Makalah Skabies Keperawatan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Scabies merupakan penyakit endemi pada banyak masyarakat.Penyakit ini dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia.Penyakit ini banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat mengenai semua umur. Insiden scabies di Negara berkembang menunjukkan siklus fluktuasi yang sampai saat ini belum dapat dijelaskan.Interval antara akhir dari suatu epidemi dan permulaan epidemi berikutnya kurang lebih 10-15 tahun. Beberapa faktor yang dapat membantu penyebaran scabies adalah kemiskinan, hygiene yang jelek, seksual promiskuitas, diagnosis yang salah, demografi, ekoligi dan derajat sensitasi individual.Indisennya di Indonesia masih cukup tinggi, terendah di Sulawesi Utara dan tertinggi di jawa Barat. B. Rumusan Masalah 1. Apa defenisi dari scabies? 2. Apa penyebab scabies? 3. Bagaimana patofisiologi dari scabies? 4. Apa tanda dan gejala dari scabies? 5. Apa komplikasi yang ditimbulkan dari scabies? 6. Apa penatalakasanaan untuk scabies? 7. Bagaimana hasil pemeriksaan penunjang untuk scabies? 8. Apa asuhan keperawatan yang diberikan untuk scabies?



1



C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk memenuhi materi akademik sistem integumen yang diberikan oleh dosen pembimbing 2. Tujuan Khusus 1) Untuk mengetahui pengertian dari scabies 2) Apa penyebab scabies 3) Bagaimana patofisiologi dari scabies? 4) Apa tanda dan gejala dari scabies? 5) Apa komplikasi yang ditimbulkan dari scabies? 6) Apa penatalakasanaan untuk scabies? 7) Bagaimana hasil pemeriksaan penunjang untuk scabies? 8) Apa asuhan keperawatan yang diberikan untuk scabies?



2



BAB II TINJAUAN TEORI



A. Defenisi Skabies adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes Scabiei varian hominis, yang penularannya terjadi secara kontak langsung. Penyakit ini disebut juga the itch, seven year itch, Norwegian itch, gudikan, gatal agogo, budukan, penyakit ampera. Pada tahun 1687, Benomo menemukan kutu scabies pada manusia dan Von Hebra pada abad XIX telah melukiskan tentang pengetahuan dasar dari penyakit ini. B. Etiologi Scabies dapat disebabkan oleh kutu atau kuman sercoptes scabei varian hominis.Sarcoptes scabieiini termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes.Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis.Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi.Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata.Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2pasang longlegs di depan sebagai alat alat untuk melekat dan 2 pasang longlegs kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan longlegs ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat. Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 3



pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3-4 hari, kemudian larva meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur, sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi. Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7-14 hari.Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa.Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang penyakit skabies ini.



Predisposisi (faktor penunjang lainnya) dari penyakit scabies disebabkan oleh kemiskinan, higiene yang jelek, seksual Promiskuitas, diagnosis yang salah, demografi, ekologi, serta derajat sensitasi individual.



C. Patofisiologi Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat,menyebabkan lesi timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi.Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul, vesikel, dan urtika.Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.



4



Patway



5



D. Manifestasi Klinis Di perlukan waktu kurang lebih 4 minggu sejak saat kontak hingga timbulnya gejala pada pasien. Pasien akan mengeluhkan gatal-gatal yang hebat akibat reaksi imunologi tipe lambat terhadap kuru atau butiran fesesnya. Adanya terowongan yang se`dikit meninggi, berbantuk garis lurus atau berkelok-kelok, panjangnya beberapa milimeter sampai satu centimeter, dan pada ujungnya tampak vesikula, papula, atau pustula. Tempat predileksinya adalah kulit dengan stratum korneum yang tipis, yaitu selasela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar, lipatan ketiak bagian depan, areola mammae dalam kurung wanita, umbilikus, abdomen bagian bawah, bokong, genetalia eksterna ( pria). Pada orang dewasa jarang terdapat di muka dan kepala, kecuali pada penderita imunosupresif, sedangkan pada bayi, lesi dapat terjadi di seluruh permukaan kulit. Pruritus nokturna, yakni gatal- gatal hebat pada malam h ari.Terjadi karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas, dan saat hospes dalam keadaan tenang atau tidak beraktivitas. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok.Misalnya, dalam sebuah keluarga, biasanya seluruh anggota keluarga dapat terkena infeksi.Begitu pula pada sebuah perkampungan yang padat penduduknya, misalnya asrama atau penjara. Ditemukannya tungau yang merupakan penentu utama diagnosis.



