Makalah Sosiolgi Seni Rupa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH “LATAR SOSIAL SENI” Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Sosiologi Seni Rupa” Dosen Pengampu: Drs. Abd.Hafiz, M.Pd Nessya Fitryona, S.Pd.,M.Sn



Disusun oleh: Kelompok 2 Diana Sepvira



(19020100)



Aulia Reski Wizla



(19020100)



PRODI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI PADANG TAHUN 2022



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun jauh dari kesempurnaan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan bimbingan-Nya, sehingga kita menjadi muslim yang beriman secara kaffah. Tujuan dalam penulisan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata kuliah Sosiologi Seni Rupa di Universitas Negeri Padang. Serta membantu mahasiswa ataupun pembaca untuk menambah wawasan tentang Latar Sosial Seni. Akhir kata, kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Namun, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dalam pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.



Padang , April 2022



Penulis



ii



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR.......................................................................................ii DAFTAR ISI......................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang........................................................................................1 B. Rumusan Masalah...................................................................................1 C. Tujuan Penulisan.....................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN A. Latar Sosial..............................................................................................3 B. Latar Sosial Seni.....................................................................................3 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan.............................................................................................13 DAFTAR PUSTAKA



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara sederhana sosiologi seni merupakan ilmu tentang sebuah kerangka analisa manusia-manusia berkaiatan dengan aktifitas seni. Sosiologi seni membahas atau mengkaji orang-orang dengan keterlibatan spesifik dalam aktifitas seni, dan masyarakat lain diluar aktifitas seni dalam fenomena budaya yang kemudian mempengaruhi aktifitas seni. Kajian utamanya tentang masyarakat



sebagai



penikmat,



pemerhati,



pengkaji,



peneliti,



pendidik



(konsumen), dan pengelola seni yang merupakan komponen-komponen proses penciptaan seni. Seni melalui sosiologi seni menjadi pembahasan yang sangat kompleks. Seniman sebagai pencipta seni, misalnya, menciptakan karya mungkin saja memiliki kaitan dengan latar belakang sosialnya, terkait golongan atau kelas tertentu, terpengaruh pengetahuan dan pengalaman pribadi, atau pun masyarakat tertentu. Pembahasan kompleks ini meliputi kaitan-kaitan antar seluruh pelaku seni seperti: seniman, pemerhati (kritikus, peneliti, pengajar), lembaga seni (galeri, sanggar, pendidikan seni, perusahaan seni, maecenas), pekerja seni dan pelaku seni lainnya, hal-hal termasuk juga fenomena tertentu yang menjadi objek-objek karya seni, dan juga pengaruh yang diberikan sebuah produk atau karya seni. Dalam kaitan dengan produk atau sebuah karya seni, dapat dianalisa kemungkinan adanya pengaruh dari subjek atau pelaku tertentu yang mendominasi dalam proses penciptaan karya seni. Termasuk juga analisa kecenderungan pasar dan pengaruhnya karya-karya seni yang kemudian tercipta atau hadir. Objek kajian sosiologi sangat kompleks, mencakup: masyarakat



1



dalam hubungannya dengan perkembangan, perubahan, perbandingan, sistem atau organisasi. Dalam kajiannya, lingkup sosiologi menjelaskan perubahan sosial,



fungsi-fungsi



sosial,



atau



pola



hubungan



individu



dengan



kelompok/masyarakat. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan maslah yaitu : “Apa itu latar social seni?” C. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang apa itu latar sosial seni



2



BAB II PEMBAHASAN A. Latar sosial Latar adalah tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar dalam cerita dapat diklasifikasikan menjadi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Menurut Nurgiyantoro (2012), latar sosial adalah hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup latar spiritual seperti dikemukakan sebelumnya.



