Makalah Status Nutrisi Pada Lansia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Menurut UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan usia pada Bab Pasal 1 Ayat 2 yang berbunyi “lanjut usia adalah seorang yang mencakup usia 60 tahun keatas”. Semua orang akan mengalami proses menk\jadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, yang pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit sampai tidak mrlakukan tugasnya sehari-hari lagi hingga bagi kebanyakan oaring masa tua itu merupakan masa yang kurang menyenangkan. Sedangkan seorang menjadi lanjut usia dikerakan adanya beberapa proses individual, antara lain : a. Umur biologis : fungsi berbagai sistem organnya dibandingkan dengan orang lain pada umur yang sama. b. Umur Psikogis : kapasitas adaptasi individu dibandingkan dengan orang lain pada umur kronologis yang sama. c. Umur sosial : sejauh mana individu dapat melakukan peran sosial dibandingkan dengan anggota masyarakat dibandingkan dengan anggota masyarakat lain pada umur kronologis yang sama. d. Umur fungsional : tingkat kemampuan individu untuk berfungsi dimasyarakat dibandingkan dengan orang lain pada umur kronologis yang sama. Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan yang diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonmi atau pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992).



B.Tujuan Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia. a. Terpenuhinya kebutuhan jasmani, rohani, sosial dan psikologis lanjut usia secara memadai serta teratasinya masalah-masalah akibat usia lanjut. b. Terlindunginya lanjut usia dari perlakuan yang salah c. Terlaksananya kegiatan-kegiatan yang bermakna bagi lanjut usia. d. Terpeliharanya hubungan yang harmonis antara lanjut usia dengan keluarga dan lingkungan. e Terbentuknya keluarga dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab pelayanan terhadap lanjut usia. f. Melembaganya nilai-nilai penghormatan terhadap lanjut usia. a. Tersedianya pelayanan alternative diluar pelayanan panti sosial bagi lanjut usia.



BAB II TINJAUAN TIORITIS I. KEBUTUHAN NUTRISI PADA LANSIA



Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan kehidupannya, karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan kegiatan metabolismenya. Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia. Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk malakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus, pernafasan dan ginjal. Berdasarkan kegunaannya bagi tubuh, zat gizi dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu : 1. Kelompok zat energi, termasuk ke dalam kelompok ini adalah : a. Bahan makanan yang mengandung karbohidrat seperti beras, jagung, gandum, ubi, roti, singkong dll, selain itu dalam bentuk gula seperti gula, sirup, madu dll. b. Bahan makanan yang mengandung lemak seperti minyak, santan, mentega, margarine, susu dan hasil olahannya. 2. Kelompok zat pembangun Kelompok ini meliputi makanan – makanan yang banyak mengandung protein, baik protein hewani maupun nabati, seperti daging, ikan, susu, telur, kacangkacangan dan olahannya. 3. Kelompok zat pengatur Kelompok ini meliputi bahan-bahan yang banyak mengandung vitamin dan mineral, seperti buah-buahan dan sayuran. A FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN GIZI PADA LANSIA 1. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong. 2. Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis, asin, asam, dan pahit. 3. Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran. 4. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun. 5. Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi. 6. Penyerapan makanan di usus menurun. B MASALAH GIZI PADA LANSIA 1. Gizi berlebih Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kota-kota besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebih, apalai pada



lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan itu sulit untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan. Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya : penyakit jantung, kencing manis, dan darah tinggi. 2. Gizi kurang Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena infeksi. 3. Kekurangan vitamin Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat. C PEMANTAUAN STATUS NUTRISI 1. Penimbangan Berat Badan a. Penimbangan BB dilakukan secara teratur minimal 1 minggu sekali, waspadai peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu. Peningkatan BB lebih dari 0.5 Kg dalam 1 minggu beresiko terhadap kelebihan berat badan dan penurunan berat badan lebih dari 0.5 Kg /minggu menunjukkan kekurangan berat badan. b. Menghitung berat badan ideal pada dewasa : Rumus : Berat badan ideal = 0.9 x (TB dalam cm – 100) Catatan untuk wanita dengan TB kurang dari 150 cm dan pria dengan TB kurang dari 160 cm, digunakan rumus : Berat badan ideal = TB dalam cm – 100 Jika BB lebih dari ideal artinya gizi berlebih Jika BB kurang dari ideal artinya gizi kurang 2. Kekurangan kalori protein Waspadai lansia dengan riwayat : Pendapatan yang kurang, kurang bersosialisasi, hidup sendirian, kehilangan pasangan hidup atau teman, kesulitan mengunyah, pemasangan gigi palsu yang kurang tepat, sulit untuk menyiapkan makanan, sering mangkonsumsi obat-obatan yang mangganggu nafsu makan, nafsu makan berkurang, makanan yang ditawarkan tidak mengundang selera. Karena hal ini dapat menurunkan asupan protein bagi lansia, akibatnya lansia menjadi lebih mudah sakit dan tidak bersemangat. 3. Kekurangan vitamin D



Biasanya terjadi pada lansia yang kurang mendapatkan paparan sinar matahari, jarang atau tidak pernah minum susu, dan kurang mengkonsumsi vitamin D yang banyak terkandung pada ikan, hati, susu dan produk olahannya. D. PERENCANAAN MAKANAN UNTUK LANSIA _ Perencanaan makan secara umum 1. Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yang terdiri dari : zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. 2. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya diatur merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi yang kecil. Contoh menu : Pagi : Bubur ayam Jam 10.00 : Roti Siang : Nasi, pindang telur, sup, papaya Jam 16.00 : Nagasari Malam : Nasi, sayur bayam, tempe goreng, pepes ikan, dan pisang. 3. Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat memperlancar pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang terlalu asin akan memperingan kerja ginjal serta mencegah kemungkinan terjadinya darah tinggi. 4. Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang berlemak seperti santan, mentega dll. 5. Bagi pasien lansia yang prose penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikanhal-hal sebagai berikut : Makanlah makanan yang mudah dicerna Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goring-gorengan Bila kesulitan mengunyah karena gigirusak atau gigi palsu kurang baik, makanan harus lunak/lembek atau dicincang Makan dalam porsi kecil tetapi sering Makanan selingan atau snack, susu, buah, dan sari buah sebaiknya diberikan 6. Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab berguna pula untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan. 7. Makanan mengandung zat besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur, daging rendah lemak, bayam, dan sayuran hijau. 8. Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau dipanggang kurangi makanan yang digoreng _ Perencanaan makan untuk mengatasi perubahan saluran cerna Untuk mengurangi resiko konstipasi dan hemoroid : 1. Sarankan untuk mengkonsumsi makanan berserat tinggi setiap hari, seperti sayuran dan buahbuahan segar, roti dan sereal.



II.



PEMENUHAN NUTRISI UNTUK LANSIA



Lansia berisiko tinggi mengalami masalah nutrisi. Hal ini cukup beralasan sehingga prevelansi yang tinggi mengenai masalah nutrisi pada lansia ini telah menjadi sorotan dalam sejumlah survei (DHSS, 1997; Coates, 1985; Lehman, 1889) karna terdapat fakta bahwa sebagian besar lansia di komunitas mengalami masalah nutrisi.



