Makalah Sistem Informasi Sumber Daya Perairan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH “SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA PERAIRAN”



Dosen Pengampu : Dr. Subhan Abror Alhidayat, S.Pi, M.Si



Disusun Oleh: IRA WISTALIA PURBA CDA 118 054



UNIVERSITAS PALANGKA RAYA FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN PERIKANAN PRODI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmatnya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Adapun makalah ini membahas tentang “Sistem Informasi Sumberdaya Perairan”. Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk pemenuhan tugas mata kuliah Sistem Informasi Sumberdaya Perairan. Saya menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Oleh Karena itu sangat diharapkan kritik dan saran bagi yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Akhir kata saya mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.



Palangka Raya, Juni 2020



Penulis



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR....................................................................................................... i DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang................................................................................................... 1 1.2 Rumusan masalah.............................................................................................. 3 1.3 Tujuan ............................................................................................................... 4 1.4 Manfaat ............................................................................................................. 4 BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 5 2.1 Pengertian Sistem Informasi.............................................................................. 5 2.2 Perancangan Sistem Informasi.......................................................................... 8 2.2.1 Sistem Development Life Cycle (SDLS)................................................ 9 2.2.2 Metode Prototyping................................................................................. 11 2.2.3 Web Development................................................................................... 13 2.3 Sistem Informasi Geografi (SIG)...................................................................... 16 2.4 Penggunaan Sistem Informasi dalam Bidang Kelautan dan Perikanan ............ 22 2.5 Peranan SIG Pada Bidang Kelautan dan Perikanan........................................... 25 2.6 Pemanfaatan Sistem Informasi dalam Pengelolaan Perikanan.......................... 32 2.7 Tahapan Pembangunan Sistem Informasi......................................................... 38 BAB III PENUTUP........................................................................................................... 39 3.1 Kesimpulan........................................................................................................ 39 3.2 Saran.................................................................................................................. 40 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 41 ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Pertama kali Sistem Informasi Geografi digunakan secara nasional adalah di Canada



sekitar tahun 1960, oleh Canada Geographic Information System (CGIS) dalam proyek untuk pengembangan



kemampuan



lahan



nasional



(National



land



capability)



dengan



cara



mengkompilasi dan inventarisasi potensi lahan produktip di Canada. Beberapa tahun sejak proyek CGIS Canada tersebut, SIG mulai intensif dikembangkan di berbagai bagian dunia khususnya di Eropa dan Amerika, bahkan badan dunia FAO (Food and Agriculture Organization) mulai intensif menggunakan SIG sejak tahun 1970 (Darmawan, 2011). Sistem Informasi Geografis (SIG) telah berevolusi dari abad ke abad kelahiran hingga perkembangan ilmu Geodesi, Geografi dan Kartografi. Geodesi adalah ilmu tentang pemetaan jalan, penentuan bentuk dan ukuran bumi, menentukan posisi/koordinat, panjang dan arah di permukaan bumi. Geografi adalah ilmu yg memperlajari permukaan bumi sesuai dengan referensinya. Kartografi adalah seni, ilmu dan teknik dalam membuat peta, baik peta sebagai dokumen atau sebagai karya seni (Sholichin, 2006). Sistem Informasi Geografis merupakan system informasi berbasis computer digunakan untuk menyajikan secara digital dan menganalisa penampakan geografis yang ada dan kejadian di permukaan bumi. Penyajian secara digital berarti mengubah keadaan menjadi bentuk digital. Setiap objek yang ada di permukaan bumi merupakan “geo-referenced”, yang merupakan kerangka hubungan database ke SIG. Database merupakan sekumpulan informasi tentang sesuatu dan hubungannya antar satu dengan lainnya, sedangkan “geo-referenced” menunjukkan lokasi suatu objek di ruang yang ditentukan oleh system koordinat (Nasution, 2007). Sistem ini pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1972 dengan nama Data Banks for Development. Munculnya istilah Sistem Informasi Geografis seperti sekarang ini setelah dicetuskan oleh General Assembly dari International Geographical Union di Ottawa Kanada pada tahun 1967. Dikembangkan oleh Roger Tomlinson, yang kemudian disebut CGIS (Canadian GIS - SIG Kanada). CGIS digunakan untuk menyimpan, menganalisa dan mengolah data yang dikumpulkan untuk inventarisasi Tanah Kanada (CLI-Canadian Land Inventory) yang 1



merupakan sebuah inisiatif untuk mengetahui kemampuan lahan di wilayah pedesaan Kanada dengan memetakan berbagai informasi pada tanah, pertanian, pariwisata, alam bebas, unggas dan penggunaan tanah pada skala 1:250000. Sejak saat itu Sistem Informasi Geografis berkembang di beberapa benua terutama Benua Amerika, Benua Eropa, Benua Australia, dan Benua Asia (Dian, 2012). Sistem



Informasi



Geografis



dapat



dimanfaatkan



untuk



mempermudah



dalam



mendapatkan data-data yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu lokasi atau obyek. Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri dari data spasial dan data atribut dalam bentuk digital. Sistem ini merelasikan data spasial (lokasi geografis) dengan data non spasial, sehingga para penggunanya dapat membuat peta dan menganalisa informasinya dengan berbagai cara. SIG merupakan alat yang handal untuk menangani data spasial, dimana dalam SIG data diolah dalam bentuk digital sehingga data ini lebih padat dibanding dalam bentuk peta cetak, table, atau dalam bentuk konvensional lainya yang akhirnya akan mempercepat pekerjaan dan meringankan biaya yang diperlukan (Barus dan Wiradisastra, 2000). Sistem informasi atau data yang berbasiskan keruangan pada saat ini merupakan salah satu elemen yang paling penting, karena berfungsi sebagai pondasi dalam melaksanakan dan mendukung berbagai macam aplikasi. Sebagai contoh dalam bidang lingkungan hidup, perencanaan pembangunan, tata ruang, manajemen transportasi, pemanfaatan sumber daya laut, sosial, ekonomi dll. Oleh karena itu berbagai macam organisasi dan institusi menginginkan untuk mendapatkan data spasial yang konsisten, tersedia serta mempunyai aksesibilitas yang baik. Terutama yang berkaitan dengan perencanaan ke depan, data geografis masih dirasakan mahal dan membutuhkan waktu yang lama untuk memproduksinya (Rajabidfard dan Williamson, 2000). Sistem informasi geografis dapat digunakan sebagai alat untuk pengelolaan sumberdaya yang berwawasan lingkungan. Peranan SIG sebagai suatu sistem informasi data spasial berkomputer tergantung pada kebradaan data. Kualitas hasil analisis yang diproduksi SIG sangat ditentukan oleh kualitas data input yang digunakan. Kegiatan pembangunan menuntut adanya perencanaan penggunaan sumberdaya lahan dan penataan ruang yang didukung oleh informasi fisik maupun soasial ekonomi yang berbasis geografis. Informasi geografis tersebut sedapat



2



mungkin harus merupakan model penyederhanaan yang betul-betul mewakili kondisi muka bumi yang sesungguhnya (Cahyadi, 1999). Database dapat didefenisikan sebagai kumpulan data yang saling terkait dan dirancang untuk menyatukan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh sebuah lembaga atau organisasi (McFadden). Aplikasi database dalam bidang perikanan dan kelautan telah mengalami banyak kemajuan yang dapat diakses lewat internet (Zainuddin, 2006). Pemanfaatan sumberdaya ikan di laut semakin intensif dan daya jangkauan operasi penangkapan ikan oleh para nelayan semakin luas dan jauh dari daerah asal nelayan tersebut. Konflik sering terjadi karena tidak jelasnya wilayah pemanfaatan yaitu dapat melibatkan nelayan dalam satu daerah yang sama ataupun antara daerah yang satu dengan dengan daerah lainnya. Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam menghindari terjadinya konflik pemanfaatan adalah dengan mengendalikan perkembangan kegiatan penangkapan ikan melalui penerapan zonasi jalur penangkapan ikan di laut, berdasarkan Kepmentan No. 392 tahun 1999 tentang jalur-jalur penangkapan ikan (Yanuarsyah dan Harahap, 2012). Secara analisis keruangan untuk menentukan kesesuian lahan budidaya tambak, perlu dibentuk terlebih dahulu matriks kesesuian lahan budidaya tambak berdasarkan studi literatur, selanjutnya di lakukan operasi tumpang tindih (overlay), sehingga diperoleh peta kesesuaian lahan untuk budidaya tambak. Kondisi kerapatan penutupan vegetasi daratan, dapat diketahui dengan melihat nilai indeks vegetasi dari hasil pengolahan citra (Saifullah, 2000). 1.2



Rumusan Masalah 1. Apa Pengertian Sistem Informasi ? 2. Bagaimana Perancangan Sistem Informasi ? 3. Apa itu Sistem Informasi Geografi (GIS) ? 4. Bagaimana Penggunaan Sistem Informasi dalam Bidang Kelautan dan Perikanan ? 5. Apa saja Peran SIG pada Bidang Kelautan dan Perikanan ? 6. Bagaimana Pemanfaatan Sistem Informasi dalam Pengelolaan Perikanan ? 7. Bagaimana Tahapan Pembangunan Sistem Informasi ?



3



1.3



Tujuan 1. Mengetahui Pengertian Sistem Informasi ? 2. Mengetahui Perancangan Sistem Informasi ? 3. Mengetahui Sistem Informasi Geografi (GIS) ? 4. Mengetahui Penggunaan Sistem Informasi dalam Bidang Kelautan dan Perikanan ? 5. Mengetahui Peran SIG pada Bidang Kelautan dan Perikanan ? 6. Mengetahui Pemanfaatan Sistem Informasi dalam Pengelolaan Perikanan ? 7. Mengetahui Tahapan Pembangunan Sistem Informasi ?



1.4



Manfaat Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai pedoman bagi pembaca untuk



mengetahui salah satu alternatif yang membantu mengolah data dalam bidang perikanan dan kealutan dengan menggunakan



kemampuan Aplikasi SIG. Adapun juga manfaat daripada



penulisan makalah ini, diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang Sistem Informasi Sumberdaya Perairan.



4



BAB II PEMBAHASAN 2.1



Pengertian Sistem Informasi Sistem adalah sekumpulan unsur/elemen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi



dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai suatu tujuan. Sistem dapat juga didefinisikan sebagai suatu jaringan kerja dari prosedur prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Karakteristik sistem, terdiri dari : 1. Komponen/elemen (Component) 2. Batas Sistem (Boundary) 3. Lingkungan Luar (Environment) 4. Penghubung (Interface) 5. Masukan (Input) 6. Pengolah (Process) 7. Keluaran (Output) 8. Sasaran (Objective) /Tujuan (Goal) Suatu sistem dapat diklasifikasikan dari beberapa sudat padang, yaitu; 1) Sistem Abstrak (Abstract System), adalah sistem yang tidak tampak secra fisik, karena hanya berupa pemikiran atau ide-ide. Contoh, sistem Teologia yang merupakan suatu sistem yang menggambarkan hubungan manusia dengan Tuhan. 2) Sistem Fisik (Physical System), adalah sistem yang tampak secara fisik. Contoh, Sistem Komputer, Sistem Produksi, Sistem Pendidikan dll 3) Sistem Alamiah (Natural System), adalah sistem yang terjadi dari prosesproses alam. Contoh Sistem Geologi. 4) Sistem buatan Manusia (Human made system), adalah suatu sistem yang dirancang atau didisain oleh manusia. Contoh Sistem Informasi.



