Makalah Sindrom Nefrotik [PDF]

  • Author / Uploaded
  • fancy
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR................................................................................... 2 BAB I...................................................................................................... 3 PENDAHULUAN....................................................................................... 3 1.1



Latar Belakang............................................................................... 3



1.2



Rumusan Masalah...........................................................................4



1.3



Tujuan......................................................................................... 4



1.4



Manfaat........................................................................................ 4



BAB II..................................................................................................... 5 STUDI LITERATUR.................................................................................... 5 2.1



Definisi........................................................................................ 5



2.2



Etiologi........................................................................................ 6



2.3



Klasifikasi..................................................................................... 8



2.4



Patofisiologi.................................................................................. 8



2.5



Manifestasi Klinis...........................................................................9



2.6



Pemeriksaan Diagnostik..................................................................10



2.7



Penatalaksanaan........................................................................... 11



2.8



Prognosis.................................................................................... 16



2.9



Web of Caution (WOC)..................................................................16



BAB III.................................................................................................. 17 ASUHAN KEPERAWATAN........................................................................17 3.1



Pengkajian.................................................................................. 17



3.2



Diagnosa Keperawatan...................................................................18



3.3



Intervensi.................................................................................... 19



3.4



Pendidikan Kesehatan Terpilih..........................................................23



BAB IV.................................................................................................. 24 ANALISA ARTIKEL JURNAL.....................................................................24 BAB V................................................................................................... 26 PENUTUP............................................................................................... 26 5.1



Simpulan.................................................................................... 26



5.2



Saran......................................................................................... 26



Daftar Pustaka.......................................................................................... 27



1



KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala kebesaran dan nikmat hidayah yang telah diberikan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang sindrom nefrotik ini dengan lancar. Penyusunan Makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah sistem perkemihan dan sebagai sarana untuk menambah pengetahuan serta wawasan. Makalah ini masih memiliki kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami memohon maaf atas kekurangan tersebut. Juga senantiasa membuka tangan untuk menerima kritik dan saran yang membangun agar kelak kami bisa berkarya lebih baik lagi. Harapan kami semoga karya kecil ini bisa bermanfaat bagi kita semua S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surabaya.



1 April 2016



2



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Sindrom nefrotik merupakan salah satu penyakit ginjal yang sering dijumpai pada masa kanak-kanak. Menurut kepustakaan di Amerika Serikat dan Eropa, insiden sindrom nefrotik pada anak berkisar antara 1-3 kasus baru dari setiap 100.000 anak dibawah 16 tahun setiap tahunnya, dengan prevalensi kumulatif sebesar 16 kasus per 100.000 anak. Di negara berkembang angka kejadian sindrom nefrotik pada anak lebih tinggi daripada di negara maju. Di Indonesia Willa Wirya (Jakarta) memastikan adanya 6 orang anak menderita sindrom nefrotik di antara 100.000 anak yang berusia di bawah 14 tahun per tahun. Insidens lebih tinggi pada laki-laki dari pada perempuan. Mortalitas dan prognosis anak dengan sindrom nefrotik bervariasi berdasarkan etiologi, berat, luas kerusakan ginjal, usia anak, kondisi yang mendasari, dan responnya trerhadap pengobatan. Sindrom nefrotik jarang menyerang anak dibawah usia 1 tahun. Sindrom nefrotik perubahan minimal ( SNPM ) menacakup 60 – 90 % dari semua kasus sindrom nefrotik pada anak. Angka mortalitas dari SNPM telah menurun dari 50 % menjadi 5 % dengan majunya terapi dan pemberian steroid. Bayi dengan sindrom nefrotik tipe finlandia adalah calon untuk nefrektomi bilateral dan transplantasi ginjal. Semua penyakit yang mengubah fungsi glomerulus sehingga mengakibatkan kebocoran protein (khususnya albumin) ke dalam ruang Bowman akan menyebabkan terjadinya sindrom ini. Etiologi SN secara garis



besar



dapat



dibagi



3,



yaitu



kongenital,



glomerulopati



primer/idiopatik, dan sekunder mengikuti penyakit sistemik seperti pada purpura Henoch-Schonlein dan lupus eritematosus sitemik. Sindrom nefrotik pada tahun pertama kehidupan, terlebih pada bayi berusia kurang