A. Gizi tepat untuk lansia B. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip kebutuhan gizinya yaitu kebutuhan energi memang lebih rendah dari pada usia dewasa muda (turun sekitar 5-10%), kebutuhan protein sebesar 1 gr/kg BB, kebutuhan lemak berkurang, kebutuhan karbohidrat cukup (sekitar 50%), kebutuhan vitamin dan mineral sama dengan usia dewasa muda. Atau dengan cara praktis melihat di DKGA (Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan) C. Menu yang disajikan untuk lansia harus mengandung gizi yang seimbang yakni mengandung sumber zat energi, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur. Dalam hal ini kita bisa mengacu pada makanan empat sehat lima sempurna. D. Karena lansia mengalami kemunduran dan keterbatasan maka konsistensi dan tekstur atau bentuk makanan harus disesuaikan. Sebagai contoh : gangguan pada gigi (gigi tanggal/ompong), maka bentuk makanannya harus lunak, misal nasi ditim, lauk pauk dicincang (ayam disuwir, daging sapi dicincang/digiling) E. Makanan yang kurang baik bagi lansia adalah makanan berlemak tinggi seperti seperti jerohan (usus, hati, ampela, otal dll), lemak hewan, kulit hewan (misal kulit ayam, kulit sapi, kulit babi dll), goreng-gorengan, santan kental. Karena seperti prinsip yang disebutkan tadi bahwa kebutuhan lemak lansia berkurang dan pada lansia mengalami perubahan proporsi jaringan lemak. Hal ini bukan berarti lansia tidak boleh mengkonsumsi lemak. Lansia harus mengkonsumsi lemak namun dengan catatan sesuai dengan kebutuhannya. Sebagai contoh misalnya bila menu hari ini lauknya sudah digoreng, maka sayurannya lebih baik sayur yang tidak bersantan seperti sayur bening, sayur asam atau tumis. Bila hari ini sayurnya bersantan maka lauknya dipanggang, dikukus, dibakar atau ditim. F. Lansia harus diberi pengertian untuk mengurangi atau kalau bisa menghindari makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi. Contoh bahan makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi adalah garam dapur, vetsin, daging kambing, jerohan, atau makanan yang banyak mengandung garam dapur misalnya ikan asin, telur asin, ikan pindang. Mengapa lansia harus menghindari makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi ? Hal ini dikarenakan pada lansia mudah mengalami hipertensi. Hal ini, seperti yang dijelaskan tadi bahwa elastisitas pembuluh darah telah menurun dan terjadi penebalan di dinding pembuluh darah yang mengakibatkan mudahnya terkena hipertensi. Selain itu indera pengecapan pada lansia mulai berkurang, terutama untuk rasa asin, sehingga rasa asin yang cukup-pun terasa masih kurang bagi mereka, lalu makanan ditambah garam yang banyak, hal ini akan meningkatkan tekanan darah pada lansia. Jadi kita memang perlu sampaikan kepada lansia bahwa panduan rasa asinnya tidak bisa lagi dipakai sebagai ukuran, karena bila dengan panduan asin dari lansia, untuk kita yang belum lansia akan terasa asin sekali. G. Lansia harus memperbanyak makan buah dan sayuran, karena sayur dan buah banyak mengandung vitamin, mineral dan serat. Lansia sering mengeluhkan tentang konstipasi/susah buang air besar, nah dengan mengkonsumsi sayur dan buah yang kaya akan serat maka akan melancarkan buang air besar. Untuk buah, utamakan buah yang bisa dimakan dengan kulitnya karena seratnya lebih banyak. Dengan mengkonsumsi sayuran dan buah sebenarnya lansia tidak perlu lagi mengkonsumsi suplemen makanan. H. Selain konsumsi sayur dan buah, Lansia harus banyak minun air putih. Kebutuhan air yakni 1500 – 2000 ml atau 6 -8 gelas perhari. Air ini sangat besar artinya karena air menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya penyakit di saluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal dan lain-lain. Air juga sebagi pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya, jadi bila tubuh



kekurangan cairan maka fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang juga berkurang. Air juga berguna untuk mencegah sembelit, karena untuk penyerapan makanan dalam usus memerlukan air.