E. Komplikasi Bila scabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan dapat menimbulkan dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, selulitis, limfangitis, folikulitis, dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang deiserang scabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal yaitu glomeruloneftritis. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat antiskabies yang berlebihan, baik pada terapi awal atu dari pemakaian yang terlalu sering. Salep sulfur dengan konsentrasi 15% dapat menyebabkan dermatitis bila digunakan terus menerus selama beberapa hari pada kulit yang tipis. Gamma



6



benzena heksaklorida sudah diketahui menyebabkan dermatitis iritan bila digunakan secara berlebihan. F. Penatalaksanaan 1. Penanganan non-Medis Pencegahan scabies dan Edukasi pada pasien skabies dapat dilakukan dengan berbagai cara: a. Mencuci bersih, bahkan sebagian ahli menganjurkan dengan cara direbus, handuk, seprai maupun baju penderita skabies, kemudian menjemurnya hingga kering. b. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama. c. Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan. d. Mandi dengan air hangat dan sabun untuk menghilangkan sisa-sisa kulit yang mengelupas dan kemudian kulit dibiarkan kering. e. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk memutuskan rantai penularan. f. Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan sebaiknya dilakukan pada malam hari sebelum tidur. g. Gunakan pakaian dan sprei yang bersih, semua perangkat tidur, handuk dan pakaian yang habis dipakai harus dicuci dengan air yang sangat panas kalau perlu direbus dan dikeringkan dengan alat pengering panas. h. Cegah datangnya lagi skabies dengan menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat, ruangan jangan terlalu lembab dan harus terkena sinar matahari serta menjaga kebersihan diri anggota keluarga dengan baik. Jika pencegahan tidak dilakukan dengan baik dan efektif, maka dapat dilakukan penatalakasanaan medis. Syarat obat yang ideal ialah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian,



7



mudah diperoleh dan murah.Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati (termasuk penderita yang hiposesitisasi). 2. Penatalaksanaan Medis Ada bermacam-macam pengobatan antiskabies: a. Benzene heksaklorida (lindane) Tersedia dalam bentuk cairan atau lotion, tidak berbau dan tidak berwarna.Obat ini membunuh kutu dan nimfa. Oabt ini digunakan dengan cara menyapukan ke seluruh tubuh dari leher ke bawah, dan setelah 12-24 jam dicuci bersih-bersih. Pengobatan dilulang selama 3 hari.Pengobatan diulang maksimun 2 kali dengan interval 1 minggu.Penggunaan yang berlebihan dapat menimbulkan efek pada system saraf pusat.Pada bayi dan anak-anak bila digunakan berlebihan dapat menimbulkan neurotoksisitas.Obat ini tidak aman untuk ibu menyusui dan wanita hamil. b. Sulfur Dalam bentuk parafin lunak, sulfur 10% secara umum aman dan efektif digunakan. Dalam konsentrasi 2,5% dapat digunakan pada bayi. Obat ini digunakan pada malam hari selama 3 malam. c. Benzilbenzoat (crotamiton) Tersedia dalam bentuk krim atau lotion 25%.Sebaiknya obat ini digunakan selama 24 jam, kemudian digunakan lagi 1 minggu kemudian.Obat ini disapukan ke badan dari leher ke bawah.Penggunaan berlebihan dapat menyebabkan iritasi.Bila digunakan untuk bayi dan anak-anak harus ditambahkan air 2-3 bagian. d. Monosulfiran Tersedia dalam bentuk lotion 25% yang sebelum digunakan harus ditambahkan 2-3 bagian air dan digunakan setiap hari selama 2-3 hari.Selama dan segera setelah pengobatan, penderita tidak boleh minum alkohol karena dapat menyebabkan keringat yang berlebihan dan takikardi. e. Malathion