3



dari 6 bulan, merupakan kelainan kongenital (umumnya herediter) dan mempunyai prognosis buruk. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah studi literatur tentang penyakit Sindrom Nefrotik? 2. Bagaimanakah asuhan keperawatan tentang penyakit Sindrom Nefrotik? 3. Bagaimanakah analisis artikel jurnal terkait dengan intervensi? 1.3 Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui dan menganalisa asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa Sindrom Nefrotik 2. Tujuan Khusus  Mengetahui studi literatur tentang penyakit Sindrom Nefrotik  Mengetahui dan menganalisa asuhan keperawatan tentang 



Sindrom Nefrotik Menganalisis artikel jurnal terkait dengan intervensi



1.4 Manfaat 1. Bagi Institusi Menilai/mengevaluasi sejauh mana pemahaman mahasiswa dalam memahami ilmu yang telah diberikan khususnya dalam melaksanakan proses keperawatan dan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya terutama yang berkaitan dengan asuhan keperawatan dengan infertilitas. 2. Bagi Mahasiswa Mahasiswa dapat memahami dan menganalisa asuhan keperawatan dengan infertilisasi.



BAB II STUDI LITERATUR



4



2.1 Definisi Sindrom



nefrotik



adalah



penyakit



dengan



gejala



edema,



hipoalbuminemia, dan hiperkolesterolemia. Kadang- kadang terdapat hematuria, hipertensi, dan penurunan fungsi ginjal (Soemyarso, 2014). Sindrom nefrotik adalah penyakit denagn gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia



dan



hiperkolesterolemia,



kadang-kadang



terdapat



hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal (Ngastiyah, 2005). Sindroma nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma yang menimbulkan proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema (Betz, Cecily dan Sowden, Linda, 2002) Sindroma nefrotik merupakan sekumpulan gejala yang terdiri atas proteinuria masif (lebih dari 50 mg/kg BB/24 jam). Hipoalbuminemia (kurang dari 2,5 gram/100ml). Yang disertai atau tidak disertai denagn edema dan hiperkolesterolemia (Rauf, 2002). Sindrom nefrotik merupakan



gangguan



klinis



ditandai



oleh



peningkatan protein, penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia), edema dan serum kolesterol yang tinggi dan lipoprotein densitas rendah (hiperlipidemia). (Brunner & Suddarth, 2001). Nefrotik sindrom merupakan kelainan klinis yang ditandai dengan proteinuria, hipoalbuminemia, edema, dan hiperkolesterolmia. (Baughman, 2000) Dapat disimpulkan bahwa sindrom nefrotik adalah sekumpulan gejala klinis yang disebabkan oleh hilangnya permeabilitas glomerulus terhadap protein yang ditandai dengan empat gejala khas yaitu priteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema.



2.2 Etiologi Menurut Ngastiyah, 2005, etiologi sindrom nefrotik dibagi menjadi : 1. Sindrom Nefrotik Bawaan Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal. Resisten terhadap semua pengobatan. Gejala: edema pada masa neonatus. Pernah dicoba pencangkokan ginjal pada neonatus tetapi