DAFTAR PUSTAKA



Darmojo, R. Boedhi.,dkk.1999. Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Gallo, Joseph.1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta : EGC Nugroho, Wahjudi.2000. Keperawatan Gerontik.Jakarta : EGC Potter & Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4.Jakarta :EGC http/www. Kebutuhan nutrisi pada lansia.com,, di akses pada hari minggu, jam 11.31.wib. Lehman AB (1989) Review: under nutrition in elderly people. Age & Ageing 18: 339-353



Makalah Nutrisi pada Lansia Kata Pengatar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Nutrisi pada Lansia“ dengan lancar meskipun terdapat banyak kekurangan di dalamnya. Kami juga menghaturkan terima kasih kepada Ibu Prima Daniyati Kusuma beserta Ibu Eva Nurlina Aprilia selaku Dosen mata kuliah Gizi & Diet Akper Notokusumo yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai kebutuhan dan pemenuhan nutrisi pada lansia. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah ini, karena tidak ada hal yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat dipahami dan dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini. Yogyakarta, 17 September 2015 Penyusun



DAFTAR ISI JUDUL................................................................................................................i KATA PENGANTAR....................................................................................... ii DAFTAR ISI..................................................................................................... iii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...............................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2 1.3 Tujuan............................................................................................................3



BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Lansia.............................................................................................................4 2.2 Proses Menua.................................................................................................5 2.3 Perubahan Sistem Pencernaan.......................................................................5 2.4 Kebutuhan Nutrisi Lansia..............................................................................6 2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi pada Lansia.................6 2.6 Masalah Gizi pada Lansia..............................................................................7 2.7 Pemantauan Status Gizi.................................................................................7



2.8 Asupan Makanan pada Lansia.......................................................................8 2.9 Gizi Tepat untuk Lansia.................................................................................8 2.10 Perencanaan Makanan untuk Lansia............................................................8 BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan.....................................................................................................9 3.2 Saran...............................................................................................................9 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Masalah Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008:32). Dalam kehidupan ini, manusia mengalami penuaan. Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang dideritanya (Constantinides, 1994). Terdapat batasan pada lanjut usia. Batasan umur lansia menurut WHO meliputi usia pertengahan ialah kelompok usia 4559 tahun, lanjut usia antara 60-74 tahun, lanjut usia tua antara 75-90 tahun, dan usia sangant tua ialah di atas 90 tahun. Selain itu, menurut Setyonegoro, dalam Padila (2013) ialah usia dewasa muda usia 18/20-25 tahun, usia dewasa penuh usia 25-60/65, lanjut usia >65/70. Sesorang yang sudah memasuki masa lansia banyak mengalami masalah nutrisi maupun perubahan-perubahan fisiknya. Perubahan-perubahan fisik pada lansia menurut (Maryam, 2008:55) ialah sel, jumlah sel berkurang dan cairan tubuh menurun. Kemudian, kardiovaskuler kemampuan memompa darah menurun. Respirasi, kekuatan otot-otot pernafasan menurun. Persarafan, fungsinya menurun. Muskuluskeletal, cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh. Gastrointestinal, asam lambung menurun. Pendengaran, terjadi gangguan pendengaran. Penglihatan, respon terhadap sinar berkurang. Kulit, keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Sedangkan masalah nutrisi yang terjadi paa lansia misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dan sebagainya.



Berdasarkan data di Komisi Nasional Lanjut Usia (Komnas Lansia) dan Departemen Sosial, pada tahun 2000 tercatat sekitar 7,18% penduduk Indonesia berlansia atau setara dengan 14,4 juta orang, hingga Mei 2009 jumlah lansia mencapai kurang lebih 20 juta orang atau terbesar keempat dunia setelah AS, China, dan India, dan diperkirakan pada tahun 2020 jumlah akan mencapai 11,34% dari seluruh penduduk Indonesia atau setara dengan 28,8 juta orang. Namun, ada sekitar 74% dari lansia usia 60 tahun ke atas menderita penyakit kronis yang harus makan obat terus-menerus selama hidup mereka. Berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah nutrisi pada lansia antara lain melalui monitoring BB (kartu lansia), pendidikan gizi. Lansia dengan penyakit degeneratif perlu diberikan konseling gizi. Konseling gizi misalnya posyandu lansia yang bertujuan untuk meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, pendidikan gizi yang bertujuan agar masyarakt dapat memilik dan mempertahankan pola makan, penyuluhan kesehatan dan konseling gizi yang bertujuan untuk mengembangkan pengertian yang benar dan sikap yang positif individu/pasien atau kelompok/keluarga pasien (receiver), keluarga sadar gizi (kadarzi) yang bertujuan agar suatu keluarga mampu mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. 1.2 1.2.1 1.2.2 1.2.3 1.2.4



Rumusan Masalah Apa Pengertian Lansia? Bagaimana Batasan Usia Lansia? Bagaimana Proses Menua? Bagaimana Perubahan pada Sistem Tubuh pada Lansia Akibat Gangguan Sistem Pencernaan? 1.2.5 Bagaimana Kebutuhan Nutrisi pada Lansia? 1.2.6 Bagaimana Kebutuhan Lansia dapat Terpenuhi dan Hidup dalam Kesejahteraan pada Masa Lansia?



1.3 1.3.1 1.3.2 1.3.3 1.3.4 1.3.5 1.3.6



Tujuan Masalah Mengetahui pengertian lansia Mengetahui batasan usia lansia Mengetahui bagaimana proses menua Mengetahui perubahan pada sistem tubuh pada lansia akibat gangguan sistem pencernaan Mengetahui kebutuhan nutrisi pada lansia Mengetahui pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan lansia



BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 2.1.1



Lansia Pengertian Lansia Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008). Secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Usia 65 tahun merupakan batas minimal untuk kategori lansia. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009).



2.1.2



Batasan Usia Lansia Menurut Santoso (2010 ), lansia adalah orang dengan usia di atas 60 tahun. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), batasan umur lansia ada empat tahap, yang pertama usia pertengahan yang berkisar antara 45 sampai 59 tahun. Kedua lansia yang berkisar antaara 60 sampai 74 tahun. Ketiga lansia tua yang berkisar antara 75 sampai 90 tahun. Terakhir usia sangat tua yang berkisar lebih dari 90 tahun. Menurut Depkes (2011), batasan usia lansia meliputi, pra lansia kelompok usia antara 45 sampai 59 tahun, lansia antara 60 sampai 69 tahun dan lansia beresiko kelompok usia lebih dari 70 tahun. Lima klasifikasi usia pada lansia (Maryam, 2008) yaitu, Pra lansia atau prasenilis adalah seorang yang berusia antara 45 sampai 59 tahun, kemudian lansia adalah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih, lansia beresiko tinggi adalah seorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia 60 tahun lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003), selain itu lansia potensial tinggi adalah lansia yang masih mampu melakukan aktivitas, yang terakhir lansia tidak potensial adalah lansia yang tidak berdaya dalam mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).



2.2



Proses Menua Proses menua adalah suatu tahapan hilangnya kemampuan jaringan secara perlahan-lahan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi yang normal. Proses menua merupakan proses yang terjadi secara terus-menerus dan alamiah dimulai sejak lahir dan setiap individu berbeda kecepatannya. Menua bukanlah status penyakit yang terdapat pada diri seseorang



tetapi menua merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Ada beberapa macam teori yang berkaitan dengan proses penuaan menurut Darmojdo, antara lain Teori Genetik Clock, menurut teori ini proses menua telah terprogram oleh waktu secara genetik untuk spesies atau jenis tertentu. Kemudian Teori Mutasi somatik, menurut teori ini telah terjadi mutasi progresif pada DNA sel somatik yang menyebabkan menurunnya kemampuan fungsional sel somatik. Lalu adanya Teori Rusaknya Sistem Imun Tubuh, menurut teori ini terjadinya mutasi yang berulang maupun perubahan protein setelah translasi mengakibatkan sistem imun tubuh berkurang kemampuannya untuk mengenali dirinya maka hal ini menyebabkan peristiwa autoimun. Selain itu terdapat Teori Radikal Bebas, menurut teori ini tidak stabilnya radikal bebas di alam bebas mengakibatkan oksidasi oksigen sehingga menyebabkan sel-sel tidak bisa regenerasi. Teori menurut Darmodjo yang terakhir adalah Teori Menua Akibat Metabolisme, menurut teori ini penurunan jumlah kalori disebabkan karena menurunnya salah satu proses metabolisme yang akan menghambat pertumbuhan dan perpanjangan usia. 2.3



Perubahan Sistem Pencernaan Kehilangan gigi, penyebab utama adanya periodental disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi buruk. Indera pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap (±80%), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap di lidah terutama rasa manis, asin, asam, dan pahit. Esofagus (kerongkongan) melebar. Rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam lambung menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi atau sembelit. Fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu). Liver (hati) semakin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan serta berkurangnya aliran darah.



2.4



Kebutuhan Nutrisi pada Lansia Semua makhluk hidup memerlukan sumber energi untuk kelangsungan hidupnya. Tubuh memerlukan makanan yang bergizi untuk proses metabolisme. Pemenuhan kebutuhan gizi dengan baik dapat membantu menyesuaikan prosesperubahan yang dialami dan dapat menjaga kelangsungan pergantian sel tubuh sehingga dapat memperpanjang umur untuk para lansia. Berdasarkan kegunaan bagi tubuh, zat gizi dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu zat energi, zat pembangun dan zat pengatur. Pertama, zat energi. Dalam bahan makanan, zat energi ini mengandung karbohidrat dan lemak. Bahan makanan yang mengandung karbohidrat seperti beras, jagung, ubi, roti dll. Sedangkan bahan makanan yang mengandung lemak seperti santan, mentega, minyak dll. Kedua, zat pembangun. Dalam bahan makanan, zat pembangun ini mengandung protein. Bahan makanan yang mengandung protein seperti tempe, tahu, ikan, daging dll. Ketiga, zat



pengatur. Dalam bahan makanan, zat pengatur ini mengandung vitamin dan mineral. Bahan makanan yang mengandung vitamin dan mineral seperti buah, sayur dll. 2.5



Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi pada Lansia Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada lansia antara lain kerusakan gigi (ompong) sehingga kemampuan mencerna makanan berkurang, menurunnya cita rasa terhadap makanan karena melemahnya indera pengecap, pelebaran yang terjadi pada kerongkongan (oesophagus), asam lambung dan rasa lapar menurun, gerakan usus yang lemah, dan menurunnya penyerapan makanan di usus.



2.6 2.6.1



Masalah Gizi pada Lansia Gizi Berlebih Banyak terjadi di negara bagian barat dan kota besar. Berat badan berlebih dapat diakibatkan karena kebiasaan makan yang banyak saat muda dan pada lansia kalori yang digunakan berkurang karena aktivitas fisiknya berkurang kegemukan adalah salah satu penyebab terjadinya berbagai penyakit seperti jantung, darah tinggi dan kencing manis.



2.6.2



Gizi Kurang Terjadinya kekurangan gizi disebabkan oleh masalah sosial ekonomi dan gangguan penyakit. Berat badan yang kurang dari normal dapat disebabkan karena rendahnya konsumsi kalori dalam tubuh, dan bila kekurangan protein dapat menyebabkan kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki. Hal tersebut mengakibatkan kerontokan rambut, penurunan daya tahan tubuh, dan mudah terkena infeksi. Kekurangan Vitamin Kurang mengkonsumsi buah, sayur serta protein dapat mengakibatkan kulit kering, lesu, tidak semangat, kurang nafsu makan, serta penurunan penglihatan.