8



Malathion 0,5% dengan dasar air digunakan selama 24 jam. Pemberian berikutnya doberikan beberapa hari kemudian. f. Permethrin Dalam bentuk krim 5% sebagai dosis tunggal.Penggunaannya selama 8-12 jam dan kemudian dicuci bersih-bersih.Obat ini dilapaorkan efektif untuk scabies. Pengobatan pada scabies krustosa sama dengan scabies klasik hanya perlu ditambah salep keratolitik. Scabies subungual susah diobati. Bila didapatkan infeksi skunder perlu deberikan antibiotic sistemik. G. Pemeriksaan Penunjang Beberapa pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk menemukan S. scabiei dalam berbagai stadium dan skibala. Tungau biasanya dapat ditemukan pada ujung terowongan, namun pemeriksaan ini memerlukan ketrampilan dan latihan.Kerokan kulit dari lesi berupa papul atau terowongan, bermanfaat untuk menegakkan diagnosis skabies.Pertama-tama, satu tetes minyak mineral diletakkan pada pisau skapel steril, kemudian dilakukan pengerokan pada 5-6 lesi yang dicurigai.Hasil kerokan dan minyak diletakkan pada gelas objek dan ditutup dengan gelas penutup, selanjutnya diperiksa dibawah mikroskop.Pada skabies klasik, sering tidak dijumpai tungau karena sedikitnya jumlah tungau.Kegagalan untuk menemukan tungau tidak dapat menyingkirkan diagnosis skabies. 1. Pada pemeriksaan apusan kulit, kulit dibersihkan dengan eter, kemudian dengan gerakan cepat selotip dilekatkan dan ditekan pada lesi dan setelah beberapa detik selotip diangkat. Selotip lalu diletakkan di atas gelas objek (enam buah dari lesi yang sama pada satu gelas objek), dan diperiksa di bawah mikroskop. 2. Pemeriksaan lain yaitu burrow ink test dengan cara mengoleskan tinta atau gentian violet ke permukaan kulit yang terdapat lesi, tinta akan terabsorbsi dan kemudian akan terlihat terowongan.Selain itu, dapat digunakan tetrasiklin topikal dan dengan bantuan lampuwood, terowongan akan tampak sebagai garis lurus berwarna kuning kehijauan. 3. Dermoskopi juga dapat dilakukan untuk membantu mengidentifikasi terowongan atau tungau beserta produknya. 9



4. Pada pemeriksaan biopsi, tungau dapat ditemukan terpotong pada stratum korneum. Selain itu tampak proses inflamasi ringan serta edema stratum granulosum dan sedikit infiltrasi perivaskular.



10



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian Pada penyakit Scabies dapat ditemukan hasil pengkajian sebagai berikut : 1. Identisas Pasien 2. Keluhan utama :Pada pasien scabies terdapat lesi dikulit bagian punggung dan merasakan gatal terutama pada malam hari. 3. Riwayat Penyakit: a. Riwayat Penyakit sekarang :Pasien mulai merasakan gatal yang memanas dan kemudian menjadi edema karena garukan akibat rasa gatal yang sangat hebat. b. Riwayat penyakit dahulu : Pasien pernah masuk Rs karena alergi c. Riwayat penyakit keluarga :Dalam keluarga pasien ada yang menderita penyakit seperti yang klien alami yaitu kurap, kudis, dll. 4. Pola fungsi kesehatan a. Pola persepsi terhadap kesehatan Apabila sakit, klien biasa membeliobat di tko obat terdeat atauapabila tidak terjadi perubahan pasien memaksakan diri ke puskesmas atau RS terdekat. b. Pola aktivitas latihan Aktivitas latihan selama sakit : Makan Mandi Berpakaian Eliminasi Mobilisasi di tempat tidur c. Pola istirahat tidur Pada pasien scabies terjadi gangguan pola tidur akibat gatal yang hebat pada malam hari. d. Pola nutrisi metabolic Tidak ada gangguan dalam nutrisi metaboliknya. 11



e. Pola eliminasi Klien BAB 1x sehari, dengan konsitensi lembek, warna kuning bau khas dan BAK 45x sehari, dengan bau khas warna kuning jernih. f. Pola kognitif perceptual Saat pengkajian kien dalam keadaan sadar, bicara jelas, pendengaran dan penglihatan normal. g. Pola peran hubungan : Sistem dukungan orang tua h. Pola seksual reproduksi Pada klien scabies mengalami gangguan pada seksual reproduksinya. i. Pola koping Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, klien selalu merasa gatal, dan pasien menjadi malas untuk bekerja.Kehilangan atau perubahan yang terjadi klien malas untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Takut terhadap kekerasan : tidak Pandangan terhadap masa depan : Klien optimis untuk sembuh 5. Pemeriksaan fisik a. Tanda-tanda vital Mengkaji TTV pada pasien secara rutin. b. Keadaan umum Keadaan umum tergantung pada berat ringannya penyakit yang dialami oleh klien dari komposmentis apatis, samnolen, delirium, spoor, dan koma. c. Pemeriksaan Head to Toe 1) Kulit a) Inspeksi



:



warna



kulit



kemerahan,



Kulit



bintik



kemerah-merahan,



Bengkak/gelembung halus pada kulit b) Palpasi : turgor kulit tidak elastis, membrane mukosa dan kulit kering, ada edema, ada lesi, Terbentuk terowongan berwarna putih / keabu-abuan berbentuk garis lurus pada Stratum Corneum 2) Mulut 12



- Inspeksi : bentuk mulut, lidah, dan gigi. 3) Paru - Inspeksi : simetris antara kanan dan kiri - Palpasi : getaran rocal femitus sama antara kanan dan kiri - Perkusi : resonan - Auskultasi : normal. 4) Abdomen - Inspeksi : perut datar, simetris - Palpasi : getaran rocal femitus sama antara kanan dan kiri. 5) Ekstremitas - Atas : lengkap, tidak ada kelainan. - Bawah : lengkap normal, ada tidaknya kelainan. 6. Pemeriksaan penunjang Ditemukan tungau melalui biopsieksisional dengan pewarna HE.



B. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi. 2. Kerusakan integritas kulit b/d penggarukan pruritus. 3. Resiko Penularan infeksi b/d tidakadekuatnya pertahanan primer 4. Gangguan body imagr b/d perubahan dalam penampilan sekunder.



13



C. Intervensi Keperawatan Dx 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi. Tujuan : Nyeri yang dirasakan klien dapat segera teratasi.



INTERVENSI



RASIONAL



1.



Kaji intensitas nyeri, karakteristik 1. Mengetahui dimana letak nyeri dan catat lokasinya. yang dirasakan klien dan seberapa besar tingkat nyeri yang dirasakannya. 2. Berikan perawatan kulit sesering mungkin. 2. Agar tidak terjadi lesi atau luka pada daerah kulit yang di serang oleh kuman. 3. kolaborasi dengan dokter pemberi analgesic. 3. Membantu mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh klien.



Dx 2 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema. Tujuan : Integritas kulit membaik dan dapat dipertahankan. INTERVENSI



RASIONAL



1.



Siapkan jadwal pemberian obat. 1.



2.



Bantu klien untuk pemberian obat topical untuk daerah yang sulit dijangkau. 2.



3.



Ajarkan teknik-teknik mencegah infeksi yaitu tidak menggaruk lesi dan menjaga kebersihan kulit. 3.



Agar dapat meningkatkan efektivitas obat dengan pemberian secara tepat dan teratur.



Agar tidak terjadi kerusakan kulit dengan pemberian obat topical secara menyeluruh pada daerah yang susah di jangkau klien.



Agar tidak terjadi infeksi yang disebabkan oleh kerusakan integritas 4. Berikan pakaian yang longgar dan kulit. mampu menyerap keringat. 14



5.



4. Agar tidak menekan Kolaborasi pemberian obat sesuai memberikan rasa nyaman. program pengobatan. 5.



dan



Membantu mencegah terjadinya infeksi.



Dx 3 : Resiko Penularan infeksi berhubungan dengan tidakadekuatnya pertahanan primer Tujuan ; Tidak terjadi infeksi dengan tidak adanya tanda-tanda infeksi INTERVENSI 1. 2. 3. 4. 5.



1. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan. 2. Lakukan pemakaian kompres basah seperti yang diprogramkan untuk mengurangi intensitas inflamasi 3. Kolaborasi pemberian antibiotik



2.



15



RASIONAL 1. Demam dapat terjadi karena adanya infeksi 2. 2. Kompres basah akan menghasilkan pendinginan lewat pengisapan yang menimbulka vasokonstriksi pembuluh darah kulit dengan demikian akan mengurangi eritema serta produk serum 3. 3. Pencegahan terjadinya infeksi



Dx 4 : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder. Tujuan : konsep diri dipertahankan dan ditingkatkan. INTERVENSI



RASIONAL



1.



Kaji makna kehilangan pasien/orang terdekat.



Episode traumatic mengakibatkan perubahan tiba-tiba, tidak diantipasi membuat perasaan kehilangan sehingga ia 2. Terima dan akui ekspresi frustasi memerlukan dukungan dalam ketergantungan, marah, perhatikan perbaikan optimal. perilaku menarik diri dan penggunaan penyangkalan. 2. Penerimaan perasaan sebagai respon normal terhadap apa yang terjadi membantu 3. Bersikap realistis dan positif selama perbaikan,namun ini akan gagal pengobatan pada penyuluhan kesehatan apabila pasien belum siap dan menyusun tujuan dalam menerima situasi tersebut. keterbatasan. 4.



Berikan penguatan positif terhadap 3. Meningkatkan dan menjalin kemajuan dan dorongan usaha untuk rasa saling percaya antara pasien mengikuti tujuan rehabilitas. dengan perawat.



5.



pada 1.



Dorong interaksi keluarga.



16



4.



Kata-kata mendukung.



penguatan



dapat



5.



Mempertahankan atau membuka garis komunikasi dan memberikan dukungan sercara terus menerus pada pasien dan keluarga.



BAB IV PENUTUP



A. Kesimpulan Scabie (the itch, gudik, budukan, gatal agogo) adalah penyakit yang disebabkan oleh Sarcoptes Scabiei Var Hominis yang menyerang pada Stratum Corneum dan membuat terowongan di dalam kulit yang menimbulkan rasa gatal yang hebat dan panas terutama pada malam hari. Tempat predileksinya adalah : sela,sela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae, pusat, bokong, alat kelamin luar pria, perut bagian bawah, pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki. Cara penularannya adalah melalui kontak langsung yaitu kulit dengan kulit misalnya berjabat tangan, tidur bersama, hubungan seksual dan kontak tak langsung yaitu melalui benda misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dll. Penyakit Scabies dapat di obati dengan menganjurkan klien untuk mandi air hangat dan menggunakan sabun yang tidak iritatif kemudian mengoleskan obat topical, gameksan dalam bentuk krim atau lotion.Bila tidak tersedia bisa diganti dengan benzyl benzoate 10-20 %, diberikan pakaian bersih dan dilarang mandi selama 24 jam atau selama penggunaan obat. Penyakit ini dapat diberantas dan prognosisnya baik bila pilihan obat dan cara pemakaian tepat, factor predisposisi dihilangkan (personal hygiene ditingkatkan).



B. Saran Melalui makalah ini, diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai Scabies dan penatalaksanannya (asuhan keperawatan yang profesional).



17



DAFTAR PUSTAKA



Harahap, Marwali.2000.Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates Mansjoer, Arif, et all. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius FKUI. Muttaqin, Arif dan Kumala Sari.2007.Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.Jakarta: Salemba Medika



18