5



5) Sistem Deterministik (Deterministic System), adalah sistem yang beroperasi dengan tingkah laku yang dapat diramalkan. Interaksi antar elemen-elemen dapat diteteksi, sehingga outputnya juga dapat diramalkan. Contoh sistem kompputer 6) Sistem Probabiltas (Probabilistic System), adalah sistem yang tidak bisa diramalakan Contohnya Sistem Manusia. 7) Sistem Tertutup (Closed System), adalah sistem yang tidak berhubungan dengan lingkungan luarnya. 8) Sistem Terbuka (Open System), adalah sistem yang berhubungan atau dipengaruhi oleh lingkungan luarnya. Sedangkan informasi (R.Mcleod) adalah data yang diolah menjadi bentuk yang memiliki arti bagi si penerima dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat ini atau mendatang. Sehingga sistem informasi (R.Mcleod) merupakan sistem yang mempunyai kemampuan untuk mengumpulkan informasi dari semua sumber dan menggunakan berbagai media untuk menampilkan informasi.



Sistem Informasi terdiri dari komponen-komponen yang disebut



dengan blok bangunan (building block), yaitu: 1) Blok Masukan (Input block), adalah data-data yang masuk ke dalam sistem 2) Blok Model (Model block), adalah kombinasi prosedur, logika dan model matematik yang akan memanipulasi data input dan data yang tersimpan di basis data dengan cara yang sudah ditentukan untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan. 3) Blok Keluaran (Output block), adalah keluaran yang merupakan informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen serta semua pemakai sistem. 4) Blok Teknologi (Technology block), merupakan kotak alat dalam sistem informasi, yang digunakan untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan keluaran serta membantu pengendalian dari sistem secara menyeluruh. 5) Blok Basis Data (Database block), merupakan kompulan dari data yang saling berhubungan satu sama lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya.



6



6) Blok Kendali (Control block), adalah pengendalian yang dirancang secara khusus untuk menangulangi gangguan-gangguan terhadap sistem. 7) Sebagai suatu sistem, keenam blok tersebut masing-masing saling berinteraksi satu sama lainnya membentuk suatu kesatuan untuk mencapai sasaran. Peran dasar sistem informasi dalam bisnis adalah sebagai berikut : 1. Mendukung proses dan operasi bisnis. 2. Mendukung pengambilan keputusan para pegawai dan manajernya 3. Mendukung berbagai strategi untuk keunggulan kompetiti



UMPAN BALIK



INPUT



PROSES



OUTPUT



TUJUAN



KENDALA



KONTROL



Gambar Model Umum Sistem Sistem informasi memiliki tiga elemen utama, yaitu data yang menyediakan informasi, prosedur yang memberitahu pengguna bagaimana mengoperasikan sistem informasi, dan orangorang yang membuat produk, menyelesaikan masalah, membuat keputusan, dan menggunakan sistem informasi tersebut. Orang-orang dalam sistem informasi membuat prosedur untuk mengolah dan memanipulasi data sehingga menghasilkan informasi dan menyebarkan informasi tersebut ke lingkungan.



7



Model dasar sistem adalah masukan, pengolahan, dan pengeluaran. Fungsi pengolahan informasi sering membutuhkan data yang telah dikumpulkan dan diolah dalam waktu periode sebelumnya. Oleh karena itu pada model sistem informasi ditambahkan pula media penyimpan data (data base) maka fungsi pengolahan informasi bukan lagi mengubah data menjadi informasi tetapi juga menyimpan data untuk penggunaan lanjutan. Model dasar ini berguna dalam memahami bukan saja keseluruhan sistem pengolahan informasi, tetapi juga untuk penerapan pengolahan informasi secara tersendiri. Setiap penerapan dapat dianalisis menjadi masukan, penyimpanan, pengolahan dan keluaran. Keberhasilan suatu sistem informasi sangat bergantung pada sistem basis data. Semakin lengkap, akurat dan mudah dalam menampilkan kembali data yang ada dalam sistem basis data maka akan semakin tinggi kualitas sistem informasi tersebut. Basis data (database) merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya. Data perlu disimpan di dalam basis data untuk keperluan penyediaan informasi lebih lanjut. Dengan ditambahkannya penyimpanan data, fungsi pengolahan infomasi bukan lagi mengubah data menjadi informasi tetapi juga menyimpan data untuk penggunaan lanjutan. 2.2



Perancangan Sistem Informasi Perancangan sistem informasi merupakan pengembangan sistem baru dari sistem lama



yang ada, dimana masalah-masalah yang terjadi pada sistem lama



diharapkan sudah teratasi



pada sistem yang baru. Menurut O’Brien dan Marakas (2009) pendekatan sistem adalah menyelesaikan masalah menggunakan orientasi sistem untuk mendefinisikan masalah dan kesempatan kemudian mengembangkan kemungkinan-kemungkinan solusi yang tepat. Dalam melakukan analisis masalah dan



melakukan



formulasi



solusi



termasuk



di dalamnya



berhubungan dengan beberapa aktivitas berikut, antara lain: 1. Mengenali dan mendefinisikan masalah atau kesempatan menggunakan system thingking. 2. Mengembangkan dan mengevaluasi alternatif solusi sistem. 8



3. Memilih solusi sistem yang terbaik sesuai dengan persyaratan. 4. Mendesain solusi sistem yang dipilih. 5. Implementasi dan evaluasi keberhasilan desain sistem. Setelah pendekatan sistem dipilih, langkah berikutnya adalah perancangan sistem secara global yang berfungsi untuk merepresentasikan sistem secara keseluruhan. Dalam merancang suatu model dari sistem informasi, maka dibuat model fisik dan model logika. Model fisik menunjukkan pada user bagaimana penerapan sistem informasi tersebut bekerja secara fisik sedangkan model logika dari sistem informasi lebih menjelaskan pada user bagaimana kerja dari fungsi-fungsi pada sistem informasi secara logika. Model logika juga dapat digambarkan dengan menggunakan Data Flow Diagram. Sedangkan arus datanya dijelaskan menggunakan data dictionary (kamus data). Untuk menggambarkan kesatuan hubungan suatu entity digunakan Entity Relational Diagram (ERD). Sistem pengolahan data pada sistem informasi berbasis komputer dalam pelaksanaannya membutuhkan metode dan prosedur, dimana metode dan prosedur tersebut merupakan bagian dari model informasi. Model informasi didefinisikan dengan urutan-urutan kegiatan yang ada untuk menghasilkan output dari input yang ada. 2.2.1



Sistem Development Life Cycle (SDLC) SDLC adalah tahapan-tahapan pekerjaan yang dilakukan oleh analis sistem dan



programmer dalam membangun sistem informasi. Langkah yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Melakukan survei dan menilai kelayakan proyek pengembangan sistem informasi. 2. Mempelajari dan menganalisis sistem informasi yang sedang berjalan. 3. Menentukan permintaan pemakai sistem informasi. 4. Memilih solusi atau pemecahan masalah yang paling baik. 5. Menentukan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). 6. Merancang sistem informasi baru. 7. Membangun sistem informasi baru. 8. Mengkomunikasikan dan mengimplementasikan sistem informasi baru. 9. Memelihara dan melakukan perbaikan/peningkatan sistem informasi baru bila diperlukan. 9



System Development Lyfe Cycle (SDLC) adalah keseluruhan proses dalam membangun sistem melalui beberapa langkah. Ada beberapa model SDLC. Model yang cukup populer dan banyak digunakan adalah waterfall. Beberapa model lain SDLC misalnya fountain, spiral, rapid, prototyping, incremental, build & fix, dan synchronize & stabilize. Dengan siklus SDLC, proses membangun sistem dibagi menjadi beberapa langkah dan pada sistem yang besar, masingmasing langkah dikerjakan oleh tim yang berbeda. Jumlah langkah SDLC pada referensi lain mungkin berbeda, namun secara umum adalah sama. Menurut O,Brien (1999), SDLC adalah penerapan pendekatan sistem untuk mengembangkan suatu sistem informasi (SI) dengan tahapan pengembangan seperti paparan dibawah ini. a. Investigasi sistem tahap ini bertujuan untuk menentukan adanya masalah bisnis atau pun peluang yang ada, melaksanakan studi kelayakan untuk menentukan sistem yang baru atau peningkatan sistem informasi yang merupakan solusi yang layak dan mengembangkan suatu rencana manajemen proyek serta memperoleh persetujuan manajemen. Hasil dari tahap inio berupa studi kelayakan yang mengevaluasi : kelayakan organisasi, ekonomi, teknis dan operasional serta identifikasi manfaat. b. Analisa sistem tahap ini melakukan analisa secara mendalam terhadap informasi yang dibutuhkan pengguna, kelengkapan organisasi dan sistem yang digunakan saat ini bertujuan untuk membentuk sunctional requirement yang dibutuhkan oleh pengguna. Analisa tersebut menenetukan informasi bisnisyang spesifik seperti : tipe informasi, format produk informasi, time frame yang diperlukan dan kemampuan proses informasi untuk masing-masing aktifitas sistem (input, proses, output, penyimpanan dan kontrol). Tahap ini menghasilkan kebutuhan fungsional pengguna hardware, software, network dan data sumberdaya manusia yang digunakan pada sistem yang baru. c. Perancangan sistem tahap ini merupakan aktifitas yang menghasilkan spesifikasi sistem untuk memenuhi kebutuhan fungsional pengembangan dalam tahap analisa sitem. Ada tiga aktifitas pernancangan sistem, yaitu : 1. Desain User Interface, merupakan kegiatan untuk merancang interaksi antara pengguna dengan aplikasi komputer, baik dalam hal penetuan metode masukan maupun keluaran seperti kemudahan penggunaan halaman-halaman web internet dan ekstranet. 10



2. Desain Data, merupakan kegiatan untuk merancang struktur database maupun file yang akan digunakan dalam sistem informasi. Desain data akan menghasilkan :  Atribut atau karakteristik entitas yang diusulkan sebagai kebutuhan pemeliharaan sistem informasi.  Relasi dari masing-masing entitas yang harus ada.  Data elemen spesifik yang dibutuhkan untuk memelihara masingmasing entitas dalam sistem informasi 3. Desain Proses, merupakan aktifitas yang berfokus pada perancangan sumberdaya perangkat yaitu program dan prosedur yang dibutuhkan oleh sistem informasi yang disulkan. d. Implementasi Sistem merupakan penerapan sistem informasi yang telah dirancang, menyangkut hardware dan software, pengembangan software, uji program dan prosedur, pembuatan dokumentasi dan segala aktifitas instalasi. Selain itu juga melaksanakan pendidikan dan pelatihan terhadap pengguna dan tenaga spesialis yang akan mengoperasikan sistem yang baru. Tahap akhir dari implementasi adalah melakukan konversi dari sitem yang digunakan saat ini ke sistem yang baru dikembangkan. Metode konversi dapat mengurangi dampak dari penggunaan teknologi baru dalam organisasi. Beberapa alternatif konversi sistem yang dapat digunakan adalah parallel, pilot, phased dan plune. e. Pemeliharaan sistem aktifitas ini merupakan tahap akhir dari SDLC yang meliputi : monitoring, evaluasi dan modifikasi sistem sehingga sesuai kebutuhan pengembangan. Termasuk juga proses peninjuan pasca implementasi untuk meyakinkan implementasi sistem baru sesuai dengan kebutuhan fungsional bisnis pada tahap perancangan sistem. 2.2.2