2.6.3



2.7 Pemantauan Status Gizi 2.7.1 Penimbangan Berat Badan Penimbangan Berat Badan dilakukan secara teratur minimal satu minggu sekali. 2.7.2 Kekurangan Kalori Protein Penurunan asupan protein pada lansia mengakibatkan tidak semangat dan mudah terserang penyakit. 2.7.3 Kekurangan Vitamin D Terjadi bila kurang mendapat sinar matahari, jarang minum susu, kurang mengkonsumsi vitamin D yang terdapat pada ikan, hati, susu dll. 2.8 Asupan Makanan pada Lansia Gangguan pengaturan nafsu makan dan asupan energi berhubungan juga dengan proses penuaan yang dapat menimbulkan anoreksia atau obesitas. Untuk anoreksia disarankan untuk



mempertimbangkan tambahan energi dari mengkonsumsi makanan berbentuk padat.



minuman,



sedangkan



obesitas



harus



2.9



Gizi Tepat untuk Lansia Gizi yang tepat bagi lansia antara lain memperhatikan prinsip kebutuhan gizi, gizi yang disajikan dalam menu harus seimbang, penyesuaian tekstur dan bentuk makanan, mengurangi makanan berlemak tinggi, mengurangi atau menghindari mengkonsumsi makanan yang mengandung garam natrium tinggi, serta Memperbanyak makan buah, sayur, dan air putih.



2.10



Perencanaan Makanan Untuk Lansia Dalam perencanaan makan bagi lansia, perlu diperhatikan beberapa hal, seperti makanan harus mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. Kemudian memperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Lalu, mengurangi konsumsi garam dan memperbanyak minum. Selain itu, membatasi makanan manis, berlemak serta membatasi menum kopi atau teh, memperbanyak konsumsi makanan yang mengandung zat besi, serta disarankan pengolahan makanan yang dikukus, direbus, maupun dipanggang serta kurangi makanan yang digoreng.



BAB 3 PENUTUP 3.1



3.2 3.2.1



3.2.2



3.2.3



3.2.4



Kesimpulan Manula memiliki kebutuhan nutrisi secara khusus karena sistem jaringan dan organ mereka mengalami penuaan. Kesehatan nutrisi membantu manula menjaga hidup yang lebih aktif dan menyenangkan, melindungi mereka dari penyakit, mengurangi keparahan penyakit, dan mempercepat pemulihan penyakit. Maka dari itu manula membutuhkan asupan nutrisi yang tepat. Saran Saran bagi lansia Sebaiknya lansia tidak mengabaikan makanan yang dikonsumsi sehari-hari dan tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat atau memaksakan diri. Saran bagi keluarga lansia Sebaiknya keluarga lansia lebih memperhatikan asupan nutrisi, kesehatan, dan mengontrol aktivitas lansia. Saran bagi pemerintah Sebaiknya pemerintah ikut serta memberikan bantuan tambahan asupan makanan yang bergizi kepada masyarakat kurang mampu khususnya lansia yang sangat rentan terhadap penyakit. Saran bagi panti



Sebaiknya panti melakukan peningkatan kebutuhan nutrisi dengan cara makan makanan dengan gizi seimbang, yaitu diimbangi dengan keadaan hidup bersih untuk setiap individu dan telaten untuk mengontrol asupan nutrisi lansia. 3.2.5 Saran bagi dinas sosial Sebaiknya dinas sosial melakukan penyuluhan pada masyarakat khususnya masyarakat desa yang kurang paham terhadap kebutuhan nutrisi pada lansia.



DAFTAR PUSTAKA



Potter & Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4.Jakarta :EGC http/www. Kebutuhan nutrisi pada lansia.com,, di akses pada hari minggu, jam 11.31.wib. http://zahryalakbar.blogspot.com/2012/11/nutrisi-pada-lansia.html http://suparty.blogspot.com/2014/01/kebutuhan-asupan-nutrisi-pada-lanjut.html https://lenteraimpian.wordpress.com/2010/02/27/gizi-pada-lansia http://www.smallcrab.com/lanjut-usia/527-kebutuhan-nutrisi-pada-lansia, diakses pada hari Jumat, jam 08.15 WIB. https://www.deherba.com/perhatikan-kebutuhan-nutrisi-pada-lanjut-usia.html, diakses pada hari Jumat, jam 08.25 WIB.