5



tidak berhasil. Prognosis buruk dan biasanya pasien meninggal dalam bulan-bulan pertama kehidupannya. 2. Sindrom Nefrotik Sekunder Disebabkan oleh:  Penyakit kolagen seperti lupus eritematosus sistemik  Glomerulonefritis akut atau glomerulonefritis kronik, trombosis 



vena renalis Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam







emas, sengatan lebah, racun oak, air raksa Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia,



nefritis



membranoproliferatif hipokomplementemik. 3. Sindrom Nefrotik Idiopatik atau Primer (Tidak diketahui sebabnya atau juga disebut SN primer). Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal dengan pemeriksaan mikroskop biasa dan mikroskop elektron, Churg dkk. membagi dalam 4 golongan yaitu: a. Kelainan minimal Dengan mikroskop biasa glomerulus tampak normal, sedangkan dengan mikroskop elektron tampak foot prosessus sel epitel berpadu. Dengan cara imunofluoresensi ternyata tidak terdapat IgG atau imunoglobulin beta-1C pada dinding kapiler glomerulus. Golongan ini lebih banyak terdapat pada anak daripada orang dewasa, prognosis lebih baik dibandingkan dengan golongan lain.



b. Nefropati membranosa Semua glomerulus menunjukkan penebalan dinding kapiler yang tersebar tanpa poliferasi sel. Tidak sering ditemukan pada anak. Prognosis kurang baik. c. Glomerulonefritis proliferatif  Glomerulonefritis proliferatif



eksudatif



difus



terdapat



poliferasi sel mesangial dan infiltrasi sel polimorfonukleus. Pembengkakan sitoplasma endotel yang menyebabkan kapiler tersumbat. Kelainan ini sering ditemukan pada nefritis yang timbul setelah infeksi dengan Streptococcus yang berjalan progresif dan pada sindrom nefrotik. Prognosis jarang baik, 6



tetapi



kadang-kadang



terdapat



penyembuhan



setelah







pengobatan yang lama. Dengan penebalan batang lobular (lobular stalk thickening) Terdapat proliferasi sel mesangial yang tersebar dan penebalan







batang lobular. Dengan bulan sabit (crescent) Didapatkan proliferasi sel mesangial dan proliferasi sel epitel







sampai (kapsular) dan viseral. Prognosis buruk. Glomerulonefritis membranoproliferatif Poliferasi sel mesangial dan penempatan fibrin yang menyerupai membran basalis di mesangium. Titer globulin



beta-1C atau beta-1A rendah. Prognosis tidak baik.  Lain-lain perubahan proliferasi yang tidak khas. 4. Glomerulosklerosis Fokal Segmental Pada kelainan ini yang mencolok sklerosis glomerulus. Sering disertai atrofi tubulus. Prognosis buruk.



2.3 Klasifikasi Whaley dan Wong (1999 : 1385) membagi tipe-tipe sindrom nefrotik: 1. Sindrom Nefrotik Lesi Minimal ( MCNS : minimal change nephrotic syndrome). Kondisi yang sering menyebabkan sindrom nefrotik pada anak usia sekolah. Anak dengan sindrom nefrotik ini, pada biopsi ginjalnya terlihat hampir normal bila dilihat dengan mikroskop cahaya. 2. Sindrom Nefrotik Sekunder Terjadi selama perjalanan penyakit vaskuler seperti lupus eritematosus sistemik, purpura anafilaktik, glomerulonefritis, infeksi system endokarditis, bakterialis dan neoplasma limfoproliferatif. 3. Sindrom Nefrotik Kongenital Faktor herediter sindrom nefrotik disebabkan oleh gen resesif autosomal. Bayi yang terkena sindrom nefrotik, usia gestasinya pendek dan gejala awalnya adalah edema dan proteinuria. Penyakit ini resisten terhadap semua pengobatan dan kematian dapat terjadi pada tahunyahun pertama kehidupan bayi jika tidak dilakukan dialysis.



7



2.4 Patofisiologi Sindroma nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma yang menimbulkan proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema. Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Lanjutan dari proteinuria menyababkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga cairan intravaskuler berpindah ke dalam interstisial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hypovolemi. Karena terjadi penurunan aliran darah ke renal, maka ginjal akan melakukan kompensasi denagn merangsang produksi renin-angiotensin dan peningkatan sekresi anti diuretic hormone (ADH) dan sekresi aldosteron yang kemudian terjadi retensi natrium dan air, denagn retensi natrium dan air akan menyebabkan edema (Betz C, 2002). Membran glomerulus yang normalnya impermiabel terhadap albumin dan protein lain menjadi permiabel terhadap protein terutama albumin, yang melewati membran dan ikut keluar bersama urin (hiperalbuminemia). Hal ini menurunkan kadar albumin (hipoalbuminemia), menurunkan tekanan onkotik koloid dalam kapiler mengakibatkan akumulasi cairan di interstisial (edema) dan pembengkakan tubuh, biasanya pada abdominal (acites). Berpindahnya cairan plasma ke interstisial menurunkan volume cairan vaskuler (hypovolemia), yang mengaktifkan stimulasi sistem renin-angiotensin dan sekresi ADH serta aldosteron. Reabsorbsi tubulus terhadap air dan sodium meningkatkan volume intravaskuler (Donna L Wong, 2004). 2.5 Manifestasi Klinis Sindrom nefrotik ditegakkan berdasarkan 4 gejala klinik yang khas, yaitu : 1. Proteinuria masif atau proteinuria nefrotik Dalam urin terdapat protein ≥40 mg/m 2/jam, atau >50 mg/kg/24jam, atau rasio albumin/kreatinin urin sewaktu >2 mg/mg, atau dipstik ≥2+.



8



Proteinuria pada sindrom nefrotik kelainan minimal relatif selektif, yang terbentuk terutama oleh albumin. 2. Hipoalbuminemia Albumin serum < 2,5 g/dl. Kadar albumin plasma normal pada anak denagn gizi baik berkisar antara 3,6-4,4 g/dl. Retensi cairan dean sembab akan mulai tampak bila kadar albumin plasma kurang dari 2,53,0 g/dl, tetapi sering sekali kadar albumin plasma jauh di bawah kadar tersebut. 3. Edema Edema merupakan manifestasi klinis utama yang mudah terlihat oleh orang tua dan keluarga penderita. Akibat meningkatnya permeabilitas kapiler glomerulus, albumin terlepas ke dalam urin sehingga menimbulkan albuminuria masif dengan akibat hipoalbuminemia. Hipoalbuminemia menyebabkan turunnya tekanan onkotik plasma intravaskuler. Hal tersebut mendorong terjadinya ekstravasasi cairan melintasi didnding kapiler, terlepas dari ruang intravaskuler masuk ke ruang interstisial yang menyebabkan timbulnua edema. Diawali dengan edema disekitar mata dan wajah yang sering disangka alergi, konjungtivitis, gondong atau infeksi gigi. Dalam beberapa hari kemudian, bengkak secara berangsur semakin menghebat dan menjalar kearah tungkai dan perut. 4. Hiperlipidemia Penderita sindrom nefrotik idiopatik mengalami hiperkolesterolemia (kolesterol serum lebih dari 200 mg/dl), yang tampak lebih nyata pada sindrom nefrotik kelainan minimal. Umumnya terdapat korelasi terbalik antara kadar albumin serum dan kolesterol. Apabila albumin serum kembali normal, baik secara spontan ataupun dengan pemberian albumin, kadar lipid akan juga kembali normal. Lipid dapat ditemukan di dalam urin dalam bentuk oval fat bodies. Gejala lain yang menyertai : 1. Perubahan urin (penurunan volume, berbau buah, gelap) 2. Pembengkakan abdomen (asites) 3. Kesulitan pernapasan (efusi pleura) 4. Mudah lelah 5. Hipertensi 6. Anoreksia, mual dan muntah