Metode Prototyping Metode ini dirancang sebagai paradigma baru dalam pengembangan sistem informasi,



tidak hanya sekedar evolusi dari metode pengembangan sistem informasi yang sudah ada, tetapi sekaligus merupakan revolusi dalam pengembangan sistem informasi itu sendiri. Metode ini merupakan proses pembuatan sistem yang memberikan ide bagi pembuat maupun pemakai potensial tentang cara sistem akan berfungsi dalam bentuk lengkapnya (Mc Leod,1995). Prototyping dapat menggantikan SDLC pada sistem berskala kecil, namun untuk 11



sistem berskala besar penggunaannya dipadukan dengan SDLC. Keuntungan penggunaan prototyping dimungkinkan menghemat biaya pengembangan dan meningkatkan kepuasan penggunaan dengan sistem yang dihasilkan. Metode ini dirancang agar dapat menerima perubahan-perubahan, agar dapat menyempurnakan prototipe yang sudah ada. Tujuannya tidak lain untuk menghasilkan sistem informasi yang dapat diterima serta perubahan-perubahan yang terjadi merupakan bagian dari pengembangan sistem. Keterlibatan dalam pengembangannya akan mempengaruhi kualitas akhir dari sistem yang akan dihasilkan. Terdapat empat langkah pengembangan yang digunakan dalam metode prototipe (Mc Leod, 1995) yaitu : 1. Analisa dan identifikasi kebutuhan sistem 2. Pengembangan prototipe sistem 3. Penyesuaian sistem sesuai kebutuhan pemakai 4. Penggunaan sistem informasi Prototipe sistem informasi bukanlah merupakan sesuatu yang lengkap, tetapi sesuatu yang harus dimodifikasi kembali, dikembangkan, ditambahkan atau digabungkan dengan sistem informasi yang lain bila perlu. Jenis – jenis prototyping :  Feasibility prototyping – digunakan untuk menguji kelayakan dari teknologi yang akan digunakan untuk system informasi yang akan disusun.  Requirement prototyping – digunakan untuk mengetahui kebutuhan aktivitas bisnis user.  Desain Prototyping - digunakan untuk mendorong perancangan system informasi yang akan digunakan.  Implementation prototyping – merupakan lanjytan dari rancangan protipe, prototype ini langsung disusun sebagai suatu system informasi yang akan digunakan. Keunggulan protptyping : 1. End user dapat berpartisipasi aktif 2. Penentuan kebutuhan lebih mudah diwujudkan 3. Mempersingkat waktu pengembangan Sistem Informasi



12



Kelemahan prototyping : 1. Proses analisis dan perancangan terlalu singkat 2. Mengesampingkan alternatif pemecahan masalah 3. Bisanya kurang fleksible dalam mengahadapi perubahan 4. Prototype yang dihasilkan tidak selamanya mudah dirubah 5. Prototype terlalu cepat selesai . Proses ini umumnya hanya untuk satu produk dan karakteristik dari produk tersebut tidak dapat ditentukan secara pasti seperti produk manufaktur, sehingga penggunaan ”model pertama” bagi pengembangan software tidaklah tepat. Istilah prototyping dalam hubungannya dengan pengembangan software sistem informasi manajemen lebih merupakan suatu proses bukan prototipe sebagai suatu produk. 2.2.3



Web Development Menurut Syahputra (2003), Web merupakan suatu jaringan komputer global yang



menggunakan protokol internet (internet protocol). Suatu web biasanya akan berbentuk server yang berisi data dan informasi dipergunakan untuk menyebarluaskan informasi bagi suatu organisasi yang membangun jaringan web tersebut. Web server adalah merupakan suatu server internet yang menggunakan protocol HTTP (hypertext Transfer Protocol) untuk melayani semua proses pentransferan data. Dengan adanya Web server ini, semua pengguna internet di berbagai belahan dunia dapat dengan mudah menerima berbagai informasi hanya dengan cara melakukan browsing dengan menggunakan program browser. Data dan informasi yang akan ditemukan dalam suatu web akan disimpan dalam bentuk dokumen Homepage. Dokumen Homepage tersebut akan menggunakan standar tulisan yang sama untuk setiap platform komputer, dalam hal ini berformat HTML (Hypertext Markup Language). Dokumen HTML tersebut akan dikatakan pada web server agar bisa diakses oleh mereka yang memerlukan. Menurut Sutarman (2003), Web dapat dikategorikan menjadi dua yaitu Web statis dan dinamis atau interktif. Web statis adalah web yang berisi atau menampilkan informasi-informasi yang sifatnya statis(tetap), sedangkan web dinamis adalah web yang menampilkan informasi 13



serta dapat berinteraksi dengan user yang sifatnya dinamis. Pengembangan web biasanya lebih ditujukkan kepada upaya untuk menampilkan data atau informasi yang dapat diakses oleh siapa saja yang memerlukan dalam lingkungan internet. Tujuan suatu organisasi menggunakan web biasanya untuk menyebarluaskan informasi, baik berupa promosi produk, penyampaian misi dan visi, dan sebagainya. Menurut Sutarman (2003), desain web yang baik bertumpu pada prinsip pokok yaitu membuatnya sederhana serta menjaga kerjanya tetap cepat ketika diakses. Untuk menghasilkan situs yang baik diperlukan pemikiran dan sedikitnya sentuhan rasa seni. Situs yang bagus paling tidak memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Isinya menarik 2. Tampilannya bagus 3. Navigasinya jelas, tidak membingungkan pengunjung 4. Kecepatan akses situs tersebut tinggi Sedangkan menurut Siagian (2002), agar informasi yang disajikan selalu baru (up to date), beberapa langkah yang harus dilakukan dalam mebuat design web adalah sebagai berikut : 1. Identifikasi daerah penyebaran informasi dan isi publikasi yang akan terjaring dalam web. 2. Menentukan perangkat yang akan digunakan untuk menyediakan infromasi, apakah menggunakan web server, e-mail atau lainnya. 3. Menentukan pemakaian interface web untuk penanganan informasi resmi sebagai aplikasi utama. 4. Membuat proyek percontohan (pilot project) 5. Menentukan tingkat keamanan dan kerahasiaan data atau informasi 6. Sumberdaya manusia, aspek yang harus diperhatikan meliputi : persyaratan pengetahuan, keterampilan, dan orientasi kultural organisasi. Agar informasi sebagai resource organisasi bermanfaat dalam proses manajemen, informasi tersebut harus memiliki ciri kemutakhiran, kelengkapan, keandalan, akurasi, dapat dipercaya serta tersimpan sedemikian rupa sehingga mudah ditelusuri jika diperlukan. Guna menjamin terwujudnya kedua hal tersebut, diperlukan audit sistem pengolahan data. 14



Menurut Pressman (2001), agar Web Application (WebApp) berkembang dari informasi yang bersifat statis menjadi dinamis maka diperlukan pengembangan kerangka Web Engineering (WebE) yang efektif melalui aktifitas framework dan tugas teknik. Model proses WebE menurut Pressman (2001) meliputi enam kegiatan sebagai berikut : 1. Formulasi (formulation), merupakan kegiatan yang mengidentifikasi sasaran dan tujuan pembuatan Aplikasi Web (WebApp) dan menentukan materi yang akan dibuat. 2. Perencanaan (Planning), bertujuan untuk mengestimasi biaya proyek secara keseluruhan, evaluasi resiko yang mungkin timbul dan mendefinisikan jadwal rencana pembuatan aplikasi web. 3. Analisis (analysis), merupakan kegiatan untuk menetapkan syarat-syarat teknis dan mengidentifikasi isi web aplikasi yang akan dihasilkan dan ditampilkan pada aplikasi. 4. Perancangan (engineering), merupakan kegiatan yang terbagi menjadi dua bagian tugas yaitu terdiri dari : a. Non teknis Desain isi dan produksi merupakan tugas dari anggota tim Web non teknis yaitu mendesain isi, memproduksi dan mendapatkan selutuh informasi yang berupa grafis, audio, video yang akan dimuat dalam WebApp. b. Teknis Untuk menghasilkan desain berbasis web yang efektif, seorang Web Engginer harus bekerja berdasarkan empat elemen taknis sebagai berikut : prinsip dan metode desain, aturan-aturan cemerlang, pola desain dan templates. Masing-masing elemen tersebut dapat dijabarkan secara terinci dalam sesi sebagai berikut : 



Desain arsitektural (architectural design) Struktur WebAPP, terdapat empat macam struktur yang adapat dipilih dalam mengembagkan desain untuk WebApp yaitu linear, Grid, Hirarkial dan Jaringan.







Desain Patterns, dapat digunakan tidak hanya pada aplikasi dari elemen fungsional tetapi juga dapat digunakan untuk dokumen, grafis dan memperindah penampilan situs web.







Desain Navigasi Desain Web harus menetapkan arah navigasi yang dapat mempermudah user dalam mengakses isi WebApp. Untuk mempermudah pengaksesan WebApp desainer harus dapat mengidentifikasi semantik (visitor, registered customer atau previleged user) dan 15



dapat menetapkan navigasi secara mekanik (syntax), untuk menghasilkan desain antar muka yang bermutu. 



Desain antar muka Kegiatan yang dilakukan dalam desain antar muka adalah menetapkan maksud dan tujuan dari masing-masing bagian atau tugas, memetakan setiap maksud dan tujuan dalam kegiatan yang lebih spesifik, menentukan urutan User Scenario, mengindikasikan keadaan sistem, menetapkan mekanisme kontrol berpengaruh terhadap sistem, dan mengindikasikan bagaimana interpretasi user terhadap sistem dari informasi yang tersedia sampai antar muka.







Page Generation Merupakan kegiatan pembuatan konstruksi dengan menggunakan alat bantu otomatis untuk menghasilkan kreasi WebApp. Isi dari kegiatan tersebut merupakan gabungan antara arsitektur , navigasi dan desain antar muka untuk menghasilkan halaman-halaman web dalam HTML, XML dan bahasa pemograman lain (seperti Java). Sedangkan testing merupakan kegiatan ujicoba untuk melihat kelayakan operasi dari WebApp.







Customer Evaluation Selama masa evaluasi setiap tambahan yang dihasilkan sebagai proses Web ditinjau ulang.



2.3



Sistem Informasi Geografi (SIG) SIG merupakan sebuah sistem yang saling berangkaian satu dengan yang lain.



BAKOSURTANAL menjabarkan SIG sebagai kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi, dan personel yang didesain untuk memperoleh, menyimpan, memperbaiki, memanipulasi, menganalisi, dan menampilkan semua bentuk informasi yang berefrensi geografis. Dengan demikian, basis analisis dari SIG adalah data spasial dalam bentuk digital yang diperoleh melalui data satelit atau data lain terdigitasi. Analisis SIG memerlukantenaga ahli sebagai interpreter, perangkat keras komputer, dan software pendukung (Budiyanto, 2002).



