7 0 1 MB
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Tujuan Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah mengetahui dan melaksanakan
asuhan keperawatan perioperatif terhadap Tn. A dengan tindakan Orchidectomy ligasi tinggi dengan Diagnosa Tumor Testis (dextra) sesuai dengan standar keperawatan. Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah melakukan pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun rencana tindakan, melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana asuhan keperawatan dan mengevaluasi tindakan keperawatan pada ibu dengan tindakan Orchidectomy ligasi tinggi dengan Diagnosa Tumor Testis (dextra) sesuai dengan standar keperawatan. C. Ruang Lingkup Dalam Laporan Asuhan Keperawatan Perioperatif ini, kami hanya membahas tentang proses asuhan keperawatan perioperatif (pre, intra dan post) di lingkungan RS Islam Jakarta tentang Sectio Caesarea. D.
Manfaat a.
Bagi Pasien
Dapat mengetahui hasil pemeriksaan sacera lengkap dan diharapkan pasien lebih meningkatkan mutu kesehatan. b.
Bagi Pelayan Kesehatan
Dapat memberikan informasi atau masukan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan khususnya terhadap pengetahuan tentang keperawatan perioperatif pada pasien sectio caesarea. c.
Bagi Mahasiswa Pelatihan
Sebagai penerapan tentang teori yang telah didapat di bangku kuliah dan menambah wawasan serta informasi tentang keperawatan perioperatif tentang sectio caesarea . 1
d.
Bagi Pendidikan
Dapat menambah kepustakaan dan sebagai sumber referensi bagi mahasiswa tentang keperawatan perioperatif sectio caesarea.
E.
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Asuhan Keperawatan Perioperatif, disusun sebagai berikut: a.BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, tujuan, ruang lingkup dan manfaat penulisan, serta sistematika penulisan. b.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang definisi, anatomi, patofisiologi, pemeriksaan penunjang dan askep perioperatif c.BAB III TINJAUAN KASUS Bab ini menjelaskan Proses asuhan Keperawatan dari pre operasi, intra operasi dan post operasi. d.
BAB IV PEMBAHASAN KASUS
Bagian ini berisi pembahasan tentang kasus yang sedang di bahas e.BAB V PENUTUP Pada bab ini berisikan beberapa kesimpulan dan saran.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Definisi Sectio Caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi
pada dinding abdomen dan uterus (Oxorn & William, 2010). Menurut Amru Sofian (2012) Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Amin & Hardhi, 2013). Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan/sebelum inpartu, pada pembukaan 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal lakukan seksio
sesaria. Dapat pula diberikan misoprostol 50 µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. 2.
Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi, dan persalinan di
akhiri : - bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesaria. - bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam. H. Asuhan Keperawatan Perioperatif Perawatan intra operasi di kamar bedah menurut Prawirro (2001), diantaranya: a. Perawatan Pre Operasi: 1. Persiapan Pre Operasi: Pasien sebaiknya tiba di ruang operasi dengan daerah yang akan di operasi sudah dibersihkan (di cukur dan personal hygiene) -
Kateterisasi
-
Informed Consent 16
-
Pendidikan Kesehatan (Penkes) mengenai tindakan yang dilakukan di meja
operasi, seperti anestesi yang digunakan, tindakan yang dilakukan dan lamanya operasi (terlampir) 2.
Perawatan Pre Operasi: -
Menerima Pasien
-
Memerikasa kembali identitas pasien
-
Memerikasa kembali surat persetujuan operasi
-
Pemeriksaan laboratorium darah, rontgen, EKG.
-
Mengganti baju pasien
-
Menilai KU dan TTV
-
Memberikan Pre Medikasi: Mengecek nama pasien sebelum memberikan obat
dan memberikan obat pre medikasi -
Mendorong pasien kekamar tindakan sesuai jenis kasus pembedahan
-
Memindahkan pasien ke meja operasi
3.
Perawatan Intra Operasi -
Melaksanakan orientasi: memberi dukungan mental, menjelaskan tentang
fasilitas di sekitar meja operasi,serta mengenalkan pasien kepada ahli anestesi, dokter ahli, dokter asisten, perawat instrument. -
Memasang
alat-alat
pemantau
hemodinamik(infus,
kateter,
alat
monitoring,EKG) -
Mengatur posisi pasien.