Latar



Sosial



ialah



hal yang berhubungan dengan perilaku Kesederhanaan,



keramahan,



dll.



latar



yang mengacu



pada



kehidupan sosial masyarakat. Latar



sosial



mencakup



hal-



Contoh:



hal-hal yang



berhubungan dengan kondisi tokoh atau masyarakat. B. Latar Sosial Seni Setiap karya seni sedikit banyak mencerminkan seting masyarakat tempat seni itu diciptakan. Sebuah karya seni ada karena seorang seniman menciptakannya. Dan seniman itu selalu berasal dan hidup dari masyarakat tertentu. Kehidupan dalam masyarakat itu merupakan kenyataan yang langsung dihadapi sebagai rangsangan atau pemicu kreativitas keseniannya. Dalam menghadapi rangsangan penciptanya, seniman mungkin sekedar saksi masyarakat atau bias juga kritikus masyarakat, atau memberikan alternaatif dari kehidupan masyarakatnya. Atau memberikan pandangan baru yang sama sekali asing dalam masyaraatnya. Jadi, meskipun seniman hidup dalam suatu masyarakat dengan total nilai nya sendiri, dan nilai belajar hidup dengan tata nilai tersebut, ia juga 3



punya kebebasan untuk menyetujui atau tidak menyetujui tata niai masyarakatnya itu. Namun, sebelum dirinya muncul sebagai seniman, dia sebagai anggota suatu masyarakat, belajar kehidupan dari masyarakatnya. Dia didik oleh tata nilai masyaraatnya. Ia mengkondisikan dirinya dengan nilai-nilai masyarakatnya. Kalau dia seorang sastrawan, dia mulai belajar berkesusastraan dari sastra masyarakatnya.



Kalau



dia



seorang



pelukis



dia



belajar



melukis



dari



masyarakatnya, misalnya disebuah sanggar atau lembaga pendidikan seni rupa yang lain. Seniman memahami dan menguasai niali seni dan nilai-nilai lain dalam masyarakat. Dalam perkembangannya, dapat saja seorang pribadi, seorang seniman, anggota suatu masyarakat, mulai kurang menyetujui tradisi seni yang di akui masyarakatnya sebagai yang benar benar seni. Maka, mulailah dia menjadi Pembelot terhadap nilai seni masyarakatnya. Pada dasarnya, seorang seniman bekerja berdasarkan Pemahaman seni yang dapat dalam tradisi masyarakat. Seorang seniman di Jogja akan belajar berdasarkan karya seni tempatnya belajar dan tmpatnya hidup. Begitu pula yang berada di Bali atau di Padang. Meskipun benar bahwa dia menciptakan suatu karya seni yang baru, yang belum pernah ada yang menciptakannya, karya seninya akan selalu muncul sesuatu yang akan menunjukkan dari mana dia belajar seni. Dalam istilah teori seorang seniman bekerja berdasarkan pengaruh teks atau karya seni yang pernah dikenalnya. Dalam sebuah karya seni selalu dapat dikenal kembali karya seni lain yang mempengaruhi nya, baik nilai seni maupun



4



nilai non seninya. Inilah sebabnya dalam suatu zaman atau suatu masa, atau suatu generasi dikenal munculnya berbagai karya seni dari berbagai seniman, yang menunjukkan berbagai ciri yang hampir sama. Cara menulis sejak tahun 1095 puluhan menunjukkan ciri-ciri yang hampir mirip satu sama lain, begitu pula cara menulis Sajak pada tahun 1950-an atau 1970-an .Ini karena generasi tersebut belajar bersajak dari teks atau bersumber persajakan yang hampir sama, Tetapi, seniman juga dapat belajar berkesenian dari tradisi masyarakat lain, misalnya belajar seni rupa dari tradisi Eropa, atau belajar menulis Sajak dari tradisi persajakan Amerika Latin. Cara belajar yang demikian itu lazim dikenal sebagai Peminjaman, karena memang meminjam dari tradisi Seni masyarakat lain. Sementara itu belajar hanya dari tradisi seni masyarakatnya sendiri lazim disebut sebagai pengutipan. Dalam kenyataannya seniman belajar berkesenian baik secara mengutip maupun meminjam. Bahkan di Indonesia sekarang ini banyak yang belajar berkesenian secara meminjam tradisi seni masyarakat dunia. Setting masyarakat asal seseorang seniman cukup penting untuk lebih memahami karya seninya. Dan dengan demikian juga lebih pekat Menghayatinya. Pemahaman dan Penghayatan karya seni memang tidak mudah sebab dalam suatu bangsa terdapat berbagai jenis dan golongan masyarakat. Penggolongan dan penjenisan itu Banyak teorinya, karena hujan masyarakat tidak segera tampak. Masyarakat bagaimana yang kita maksud? Apakah berdasarkan pendidikan nya, asal etnik nya, kekayaan nya, cara mencari rezeki untuk menolong hidupnya? Umum kita kenal adalah penggolongan masyarakat berdasarkan idiologi, yakni kesadaran sosial berupa seperangkat kaidah atau ajaran tentang makna hidup, nilai nilai dasar atau prinsip prinsip dasar yang di akui sah, benar, legal oleh 5



kelompok masyarakat tersebut. Dalam nilai nilai dasar yang di akui bersama inilah setiap manusia harus hidup dan bertindak sehingga dia di akui sebagai warga masyarakat setiap manusia harus belajar mengkondisikan hidupnya dengan idiologi masyarakat tmpatnya berasal dan hidup di dalamnya.



GAMBAR 2.1



GAMBAR 2.2



GAMBAR 2.3



Dalam masyarakat kota, misalnya, kita mengenal adanya kelompok orang kampung yang beridiologi kampung, masyarakat kelas menengah yang terdidik dengan idiologi kelas menengahnya, dan masyarakat kelas atas atau Elit dengan idiologi sendiri sendiri pula. Setiap idiologi itu mengandung nilai nilai dasar yang merupakan keutuhan dan kesatuan filosofi nya, mengapa cara berpakaian, berbelanja, berbicara, 6



berpesta, berfikir, berkesenian suatu masyarakat seperti itu jawabnya terletak pada idiologi sosial yang dianut masyarakat tersebut. Berdasarkan pandangan inilah orang mulai mencari mengapa Idiologi sosial dapat berbeda beda ada yang menjelaskan bahwa itu semua ditentukan oleh sebab dasarnya atau insfrastruktur masyarakat yang bersumber pada cara mereka berekonomi. Ada kelompok masyarakat yang hidup bukan dari tingginya pendidikan, tetapi dari tenaganya saja misalnya sebagai buruh, pekerja kasar, penjual barang kaki lima, pembantu, sopir, pekerja bangunan, dan lain lain. Kelompok orang demikian itu masuk dalam idiologi tertentu disebabkan oleh cara mereka mencari rezeki hidupnya begitu pula orang yang mencari rezeki dari pengetahuan dan keterampilan khusus pendidikan akan melahirkan seperangkat norma ideologis yang berbeda dengan yang hanya mengandalkan hidup dari tenaga belaka. Tentang insfrastruktur ini ada yang menambahkan, selain faktor ekonomi juga pendidikan atau tradisi, teknologi dan kependudukan. Infrastruktur inilah yang menentukan penataan sosial masyarakat, lengkap dengan berbagai norma nya. Norma sosial masyarakat kampung berbeda dengan masyarakat terpelajar kelas menengah di kota. Berbeda pula dengan kelompok Elit nya berdasarkan kekayaan nya, pangkat jabatan, atau pendidikan. Norma struktur inilah yang sering kita lihat dalam kenyataan wadag, seperti cara mereka berpakaian, membangun rumah, berpesta, dan Lain lain. Tetapi yang terpenting adalah superstrukturnya Iya ini nilai nilai abstrak tertinggi yang dijunjung masyarakat tersebut seperti nilai moral, nilai Relijius, nilai seni, yang semuanya merupakan nilai nilai simbol masyarakat. Nilai nilai inilah yang dipandang ideal yang setiap warga masyarakatnya ini mewujudkannya dalam praktik kehidupannya. 7



Dari uraian di atas dijelaskan bahwa setiap seniman, sebagai anggota suatu kelompok masyarakat, dibentuk oleh nilai struktur dan super struktur masyarakatnya. Dalam pandangan ini, setiap manusia sebenarnya tidak bebas karena ia harus tunduk pada struktur tertentu. Kalau ia Mau hidup bersama kelompoknya, mau tidak mau dia harus menyesuaikan diri dengan idiologi kelompok nya tersebut.



Tetapi semua seniman, juga yang bukan seniman, adalah manusia yang memiliki kemauan bebas . Ia tidak harus terikat pada perangkat nilai yang dianut masyarakatnya ia bahkan dapat merubah nilai nilai itu. Ia dapat mengenalkan nilai baru yang belum dikenal masyarakat nya. Namun, dalam berbuat demikian itu dasarnya tetap ber tolak dari struktur nilai yang sudah ada. Seperti sudah disebutkan, dia dapat bertindak sebagai saksi zaman, sebagai kritikus nilai nilai masyarakatnya, sebagai pemberi alternatif nilai atau sama sekali mengajukan perangkat nilai yang berbeda dari yang sudah dikenal masyarakat nya.



Jadi, seniman bisa bebas dari struktur, tetapi kebebasan nya tetap demi perbaikan idealistik strukturnya. Bagaimanapun, setiap seniman dengan karya seninya tetap akan mencerminkan struktur sosial nya, dalam artian ber tolak dari sana dan barulah kemudian memainkan kebebasan eksistensi nya sebagai seniman. Sering dikatakan bahwa seniman itu bebas nilai, artinya bebas Memainkan dirinya dalam menghadapi kenyataan nilai nilai masyarakatnya. Karena dia bebas nilai, seniman juga akan mampu memasuki berbagai sistem nilai yang dimiliki kelompok lain. Seniman yang berasal dari lingkungan idiologi kampung dapat saja memasuki idiologi masyarakat



8



Elit dan mengabdi pada struktur nilai Elit. Begitu pula seniman dari lingkungan terpelajar dapat memasuki lingkungan nilai nilai kampung. Di zaman kerajaan dimasalalu di Indonesia, banyak Pujangga istana atau seniman istana yang berasal dari idiologi masyarakat desa. Dari karyanya akan tampak adanya percampuran nilai nilai kelompok yang dihidupi nya. Tidak jarang pula seniman istana yang bergelar bangsawan keluyuran ke desa desa untuk menggali idiologi seni pedesaan yang pastilah terasa asing di lingkungan istana. Sejauh mana sebuah karya seni mencerminkan masyarakatnya harus dicermati dari asal usul sosial senimannya, pendidikan seni yang diperoleh nya, dan untuk kelompok mana ia menciptakan karyanya. Dengan meneliti itu semua akan segera terlihat Anasir mana dalam karyanya yang membawa dasar idiologi sosial tertentu yang pernah dikenal dan diamati nya. Selain itu masih harus diingat juga sikap seniman terhadap rangsangan yang menjadi obyek seninya.



9



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan latar



sosial adalah



hal-hal



yang



berhubungan



dengan



perilaku



kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup latar spiritual seperti dikemukakan sebelumnya. Setiap idiologi itu mengandung nilai nilai dasar yang merupakan keutuhan dan kesatuan filosofi nya, mengapa cara berpakaian, berbelanja, berbicara, berpesta, berfikir, berkesenian suatu masyarakat seperti itu jawabnya terletak pada idiologi sosial yang dianut masyarakat tersebut. seniman itu bebas nilai, artinya bebas



Memainkan dirinya dalam menghadapi



kenyataan nilai nilai masyarakatnya. Karena dia bebas nilai, seniman juga akan mampu memasuki berbagai sistem nilai yang dimiliki kelompok lain. Seniman yang berasal dari lingkungan idiologi kampung dapat saja memasuki idiologi masyarakat Elit dan mengabdi pada struktur nilai Elit. Begitu pula seniman dari lingkungan terpelajar dapat memasuki lingkungan nilai nilai kampung.



10



DAFTAR PUSTAKA https://blog.isi-dps.ac.id/agusjanuartha/konteks-seni diakses pada 7 April 2022 https://milenialjoss.com/pengertian-latar/ diakses pada 8 April 2022 https://journal.unpak.ac.id/index.php/salaka/article/download/1835/1494#:~:text=Menurut %20Nurgiyantoro%20(2012)%2C%20latar,latar%20spiritual%20seperti %20dikemukakan%20sebelumnya. Diakses pada 8 April 2022 https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/1172 diakses pada 10 April 2022



11