9



2.6 Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan diagnostik pada sindrom nefrotik menurut Benz, Cecily L, 2002 : 1. Uji Urin a. Protein urin  >3,5 g/1,73 m2 luas permukaan tubuh/hari b. Urinalisa  cast hialin dan granular, hematuria c. Dipstick urin  positif untuk protein dan darah d. Berat jenis urin  meningkat (normal: 285 mOsmol) 2. Uji Darah a. Albumin serum  3,5 g/hari, hipoalbuminemia, edema, dan hiperlipidemia. Manifestasi dari keempat kondisi tersebut yang sangat merusak membran kapiler glomerulus dan menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus. Etiologi dari sindrom nefrotik dibagi menjadi tiga kelompok yaitu bawaan, sekunder (SLE, glomerulonefritis, bahan kimia, amiiloidosis), primer (kelainan minimal, nefropati membranosa, glomerulonefritis poliferatif,



glomerulonefritis 23



membranopoliferatif),



dan



glomerulosklerosis fokal segmental. Pengobatan dapat dilakukan secara medik (kortikosteroid dan diuretik) serta keperawatan (diet rendah garam, posisi untuk menanggulangi edema). Tanda paling umum adalah adanya peningkatan cairan di dalam tubuh (edema). Sehingga masalah keperawatan yang mungkin muncul adalah kelebihan volume cairan, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, intoleransi aktifitas, kerusakan integritas kulit, dan resiko infeksi. 5.2 Saran Demikian isi dari makalah yang dapat kami sampaikan. Kami berharap agar makalah yang dibuat ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan baik dosen, mahasiswa ataupun pembaca.



Daftar Pustaka Brunner & Suddarth. 2003. Medical Surgical Nursing (Perawatan Medikal Bedah), alih bahasa: Monica Ester. Jakarta : EGC. Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Anak Edisi 4, alih bahasa: Monica Ester. Jakarta: EGC. Price A & Wilson L. 1995. Pathofisiology Clinical Concept of Disease Process (Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit), alih bahasa: Dr. Peter Anugrah. Jakarta: EGC. Potter, Patricia A. Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fudamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktis Volume 2. EGC: Jakarta. Soemyarso, Ninik Asmaningsih, dkk. 2014. Model Pembelajaran Ilmu Kesehatan Anak. Surabaya: Airlangga University Press.



24



Betz, Cecily L dan Sowden, Linda L. 2002. Keperawatan Pediatrik, Edisi 3. EGC: Jakarta. O’callaghan, Cheis. 2009. At a Glance Sistem Ginjal Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga. Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC. Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC 2. Yogyakarta: Mediaction Behrman, Kliegman dan Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Volume 3. Jakarta: EGC. NANDA., 2013. Diagnosa Keperawatan Nanda. Jakarta: Prima Medika.



Lampiran 1



Istilah yang sering digunakan pada sindrom nefrotik Istilah Remisi



Keterangan Proteinuria negatif atau trace, (proteinuria >40 mg/m 2/jam)



Relaps



selama 3 hari berturut-turut dalam 1 minggu Proteinuria 2+ (proteinuria >40 mg/m2/jam) 3 hari berturutturut dalam 1 minggu, dimana sebelumnya perbnah mengalmi



Relaps jarang



remisi Relaps terjadi kurang dari 2 kali dalam 6 bulan pertama setelah respon awal atau kurang dari 4 kali per tahun



Relaps sering



pengamatan Relaps terjadi ≥ 2 kali dalam 6 bulan pertama setelah respons



Sensitif steroid



awal, atau ≥ 4 kali dalam periode 1 tahun Remisi tercapai dalam 4 minggu atau kurang setelah



Dependen steroid



pengobatan steroid dosis penuh (full dose) Relaps terjadi pada saat dosis steroid diturunkan, atau dalam waktu 14 hari setelah pengobatan steroid dihentikan, dan hal 25



Resisten steroid



ini terjadi 2 kali berturut-turut Tidak terjadi remisi setelah 8 minggu pengobatan steroid



Responder lambat



(dosis penuh 4 minggu diikuti dosis rumatan selama 4 miggu) Remisi terjadi setelah 4 minggu terapi prednison 60



Nonresponder awal Nonresponder lambat



mg/m2/hari tanpa tambahan terapi lain Resisten steroid sejak terapi awal Resisten steroid terjadi pada pasien yang sebelumnya sensitif steroid



26