-
Menyiapkan bahan atau alat untuk desinfeksi daerah pembedahan
-
Memasang selang section
-
Memasang drapping
-
Membantu pelaksanaan tindakan
-
Memeriksa kelengkapan instrument
-
Mengumpulkan dan menyiapkan bahan pemeriksaan: Menyiapkan label,
menyiapkan tempat, menyiapkan formulir pemeriksaan. 17
4.
Menutup luka dengan kasa steril kemudian diplester Perawatan Post Operasi:
-
Setelah luka operasi ditutup kemudian memindahkan pasien ke ruang
pemulihan. -
Pengaturan posisi pasien di ruang pemulihan.
-
Memeriksa pipa-pipa yang terpasang untuk memastikan apakah masih
berfungsi dengan baik atau tidak -
Memeriksa TTV secara berkala sampai pasien sadar sepenuhnya setiap 15
menit atau paling tidak dalam 1 atau 2 jam. -
Memeriksa dan mencatat masukan dan keluaran cairan.
-
Menganjurkan pasien untuk nafas dalam jika pasien tidak berkemih dalam 12
jam setelah operasi. -
Memeriksa balutan opeasi.
-
Mencatat setiap keadaan pasien dan seluruh obat yang diberikan pada status
pasien. b. Diagnosa yang sering muncul 1. 2.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan, efek
anestesi, efek hormonal, distensi kandung kemih (Doenges, 2001). 3.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan adanya insisi pembedahan dan nyeri
berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan sekunder akibat pembedahan (Doenges, 2001). 4.
Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh terhadap
bakteri sekunder pembedahan (Carpenito, 2006). 5.
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
6.
Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah dalam 18
pembedaran (Doenges, 2001). 7.
Gangguan eliminasi BAB : Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus
otot sekunder terhadap anestesi, kurang masukan, nyeri perineal / rektal (Doenges, 2001).
BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian 1. Identitas OS Nama : Ny. T Umur : 24 Tahun No RM : 01025348 2. Kesadaran : Compos Mentis 3. Status Psikososial : Cemas dan Ekspresi wajah tegang 4. Tanda-Tanda Vital TD : 110/70 mm/Hg Nadi : 84 x/mnt Suhu : 36,0 oC Pernafasan : 20 x/mnt 5. BB dan TB : 62 kg dan 159 cm 6. Riwayat Penyakit : Tidak ada riwayat penyakit asma dan tidak ada Alergi 7. Diagnosa : Ketuban Pecah Dini 8. Tindakan : Sectio Caesarea 9. Operator :dr. Taskiroh 10. Informed Consent : Sudah ada dan lengkap 11. Laboratorium : Pemeriksaan
H a s i
Satuan
Nilai Normal 19
l 11.4
g/dL
11.7 - 15.5
12.71
103/µL
3.60 - 11.0
Hematokrit
33
%
35 - 47
Trombosit
272
103/µL
150 - 440
IVY
3.00
Menit
1.00 - 3.00
Pembekuan
5.00
Menit
4.00 - 6.00
Hemoglobbin Leukosit
B. Pre-Operasi 1. Analisa Data Hari/ Tgl/ jam
Data Fokus
04-10-2019
DS:
09.10 WIB
Ps mengatakan cemas akan
Etiologi krisis situasi, akan dilakukan
dilakukan pembedahan (operasi SC)
Proble m Ansieta s
tindakan operasi
DO : Wajah Pasien tampak tegang, tampak berdoa TD
: 110/70 mmHg
RR
: 20 x/mnt,
Nadi : 84 x/mnt S
: 36.0o C
2. Diagnosa Keperawatan Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan/ancaman kematian 3. Rencana Keperawatan
No
Dx Kep
Tujuan dan Kriteria Hasil
1 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan dengan tindakan
tindakan keperawatan ,
pembedahan/ancaman pasien : kematian
-
Ansietas pasien
Intervensi a. Kaji tingkat kecemasan pasien b. Jelaskan informasi tentang prosedur, sensasi yang biasanya dirasakan ketika 20
berkurang/menunjuk kan pengendalian diri terhadap ansietas
operasi. c. Berikan informasi yang faktual terkait diagnosis dan
setelah dilakukan
tindakan operasi yang
tindakan
dilakukan d. Intruksikan pasien untuk menggunakan teknik nafas dalam e. Menstimulasi lingkungan yang nyaman agar pasien tenang
4.