16



Perangkat keras yang mendukung untuk analisis geografi dan pemetaan sebenarnya tidak jauh berbeda dengan perangkat keras lainnya yang digunakan untuk mendukung aplikasi-aplikasi bisnis dan sains. Perbedaannya, jika ada, terletak pada kecenderungannya yang memerlukan perangkat (tambahan) yang dapat mendukung presentasi grafik dengan resolusi dan kecepatan yang tinggi, dan mendukung operasi-operasi basisdata yang cepat dengan volume data yang besar. Wyoming Geographic Information Advisory Council (WGIAC) telah membuat standar untuk perangkat keras (hardware) SIG (Anonymous, 2008). Secara teknis SIG mengorganisasikan dan memanfaatkan data dari peta digital yang tersimpan dalam basis data. Dalam SIG, dunia nyata dijabarkan dalam data peta digital yang menggambarkan posisi dari ruang (space) dan klasifikasi, atribut data, dn hubungan antar item data. Kerincian data dalam SIG ditentukan oleh besarnya satuan pemetaan terkecil yang dihimpun dalam basis data. Dalam bahasa pemetan kerincian tergantung dari skala peta dan dasar acuan geografis yang disebut sebagai peta dasar (Budiyanto, 2002). Sedangkan struktur data SIG ada dua macam yaitu vektor dan raster. Pada struktur data vektor posisi objek dicatat pada system koordinat. Sedangkan objek pada raster disimpan pada grid dua dimensi yaitu baris dan kolom. Data atribut atau tabular merupakan data yang menyimpan informasi mengenai nilai atau besaran dari data grafis. Untuk struktur data vektor, data atribut tersimpan secara terpisah dalam bentuk tabel. Sementara pada struktur data raster nilai data grafisnya tersimpan langsung pada nilai grid atau piksel (Suryadi, 2009). Sebelum tahun 1940-an analisis geografis dilakukan dengan melakukan tumpung tindih (overlay) beberapa jenis peta pada area tertentu. Namun sejak tahun 1950-an dikembangkan sistem digital untuk melakukan analisis dalam memecahkan permasalahan keruangan. Hingga kini berbagai peranan Sistem Informasi Geografis telah berkembang yang dapat digunakan untuk mengatasi berbagai aspek permasalahan yang berkaitan dengan ruang. Pemetaan serta analisis tentang keruangan yang berbasis komputerisasi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang signifikan di berbagai bidang, Salah satunya adalah dalam pengelolaan sumberdaya alam. Tekhnologi yang berbasis sistem informasi geografis (SIG) ini telah menjadi alat bantu atau sarana yang digunakan untuk mendukung proses pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan dalam pengelolaan sumber daya alam (Anggraini, 2013). Adanya koordinasi dalam 17



pengelolaan SIG sangat diperlukan agar informasi yang diperoleh tidak simpang siur, tetapi tepat dan akurat. SIG menyimpan semua informasi deskriptif unsur-unsurnya sebagai atribut-atribut di dalam basis data. Setelah itu, SIG menghubungkan unsur-unsur di atas dengan tabel-tabel yang bersangkutan. Dengan demikian atribut ini dapat diakses melalui lokasi-lokasi unsur-unsur peta dan sebaliknya unsur-unsur peta juga dapat diakses melalui atribut-atributnya. Karenaitu unsurunsur tersebut dapat dicari dan ditemukan berdasarkan atribut-atributnya. SIG menghubungkan sekumpulan unsur-unsur peta dengan atribut-atributnya didalam satuan-satuan yang disebut layer. Sungai, bangunan, jalan, laut, batas-batas administrasi, perkebunan, dan hutan merupakan contoh-contoh layer (Puspita, 2009). Sebagian besar data yang akan ditangani dalam SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis, memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif (attribute) yang dijelaskan berikut ini : 1. Informasi lokasi (spasial), berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat geografi (lintang dan bujur) dan koordinat XYZ, termasuk diantaranya informasi datum dan proyeksi. 2. Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non spasial, suatu lokasi yang memiliki beberapa keterangan yang berkaitan dengannya, contohnya : jenis vegetasi, populasi, luasan, kode pos, dan sebagainya (Heriyadi dkk, 2011). Sistem Informasi Geografis atau disingkat SIG merupakan suatu sistem berbasis komputer yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, mengatur, mentransformasi, memanipulasi, dan menganalisis data-data geografis. Data geografis yang dimaksud disini adalah data spasial yang ciri-cirinya adalah : 1. Memiliki geometric properties seperti koordinat dan lokasi. 2. Terkait dengan aspek ruang seperti persil, kota, kawasan pembangunan. 3. Berhubungan dengan semua fenomena yang terdapat di bumi, misalnya data, kejadian, gejala atau objek. 4. Dipakai untuk maksud-maksud tertentu, misalnya analisis, pemantauan ataupun pengelolaan. 18



Kebanyakan SIG menggunakan konsep “lapis” (layer). Setiap lapisan mewakili satu fitur geografi dalam area yang sama dan selanjutnya semua lapisan bisa saling ditumpuk untuk mendapatkan informasi yang lengkap. Setiap lapisan dapat dibayangkan seperti plastik transparan yang mengandung hanya gambar tertentu. Pemakai bisa memilih transparantransparan yang dikehendaki dan kemudian saling ditumpangkan sehingga akan diperoleh gambar yang merupakan gabungan dari sejumlah transparan (Nugraha, 2012). MapServer merupakan salah satu aplikasi pemetaan daring (web GIS) yang dikembangkan oleh Universitas Minnesota, NASA, dan Departemen Sumber Daya Alam Minnesota (Minnesota Departement of Natural Resources). MapServer merupakan aplikasi opensource yang berarti dapat didistribusikan dengan gratis disertai dengan sumber kode pemrograman apabila ingin mengembangkan lebih lanjut. MapServer dapat dijalankan pada beberapa sistem operasi yaitu Unix/Linux, MacOS dan Windows. Berbagai kelebihan yang dimiliki Mapserver dibandingkan dengan perangkat lunak sejenis yang berlisensi seperti arcIMS. Mengemukakan fitur yang didukung oleh MapServer yang menjadikan unggul dalam pemodelan spasial berbasis web Mendukung data dalam format vektor seperti ESRI shapefile, ESRI ArcSDE. Mendukung pula data spasial dengan format raster seperti TIFF/GeoTIFF, GIF, PNG, ERDAS, JPEG, EPPL7. Map server bersifat Quadtree spatial indexing untuk shapefile, dapat sepenuhnya dikustomisasi untuk menghasilkan hasil yang diinginkan. Pemilihan fitur menggunakan item/nilai, titik, area atau fitur lainnya. Mapserver mendukung TrueType Font dan mendukung OpenGIS. Legenda dan skala pada Map server bersifat otomatis. Dalam pengaturan konfigurasi dapat dilakukan secara online (on-the fly configuration) dan proyeksi dapat dilakukan secara online (on-the-fly projection). Client dapat mengakses informasi dari web server yang dikelola oleh penyedia WebGIS. Berbagai menu dapat ditambahkan seperti download data GIS, data tabuler maupun client menambahkan informasi (upload) ke server yang dikelola oleh penyedia informasi WebGIS (Suhelmi, dkk., 2013). Perancangan sistem informasi geografis perikanan Indonesia ini dimulai dengan menemukan pihak-pihak yang berhubungan dengan sistem dan apa saja kegiatan yang dapat dilakukan oleh pihak tersebut. Tahapan kedua adalah menentukan obyek-obyek yang kemudian 19



akan dihubungkan satu dengan yang lain dalam collaboration diagram. Tahapan ketiga adalah membuat class diagram dari entitas yang ada dalam sistem untuk kemudian menjadi landasan terciptanya sebuah database sistem (Munggaran, dkk., 2012). Sistem Informasi Geografis menjadi alat penting untuk pemodelan keruangan dalam analisis berbagai isu pesisir. Namun akses terhadap hasil ini sangat terbatas oleh pemangku kepentingan yang ada. Oleh karena itu diperlukan sinergi antara data GIS dan bantuan teknologi perangkat lunak multimedia terkini untuk membantu tampilan yang interaktif dan mudah diakses dalam hal ini adalah teknologi WebGIS. WebGIS merupakan Sistem Informasi Geografi yang didistribusikan melalui jaringan komputer untuk integrasi, diseminasi dan mengkomunikasikan informasi geografi secara visual melalui World Wide Web. WebGIS adalah aplikasi GIS atau pemetaan digital yang memanfaatkan jaringan internet sebagai media komunikasi yang berfungsi mendistribusikan, mempublikasikan, mengintegrasikan, mengkomunikasikan dan menyediakan informasi dalam bentuk teks, peta digital sertamenjalankan fungsi-fungsi analisis dan query yang terkait dengan GIS melalui jaringan internet. Diharapkan dengan memanfaatkan teknologi WebGIS ini dapat dilakukan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang lebih baik (Suhelmi, dkk., 2013). Data indikator oseanografi yang cocok untuk ikan perlu diintegrasikan dengan berbagai layer pada SIG karena ikan sangat mungkin merespon bukan hanya pada satu parameter lingkungan saja, tapi berbagai parameter yang saling berkaitan. Dengan kombinasi SIG, inderaja dan data lapangan akan memberikan banyak informasi spasial misalnya dimana posisi ikan banyak tertangkap, berapa jaraknya antara fishing base dan fishing ground yang produktif serta kapan musim penangkapan ikan yang efektif. Tentu saja hal ini akan memberi gambaran solusi tentang pertanyaan nelayan kapan dan dimana bisa mendapatkan banyak ikan (Zainuddin, 2006). Menurut Johnson (2009), untuk mendapatkan data yang lebih akurat mengenai armada, alat tangkap, hasil tangkapan dan daerah penangkapan ikan target sebaiknya juga dilakukan pengamatan langsung di lapangan. peta lingkungan pantai didigitasi yang digunakan sebagai peta dasar dalam SIG. Peta tematik lainnya juga didigitasi sebagai masukan dalam SIG seperti peta orisinil daerah penangkapan ikan. Peta-peta ini selanjutnya direlasikan dengan data atribut yang sesuai dalam tabel basis data. Basis data mengandung semua informasi yang terintegrasi dalam format SIG: 20



 Titik (referensi geografrk dari garis pantai, pelabuhan perikanan, titik-titik penangkapan  Garis (garis kontur kedalaman, suagai)  Poligon (daerah penangkapan, tipe dasar perairan)  Grid (densitas hasil tangkapan)  Grafik (spesies dan alat tangkap)  Informasi alfanumerik: deskripsi armada dan sensus. Analisis data dilakukan untuk memperoleh informasi spasial data sumberdaya kelautan dan perikanan yang diperlukan. Data yang diperlukan terkait dengan 5 kelompok yang terdiri dari Peta WPP, Data Kewilayahan/Data Dasar, Data Perikanan, Data Zonasi Wilayah, Data Tematik Kelautan. Data terkait dengan kewilayah antara lain peta ZEE Indonesia, Peta Landas Kontinen diatas 200 mil laut, Batas teritorial. Data terkait dengan perikanan Data Kapal Perikanan (Tonase dan Lokasi Penangkapan), Daerah Penangkapan, Ijin Penangkapan (jumlah dan lokasi perijinan). Sebaran Pelabuhan Perikanan (Pelabuhan Perikanan Samudera, Pelabuhan Perikanan Nusantara, Pelabuhan Pendaratan Ikan). Data kewilayah antara lain ALKI dan batimetri (Suhelmi, dkk, 2013). Menurut Manik (2009), SIG untuk perikanan dan kelautan mulai pertengahan 87 dan dapat dikelompokkan untuk tujuan: 1. Site selection atau pilihan untuk budidaya laut. Hal ini merupakan awal untuk menggunakan GIS dalam bidang perikanan. Hal ini umumnya dilakukan di ruang skala kecil, namun sebenarnya dapat digunakan dalam skala besar. Pemilihan lokasi ini menjadi penting karena semakin banyaknya hambatan yang dihadapi dalam budidaya laut dan payau, misalnya masalah penyakit ikan secara massal di beberapa negara seperti Thailand,Sri Lanka, Indonesia dan banyak penyakit wabah lainnya yang dapat menyebabkan masalah dalam perikanan budidaya. 2. Aplikasi SIG untuk menganalisis lokasi yang cocok untuk distribusi ikan berdasarkan parameter lingkungan. Berdasarkan parameter-parameter lingkungan seperti suhu perairan,kesuburan perairan dan fenomena/proses yang terjadi seperti upwelling,thermal fronts). 3. Modelling pergerakan dan aktivitas ikan. Aplikasi Numerik ke model SIG untuk mensimulasikan atau memeramalkan berbagai proses. 21



4. Analisa dan usaha perikanan tangkap. Manajer Perikanan akan tertarik dimana usaha perikanan terkonsentrasi; dimana jumlah ikan yang tertangkap banyak; apa hubungan antara menangkap dan usaha, dll, dan banyak hal menarik yang berhubungan dengan usaha perikanan tangkap dapat dianalisis dengan SIG. Statistik keluaran dapat diperoleh dari berbagai GIS program. Jelas menangkap dapat dijelaskan dalam kaitannya dengan berbagai lingkungan parameter, atau dalam hal siklus hidup ikan. 5. Membangun database perikanan Regional dan Nasional. Walaupun tidak secara langsung dengan GIS aplikasi untuk manajemen perikanan dalam dilakukan, jelas bahwa tanpa masukan data besar maka aplikasi GIS untuk perikanan dan kelautan tidak dapat berfungsi. Maka di beberapa daerah utama perikanan yang besar upaya membangun data database, metadata set. 2.4



Penggunaan Sistem Informasi dalam Bidang Kelautan dan Perikanan Kebijakan pembangunan sektor kelautan perikanan Kabupaten Tanah Bumbu didasarkan



pada pendekatan pembangunan yang diarahkan agar mampu memainkan peranan utama dalam perbaikan perekonomian daerah, dalam arti dapat memposisikan sebagai penggerak pembangunan ekonomi daerah dan membudayakan masyarakat pembudidaya ikan/nelayan agar mampu mandiri dalam melaksanakan usahanya. Yang meliputi ; 1. Pemberdayaan Masyarakat dan Aparatur Kelautan dan Perikanan 2. Pengembangan Teknologi Budidaya Perikanan, Teknologi Penangkapan Ikan dan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. 3. Peningkatan Pengawasan dan Pengendalian terhadap Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan. 4. Peningkatan dan Pengembangan.Sarana dan Prasaran Kelautan dan Perikanan. Adapun strategi yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan Kemampuan SDM Kelautan Perikanan. Pengembangan sumberdaya manusia pada sektor perikanan dan kelautan ditujukan tidak saja kepada pembudidaya ikan/nelayan atau masyarakat perikanan pada umumnya, tetapi juga termasuk pada aparat-aparat pembina perikanan dan kelautan itu sendiri. Pengembangan sumberdaya 22



yang dilakukan, tidak hanya mencakup aspek teknis, seperti penciptaan Iptek, manajemen atau peningkatan keterampilan dan produktivitas, tetapi mencakup juga aspek yang lebih mendasar, yaitu peningkatan harkat, martabat dan kepercayaan terhadap diri sendiri, kemampuan berwira swasta serta tanggung jawab baik sebagai anggota keluarga, warga masyarakat ataupun pribadi mandiri. Oleh karena itu pembinaan terhadap pembudiya ikan/nelayan tidak hanya ditujukan kepada fungsi mereka sebagai faktor produksi atau tenaga kerja, tetapi juga kepada fungsi mereka sebagai sumberdaya insani yang memerlukan keseimbangan kesejahtraan rohani dan jasmani. Sedangkan terhadap  aparat pembina diharapkan akan tetap mau dan mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta wawasan sesuai perkembangan yang terjadi melalui berbagai kesempatan baik dalam negeri maupun di luar negeri. 2. Memanfaatkan Sumberdaya Kelautan Perikanan Secara Optimal, Efisien dan Berkelanjutan (Suistainable). Potensi lahan  kelautan dan perikanan di Tanah Bumbu cukup besar dan  berpeluang untuk dikembangkan secara optimal tanpa mengganggu kelestariannya dengan tingkat efektifitasmelalui usaha ekstensifikasi, identifikasi, diverifikasi dan rehabilitasiserta dengan menggunakan teknologi tepat guna dan memberikan prioritas utama terhadap komoditas ekonomis penting serta komoditas unggulan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Disamping itu usaha pemgembangan kelautan perikanan juga memungkinkan untuk ekstensifikasi dengan mendorong kearah penangkapan jarak jauh serta pengembangan usaha budidaya laut pada lokasi potensial. Dalam hubungannya dengan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan tetap berorientasi pada pembangunan perikanan yang ramah lingkungan serta mengutamakan kelestarian sumberdaya hayati. Selain itu juga perlu diarahkan untuk pencapaian produktifitas yang optimal, pemanfaatan secara rasional, peningkatan pendapatan serta pembangunan struktur usaha yang seimbang antara usaha skala besar maupun usaha kecil. 3. Meningkatkan Mutu Hasil Perikanan. Pembangunan kelautan dan perikanan merupakan salah satu kegiatan yang ekonomis dan mempunyai nilai strategis dan sangat prospektif. Hal ini mengingat kecendrungan semakin meningkatnya permintaan dunia akan  produk hasil perikanan . Sehubungan dengan meningkatnya permintaan tersebut  maka selain pencapaian target produksi, upaya peningkatan pengawasan mutu hasil perikanan juga 23



merupakan faktor utama dalam meningkatkan hasil produksi. Langkah-langkah yang ditempuh oleh Dinas adalah penanganan dan pengolahan pasca panen yang dilaksanakan oleh petani ikan sesuai anjuran teknis serta peningkatan teknologi dan pemrosesan produk. Peningkatan akses pasar yang tidak hanya lokal tetapi juga nasional bahkan  internasional (distribusi ekspor) sesuai dengan jenis komoditas yang diusahakan dan diperlukan pasar. 4. Meningkatkan Pengawasan dan Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan. Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam perlu dilaksanakan sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku. Peraturan-peraturan di bidang kelautan dan perikanan lebih mengarah dalam upaya menjaga kelestarian sumberdaya kelautan perikanan, agar pelaksanaan sejalan dengan peraturan yang berlaku perlu adanya pengawasan dan pengendalian di lapangan. Dalam melaksanakan pengawasan dan pengendalian sebagai upaya penegakan peraturan di bidang kelautan dan perikanan, perlu didahului oleh pembinaan dan sosialisasi tentang hukum kepada pelaku usaha di bidang kelautan dan perikanan khususnya pembudidaya ikan dan nelayan serta masyarakat pada umumnya. Untuk lebih mengoptimalkan pengawasan, akan dilakukan pembinaan sistem pengawasan mandiri oleh masyarakat melalui penggalangan SISWASMAS (Sistem Pengawasan Masyarakat) dan POKWASMAS (Kelompok Pengawas Masyarakat). 5. Merehabilitasi Ekosistem Habitat pesisir, Laut, dan Perairan Umum. Potensi lahan kelautan dan perikanan Kabupaten Tanah Bumbu cukup besar dan berpeluang untuk dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal tanpa menggangu lingkungannya dengan mengutamakan kelestarian sumberdaya hayati. Dilakukan peningkatan rehabilitasi dan konservasi sumberdaya kelautan dan perikanan dengan cara mangrove (pohon bakau) di wilayah pesisir yang mengalami abrasi. 6. Meningkatkan Pembangunan Infrastruktur Dalam Rangka Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan Perikanan. Dalam rangka peningkatan pengembangan kegiatan usaha kelautan perikanan yang turut berpengaruh terhadap pemasaran. Pembangunan infrastruktur dan rehabilitasi prasarana serta peningkatan sarana menjadi hal yang utama dalam rangka pemanfaatan sumberdaya kelautan perikanan. 7. Menciptakan Lapangan Kerja Baru Di Bidang Usaha Kelautan Perikanan. Adanya pertambahan penduduk dari tahun ke tahun akan mengakibatkan semakin sempitnya 24



lahan pekerjaan di segala sektor. Dan selaras dengan komitmen Kabupaten Tanah Bumbu untuk menanggulangi penganguran maka Pembangunan Infrastruktur pada sektor Kelautan Perikanan sangat mendukung dalam menciptakan lapangan kerja baru. 8. Memberdayakan Sosial Ekonomi Masyarakat Kelautan dan Perikanan. Dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa masyarakat pesisir merupakan masyarakat yang sangat tertinggal atau mempunyai pendapatan yang relatif rendah dan merupakan salah satu kelompok masyarakat yang  memiliki strata sosial terendah. Oleh karena itu Dana Penguatan Modal Perikanan adalah salah satu langkah awal dalam rangka peningkatan sosial ekonomi masyarakat kelautan perikanan. 9. Mengembangkan dan Memperkuat Sistem Informasi Kelautan Perikanan. Pengetahuan, Penguasaan dan Penerapan Teknologi terhadap masyarakat perikanan umumnya terbatas, oleh karena itulah peran Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Perikanan dalam hal ini sebagai media dalam mengembangkan dan memperkuat sistem informasi yang berguna dalam meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, inovasi dan motivasi masyarakat perikanan, terutama dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan (Zainudin,2006). Pengelolaan sumberdaya perairan harus dilakukan tepat dengan memanfaatkan data yang kontinyu dan teknologi yang mampu menggambarkan wilayah, potensi sumberdaya perairan dengan baik. Integrasi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan salah satu cara untuk mengelola sumberdaya perairan dengan data yang kontinyu dan sebaran spasial yang bisa menampilkan secara sederhana bentuk dan potensi sumberdaya perairan.  Secara sederhana intergrasi antara penginderaan jauh dan SIG dapat memetakan kondisi sumberdaya perairan sehingga dapat dipantau kondisinya. 2.5



Peranan SIG pada Bidang Kelautan dan Perikanan Penduduk melakukan kegiatan budidaya rumput laut sebagai usaha sampingan selain



sebagai nelayan. Penempatan rakit atau tali apung berada pada sekitar alur yang biasa dilalui kapal sehingga perawatan dan pemeriksaan tanaman bisa dilakukan sesekali pada waktu senggang atau pada saat berangkat ataupun pulang melaut. Jenis rumput laut yang dibudidayakan adalah Eucheuma cottoni. Rumput laut jenis tersebut mengandung karaginan tinggi yang banyak 25



mendukung industri makanan, farmasi, dan kosmetika. Metode budidaya yang mereka terapkan adalah metode rakit apung dan metode long line, yaitu dengan mengikat rumput laut pada tali yang direntangkan diatas atau diantara taman karang. Penempatan lokasi budidaya rumput laut tersebut seringkali berbenturan dengan beberapa kepentingan, misalnya jalur pelayaran, zona pariwisata, dan perlindungan (Ariyati dkk, 2010). Pengembangan budidaya laut merupakan usaha meningkatkan produksi dan sekaligus merupakan langkah pelestarian kemampuan lingkungan yang serasi dan seimbang dalam rangka mengimbangi pemanfaatan dengan cara penangkapan. Usaha budidaya merupakan salah satu bentuk pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perairan yang berwawasan lingkungan (Affan, 2012). Proses penentuan kesesuaian kawasan tersebut dilakukan dengan menggunakan operasi spasial dengan memanfaatkan aplikasi SIG. Operasi spasial tersebut merupakan operasi tumpang susun (overlay), dalam prosesnya operasi tumpang susun adalah adalah suatu proses penyatuan data spasial dan merupakan salah satu fungsi efektif dalam SIG yang digunakan dalam analisa keruangan. Sedangkan metode yang digunakan adalah weighted overlay. Weighted overlay merupakan sebuah teknik untuk menerapkan sebuah skala penilaian untuk membedakan dan menidaksamakan input menjadi sebuah analisa yang terintegrasi. Weighted overlay memberikan pertimbangan terhadap factor atau kriteria yang ditentukan dalam sebuah proses pemilihan kesesuaian (Syofyan dkk, 2010). Data primer berupa kualitas perairan yang telah diperoleh dari lapangan, selanjutnya dianalisa secara spasial, dengan urutan sebagai berikut : 1. Menyusun Peta Tematik. Titik-titik pengamatan dari data lapangan yang berupa suhu, kecepatan arus, tinggi gelombang, kecerahan air, pH, salinitas, oksigen terlarut, karbon dioksida, nitrat, dan fosfat dan klorofil-a dianalisis dengan analisis geosatistik, yaitu dengan menginterpolasi data titik menjadi area (polygon) menggunakan metode nearest neighbour. Hasil interpolasi masing-masing kualitas perairan tersebut kemudian disusun dalam bentuk peta-peta tematik.



26



2.



Klasifikasi Kelas Kesesuaian. Klasifikasi tingkat kesesuaian lahandilakukan dengan menyusun matrik kesesuaian untuk menilai kelayakan atas dasar pemberian skor pada parameter pembatas kegiatan budidaya rumput laut. Klas kesesuaian parameter pembatas budidaya tersebut ditentukan berdasarkan respon pertumbuhan organisme budidaya (Ariyati dkk, 2010).



Gambar 1. Lokasi Titik Pengamatan Apabila petani membudidayakan rumput laut dengan metode tali apung dengan jarak tanam 25 x 50 cm, sehingga untuk 1.000 m tali terdapat 4.000 titik tanam, memerlukan luas lahan penanaman sekitar 500 m2. Hasil rumput laut yang dapat dipanen setelah 45 hari rata-rata sebanyak 1 kg, sehingga total diperoleh hasil 4.000 kg rumput laut basah atau senilai dengan Rp 1.200.000. Apabila setiap keluarga nelayan mempunyai 0,25 ha lahan maka mereka akan memperoleh penghasilan sekitar Rp 600.000/45 hari atau Rp 400.000/bulan, suatu usaha yang cukup layak sebagai sumber pendapatan masyarakat nelayan. Hanya 50 % dari luas lahan potensial untuk budidaya rumput laut yang seharusnya tergarap. Luas lahan potensial untuk budidaya rumput laut di sekitar pulau Karimunjawa dan pulau Kemujan seluas 42 ha. Jadi, apabila hanya 50 % lahan saja yang digunakan (21 Ha) maka dalam waktu satu tahun dapat dihasilkan rumput laut basah sebanyak 168.000 kg atau 168 ton atau senilai dengan Rp 50.400.000.



27



1. Peran SIG Dalam Penentuan Daerah Penangkapan Ikan Sistem Informasi Geografi merupakan suatu interaksi antara data-data atribut dan data spasial yang bereferensi geografi. Keunggulan SIG ini dapat dijadikan masukan berharga bagi para nelayan atau pengusaha perikanan untuk mengetahuai lokasi-lokasi penangkapan ikan. Pengembangan informasi oleh masing-masing pihak pun tidak seragam. Sebagai contoh, pelaku bisnis akan mendata atau menentukan lokasi penangkapan yang prospektif berdasarkan lokasi geografis, bahkan hingga mencari lokasi yang memiliki sumber daya melimpah dan sebagainya. Saat ini berbagai produk perikanan tangkap dalam kondisi stagnan. Sebab, nelayan mengalami keterbatasan alat tangkap, terutama kapal, lokasi dimana ikan berada (Fishing Ground) dan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi teknologi tentang kelautan dan perikanan. Langkah Kementerian Kelautan dan Perikanan yang akan menggelontorkan dana triliunan rupiah untuk pengadaan ribuan kapal tangkap bagi nelayan tidak akan optimal tanpa dukungan sistem informasi yang menggambarkan kondisi terkini kelautan dan perikanan. Diperlukan solusi terintegrasi berupa e-ocean fisheries government, yakni sistem informasi tentang kelautan dan perikanan berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan kemampuan business intelligent serta memiliki keandalan interoperabilitas sehingga bisa berbagi informasi secara luas. Selain itu, berbagai basis data perikanan global dapat diakses. Contohnya, fisheris global information system yang menyediakan informasi seperti statistik perikanan, peta sebaran ikan menurut spesies (Peta fishing gorund), isu dan topik perikanan aktual, budidaya, perikanan laut, serta teknologi penangkapan. Pemilihan tempat penangkapan yang strategis sangat penting, karena dengan pemilihan yang tepat akan menghasilkan hasil yang sesuai dengan yang di harapkan, untuk mendapatkan hasil yang lebih dari yang diharapkan maka dibutuhkan SIG (Sistem Informasi Geografis) dalam bidang perikanan. Setiap spesies ikan mempunyai karakteristik oseanografi kesukaan masing-masing dan cenderung menempati daerah tertentu yang bisa dipelajari atau dibuat permodelannya. Hal tersebut bisa dilakukan dengan pendekatan teknologi SIG. Basis data semestinya menjadi isu



28



penting dalam mengembangkan produksi perikanan tangkap negeri ini yang sedang stagnan. Basis data itu juga sangat penting untuk mengetahui secara persis berapa sebenarnya potensi stok ikan yang kita miliki, di mana saja ikan tersebut bisa ditangkap, dan kapan bisa dipanen secara melimpah. Ikan dengan mobilitas yang tinggi akan lebih mudah dilacak di suatu area melalui sistem teknologi informasi. Hal ini dikarenakan ikan cenderung berkumpul pada kondisi lingkungan tertentu, seperti pusaran arus dan daerah front gradient pertemuan dua massa air yang berbeda,baik salinitas maupun suhu. Pengetahuan dasar yang dipakai sebagai basis sistem informasi adalah pengkajian hubungan antara spesies ikan dan faktor lingkungan di sekelilingnya. Dari hasil kajian tersebut akan diperoleh indikator oseanografi yang cocok untuk ikan tertentu. Sebagai contoh ikan albacore tuna di laut utara Pasifik cenderung terkonsentrasi pada kisaran suhu 18.5 – 21.5°C, dan tingkat klorofil-a 0.3 mg/m3. Selanjutnya, output yang didapatkan dari indikator oseanografi yang bersesuaian dengan distribusi dan kelimpahan ikan dipetakan dengan teknologi SIG. Dalam hal menentukan peta fishing ground bukan nelayan yang mengolah, namun stasiun bumi yang akan  mengolah citra satelit dan memberikan informasi fishing ground kepada nelayan. Informasi harian daerah fishing ground dapat diterima nelayan yang akan melaut, dan bagi nelayan yang sedang melaut, informasi tersebut disampaikan melalui radio antara stasiun bumi pengolah data citra satelit dan nelayan yang sedang melaut. Berbekal informasi fishing ground, tidak ada lagi istilah bagi nelayan untuk mencari ikan tetapi yang ada ialah nelayan melaut untuk menangkap ikan. Peta fishing ground memberikan informasi daerah potensi ikan. Daerah potensi ikan ditentukan dalam posisi koordinat. Maka dari itu diperlukan alat navigasi berupa GPS untuk membantu navigasi pelayaran sekaligus navigasi untuk menemukan daerah fishing ground hasil analisis citra satelit. Dengan kata lain adanya data satelit inderaja dan satelit navigasi dapat mengatasi masalah nelayan dalam hal menentukan lokasi tangkapan ikan, dapat membantu produksi perikanan dan tidak akan ada lagi nelayan yang tersesat di lautan. Dengan mengetahui di mana ikan



29



bisa ditangkap dalam jumlah besar, tentu biaya operasi penangkapan bisa dihemat. Salah satu solusi terbaik adalah mengombinasikan kemampuan SIG dan pengindraan jauh kelautan. Dengan teknologi pengindraan jauh, faktor-faktor lingkungan laut seperti suhu permukaan laut (SST), tingkat konsentrasi klorofil-a, perbedaan tinggi permukaan laut serta arah dan kecepatan arus yang memengaruhi distribusi, migrasi, dan kelimpahan ikan dapat diperoleh secara berkala, cepat, dan dengan cakupan area yang luas. Dengan kombinasi SIG dan Pengindraan Jauh akan memberikan banyak informasi spasial, misalnya di mana posisi ikan banyak tertangkap, berapa jaraknya antara fishing base dan fishing ground yang produktif, serta kapan musim panen. Pada prinsipnya ada 4 (empat) layer/lapisan data yang diintegrasikan yaitu: 



Suhu Permukaan Laut (SST) yang diamati oleh Satelit NOAA/AVHRR,







Tingkat Konsentrasi Klorofil yang diamati oleh Satelit SeaWiFS,







Perbedaan Tinggi Permukaan Air Laut (SSHA) yang diamati oleh Satelit Altimetry







Arus Eddy (EKE) yang diamati oleh satelit AVISO. Parameter pertama (SST) dipakai karena berhubungan dengan kesesuaian kondisi



fisiologi ikan dan thermoregulasi untuk ikan tuna; sedangkan parameter yang kedua karena dapat menjelaskan tingkat produktifitas perairan yang berhubungan dengan kelimpahan makanan ikan; sementara parameter yang ketiga berhubungan dengan kondisi sirkulasi air daerah yang subur seperti eddy dan upwelling ; dan parameter terakhir berhubungan dengan indeks untuk melihat daerah subur dan kekuatan arus yang mungkin mempengaruhi distribusi ikan. 2. Peran SIG dalam Pengembangan Wilayah Pesisir Perencanaan pengembangan wilayah Pesisir dan Marin memerlukan informasi dari berbagai sektor yang terpadu. Untuk memenuhi hal tersebut diperlukan pengelolaan informasi yang dapat menyimpan dan mengolah data dari berbagai sektor dan bentuk. Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan suatu sistem yang mampu mengumpulkan, menyimpan, meretrieve, mentransformasi dan menampilkan data spasial dari suatu wilayah untuk tujuan 30



tertentu. Pemanfaatan teknologi SIG untuk pengembangan wilayah pesisir dan marin perlu didukung oleh teknologi penginderaan jauh untuk memperoleh data yang ”up to date' sehingga informasi tentang perkembangan dan perubahan kondisi kawasan pesisir yang terjadi dapat diperoleh baik secara visual, spasial, digital dan multi temporal dari waktu ke waktu. 3. Peran SIG dalam Perairan Umum Kebutuhan masukkan (input) yang dibutuhkan dalam sistem informasi geografis adalah data. Data yang dibutuhkan dalam SIG yaitu dua macam data, antara lain adalah data spasial dan data atribut. Data spasial dapat berupa data mengenai lokasi atau jalan dari objek sumber daya air, sedangkan atribut merupakan data yang berupa informasi yang menjelaskan isi dari data spasial tersebut. Kebutuhan proses tersebut antara lain : 1) Proses penentuan objek pada peta 2) Proses penentuan panjang sungai dari suatu titik ke titik lainnya 3) Proses penentuan lebar sungai dari suatu titik ke titik lainnya 4) Proses penentuan kedalaman sungai dari suatu titik ke titik lainnya 5) Proses penentuan debet air. Keluaran yang dibutuhkan dalam pengembangan sistem sehingga dapat memberikan informasi kepada user antara lain : 1) Informasi mengenai letak bentangan sungai 2) Informasi tentang panjang sungai 3) Informasi mengenai lebar sungai 4) Informasi tentang kedalaman sungai dan 5) Informasi mengenai debit air per titik sungai.



31



2.6



Pemanfaatan Sistem Informasi dalam Pengelolaan Perikanan Dengan terbuka peluang permintaan terhadap produksi perikanan Indonesia, maka



tuntutan untuk meningkatkan produksi perikanan juga akan semakin meningkat. Sayangnya dalam berbagai hal, terdapat permasalahan yang dihadapi khususnya dalam menerapkan pemanfaatan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan. Oleh karena itu untuk memenuhi permintaan tersebut maka tantangan utama yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dalam pembangunan perikanan yaitu: 1) Peningkatan kualitas SDM perikanan dan penguasaan IPTEK untuk mendukung peningkatan produksi 2) Pengembangan teknologi perikanan yang berwawasan lingkungan sebagai upaya untuk menjaga kualitas produksi dan kualitas lingkungan 3) Menjaga dan mengamankan keberlanjutan sumberdaya perikanan baik dari ancaman pencurian maupun over-eksploitasi sumberdaya yang berlebihan. Tantangan dalam pengembangan usaha perikanan di Indonesia adalah lemahnya sistem data dan informasi perikanan yang berpengaruh terhadap akurasinya dan ketepatan waktunya. Kelemahan ini dapat mengakibatkan salah perencanaan yang pada akhirnya bermuara pada kegagalan usaha, sehingga dimata para bankers usaha perikanan dianggap berisiko pada masa lalu padahal sumberdaya perikanan masih belum banyak yang digali. Namun pada masa sekarang dimana sumberdaya tersebut telah dimanfaatkan dan keadaan lingkungan yang semakin memburuk ketepatan data dan timingnya menjadi sangat menentukan. Tantangan lain adalah kualitas sumberdaya manusia. Untuk membangun suatu sistem informasi dibutuhkan sumberdaya manusia yang berkualitas yang mampu menguasai teknologi sistem informasi dan mengoperasikannya dirasakan sangat rendah/sedikit bahkan mungkin tidak ada samasekali di daerah-daerah tertentu yang potensi perikanannya melimpah. Salah satu permasalahan pembangunan perikanan Indonesia adalah keterbatasan data dan informasi yang dapat dijadikan rujukan perencanaan dan pengelolaan sumberdaya perikanan. Ketersediaan data dan informasi perikanan yang akurat hingga saat ini masih dipandang sebagai hal yang tidak begitu penting dan mendesak dalam pembangunan perikanan nasional. Hingga 32



saat ini, belum ada lembaga yang menangani penyediaan data dan informasi secara menyeluruh, melainkan masih dilakukan oleh masing-masing instansi sesuai dengan kebutuhan. Akibatnya sering terjadi perbedaan data dan informasi perikanan. Sebagai contoh dalam perhitungan potensi lestari perikanan nasional hingga saat ini masih terdapat perbedaan. Padahal ketersediaan data dan informasi perikanan yang akurat merupakan faktor penting dalam penyususnan perencanaan dan pengelolaan sumberdaya perikanan, khususnya dalam merencanakan pembangunan perikanan yang optimal dan berkelanjutan, serta menghindari terjadinya over-eksploitasi sumberdaya perikanan. Suatu sistem informasi yang bersifat lintas sektor mempunyai suatu beban yang berat yaitu bagaimana menyelaraskan seluruh instansi agar tidak ada yang merasa dirugikan, bahkan seluruhnya diharapkan mempunyai inisiatif untuk bergabung demi tercapainya sistem informasi menyeluruh yang handal. Kendala dalam pengimplementasian sistem informasi yang terintegrasi adalah keberagamannya macam sistem yang telah ada sejak lama yang tersebar di berbagai instansi baik pemerintah maupun swasta, baik sipil maupun militer, baik di daerah maupun di pusat. Keberagaman ini bertambah parah dikarenakan pada kenyataannya tidak seluruh peralatan penunjang pengumpul data bekerja penuh secara elektronik, akan tetapi masih banyak pula yang semi-elektronik dan bahkan non-elektronik, sehingga hal ini benar-benar akan menimbulkan kesulitan di dalam pengintegrasiannya nanti. Jika semua peralatan harus diubah menjadi elektronik secara keseluruhan sesuai dengan tuntutan jaman informasi, maka salah satu kendala yang utama adalah mahalnya harga peralatan elektronik tersebut yang rata-rata memang masih merupakan barang impor. Hal ini mendorong kemadirian didalam peralatan-peralatan ini sudah mutlak diperlukan. Data dan informasi yang diperlukan Hingga saat ini informasi tentang perikanan Indonesia diperoleh dari berbagai sumber informasi baik merupakan instansi pemerintah, swasta dan masyarakat. Instansi pemerintah yang dapat memberikan informasi tentang perikanan adalah departemen dan nondepartemen. Departemen yang langsung berhubungan dengan perikanan adalah Departemen Kelautan dan Perikanan dan Dinasdinas Perikanan di daerah, sementara departemen lain yang secara tidak langsung berhubungan dengan informasi perikanan adalah Departemen Perindustrian dan 33



Perdagangan, Departemen Perhubungan, Departemen Tenaga Kerja, Departemen Keuangan, Departemen Luar Negeri, Departemen Pertahanan dan Keamanan/Polri dan Departemen Hukum dan Perundang-Undangan. Sedangkan instansi non-departemen yang secara tidak langsung juga berhubungan dengan perikanan adalah lembaga-lembaga penelitian dan pengkajian seperti BPPT, LIPI, BAKOSURTANAL, dan LAPAN, serta Universitas-Universitas. Dari pihak swasta, informasi perikanan dapat diperoleh dari perusahaan-perusahaan atau industri-industri yang bergerak dalam bidang perikanan. Di Indonesia perusahaan-perusahaan atau industri-indutri ini sangat banyak dan bervariasi serta tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Mereka mempunyai kantor-kantor perwakilan di daerah-daerah. Dari pihak masyarakat, informasi perikanan dapat diperoleh dari koperasi-koperasi unit desa (KUD) yang berusaha dalam bidang perikanan. Mereka ini berada dalam jumlah yang banyak dan tersebar di daerah-daerah yang mempunyai potensi perikanan. Disamping itu terdapat juga lembaga-lembaga sosial masyarakat (LSM) yang berusaha di bidang Perikanan. Bila dilihat dari jalur infomasi perikanan dari daerah sampai ke pusat, secara fungsional sistim informasi perikanan Indonesia dibagi menjadi 3 bagian. Di tingkat pusat, Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) hanya berfungsi sebagai koordinasi, sedangkan di tingkat provinsi dapat bersifat melakukan monitor, dan di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan bersifat aktif. Di tingkat kecamatan atau kota/kabupaten pembangunan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dengan fasilitasnya dibangun. Di tingkat pusat sendiri, DKP juga merupakan salah satu bagian dari jaringan informasi perikanan yang nantinya diharapkan dapat bersifat koordinatif terhadap sistem-sistem lain yang ada pada jaringan tersebut. Seperti pada perguruan-perguruan tinggi, pusat-pusat penelitian,lembaga-lembaga pemerintah nondepartemen, LSM-LSM, dan lain-lain. Pembentukan sistem informsi perikanan memerlukan informasi perikanan. Informasi perikanan yang diperlukan dikelompokkan dalam informasi perikanan tangkap dan informasi perikanan budidaya. Informasi perikanan tangkap yang diperlukan meliputi: 1. Distribusi spasial dan temporal jenis-jenis sumberdaya perikanan 2. Potensi lestari setiap jenis sumberdaya perikanan 3. Persyaratan ekologis bagi kehidupan dan pertumbuhan setiap jenis sumberdaya perikanan 34



4. Trophodynamics (transfer energi dan materi antar trophic level) dalam suatu ekosistem perairan dimana sumberdaya perikanan yang dikelola hidup 5. Dinamika populasi sumberdaya perikanan 6. Sejarah hidup dari sumberdaya perikanan 7. Kualitas perairan dimana sumberdaya hidup 8. Tingkat penangkapan/pemanfaatan terhadap sumberdaya perikanan, dalam bentuk upaya tangkap secara berkala 9. Jumlah armada penangkapan ikan dari berbagai ukuran baik yang artisanal maupun modern secara spasial dan temporal serta jumlah nelayan yang memang benar-benar melakukan kegiatan sebagai nelayan. Sementara kegiatan perikanan budidaya merupakan kegiatan pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan perairan untuk membesarkan biota air (hewan maupun nabati) secara optimal. Agar kegiatan perikanan budidaya dapat berkelanjutan maka pemilihan lokasi harus dilakukan secara benar dan kegiatan/proses produksi hendaknya dilakukan menurut kaidahkaidah ekologis dan ekonomis. Secara garis besar informasi utama yang diperlukan pada saat pemilihan lokasi adalah tentang kondisi biofisik (dari mulai kuantitas dan kualitas air, topografi, jenis tanah), pemilihan benih dan kondisi iklim. Sementara pada proses produksi, selain aspek lain yang menyangkut nutrisi, hama dan penyekit, genetika, pertumbuhan, dan interaksi ekologis biota yang dibudidayakan serta kualitas air, juga konversi pakan yang ditambahkan menjadi limbah yang terbuang ke perairan umum. Dalam upaya mendapat sistem informasi perikanan yang terpadu, sistem informasi perikanan dikembangkan dengan konsep sebagai berikut: 1) Sistem informasi perikanan dikembangkan secara bertahap dan berkelanjutan. 2) Mendayagunakan sistem-sistem yang sudah ada - baik sistem informasi maupun sistem komunikasi secara maksimal. 3) Dalam langkah pendayagunaan tersebut, maka usaha intervensi dan atau modifikasi sistem informasi yang telah ada ditekan seminimal mungkin. 4) Pemanfaatan teknologi-teknologi mutakhir, yang cocok dengan spesifikasi di atas.



35



Sistem informasi perikanan pada dasarnya berfungsi sebagai sebuah infrastruktur informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan berbagai permasalahan yang ada dan mengakomodir semua tujuan yang diharapkan. Sistem ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berbasis multimedia kepada penggunanya. Hasil analisis selanjutnya dimanfaatkan oleh user yaitu nelayan dan perusahaan penangkapan, dimana output data ini dapat berupa peta DPI, citra satelit dan laporan. Output selanjutnya akan dievaluasi untuk melihat kesalahan-kesalahan yang terjadi dimana jika terjadi kesalahan pada analisis, maka akan dilakukan proses pengolahan pada DKP kabupaten dan jika terjadi kesalahan pada proses awal maka dilakukan evaluasi ulang terhadap data awal sebagai dasar sumber informasinya. Selanjutnya dari hasil evaluasi maka dilakukan pengembangan untuk perbaikan di masa yang akan dating sehingga proses ini akan berjalan untuk optimalisasi pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap. Sesuai dengan tujuannya, prinsip pengembangan sistem informasi perikanan yaitu : 1) Mengembangkan dan menyatukan sistem informasi tentang perikanan yang sudah ada menjadi sebuah sistem “network” perikanan 2) Mendisain dan membangun sistem informasi yang belum tersedia kemudian menyambungkannya dalam sistem network perikanan 3) Mendisain dan membangun pusatpusat pelayanan data informasi 4) Merekayasa sebuah “protokol” bagi sistem “network” perikanan. Potensi sumberdaya perikanan, merupakan salah satu komoditas unggulan yang harus dikelola secara baik dan arif. Oleh karena diperlukan perencanaan Sistim Informasi manajemen pengelolaan dan pembangunan Sistim informasi manajemen pengelolaan untuk pemanfaatan berkelanjutan sehingga sumberdaya perikanan dapat terjaga kelestariannya. Salah satu contoh penggunaan perangkat lunak dalam sistem informasi manajemen yaitu Sistem Informasi Geografi (SIG) dimana sistem informasi ini dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau berkoordinat geografi atau dengan kata lain suatu SIG adalah suatu sistem basis data dengan kemampuan khusus untuk menangani data yang bereferensi keruangan (spasial) bersamaan dengan seperangkat operasi kerja (Barus dan Wiradisastra, 2000).



36



Aplikasi SIG dapat digunakan untuk berbagai kepentingan selama data yang diolah memiliki referensi geografi, maksudnya data tersebut terdiri dari fenomena atau objek yang dapat disajikan dalam bentuk fisik serta memiliki lokasi keruangan. Sebagai negara kepulauan, Indoensia sudah seharusnya mempunyai Sistem Informasi Perikanan. Sistem informasi ini akan memberikan manfaat yang besar terutama didalam pemanfaatan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan. Keterpaduan dari berbagai elemen sistem informasi perikanan secara sinergis akan memberikan atau menciptakan kondisi yang kondusif dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan secara arif dan bijaksana dengan berpedoman pada aspek konservasi. Di era otonomisasi, sistem informasi perikanan akan memberikan dampak yang positf bagi pembangunan daerah. Sistim informasi perikanan daerah akan disempurnakan dengan berbagai informasi dari sumber lain yang sehingga daerah dapat melakukan perencanaan dan pengelolaan potensi sumberdaya perikanan secara terpadu dan berkelanjutan. Oleh karena itu kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan akademisi baik ditingkat pusat maupun di daerah perlu ditumbuhkembangkan. Kondisi ini akan memicu tumbuhnya rasa kepedulian terhadap perikanan. Pengembangan data dan informasi sebagai bahan perencanaan pembangunan perikanan haruslah mengintegrasikan data-data lainnya seperti aspek lingkungan, sosial dan ekonomi. Sehubungan dengan sifat yang dinamis dan kompleksitas dari sumberdaya perikanan, maka ketersediaan data yang akurat dan terpecaya menjadi penting. Dalam mengembangkan sistem informasi perikanan, maka beberapa kegiatan yang dapat dilaksanakan yaitu: 1. Penyempurnaan metode dan kerangka survei statistik perikanan 2. Penyempurnaan buku pedoman survei statistik perikanan 3. Pengembangan sistem data statistic 4. Pelatihan enumerator dan supervisor pengumpulan data serta pengolah data 5. Uji coba pedoman survei statistik perikanan 6. Sosialisasi sistem data statistic



37



2.7



Tahapan Pengembangan Sistem Informasi



Metode pengembangan sistem informasi yang dilakukan terdiri dari lima tahap, yaitu : 1. Tahap perencanaan sistem informasi, merupakan langkah awal dalam membangun sebuah sistem informasi. Pada tahap ini ditentukan lingkup proyek atau sistem yang akan dituangkan dalam sistem informasi. Lingkup proyek atau batasan sistem adalah seluruh sub sistem yang melakukan aktifitas perikanan tangkap di Kabupaten Padang Pariaman. 2. Tahap analisis sistem informasi, merupakan kegiatan menganalisis kebutuhan informasi bagi pengembangan sistem, merumuskan permasalahan yang ada dalam proses dan manajemen pendataan sumberdaya dan lingkungan perikanan tangkap, mengembangkan kegiatan identifikasi sistem untuk mendapatkan gambaran sistem informasi secara garis besar. 3. Tahap



perancangan



sistem



informasi,



merupakan



kegiatan



merancang



atau



mengaktualiasi hasil sebelumnya ke dalam wujud sistem informasi. Kegiatan yang dilakukan terkait perancangan sistem informasi ini terdiri dari proses input data, pengolahan data dan proses penyajian data ( ouput data). 4. Tahap implementasi sistem informasi. Tahapan implementasi sistem mencakup coding (pengkodean program) dan instalasi (pemasangan program). Program aplikasi dirancang dengan menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0 dan penyimpanan data menggunakan format Microsoft Access 2007. 5. Tahap validasi sistem informasi, merupakan kegiatan uji coba sistem informasi yang telah disusun. Proses validasi ini diperlukan untuk memastikan bahwa sistem informasi yang dibangun sudah benar, sesuai karakteristik yang ditetapkan dan tidak ada kesalahankesalahan yang terkandung di dalamnya. Dalam pengembangan sistem informasi ini digunakan lima jenis perangkat lunak (sofware), yaitu Software Microsoft Access , Microsoft Visual Basic 6, Adobe Photoshop CS, CorelDRAW X4, dan ArcView 3.3. Software Microsoft Access dan Microsoft Visual Basic 6.0 digunakan untuk penyusunan database dan mendesain sistem informasi. Adobe Photoshop CS, CorelDRAW X4, dan ArcView 3.3 digunakan untuk menyiapkan data dan merancang output data yang bersifat picture, graph dalam proses desain sistem informasi. 38



BAB III PENUTUP 3.1



Kesimpulan 1. Sistem adalah sekumpulan unsur/elemen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai suatu tujuan. Sistem dapat juga didefinisikan sebagai suatu jaringan kerja dari prosedur prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu. 2. SIG sangat bermanfaat dalam bidang perikanan dan kelautan karena dapat digunakan untuk pemodelan keruangan dalam analisis , untuk mecari dimana posisi ikan banyak tertangkap, mendapatkan data yang lebih akurat mengenai armada, alat tangkap, hasil tangkapan dan daerah penangkapan ikan. 3.  SIG adalah salah satu alternatif yang membantu mengolah data dalam bidang perikanan dan kealutan. 4. Analisis data dilakukan untuk memperoleh informasi spasial data sumberdaya kelautan dan perikanan yang diperlukan 5. Tujuan penggunaan SIG yaitu Site selection atau pilihan untuk budidaya laut, Aplikasi SIG untuk menganalisis lokasi yang cocok untuk distribusi ikan berdasarkan parameter lingkungan, Modelling pergerakan dan aktivitas



ikan, Aplikasi analisa dan usaha



perikanan tangkap, dan Membangun database perikanan Regional dan Nasional. 6. Sistem informasi geografi tidak dapat dilepaskan dengan teknologi, khususnya teknologi digital atau lebih khususnya teknologi komputer. Perkembangan SIG sangat berkorelasi dengan perkembangan teknologi, karena salah satu komponen yang paling utama dalam SIG adalah perangkat komputer sebagai alat untuk pemrosesan SIG . 7. Dengan adanya aplikasi SIG maka dapat diperoleh gambaran suatu wilayah perairan. Misalnya, adanya penentuan batas pulau yang masih rancau, teridentifikasinya lokasi rawan konflik seperti wilayah perairan pedalaman. 8. Dihasilkan peta alternatif jalur-jalur penangkapan ikan wilayah perairan dengan mempertimbangkan parameter jarak dan kedalaman disertai dengan beberapa asumsi dan pembatasan. 39



9. Sistem Informasi Geografis merupakan system informasi berbasis computer digunakan untuk menyajikan secara digital dan menganalisa penampakan geografis yang ada dan kejadian di permukaan bumi. 10. Sumber data untuk keperluan SIG dapat berasal dari data citra, data lapangan, survey kelautan, peta, sosial ekonomi, dan GPS. Selanjutnya diolah di laboratorium atau studio SIG dengan software tertentu sesuai dengan kebutuhannya untuk menghasilkan produk berupa informasi yang berguna, bisa berupa peta konvensional, maupun peta digital sesuai keperluan user, maka harus ada input kebutuhan yang diinginkan user. 11. Dengan kombinasi SIG, inderaja dan data lapangan akan memberikan banyak informasi spasial misalnya dimana posisi ikan banyak tertangkap, berapa jaraknya antara fishing base dan fishing ground yang produktif serta kapan musim penangkapan ikan yang efektif. Tentu saja hal ini akan memberi gambaran solusi tentang pertanyaan nelayan kapan dan dimana bias mendapatkan banyak ikan. 12. SIG dapat kita terapkan dalam bidang perairan, contohnya seperti dalam penentuan lokasi penangkapan ikan, pengembangan wilayah pesisir, mengetahui panjang sungai, dll. 3.2



Saran Perlu adanya pengembangan penggunaan SIG dalam bidang perikanan dan kelautan agar



dalam mengolah data dan informasi yang berkaitan dengan perikanan dan kelautan lebih akurat karena SIG memeri informasi secara spasial. 



40



DAFTAR PUSTAKA



Ankiq, T.S., Skalalis, D., dan Ujang, S. 2012. Aplikasi Sistem Informasi Geografi untuk Penetapan Potensi Lahan Budidaya Perikanan di Kabupaten Sumedang. http://pustaka.unpad.ac.id (Diakses pada tanggal 30 Maret 2014). Johnson. 2009. Aplikasi SIG untuk Pengelolaan Perikanan Tangkap. http://itk.fpik.ipb.ac.id (Diakses pada tanggal 30 Maret 2014). Manik, H.M. 2009. Aplikasi SIG untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan. http://www.p3sdlp.litbang.kkp.go.id (Diakses pada tanggal 30 Maret 2014). Munggaran, L.C., Widiastuti, dan Bobi, N. 2012. Perancangan Sistem Informasi Geografis Perikanan di Indonesia. http://repository.gunadarma.ac.id (Diakses pada tanggal 30 Maret 2014). Nugraha, D.W. 2012. Perancangan Sistem Informasi Geografis Menggunakan Peta Digital. http://portalgaruda.org (Diakses pada tanggal 30 Maret 2014). Suhelmi, I.R.,Yulius, dan Dini, P. 2013. Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Berbasis Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) dengan Memanfaatan Webgis. http://www.p3sdlp.litbang.kkp.go.id (Diakses pada tanggal 30 Maret 2014). Zainuddin, M. 2006. Aplikasi Sistem Informasi Geografis dalam Penelitian Perikanan dan Kelautan. http://regional.coremap.or.id (Diakses pada tanggal 30 Maret 2014). Handoyo, K. 2011. Sistem Informasi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perikanan Tangkap di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, Bogor.



41