf atau neuron. Sistem saraf sangat berperan dalam iritabilitas tubuh. Iritabilitas memungkinkan makhluk hidup dapat menyesuaikan diri dan menanggapi perubahanperubahan yang terjadi di lingkungannya. Jadi, iritabilitas adalah kemampuan menanggapi rangsangan (Setianto, 2007). Sistem saraf termasuk sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer (sistem saraf tepi). Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang 3



belakang dan sistem saraf perifer terdiri atas sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom. Sistem saraf mempunyai tiga fungsi utama, yaitu menerima informasi dalam bentuk rangsangan atau stimulus; memproses informasi yang diterima; serta memberi tanggapan (respon) terhadap rangsangan (Stanley, 2006). B. Reseptor Sensorik Sebagian besar aktivitas sistem saraf diawali oleh pengalaman sensorik yang berasal dari reseptor sensorik yaitu reseptor visual, reseptor auditorik, reseptor taktil dipermukaan tubuh, atau macam-macam reseptor lainnya. Pengalaman sensorik dapat menimbulkan reaksi segera, atau ingatan ini dapat disimpan dalam otak untuk beberapa menit bahkan sampai beberapa tahun dan selanjutnya dapat membantu menentukan reaksi tubuh di masa datang. Informasi akan masuk ke dalam sistem saraf pusat melalui saraf-saraf perifer dan dihantarkan ke berbagai area sensorik.



1. Pembagian Motorik Peran yang paling penting dari sistem saraf adalah mengatur berbagai aktivitas tubuh, hal ini dapat dicapai melaui penangaturan kontraksi otot rangka seluruh tubuh, kontraksi otot polos organ dalam, dan sekrsi kelenjar ksokrin dan endokrin. Seluruh aktivitas ini disebut fungsi motorik sistem saraf, sedangkan otot dan kelenjar disebut efektor karena otot dan kelenjar bkerja berdasarkan perintah dari sinyal sarafnya. 2. Penyimpanan Informasi – Memori Sebagian kecil dari informasi sensorik yang penting dapat segera menimbulkan impuls motorik, sebagian besar akan disimpan untuk masa datang untuk mengatur aktivitas motorik dan untuk pengolahan berpikir. Sebagian besar penyimpanan ini terjadi di kortek serebri, tetapi regio basal otak dan mungkin 4



juga medula spinalis dapat juga menyimpan sebagian kecil informasi. Penyimpanan informasi ini merupakan suatu proses yang disebut sebagai memori. 3. Macam-macam sinaps – Kimia dan Listrik Sinyal-sinyal saraf dijalarkan dari satu neuron ke nuron lainnya melalui batas antar neuron yang disebut sinaps. Ada dua macam sinaps yaitu sinaps kimia dan sinaps listrik. Pada sinaps kimia



neuron



pertama



yang



menyekresi



bahan



kimia



disebut neurotransmitter dan akan bekerja pada reseptor protein dalam membran neuron berikutnya sehingga neuron tersebut akan



terangsang,



menghambatnya



atau



mengubah



sensitivitasnya dalam berbagai cara. Sampai saat ini ditemukan lebih dari 40 substansi transmiter, beberapa diantaranya adalah asetilkolin, norepinefrin, histamin, GABA, glisin, serotinin dan glutamat. Sebaliknya sinaps listrik ditandai dengan adanya saluran langsung yang menjalarkan aliran listrik dari sel ke sel lainnya. Kebanyakan saluran ini merupakan struktur tubuler protein kecil yang disebut gap junction yang memudahkan pergerakan ionion secara bebas ke bagian-bagian sel. Dalam sistem saraf pusat hanya



ditemukan



sedikit,



sedangkan



pada



otot



viseral



merupakan sarana untuk menjalarkan potensial aksi pada serabut otot. 4. Sensasi Taktil Dan Suhu Sensasi raba umunya disebabkan perangsangan reseptor taktil yang terdapat di kulit dan dalam jaringan tepat di bawah kulit dan dalan jaringan tepat di bawah kulit, sensasi getaran disebabkan oleh adanya perubahan pada jaringan yang lebih dalam, sensasi getaran disebabkan oleh sinyal sensorik yang datang berulang-ulang, tapi beberapa reseptor yang sama



5



digunakan juga untuk rasa raba dan tekan khususnya reseptor yang beradaptasi cepat. Reseptor dingin dan reseptor panas terletak di bawah kulit pada titik-titik yang berbeda dan terpisah-pisah dengan diameter perangsangan kira-kira 1 mm. Gradasi termal dapat dibedakan oleh paling sedikit tiga macam reseptor sensorik: reseptor dingin, hangat dan rasa nyeri. Reseptor rasa nyeri hanya dirangsang oleh gradasi panas atau dingin yang ekstrem. Indera suhu berespon terhadap perubahan suhu di samping dapat berespon terhadap tingkat temperatur yang tetap. 5. Sensasi Somatik Reseptor nyeri yang terdapat di kulit dan jaringan lain semuanya merupakan ujung saraf bebas. Reseptor tersebar luas pada permukaan superfisial kulit dan juga di jaringan dalam tertentu, misalnya periosteum, dinding arteri, permukaan sendi, dan falks serta tentorium tempurung kepala. Sebagian besar jaringan dalam lainnya tak begitu banyak dipersarafi oleh ujung saraf rasa nyeri, namun setiap kerusakan jaringan yang luas dapat saja bergabung sehingga pada daerah tersebut akan timbul tipe rasa nyeri pegal yang lambat dan kronik. Rasa nyeri dapat dirasakan melalui berbagai macam rangsangan. Beberapa zat kimia yang merangsang nyeri meliputi bradikinin, serotinin, histamin, ion kalium, asam, asetilkolin dan enzim proteolitik, prostaglandin dan substansi P. substansi kimia penting untuk perangsangan lambat, jenis rasa nyeri stelah cedera jaringan. (Brunner & Suddarth, 2002; Nugroho, 2000) C. Perubahan Sistem Saraf Pada Lansia Perubahan dari sistem persarafan dapat dipicu oleh gangguan dari stimulasi dan inisiasi terhadap respon dan pertambahan usia. Pada lansia dapat diasumsikan terjadi respon yang lambat yang dapat 6



mengganggu performance dalam beraktivitas. Kualitas performance pada lansia akan menurun disebabkan antara lain oleh motivasi, kesehatan, dan pengaruh lingkungan. Lansia mengalami kemunduran dalam kemampuan mempertahankan posisi mereka dan menghindari kemungkinan jatuh. Kemampuan mempertahankan posisi dipengaruhi oleh tiga fungsi menurut Darmojo & Martono (2004) yaitu: 1. 2. 3.



Keseimbangan (Balance) Postur tubuh Kemampuan berpindah Menurut Brunner & Suddarth (2002), gangguan yang sering muncul pada lansia antara lain 1. Dizziness Sistem saraf pusat mengintegrasi pesan sensorik dari berbagai reseptor untuk menjaga keseimbangan dan pergerakan untuk berinteraksi dengan obyek dan lingkungan. Orang yang tidak dapat menerima



informasi atau



mengalami



kegagalan mengintegrasi



informasi secara tepat dapat mengalami dizziness. Dizziness dapat dikategorikan menjadi: a. Perasaan berputar, biasanya disebut vertigo yaitu perasaan berputar. Biasanya berhubungan dengan gangguan sistem vstibular, berlangsung spontan dapat disertai dengan nausea dan muntah. b. Impending



faint, dizziness menimbulkan



sensasi pandangan



kabur yang biasanya disebabkan kurangnya suplai darah atau nutrisi ke dalam otak, dapat juga timbul pada lansia dengan postural hypotension, dapat disertai dengan dengingan di telinga, gangguan pandangan dan diaporesis. c. Disekuilibrium, kehilangan keseimbangan tanpa abnormal sensasi pada kepala. Terjadi pada orang yang berjalan dan kehilangan keseimbangan saat mereka duduk, biasanya karena gangguan kontrol sistem motorik. d. Vague lightheadedness, biasanya karena memiliki gangguan sensori multipel seperti neuropati periperal,katarak, spondilosis 7



servikal, dapat juga memiliki gangguan gangguan vestibular dan fungsi auditori. 2. Sinkop Sinkop disebabkan karena gangguan pada baroreseptor pada leher atau perubahan pada aliran darah arteri sistemik. Biasanya berhubungan dengan batuk, mikturisi atau hipotensi postural. Sinkop karena batuk biasanya terjadi pada usia pertengahan sampai usia lanjut, terutama pada perokok, empisema dan bronkhitis. Sinkop karena mikturisi karena bendungan urine yang banyak. Sinkop karena hipotensi postural terjadi bila tekanan darah turun sebesar 20 mmHg atau lebih yang terjadi pada saat seseorang secara tiba-tiba bangkit dari posisi berbaring atau duduk. Pada lansia perlu ditekankan untuk bangkit secara perlahan dari tpilet untuk mencegah terjadinya sinkop mikturisi, dan bangkir secara perlahan dari tempat tidur atau kursi untuk menghindari sinkop karena hipotensi postural. 3. Hipotermi dan Hipertermi Lansia memiliki resiko besar untuk mengalami hipotermi atau hipertermi. Hipotermia terjadi bila suhu tubuh mencapai 35oC atau kurang. Banyak penyebab dari hipotermi, biasanya karena terpapar oleh lingkungan. Dapat juga disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik, isolasi sosial, usia karena berkurangnya lapisan lemak dan jaringan



subkutaneus,



gangguan



mekanisme



termoregulasi,



alkoholisme, diabetes, penyakit kariovaskular dan serbrovaskular, dan infeksi. Pada lansia ditandai dengan suhu tubuh turun, kulit dingin dan sianosis, suara serak, dan alur pikir yang lambat. Heat stroke merupakan masalah serius yang sering terjadi pada lansia. Penyebabnya adalah gangguan fungsi termoregulasi yang mengakibatkan peningkatan suhu tubuh karena gangguan pada proses radiasi, konveksi dan evaporasi. Gejala yang timbul biasanya sakit kepala, dizziness,kelemahan, nausea, muntah dan elevasi suhu tubuh 8



hingga 40oC atau lebih. Hipertermi pada lansia biasanya diatasi dengan menggunakan air dingin dan mandi dengan melakukan masase untuk mencegah vasokonstriksi periper. 4. Gangguan tidur Pada umumnya lansia memerlukan waktu yang lama untuk tidur dan sering terbangun pada malam hari. Biasanya disebabkan penurunan kemampuan utuk mencapai tidur yang dalam yang berhubungan dengan beberapa faktor seperti nokturia, ansietas, dan gangguan



psikologis.



Lansia



biasanya



mengalami “light



sleepers” karena gangguan pada saat transisi antara masa tidur dan masa wakefullness. 5. Delirium Delirum



merupakan



gangguan



fungsi



intelektual



karena



kerusakan pada metabolisme otak. Biasanya ditandai dengan menurunnya perhatian, disorganisasi dalam berpikir, disorientasi, gangguan dalam mengingat, gangguan bicara,dan perubahan aktivitas motorik. Keadaan ini dapat jatuh pada keadaan stupor atau koma, misinterpretasi, ilusi atau halusinasi, ansietas, depresi, iritabel, marah apatis dan euporia. Etiologi dari delirum



antara lain gangguan



pemenuhan oksigen, substrat, kofaktor metabolik, penyakit organ seperti otak, keracunan, gangguan keseimbangan cairan, ion, asm basa pada sel saraf. 6. Demensia Merupakan gangguan fungsi intelektual yaitu kehilangan memori dan perubahan kepribadian. Penderita biasanya mengalami gangguan dalam interaksi sosial, memecahkan masalah, mengingat, orientasi dan berperilaku. Karakteristik dari demensia antara lain aphasia, agnosia dan perubahan kepribadian (Stanley, 2006). Salah satu bentuk dari demensia pada lansia yang sering terjadi adalah Azlheimers disease. Penyebab dari penyakit ini belum diketahui. Berbagai penyebab telah diduga, termasuk akibat defek 9



gen,



infeksi,



kesalahan



tubuh



dalam



pembentukan,



protein (khususnya protein amiloid), dan terpapar racun atau faktorfaktor di lingkungan yang menyebabkan perubahan pada sel-sel saraf. Melalui penelitian bertahun-tahun, terjadi berbagai perubahan pada penderita Alzheimer: a. Perubahan di luar 1) Seperti sel saraf yang mati mempengaruhi otak menjadi mengecil 2) Area otak yang sering dipengaruhi adalah area kontrol yang memiliki



banyak



fungsi



sel



memori,



berpikir



logis



dan kepribadian 3) Area lain di otak dapat juga terpengaruh dan menunjuk kerusakan 4) Area tersebut menjadi mengecil, ruang otak yang terisi cairan (ventrikel) menjadi lebar b. Perubahan mikroskopis Struktur mikroskopis tertentu di sel saraf (disebut serabut neurofibril) yang ditulis oleh psikiater Jerman Alois Alzheimer (1864-1915), yang pertama menggambarkan gangguan ini, dan diberi nama seperti namanya. Perubahan mikroskopis lain juga ditemukan pada otak penderita, tetapi pola ini menimbulkan gejala yang tidak diketahui Apapun penyebabnya, Alzheimer diakibatkan kegagalan penyebaran sel-sel saraf. 1) Hubungan dengan pengantar kimia tertentu (substansi yang diperlukan untuk membantu perjalanan pesan melalui otak) akan tampak 2) Sel saraf yang mati sering mengandung pengantar kimia yang disebut asetilkolin



10



3) Tingkat terendah dari enzim kunci (kolin asetil transferase) yang diperlukan untuk pembentukan pengantar kimia yang telah ada di otak penderita Alzheimer 4) Berbagai



usaha



untuk



mengobati



penyakit



ini



dengan



pengobatan medis yang meningkatkan tingkat asetilkolin otak belum ada yang berhasil 5) Tingkatan yang rendah dari pengantar kimia yang lain di otak (seperti serotinin dan norepinefrin) dapat juga mempengaruhi c. Gejala 1) Progresi penyakit ini lambat dan gradual. Alzheimer dapat terjadi tanpa dikeyahui selama bertahun-tahun 2) Gejalanya sering tertutupi oleh pekerjaan dan hubungan dengan teman-teman, keluarga dan rekan kerja 3) Kehilangan memori yang baru biasanya tampak pada awal penyakit ini 4) Masalah berbahasa, berhitung, berpikir abstrak, berpendapat, dan kemampuan membuat keputusan terjadi pada keadaan lanjut penyakit 5) Depresi, cemas, perubahan kepribadian dan ketidak teraturan atau tingkah lakun yang tidak dapat diprediksi dapat timbul 6) Delusi dan halusinasi biasanya muncul pada penyakit yang sudah lanjut d. Diagnosis 1) Diagnosis formal dibutuhkan karena demensia (gangguan mental) dapat ditemukan melalui cara: a) Dilakukannya suatu pemeriksaan klinik b) Tes formal status mental dapat dilakukan. Mini Mental State Examination and Blessed Dementia Scale sebagai contoh. Tes ini sudah distandarisasi dimana anda dapat menjawab pertanyaan yang akan mengetes kemampuan berpikir dan mengingat c) Tes dilakukan oleh neurologis atau neuropsikologis (dokter dan psikologis spesialis gangguan sistem saraf) 2) Seringkali dilakukan CT scan otak, terutama untuk penderita dengan gejala yang baru, dengan gejala yang tidak jelas, gejala 11



dengan progesitas cepat, dengan riwayat trauma kepala, atau yang sudah menjalani tes yang menunjukkan penyebab lain dari gejala 3) Tes laboratorium lain biasanya untuk screen untuk perawatan berbagai penyebab perubahan status mental Penatalaksanaan: e. Self-Care at Home Perawatan rumah difokuskan pada bentuk bantuan dalam aktivitas sehari-hari. Termasuk dengan bantuan tagihan bulanan, membantu dalam berpakaian, atau menyediakan makanan. Beberapa asisten biasanya dibutuhkan dalam beberapa bulan sampai tahun setelah diagnosis, namun hal itu memang diperlukan untuk keamanan penderita pada tahap lanjut penyakit. Pengasuh harus memperhatikan secara dekat perubahan mendadak keadaan mental karena Alzheimer yang menandai adanya penyakit lain yang mungkin lebih berat untuk dikenali. f. Medikasi Alzheimer merupakan penyakit progresif, yang berarti keadaan penderita semakin bertambah parah. Sayangnya tidak ada pengobatan kuratif yang benar-benar berguna. Beberapa obat dapat meningkatkan gejala dan fungsi pada penderita sewaktu-waktu, meskipun tidak membuat proses awal penyakit menjadi progesif. g. Obat-obat yang Disarankan Tacrine (Cognex), donefezil (Aricept), galanthamine (Reminyl), dan rivastigmine (Exelon) disetujui oleh US Food and Drug Administration Alzheimer.



Obat-oabt



(FDA)



untuk



tersebut



iguana



bekerja



oleh



dengan



penderita mencegah



pemecahan acetylcholine, zat kimia yang diperlukan otak untuk berkomunikasi. Donepezil, galanthamine dan rivastigmine secara signifikan lebih digunakan dari pada tacrine karena mempunyai efek samping yang rendah. D. Masalah-masalah Akibat Perubahan Sistem Persarafan Pada Lansia Adapun masalah-masalah perubahan sistem persarafan pada lansia adalah sebagai berikut, yaitu: 12



1. Gangguan pola istirahat tidur Seringkali lansia mengalami



perubahan



pola



tidur



atau



perbandiangan bangun dan pengaturan suhu pada lansia. Keluhan utama pada lansia sebenarnya adalah lebih banyak terbangun pada dini hari dibandingkan dengan gangguan dalam tidur. Gangguan pola tidur dan pengaturan suhu terjadi akibat adanya penurunan pada hypothalamus pada lansia. 2. Gangguan gerak langkah (GAIT) Pada usia lanjut secara fisiologik terdapat perubahan gerak langkah menjadi lebih pendek dengan jarak kedua kaki lebih lebar, rotasi pinggul menurun dan gerak lebih lambat . Keadaan ini sering diperberat oleh gangguan mekanik akibat penyakit yang menyertai, antara lain adanya arthritis, deformasi sendi, kelemahan fokal atau menyeluruh, neuropati, gangguan visual atau vestibuler atau gangguan integrasi di SSP. 3. Gangguan persepsi sensori Perubahan sensorik terjadi pada jalur sistem sensori dimulai dari reseptor hingga ke korteks sensori, merubah transmisi atau informasi sensori. Pada korteks lobus parietal sangat penting dalam interpretasi sensori dengan pengendaian penglihatan, pendengaran, rasa dan regulasi suhu. Hilang atau menurunnya sensori rasa nyeri, temperature dan rabaan dapat menimbulkan masalah pada lansia. 4. Gangguan eliminasi BAB dan BAK Perubahan sistem saraf pada lansia juga sering terjadi pada sistem pencernaan maupun pada sistem urinari. Hal ini disebabkan karena pada lansia terjadi penurunan sistem saraf perifer, dimana lansia menjadi tidak mampu untuk mengontrol pengeluaran BAB maupun BAK, sehingga bisa menimbulkan beberapa masalah, seperti konstipasi, obstipasi, inkontinensia urin, dll. 5. Kerusakan komunikasi verbal Pada lansia sering terjadi kerusakan komunikasi verbal, hal ini disebabkan karena terjadi penurunan atau ketidakmampuan untuk 13



menerima, memproses, mentransmisikan dan menggunakan sistem simbol. Adapun yang menjadi penyebab lain masalah tersebut dikarenakan terjadinya perubahan pada persarafan di sekitar wajah.



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Degeneratif sel pada lansia menyebabkan sistem saraf mengalami perubahan dengan menurunnya berat otak 10-20% sehingga lambat dalam merespon rangsangan. Sehingga menyebabkan penurunan persepsi sensorik dan respon motorik pada susunan saraf pusat dan penurunan reseptor proprioseptif. Hal ini terjadi karena susunan saraf pusat pada lansia mengalami perubahan morfologis dan biokimia. Struktur dan fungsi sistem saraf berubah dengan bertambahnya usia. Berkurangnya massa otak progresif akibat berkurangnya sel saraf yang tidak bisa diganti. 2. Perubahan dari sistem persarafan dapat dipicu oleh gangguan dari stimulasi dan inisiasi terhadap respon dan pertambahan usia. Pada usia lanjut terjadi respon yang lambat sehingga mempengaruhi aktivitas sehari – hari. Hal ini bisa disebabkan karena motivasi, kesehatan dan lingkungan. 3. Masalah yang timbul akibat perubahan saraf lansia antara lain gangguan pola tidur, gangguan gerak langkah, gangguan persepsi sensori, gangguan BAB/ BAK, dan kerusakan komunikasi verbal. B. Saran Menjadi tua atau menua membawa pengaruh serta perubahan menyeluruh baik fisik, sosial, mental, dan moral spiritual, yang keseluruhanya saling kait mengait antara satu bagian dengan bagian yang lainya. Sebaiknya, lansia bisa segera beradaptasi terhadap segala perubahan yang terjadi dalam dirinya. Tenaga kesehatan sebaiknya turut berperan aktif untuk melakukan berbagai pendidikan kesehatan terhadap 14



para lansia, agar mereka mempunyai pengetahuan terhadap perubahan yang terjadi dalam tubuhnya. DAFTAR PUSTAKA Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 3. Jakarta : EGC. Dardjowidjojo, S. 2005. Psikolinguistik Pengantar Pemhaman Bahasa Manusia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Darmojo dan Martono. 2004. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut,. Edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik, Edisi 2. Jakarta : EGC. Setianto, Budi. 2007. Pengetahuan Pelayanan Fisik Usia Lanjutan. National Cardiovascular Center, Volume 6: 2-4. Smeltzer dan Suzanne. 2001. Buku Ajar Medical Bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC. Stanley, M. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.



15