Implementasi Keperawatan Tgl/jam
04-10- 2019 09.15 WIB
Implementsi -Mengkaji tingkat kecemasan pasien -monitor TTV Menjelaskan informasi tentang prosedur ketika operasi Memberikan informasi yang faktual terkait diagnosis dan tindakan operasi yang dilakukan
04-10- 2019 09.17 WIB
Mengintruksikan pasien untuk nafas dalam Menganjurkan klien untuk berdoa
5. S O
Evaluasi : Pasien mengatakan mengerti prosedur dan siap untuk operasi : Wajah tampak tenang, TD : 110/70 mm/Hg Nadi : 84 x/mnt Suhu : 36,0 oC Pernafasan : 20 x/mnt
A
: Masalah Teratasi
P
: Hentikan Intervensi 21
C. Intra Operasi 1. Persiapan Operasi Anamnesa
: Pasien mengatakan mengantuk
A (Airway)
: Tidak ada sumbatan jalan nafas
B (Breathing)
: Suara nafas vesikuler, RR 20 x/menit
C (Circulation)
: Tidak ada sianosis, CRT 3 detik, TD 112/74 mmHg, N: 85 x/m, perdarahan ± 400 cc
Waktu Operasi: 10.05 wib – 10.45 wib Posisi
: Supinasi
Jenis anestesi
: Spinal anestesi
Pelaksanaan Asisten/Instrumen No.
Tindakan
1.
Desinfeksi ( iodine)
2.
Drapping
3.
Pemasangan selang suction dan ESU ( Pen Couter)
4.
Pemberian alcohol 70%
5.
Cek Efektifitas anastesi
5.
Insisi area operasi, arah insisi vertical (kutis – subkutis ) Pembukaan Fasia dan pemisahan dengan Otot Pembukaan untuk Peritonium
Peralatan yang Disiapkan Kom, iodine, sponge holding forceps, kassa Laken operasi bawah, laken operasi bawah,laken kecil 2 ,serta duk klem 6 Selang suction dan ESU di sesuaikan dengan posisi dan panjang, lalu di ikat dan di fiksasi dengan duk klem Kassa + alcohol 70% Berikan pinset sirugis pada operator Blade 20, kasa steril, pinset cirurgis, Pen couter, hak kecil Kocher 2 dan gunting Klem Bengkok 2 dan berikan gunting 22
Insisi uterus
6.
Selapus ketuban Pengambilan bayi dan pemotongan plasenta.
7. 8.
Pengambilan plasenta Pemasangan klem diarea insisi uterus
9. 10.
Hecting Uterus
11.
Hecting Uterus Double Cek pendarahan dan proses pencucian
2.
12.
Hecting peritoneum
13.
Hecting otot
14.
Hecting fasia
15.
Hecting subcutis
16.
Hecting Subkutikuler
17.
Desinfeksi area jahitan
18
Penutupan area operasi
19.
Pemasangan gurita dan pembalut, serta pemindahan pasien ke ruang RR
abdomen retractor ,Blade 20, dan suction Jika Selaput masih utuh berikan pinset sirugis Berikan Forceps, lalu suction mulut bayi, setelah itu berikan Kocher atau klem lurus 2 serta gunting jaringan. Bengkok, suction Pencer Klem 4 dan kassa Nallpuder, jarum, benang Polysob 1.0 , pinset sirugis,gunting, kasa. Benang Chromic (2/0), nalpuder, jarum, gunting, kasa Depper ( Kohel tang + kassa) ,Aqua Steril , Suction dan Kassa Klem bengkok 4, nalpuder, jarum, chromic (2/0), pinset, gunting, kasa Nalpuder, jarum, chromic (2/0), gunting, kasa Kocher 2, nalpuder,jarum, polysob 1.0, pinset sirugis, gunting, Kassa Nalpuder, jarum, chromic (2/0), Pinset Sirugis,gunting, kassa Nalpuder, jarum,Monosyn 3/0, pinset sirugis, Gunting, kasa Betadine, kassa, kom Framycetin Sulfate, kassa kering 2, hipafix Gurita, Pembalut 3 atau diapers, Bed
Analisa Data
Tgl/ Jam
Data Fokus
Etiologi
Problem
23
04-10-2019
DS: -
10.05 WIB
Proses Pembedah an
DO:
Resiko Infeksi
Adanya luka insisi vertical di abdomen ± 12 cm, perdarahan ± 400 cc, TD 112/74 mmHg, N 85x/m, RR 20x/m,
3. Diagnosa Keperawatan Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invasive 4.
No 1
Rencana Keperawatan
Dx Kep Resiko Infeksi
Tujuan dan Kriteria Hasil Setelah dilakukan
berhubungan dengan tindakan keperawatan prosedur invasive
pasien : -
5.
Tidak terjadi Infeksi
Intervensi 1. Kaji Faktor-faktor yang berisiko menyebabkan infeksi 2. Pertahankan teknik aseptic dan antiseptic 3. Pastikan kadaluarsa alat dan bahan sebelum digunakan 4. Pastikan operator, asisten dan perawat instrument melakukan scrubbing, gowning dan goving sesuai prosedur 5. Pastikan pemberian profilaksis maksimal 30-60 menit sebelum operasi 6. Siapkan lokasi operasi menurut prosedur khusus 7. Tutup luka operasi dengan pembalut yang steril
Implementasi Keperawatan Tgl/jam 04-10- 2019
Implementsi Mempertahankan teknik septic dan antiseptic
10.19 WIB Sudah memastikan alat dan bahan tidak ada yang kadaluarsa
24
Menutup luka dengan kassa steril
6. S O
Evaluasi : : Teknik Aseptic dan Antiseptic di pertahankan
A
: Masalah Teratasi
P
: Hentikan Intervensi
D. Post Operasi 1. Analisa Data No 1
Hari/tgl/jam
Data fokus
Etiologi
Masalah
Efek
Resiko
anestes
Cidera
04-10- 2019 DS: 10.45 WIB
Pasien mengatakan lemas
i
DO: Pasien tampak pucat, adanya luka insisi vertikal ± 12 cm, masih ada efek enestesi, pasien belum mampu duduk RR 20 x/m, TD 110/70 mmHg, N : 80 x/m
2. Diagnosa Keperawatan Risiko Cedera / jatuh berhubungan dengan efek pembiusan (General Anastesi) 3.
No 1
Rencana Keperawatan
Dx Kep
Tujuan dan Kriteria Hasil
Risiko Cedera / jatuh Setelah dilakukan berhubungan dengan tindakan keperawatan efek pembiusan
pasien :
Intervensi 1. Kaji factor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya cedera 2. Siapkan Peralatan dan bantalan 25
(General Anastesi)
-
Pasien aman setelah
untuk posisi yang di butuhkan
pembedahan
sesuai prosedur operasi 3. Stabilkan temoat tidur pasien pada waktu pemindahan pasien 4. Pasang pengaman tempat tidur 5. Kolaborasi perubahan posisi pada ahli anastesi atau dokter bedah sesuai kebutuhan
4.
Implementasi Keperawatan Tgl/jam
Implementsi Sudah menyiapkan bantalan untuk menyiapkan posisi aman
04-10- 2019 09.50 WIB
Tempat tidur di pastikan sudah terkunci dan pengaman tempat tidur sudah terpasang Kolaborasikan perubahan posisi dengan dokter anestesi
5.
Evaluasi
S
: Pasien mengatakan lemas
O
: Tampak terpasang pengaman tempat tidur
A
: Masalah Teratasi Sebagian
P
: Lanjutkan Intervensi
26
BAB IV PEMBAHASAN
A.
Pengkajian Pengkajian adalah tahap awal untuk melakukan suatu keperawatan yang
berguna untuk mengumpulkan data sebagai dasar untuk mengetahui kebutuhan klien sehingga dapat menentukan asuhan keperawatan yang akan dilakukan. Dalam pengumpulan data kami menggunakan metode wawancara atau Tanya jawab dengan keluarga pasien dan klien serta observasi dengan menggunakan pemeriksaan fisik dan menggunakan studi dokumentasi pada status pasien. Pada pemerikasaan, kami menemukan indikasi khas yang sesuai dengan teoritis yaitu: pemeriksaan jumlah ketuban yang sudah berkurang .
B.
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tinjauan pustaka asuhan keperawatan pada
kasus SC kami
mendapat hasil diagnosa keperawatan yaitu : 1.
Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan/ancaman kematian
2.
Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
3.
Risiko Cedera / jatuh berhubungan dengan efek pembiusan (General
Anastesi) C.
Intervensi Keperawatan Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan
sesuai dengan kriterianya, maka kami membuat rencana berdasarkan acuan pada tinjauan teoritis yang ada pada tinjauan pustaka, rencana tindakan di buat selama proses pembedahan dari mulai pasien masuk ke ruang induksi sampai pasien keluar dari ruang RR. Dari diagnosa ini intervensi dapat diterapkan pada kasus 27
karena berkat kerjasama yang baik antara perawat, keluarga, dan klien. Dalam menyusun tindakan yang akan dilakukan ini disesuaikan dengan diagnosa yang ditemukan sehingga mendapatkan tujuan yang diinginkan. Pada intra operasi balance cairan sangat di monitor demi mempertahankan status cairan, karena pada saat operasi berlangsung perdarahan yang terjadi ± 400 cc. Setelah selesai operasi yang berjalan ± 40 menit berlangsung klien dipindahkan ke ruang RR (recovery room), disini pasien dinilai apakah sudah boleh dipindahkan dan dirawat di bangsal dengan cek respon pasien melalui Bromage Score. Dimana nilai normal untuk bromage score < 2.
D.
Implementasi dan Evaluasi Implementasi dilakukan berdasarkan diagnosa dan rencana keperawatan
dan sekaligus dilakukan evaluasi tindakan
28
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Wiknjosastro, 2005). Sebelum pasien dilakukan tindakan operasi perlu dipersiapkan beberapa hal antara lain kesiapan dari pasien ( fisik, mental dan spiritual ), informed consent, surat ijin operasi, dan pemeriksaan penunjang yang mendukung tindakan 29
operasi. Sesampainya di ruang operasi pasien akan dilakukan tindakan anestesi terlebih dahulu sebelum operasi SC. Pada saat operasi berlangsung perlu diperhatikan untuk TTV pada bed side monitor, cairan dan perdarahan yang terjadi sebagai indikator apakah keadaan pasien baik-baik saja atau tidak. Operasi SC selesai pasien akan dipindahkan ke RR (recovery room), sampai pasien diperbolehkan untuk dirawat di bangsal perlu dikaji untuk pengetahuan pasien mengenai efek anestesi dan kapan diperbolehkan aktifitas kembali serta makan dan minum.
B.
SARAN 1.
Sebaiknya si ibu mengkonsumsi makanan yang tinggi protein hewani
untuk mempercepat proses penyembuhan luka. 2.
Kepada perawat agar lebih memfokuskan kesiapan psikis
pasien dengan riwayat operasi SC untuk yang pertama kali, semua hal yang diperlukan untuk pasien diterangkan secara transparan untuk mengurangi kecemasan pasien dan keluarga. 3.
Perhatikan penggunaan terapi obat untuk kasus operasi SC khususnya
pada pemberian anestesi, disarankan agar diberikan anestesi lokal spinal pada lumbal 4&5 untuk meminimalisir efek samping pada bayi.
30
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Kembar. Dalam : Wikipedia Indonesia, 2015. Available at URL Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD. Kehamilan multijanin.2006. Dalam: Hartono A, Suyono YJ, Pendit BU (alih bahasa). Obstetri Williams. Volume 1 edisi 21. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC, . h. 852-897 Nanda, 2001, Nursing Diagnoses : Definition and Classification 2001-2002, Philadelphia. Potter & Perry, 1999, Fundamental of Nursing ke Depan, EGC, Jakarta. Prawirro, Sarwono. 2001. Pelayanan Kesehatan Maternal dan neonatal. EGC, Jakarta Price & Wilson,1995, Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, EGC, Jakarta Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner dan Suddarth. EGC; Jakarta. Wiknjosastro. 2005. Buku saku Keperawatan Pediatri, EGC, Jakarta Prawirohardjo, Sarwono.(2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T Bina Pustaka. Sarwono Prawirohardjo. Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Manuaba, I.A.C., Manuaba, I.B.G.F. 2009. Keluarga Berencana. Dalam: Manuaba, I.A.C., Manuaba, I.B.G.F. (eds). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta: EGC, 235-238.
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA KASUS SECTIO CAESAREA
Oleh : FANI MAULITA NABILA FITRAH CANIAGO
RS ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH