MAKALAH Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Berbasis PAIKEM [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) BERBASIS PAIKEM Diajukan Untuk Memenuhi Salah satu Tugas Mata Kuliah Manajemen Pendidikan Islam Dosen Pengampu: Dr. H. Fadlil Yani Ainusyamsi, M. Ag.



Disusun Oleh: Annisa Nabilla Nuraeni (2003003697) Nasyaayaa Al Atqiyaa (2003003738) Muhamad Zacky B(2003003737) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM CIAMIS Jl. K.H. Ahmad Fadlil No. 08, Kampus Pesantren Darussalam, Kec. Cijeungjing, Kab. Ciamis, Jawa Barat 46271 Tahun Ajaran 2022



KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad S.AW sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) BERBASIS PAIKEM” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Model & strategi pembelajaran PAI. Serta juga tak lupa kami ucapkan terimah kasih kepada dosen pembimbing maupun teman-teman yang turut ikut meberikan pengarahan terhadap pembuatan makalah ini dengan sabar dan ikhlas, agar bisa tercipta makalah yang baik. Dalam makalah ini kami membahas tentang bagaimana model pembelajaran PAIKEM berdasarkan referensi buku yang saya peroleh. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Ciamis, 08 Maret 2022



Penulis



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..........................................................................................i DAFTAR ISI .........................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1 A. Latar Belakang ...........................................................................................1 B. Rumusan Masalah ......................................................................................1 C. Tujuan ........................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3 A. Konsep dan Aspek-Aspek Pembelajaran PAIKEM ...................................3 B. Pembelajaran Tematik ...............................................................................6 C. Pembelajaran Kontekstual .........................................................................10 D. Kecakapan Hidup (Life Skill) ....................................................................15 E. Strategi Pembelajaran Aktif........................................................................18 BAB III PENUTUP................................................................................................31 A. Kesimpulan.................................................................................................31 B. Saran ..........................................................................................................31 DAFTAR PUSTAKA



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatua proses yang terjadi pada lingkungan belajar, dimanapun bisa terjadi dan tak terikat dengan tempat maupun instansi formal atau non formal. Dalam pembelajaran, guru merupakan actor utama sebagai pelaksana dan fasilitator guna terwujudnya cita-cita maupun tujuan dari hakikat pendidikan. Sebelum guru mengadakan pembelajaran, hendaknya guru memiliki, mengetahui dan menguasai tentang model dan strategi pembelajaran yang baik dan tepat, untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif. Salah satu dari berbagai model dan strategi pembelajaran yang menciptakan pembelajaran efektif adalah model pembelajaran PAIKEM. Menurut tarmizi(2009) dalam La Iru dan La Ode Saifun Arihi (2012: 96) PAIKEM adalah singkatan dari pembelajaran Aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan. Pembelajaran merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu system pendidikan. Pembelajaran yang baik dan bervariatif cenderung menghasilkan lulusan dengan hasil baik dan pola berpikir yang variatif pula. Sebaliknya, apabila pembelajaran yang dilakukan secara monoton, tidak ada variasi dan tidak menantang maka lulusan yang terbentuk pun tidak jauh berbeda dari proses yang terjadi. Oleh sebab itu, saat ini seorang guru dituntut untuk yang menghasilkan lulusan yang bermut dan mampu bersaing di area persaingan global sekarang ini. B. Rumusan Masalah 1. Apa sajakah Konsep dan Aspek-Aspek Pembelajaran PAIKEM? 2. Apa dan bagaimana Pembelajaran Tematik? 3. Apa dan bagaimana Pembelajaran Kontekstual? 4. Apa Kecakapan Hidup (Life Skill)? 5. Apa sajakah Strategi Pembelajaran Aktif?



1



C. Tujuan 1. Konsep dan Aspek-Aspek Pembelajaran PAIKEM 2. Pembelajaran Tematik 3. Pembelajaran Kontekstual 4. Kecakapan Hidup (Life Skill)



2



BAB II PEMBAHASAN A. Konsep dan Aspek-Aspek Pembelajaran PAIKEM 1. Pembelajaran Aktif Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran merupakan faktor penting, kegiatan aktif ini seharusnya tidaklah hanya berupa keterlibatan secara fisik belaka, tetapi hal yang lebih utama adalah keterlibatan mental/intelektual, khususnya keterlibatan intelektual-emosional. Contoh dari keterlibatan mental adalah mendengarkan ceramah, berdiskusi,



melakukan



pengamatan,



memecahkan



masalah,



dan



sebagainya. Keterlibatan emosional dapat beebentuk penghayatan terhadap perasaan, nilai, sikap, menguatnya motivasi, dan sebagainya dalam pembangunan ranah afektif. Demikian pula halnya keterlibatan fisik dalam berbagai perbuatan langsung dengan balikannya yang spesifik dan segera dalam upaya pembentukkan/pengembangan ranah psikomotorik. Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam upaya mengoptimalkan keaktifan murid dalam belajar, baik dipandang dari pihak pembelajar, maupun dari pihak pengelola proses pembelajaran. Prinsip-prinsip itulah yang harus diperhatikan dalam menerapkan CBSA, yaitu: (Sulo Lipu La Sulo, 1990: 9-10): a. Penumbuhan motivasi, baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik; b. Pemantapan latar dari materi yang akan dipelajari, khususnya pemberian apersepsi/kaitan; c. Megupayakan keterarahan kepada suatu fokus; d. Belajar sambil bekerja, sambil bermain, ataupun kegiatan lainnya; e. Penyesuaian dengan perbedaan individual; f. Peluang untuk bekerjasama dengan berbagai pola interaksi; g. Peluang untuk menemukan sendiri informasi/konsep; h. Penumbuhan kepekaan mencari masalah dan memcahkannya;



3



i. Mengupayakan keterpaduan, baik asimilasi maupun akomodasi kognitif. Unutk mewujudkan prinsip-prinsip belajar diatas, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran, antara lain (Sulo Lipu La Sulo, 1990: 10): a. Mengupayakan variasi kegiatan dan suasana belajar dengan penggunaan berbagai strategi pembelajaran; b. Menumbuhkan prakarsa siswa untuk aktif dan kreatif dalm kegiatan pembelajaran; c. Mengembangkan berbagai pola interaksi dalam pembelajaran, baik antara guru dan siswa maupun antar siswa; d. Menggunakan berbagai sumber belajar, baik yang dirancang/by design (buku pelajaran, media pembelajaran, model kerangka manusia, dll) maupun yang dimanfaatkan/by utilization (tumbuhan, hewan. Lingkungan, pasar, dll); e. Pemantauan yang intensif dan diikuti dengan pemberian balikan yang spesifik juga segera. 2. Pembelajaran Inovatif Pembelajaran inovatif dapat dilakukan dengan cara mengadaptasi model-model pembelajaran menyenangkan yang bisa membuat siswa terbebas dari kejenuhan-kejenuhan pemnbelajaran. Guru mencoba untuk menanamkan pemikiran “Learning is fun” kepada para peserta didiknya. [2] 3. Pembelajaran Kreatif Pembelajaran



kreatif



menekankan



pada



pengembangan



kreatifitas, baik pengembangan kemampuan imajinasi dan daya cipta (mengarang, membuat keerajinan tangan, mempraktekkan kesenian, dll) maupun pengembangan kemampuan berpikir kreatif. 4. Pembelajaran Efektif Aspek efektifitas pembelajaran merupakan kriteria penting dalam setiap pembelajaran. Pembelajaran yang efktif adalah pembelajaran yang



4



mendidik, yang secara serentak dapat memenuhi dua sisi penting dari tujuan pendidikan di sekolah, yakni: a. Memiliki/menguasai



ilmu



pengetahuan,teknologi,



dan



seni



(IPTEKS), dan b. membangun diri pribadi sebagai pemanggung eksistensi manusia. Pendidikan



Nasional



berfungsi



untuk



mengembangkan



kemampuan, dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bagsa, betujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi menusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif mensiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. 5. Pembelajaran Mneyenangkan Pembelajaran menyenagkan merupakan pembelajaran yang didesain sedemikian rupa sehingga memberikan suasana penuh keceriaan, menyenagkan, san yang paling utama, tidak membosankan, kepada peserta didik. Pembelajaran yang menyenangkan, harus didukung oleh keamanan lingkungan, relevansi bahan ajar, serta jaminan bahwa secara emosional akan memberikan dampak positif. Salah satu upaya untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan adalah dengan menggunakan permainan edukatif (belajar sambil bermain). Pembelajaran sambil bermain itu dapat merupakan selingan yang menyenangkan bagi murid, yang dapat disertai dengan pemberian hadiah bagi murid yang tidak pernah membuat kesalahan. Berikut adalah beberapa cotoh pembelajaran menyenangkan (Dadan Djuanda, 2006, dalam Konsorsium……., 2006: 161-171): a. Bisik Berantai, b. Lihat dan Katakan, c. Operasi Hitungan dengan Kartu, d. Permainan Monopoli Pembelajaran.



5



B. Pembelajaran Tematik 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Seperti yang diungkapkan oleh Hidayah (2015, hal.35) Pembelajaran tematik atau pembelajaran terpadu adalah suatu konsep pembelajaran



yang melibatkan



beberapa mata pelajaran



untuk



memberikan pengalaman yang bermakna pada anak. Dalam model ini, guru pun harus mampu membangun bagian keterpaduan melalui satu tema. Pembelajaran tematik sangat menuntut kreatifitas guru dalam memilih dan mengembangkan tema pembelajaran. Tema yang dipilih hendaknya diangkat dari lingkungan kehidupan peserta didik, agar pembelajaran menjadi hidup dan tidak kaku. Menurut Depdiknas (Trianto, 2011: 147) yang dimaksud dengan “pembelajaran tematik pada dasarnya adalah merupakan model pembelajaran terpadu dengan menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa”. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran



yang



utuh



dan



menyeluruh



sehingga



dapat



mengembangkan aspek pengetahuan, sikap serta keterampilan oleh siswa. Pembelajaran ini menggunakan tema-tema yang dekat dengan kehidupan siswa, sehingga pembelajaran dapat lebih bermakna dengan siswa mencari sendiri dan menemukan apa yang akan mereka pelajari. 2. Karakteristik Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik merupakan strategi pembelajaran yang diterapkan bagi anak kelas awal sekolah dasar. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, mata pelajaran tidak begitu jelas, menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran,



bersifat fleksibel, hasil



pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik, menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan ( Depdiknas, 2006). a. Berpusat pada peserta didik



6



Hal ini sesuai dengan pendekatan pembelajaran modern yang lebih banyak menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator. b. Memberikan pengalaman langsung Dengan pengalaman langsung ini, peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami yang lebih abstrak. c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan peserta didik. d. Menyajikan konsep dari dari berbagai mata pelajaran Dengan demikian peserta didik mampu memahamai konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu peserta didik dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. e. Bersifat fleksibel Yaitu dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya. f. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan meyenangkan Pembelajaran tematik mengadopsi prinsip belajar PAKEM yaitu, pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. 3. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik memiliki ciri-ciri atau karakteristik sebagaimana berikut: a. Berpusat pada peserta didik, b. Memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik, c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. e. Bersifat fleksibel, f. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat, dan kebutuhan peserta didik.



7



Walaupun model dan strategi pembelajaran saat ini banyak dikembangkan, namun selama ini pembelajaran masih sebatas berada diruang kelas. Sebagai upaya untuk menemukan proses belajar yang lebih substansial dan memiliki makna proses yang lebih melekat, model pembelajaran ini perlu untuk diterapkan dan menjadi solusi kedepan untuk memerangi korupsi(Nurdyansyah, 2015). 4. Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik Secara



umum



prinsip



pembelajaran



tematik



dapat



diklarifikasikan menjadi 4 (empat) prinsip yaitu : a. Prinsip penggalian tema Prinsip penggalian merupakan prinsip utama (focus) dalam pembelajaran tematik. Artinya tema-tema yang saling tumpang tindih da nada keterkaitan menjadi target utama dalam pengajaran. Dengan demikian dalam penggalian tema tersebut hendaklah memperhatikan beberapa persyaratan : 1) Tema hendaknya tidak terlalu luas 2) Tema harus bermakna 3) Tema disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak 4) Tema dikembangkan harus mewadahi sebagian besar minat anak 5) Tema



yang



dipilih hendaknya



mempertimbangkan



peristiwa- peristiwa otentik 6) Tema yang dipilih hendaknya memperhatikan kurikulum 7) Tema yang dipilih hendaknya memperhatikan ketersediaan sumber belajar b. Prinsip pengelolaan pembelajaran Pengelolaan pembelajaran dapat optimal guru mampu menempatkan dirinya dalam keseluruhan proses, artinya guru mampu menempatkan dirinya sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran.



8



1) Prinsip evaluasi Evaluasi pada dasarnya menjadi focus dalam setiap kegiatan. Bagaimana suatu kerja dapat diketahui hasilnya apabila tidak dilakukan evaluasi 2) Prinsip reaksi Dampak pengiring (nurturant effect) yang penting bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru dalam proses pembelajaran.



Karena



itu



guru



dituntut



agar



mampu



merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan- tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap aksi peserta didik dalam semua peristiwa serta tidak mengarahkan aspek yang sempit melainkan ke suatu kesatuan yang utuh dan bermakna (Malawi dan Ani, 2017, hlm.1) 5. Kelebihan Dan Kelemahan Pembelajaran Tematik Menurut Majid (2014, hal.92), pembelajaran terpadu memiliki kelebihan yaitu sebagai berikut: a. Kelebihan 1) Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak. 2) Kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta didik. 3) Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta didik sehingga hasil belajar akan dapat bertahan lebih lama. 4) Pembelajarn terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis, dengan permasalahan yang sering ditemui dalam kehidupan atau lingkungan nyata peserta didik. 5) Pembelajaran terpadu dirancang bersama dapat meningkatkan kerja sama antar guru bidang kajian terkait guru dengan peserta didik, peserta didik dan peserta didik lainnya, peserta didik atau guru dengan narasumber sehingga belajar lebih



9



menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna. b. Kelemahan Pembelajaran terpadu memiliki keterbatasan terutama dalam pelaksanaannya, yaitu pada perencangan dan pelaksanaan evaluasimyang lebih banyak menuntut guru untuk mengevaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja. C. Pembelajaran Kotekstual 1. Konsep Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching Learning (CTL) mengasumsikan bahwa secara natural pikiran mencari makna konteks sesuai dengan situasi nyata lingkungan seseorang melalui pencarian hubungan masuk akal dan bermanfaat. Melalui pemaduan materi yang dipelajari dengan pengalaman keseharian siswa akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang mendalam. Siswa akan mampu menggunakan pengetahuannya untuk menyelesaikan masalahmasalah baru dan belum pernah dihadapinya dengan peningkatan pengalaman dan pengetahuannya. Siswa diharapkan dapat membangun pengetahuannya yang akan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan memadukan materi pelajaran yang telah diterimanya di sekolah. Pembelajaran Kontekstual merupakan satu konsepsi pengajaran dan pembelajaran yang membantu guru mengaitkan bahan subjek yang dipelajari



dengan



situasi



dunia



sebenarnya



dan memotivasikan



pembelajar untuk membuat kaitan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan harian mereka sebagai ahli keluarga, warga masyarakat, dan pekerja. Pembelajaran kontekstual ini merupakan sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika



10



mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya (Elaine B. Johnson, 2007:14). Pembelajaran



Kontekstual/Contextual



Teaching



Learning,



memiliki delapan komponen yang harus ditempuh, yaitu: (1) Membuat keterkaitan- keterkaitan yang bermakna, (2) melakukan pekerjaan yang berarti, (3) melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, (4) bekerja sama, (5) berpikir kritis dan kreatif, (6)



membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, (7)



mencapai standar yang tinggi, dan (8) menggunakan penilaian otentik (Elaine B. Johnson, 2007: 65-66). Berdasarkan Pembelajaran



pengertian



di



atas



Kontekstual/Contextual



dapat



dijelaskan



bahwa



Teaching



Learning



adalah



mempraktikkan konsep belajar yang mengaitkan materi yang dipelajari dengan situasi dunia nyata siswa. Siswa secara bersama-sama membentuk suatu sistem yang memungkinkan mereka melihat makna di dalamnya. Pembelajaran



Kontekstual/Contextual



Teaching



Learning



merupakan konsep belajar yang membantu para guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Pembelajaran Kontekstual/Contextual Teaching Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan meraka (Sanjaya, 2005:109).



11



Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama, pembelajaran Kontekstual/Contextual Teaching Learning menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi. Artinya, proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung.



Proses



belajar



dalam



konteks



Pembelajaran



Kontekstual/Contextual Teaching Learning tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Kedua, pembelajaran Kontekstual/Contextual Teaching Learning mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Artinya, siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting sebab dengan dapat mengkorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, materi yang dipelajarinya itu akan bermakna secara fungsional dan tertanam erat dalam memori siswa sehingga tidak akan mudah terlupakan. Ketiga, pembelajaran Kontekstual/Contextual Teaching Learning mendorong siswa untuk dapat menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan. Artinya, Pembelajaran Kontekstual/Contextual Teaching Learning tidak hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, tetapi bagaimana materi itu dapat mewarnai perilakunya dalam



kehidupan



sehari-hari.



Materi



pelajaran



dalam



konteks



Pembelajaran Kontekstual/Contextual Teaching Learning tidak untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, tetapi sebagai bekal bagi mereka dalam kehidupan nyata. 2. Prinsip Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran



kontekstual



merupakan



pembelajaran



yang



mengkaitkan materi pembelajaran dengan konteks dunia nyata yang dihadapi siswa sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar dan dunia kerja, sehingga siswa mampu membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh



12



komponen utama pembelajaran yakni : kontruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menyelidiki (inquiry), masyaraka belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian autentik (authentic assessment). Makna



dari



kontruktivisme



mengkonstruksi/membangun



pemahaman



adalah mereka



sendiri



siswa dari



pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal melalui proses interaksi



sosial



dan



asimilasi-akomodasi.



Implikasinya



adalah



pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan. Inti dari inquiry atau menyelidiki adalah proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman. Oleh karena itu dalam kegiatan ini siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis Bertanya atau questioning dalam pembelajaran kontekstual dilakukan baik oleh guru maupun siswa. Guru bertanya dimaksudkan untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Sedangkan untuk siswa bertanya meupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry. Masyarakat belajar merupakan sekelompok orang (siswa) yang terikat dalam kegiatan belajar, tukar pengalaman,



dan



berbagi



pengalaman.



Sesuai



dengan



teori



kontruktivisme, melalui interaksi sosial dalam masyarakat belajar ini maka siswa akan mendapat



kesempatan



untuk mengkonstruksi



pengetahuannya sendiri, oleh karena itu bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri. Pemodelan merupakan proses penampilan suatu contoh agar orang lain (siswa) meniru, berlatih, menerapkan pada situasi lain, dan mengembangkannya. Menurut Albert Bandura, belajar dapat dilakukan dengan cara pemodelan ini. Penilaian autentik dimaksudkan untuk mengukur dan membuat keputusan tentang pengetahuan dan keterampilan siswa yang autentik (senyatanya). Agar dapat menilai senyatanya, penilaian autentik dilakukan dengan berbagai cara misalnya penilaian penilaian produk, penilaian kinerja (performance), potofolio, tugas yang relevan dan kontekstual, penilaian diri, penilaian sejawat dan sebagainya. Refleksi



13



pada prinsipnya adalah berpikir tentang apa yang telah dipikir atau dipelajari, dengan kata lain merupakan evaluasi dan instropeksi terhadap kegiatan belajar yang telah ia lakukan. 3. Impelentasi PAKEM melalui Model Pembelajaran Kontekstual di Sekolah Dasar Unsur-unsur PAKEM yang terdiri atas pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan dapat diakomodasi melalui penerapan atau implementasi model pembelajaran kontekstual di sekolah dasar. Unsur Aktif siswa baik secara fisik dan mental dapat diwujudkan melalui penggunaan medote yang interaktif seperti tanya jawab, pengamatan, demonstrasi, yang sesuai dengan komponen konstruktivisme dan bertanya (questioning). Kreativitas siswa dapat dicapai melalui komponen inkuri dimana siswa dapat menghasilkan beragam pemikiran dan produk melalui kegiatan menemukan konsep. Efektif atau tepat sasaran dalam sesuai tujuan pembelajaran akan dicapai karena model pembelajaran kontekstual sesuai dengan tahapan berpikir siswa sekolah dasar. Siswa sekolah dasar yang berada pada tahapan operasional konkret dapat memperoleh pengalaman langsung dan pembelajaran konsep secara lebih konkret dengan digunakannya media yang sejalan dengan komponen pemodelan, masyarakat belajar, dan konstruktivisme. Pada awal pembelajaran, guru membantu siswa menemukan kaitan antara materi yang dipelajari dengan dunia nyata siswa. Kaitan tersebut akan memudahkan siswa untuk memahami materi sehingga kompetensi yang menjadi tujuan pembelajaran dapat dicapai. Suasana menyenangkan akan dirasakan siswa karena siswa terlibat secara aktif dalam semua komponen pembelajaran yang menjadi prinsip pembelajaran kontekstual. Serangkaian kegiatan yang beragam yang dikelola dalam model pembelajaran kontekstual dapat mengatasi rasa bosan pada siswa. Langkah-langkah atau sintak pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut: 1. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna, apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan



14



sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang akan dimilikinya. 2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik yang diajarkan. 3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan- pertanyaan 4. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok, berdiskusi, tanya jawab, dan lain-lain. 5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model, bahkan media sebenarnya. 6. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. 7. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya paa setiap siswa. D. Kecakapan Hidup (Life Skill) Kecakapan hidup dapat dikatakan sebagai sebuah kemampuan membangun sikap, mental, dan kompetensi yang positif guna menghadapi realitas kehidupan. Membangun kecakapan hidup seseorang adalah membangun sikap dan perilaku seseorang. Tidak jauh berbeda, pendidikan karakter adalah membangun watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Dari pemahaman ini dapat dicermati bahwa pendidikan kecakapan hidup adalah usaha membangun karakter itu sendiri. Untuk membangun karakter tidak dapat hanya membangun hard skills-nya saja, tetapi juga harus diberengi dengan membangun soft skills-nya Pada



prinsipnya



pengembangan



kecakapan



hidup



adalah



bagaimana seseorang dapat mengaktifkan dan menggerakkan semua nilainilai positif dan kompetensi yang dimiliki secara maksimal untuk



15



diimplementasikan dalam mempertahankan hidup sehari- hari. Yang menjadi sasaran kecakapan hidup dapat digambarkan dalam diagram berikut: Diagram 1: The Targeting Life skills Model



Dari diagram ini, pada prinsipnya ada 4 komponen pokok yang menjadi target pengembangan kecakapan hidup, yaitu daya pikir yang mencakup aspek kecakapan mengelola dan berpikir; perasaan yang terkait dengan kecakapan membangun hubungan dan mengembangkan perhatian kepada orang lain; kecakapan yang menggerakkan kemampuan dalam bekerja dan belajar atau menolong orang lain; dan kesehatan mencakup kecakapan untuk bertahan hidup dan pengakuan terhadap eksistensi diri dalam lingkungannya. Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa program yang ditujukan untuk membangun kecakapan hidup telah menghasilkan pengaruh yang besar terhadap : pengurangan perilaku kejahatan, perilaku self-distructive; meningkatkan perilaku sosial yang baik; meningkatkan kemampuan untuk merencanakan ke depan dan memilih solusi yang efektif terhadap suatu masalah; memperbaiki self-image, kesadaran diri, kemampuan menyesuaikan diri dalam lingkunganya dan mengontrol emosi; peningkatan pemerolehan pengetahuan, perbaikan perilaku di kelas; mampu mengendalikan diri dan mengatasi masalah interpersonal dan 16



mengatasi kegamangan; dan mampu mencari pemecahan masalah (Senowarsito, 2011). Di sisi lain, menurut Hill (2005), “character determines someone's private thoughts and someone's actions done. Good character is the inward motivation to do what is right, according to the highest standard of behaviour in every situation”. Karakter menentukan pikiran-pikiran dan tindakan seseorang. Karakter yang baik adalah adanya motivasi intrinsik untuk melakukan apa yang baik sesuai dengan standar perilaku yang paling tinggi di setiap situasi. Jelas di sini bahwa ada interkoneksitas antara pendidikan karakter dengan pendidikan kecakapan hidup. Sedang menurut Thomas Lickona: Character education is the intentional effort to develop good character in young people. “When we think about the kind of character we want for our children, it's clear that we want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right,



and



to



do



what



they



believe



is



right.”



(http://www.character.org/key-topics/what-is-charactereducation/) Demikian juga dalam The Six Pillars of Character yang dicanangkan oleh Character Counts Coalition yang dicetuskan oleh sekelompok guru, ahli etika, dan pelajar yang mengadakan pertemuan di Aspen, yang terinspirasi dari buku Thomas Lickona, Education for Character (1991) mengandung nilai- nilai yang dikembangkan dalam kecakapan hidup. Enam pilar tersebut adalah sebagai berikut: 1) Trustworthiness: Be honest • Don't deceive, cheat, or steal • Be reliable do what you say you'll do • Have the courage to do the right thing • Build a good reputation • Be loyal — stand by your family, friends, and country. 2) Respect: Treat others with respect; follow the Golden Rule • Be tolerant and accepting of differences • Use good manners, not bad language • Be considerate of the feelings of others • Don't threaten,



17



hit or hurt anyone • Deal peacefully with anger, insults, and disagreements. 3) Responsibility: Do what you are supposed to do • Plan ahead • Persevere: keep on trying! • Always do your best • Use self-control • Be self-disciplined • Think before you act — consider the consequences • Be accountable for your words, actions, and attitudes • Set a good example for others. 4) Fairness: Play by the rules • Take turns and share • Be open-minded; listen to others • Don't take advantage of others • Don't blame others carelessly • Treat all people fairly. 5) Caring: Be kind • Be compassionate and show you care • Express gratitude • Forgive others • Help people in need. 6) Citizenship: Do your share to make your school and community better • Cooperate • Get involved in community affairs • Stay informed; vote • Be a good neighbor • Obey laws and rules • Respect authority • Protect



the



environment



Volunteer.



(http://charactercounts.org/sixpillar s.html) E. Strategi Pembelajaran Aktif a.



Pengertian Pembelajaran Aktif Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang



memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran, baik dalam bentuk interaksi antar siswa ataupun siswa dengan pendidik dalam proses pembelajaran tersebut. Menurut Bonwell, pembelajaran aktif memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: 1. Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pendidik. Tetapi pada pengembangan keterampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas. 2. Siswa tidak hanya mendengarkan pembelajaran secara pasif, tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pembelajaran.



18



3. Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi pembelajaran. 4. Siswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan melakukan evaluasi. 5. Umpan-balik dan proses dialektika yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran. Di samping karakteristik tersebut, secara umum suatu proses pembelajaran aktif memungkinkan diperolehnya beberapa hal. Pertama, interaksi yang timbul selama proses pembelajaran akan menimbulkan positive interdependence dimana konsolidasi pengetahuan yang dipelajari hanya dapat diperoleh secara bersama-sama melalui eksplorasi aktif dalam belajar. Kedua, setiap individu harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pengajar harus dapat mendapatkan penilaian untuk setiap mahasiswa sehingga terdapat individual accountability. Ketiga, proses pembelajaran aktif ini agar dapat berjalan dengan efektif diperlukan tingkat kerjasama yang tinggi sehingga akan memupuk social skills. Proses pembelajaran dapat ditingkatkan secara kualitas, sehingga penguasaan materi juga meningkat. Suatu studi yang dilakukan Thomas menunjukkan bahwa setelah 10 menit kuliah, mahasiswa cenderung akan kehilangan konsentrasinya untuk mendengar kuliah yang diberikan oleh pengajar secara pasif. Hal ini tentu saja semakin membuat pembelajaran tidak efektif, jika kuliah terus dilanjutkan tanpa upaya-upaya untuk memperbaikinya. Dengan menggunakan cara-cara pembelajaran aktif hal tersebut dapat dihindari. Pemindahan peran pada mahasiswa untuk aktif belajar dapat mengurangi kebosanan ini bahkan bisa menimbulkan minat belajar yang besar pada mahasiswa. Pada ujungnya hal ini akan membuat proses pembelajaran mencapai learning out comes yang diinginkan.[1] b. Tipe Belajar Siswa Ada baiknya setiap guru mengetahui tipe belajar siswa agar kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Pada umumnya, ada tiga tipe belajar siswa yaitu:



19



1. Visual, di mana dalam belajar, siswa tipe ini lebih mudah belajar dengan cara melihat atau mengamati 2. Auditori, di mana siswa lebih mudah belajar dengan mendengarkan 3. Kinestetik, di mana siswa lebih mudah belajar dengan melakukan. Pengetahuan tipe belajar ini akan bermanfaat bagi guru dalam menerapkan pembelajaran individual yang tepat sesuai dengan tipe belajar siswa sehingga pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien. Tetapi, tidak menutup kemungkinan dalam pembelajaran klasikal, strategi pembelajaran dapat diterapkan pada ketiga cara belajar



siswa secara



simultan.[2] c. Contoh-contoh Strategi Pembelajaran Aktif 1.



The Power of Two



Strategi ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa belajar secara berpasangan akan lebih hasilnya dibanding belajar secara sendiri-sendiri. [3] Berikut tata cara penggunaan starategi pembelajaran The Power of Two: a.



Berilah peserta didik satu atau lebih pertanyaan yang membutuhkan refleksi dan pikiran.



b.



Mintalah peserta didik untuk menjawab pertanyaan secara mandiri.



c.



Bentuklah ke dalam pasangan dan mintalah mereka untuk berbagi (sharing) jawabannya dengan yang lain.



d.



Mintalah pasangan tersebut untuk membuat jawaban baru untuk masing-masing pertanyaan dengan memperbaiki respons masingmasing individu.



e.



Ketika semua pasangan selesai menulis jawaban baru, bandingkan jawaban dari masing-masing pasangan ke pasangan yang lain.



f.



Lakukan diskusi kelas dan klarifikasi terhadap hasil diskusi masingmasing pasangan.



2.



Reading Guide



Pembelajaran yang dilakukan berbasis bacaan (teks). Agar proses membaca ini bisa efektif, maka guru memberikan pedoman (guide) membaca. Pedoman ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab



20



siswa berdasakan isi bacaan (teks), bisa berisi tugas-tugas yang harus dilakukan siswa dalam pembelajaran. Prosedur penggunaan reading guide: a.



Berilah siswa teks atau bacaan yang harus mereka pelajari, akan lebih baik lagi apabila ditunjukkan halamannya.



b.



Mintalah peserta didik untuk membaca teks(bacaan) secara individual, kemudian membuat resum mengenai topik-topik penting yang ada dalam bacaan tersebut (berbentuk pointers).



c.



Diskusikan topik-topik penting hasil temuan siswa, dan nyatakan bahwa ada sejumlah topik itu memang penting namun ada pula yang tidak penting.



d.



Selanjutnya guru membagikan memberikan lembaran pedoman belajar dalam memahami teks (bacaan), biasanya berbentuk pertanyaan.



e.



Para siswa diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam lembar pedoman tersebut.



f. 3.



Diskusikan jawaban-jawaban siswa tersebut. Info Search



Strategi ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar di luar kelas, keluar dari kungkungan tembok dan dinding kelas, yang terkadang terasa sumpek dan penuh aturan. Mereka bisa belajar di perpustakaan, warnet, mencari jurnal, dan sumber-sumber belajar yang lain. Prosedur penggunaan info search: a.



Bagilah siswa dalam kelompok-kelompok kecil, sekitar 2 atau 3 orang.



b. Berilah masing-masing kelompok pertanyaan atau tugas yang bisa dicari jawabannya di tempat-tempat yang sudah ditunjukkan guru. c. Pertanyaan atau tugas yang diberikan sebaiknya disandarkan pada beberapa buku (literatur).



21



d. Kelompok mengerjakan tugas atau menjawab pertanyaan, dan sekitar 30 enit sebelum habis jam pelajaran mereka harus kembali masuk ke dalam kelas. e. Di kelas, masing-masing kelompok melaporkan hasil belajarnya dalam mencari informasi di berbagai sumber belajar tersebut. f. Diskusikan temuan-temuan kelompok tersebut. 4.



Index Card Match



Ini adalah strategi pembelajaran yang menyenangkan dan aktif untuk meninjau ulang materi pembelajaran.[4] Strategi pembelajaran ini memberi kesempatan pada peserta didik untuk berpasangan dan memainkan kuis kepada kawan sekelas. Prosedur penggunaan Index Card Match: a.



Pada kartu index terpisah, tulislah pertanyaan tentang apa pun yang diajarkan dalam kelas. Buatlah kartu pertanyaan yang sesuai dengan jumlah siswa.



b.



Pada kartu terpisah, tulislah jawaban bagi setiap pertanyaanpertanyaan tersebut.



c.



Gabungkan dua lembar kartu dan kocok beberapa kali sampai benarbenar acak.



d.



Berikan satu kartu pada setiap peserta didik. Jelaskan bahwa ini adalah latihan permainan. Sebagian memegang pertanyaan dan sebagian lain memegang jawaban.



e.



Perintahkan peserta didik menemukan kartu permainannya. Ketika permainan dibentuk, perintahkan peserta didik yang bermain untuk mencari tempat duduk bersama.



5.



Everyone is A Teacher Here



Jenis strategi pembelajaran ini merupakan strategi pembelajaran yang mudah untuk memperoleh partisipasi kelas yang besar dan tanggung jawab individu. Strategi ini memberikan kesempatan pada setiap peserta didik untuk bertindak sebagai seorang “pengajar” terhadap peserta didik lain.



22



Prosedur penggunaan Everyone is A Teacher Here: a.



Bagikan kartu indeks kepada setiap peserta didik. Mintalah para peserta didik menulis sebuah pertanyaan yang mereka miliki tentang materi pelajaran yang sedang di dalam kelas atau topik khusus yang akan mereka diskusikan di kelas.



b.



Kumpulkan kartu, kocok dan bagikan satu pada setiap siswa. Mintalah siswa membaca diam-diam pertanyaan atau topik pada kartu dan pikirkan satu jawaban.



c.



Panggilah sukarelawan yang akan membaca dengan keras kartu yang mereka dapat dan memberi respons.



d.



Setelah diberi respons, mintalah yang lain di dalam kelas untuk menambahkan apa ynag telah disumbang sukarelawan.



e. 6.



Lanjutkan selama masih ada sukarelawan. Student Created Case Study



Studi kasus merupakan salah satu di antara sekian metode pembelajaran yang dianggap sangat baik. Satu tipe diskusi kasus memfokuskan isu menyangkut suatu situasi nyata atau contoh yang mengaharuskan siswa untuk mengambil tindakan, menyimpulkan manfaat yang dapat dipelajari dan cara-cara mengendalikan atau menghindari situasi serupa pada waktu yang akan datang. Teknik berikut memungkinkan peserta didik menciptakan studi kasus sendiri.[5] Prosedur penggunaan Student Created Case Study: a.



Bagi kelas menjadi pasangan-pasangan atau trio. Ajaklah mereka menegmbangkan sebuah studi kasus dan sisa kelas dapat menganalisis dan mendiskusikan.



b.



Jelaskan bahwa tujuan studi kasus adalah mempelajari topik dengan menguji situasi nyata atau contoh yang merefleksikan topik.



c.



Berikan waktu yang cukup bagi setiap pasangan atau trio untuk mengembangkan kasus atau isu untuk didiskusikan atau suatu problem untuk dipecahkan, yaitu suatu masalah yang relevan dengan materi pembelajaran.



23



d.



Kemudian setiap pasangan membuat rangkuman studi kasus, secara khusus detail kejadian yang mengarah pada pemecahan masalah.



e.



Ketika studi kasus selesai, mintalah kelompok-kelompok agar mempresentasikan kepada kelas. Persilahkan seorang anggota kelompok memimpin diskusi kasus.



7.



Point-Counterpoint



Strategi ini merupakan sebuah teknik hebat untuk merangsang diskusi dan mendapatkan pemahaman lebih mendalam tentang berbagai isu yang kompleks. Format tersebut mirip dengan sebuah perdebatan, namun tidak terlalu formal dan berjalan dengan lebih cepat. Prosedur penggunaan Point-Counterpoint: a.



Pilihlah sebuah masalah yang mempunyai dua perspektif (sudut pandang) atau lebih.



b.



Bagilah kelas ke dalam kelompok-kelompok menurut jumlah perspektif yang telah ditetapkan, dan mintalah tiap kelompok mengungkapkan mendiskusikan alasan-alasan yang melandasi sudut pandang masing-masing tim. Doronglah mereka bekerja dengan patner tempat duduk atau kelompok-kelompok inti yang kecil.



c.



Gabungkan kembali seluruh kelas, tetapi mintalah para anggota dari tiap kelompok untuk duduk bersama dengan jarak antara sub-sub kelompok.



d.



Jelaskan bahwa peserta didik bisa memulai perdebatan. Setelah itu peserta didik mempunyai kesempatan menyampaikan sebuah argumen yang sesuai dengan posisi yang telah ditentukan. Teruskan didkusi tersebut, dengan bergerak secara cepat maju mundur diantara kelompok-kelompok.



e.



Simpulkan kegiatan tersebut dengan membandingkan isu-isu sebagaimana anda melihatnya. Berikan reaksi dan diskusi lanjutan.



24



8.



Students Questions Have



Strategi ini merupakan cara yang mudah untuk mempelajari tentang keinginan dan harapan siswa. Cara ini menggunakan sebuah teknik mendapatkan partisipasi melalui tulisan daripada lisan atau percakapan. Harapan siswa ini dapat dilihat dari jumlah centangan yang ada pada sebuah pertanyaan. Prosedur penggunaan Students Questions Have: a. Bagikan kartu kosong pada setiap siswa. b. Mintalah setiap siswa menulis beberapa pertanyaan yang mereka miliki tentang pembelajaran yang sedang dipelajari. c. Putarlah kartu tersebut searah jarum jam. Ketika setiap kartu diedarkan pada pesrta berikutnya, siswa harus membacanya dan memberikan tanda centang pada kartu itu apabila kartu itu berisi pertanyaan yang disetujui. d. Saat kartu kembali pada penulisnya, setiap peserta berarti telah membaca seluruh pertanyaan kelompok tersebut. Selanjutnya, mengidentifikasi pertanyaan mana yang memperoleh suara terbanyak. Jawab masing-nasing pertanyaan tersebut dengan mengembangkan diskusi kelas. e. Panggil juga beberapa peserta untuk berbagi pertanyaan secara sukarela, sekalipun mereka tidak memperoleh suara terbanyak. f.



Kumpulkan semua kartu. Kartu tersebut mungkin berisi pertanyaan yang mungkin dijawab oleh guru pada pertemuan berikutnya.



9.



Listening Team



Strategi ini merupakan sebuah cara membantu peserta didik agar tetap terfokus dan siap selama suatu pelajaran mengikuti pembelajaran yang berlangsung. Startegi listening team ini menciptakan kelompok-kelompok kecil yang bertanggungjawab menjelaskan materi pembelajaran sesuai dengan posisinya masing-masing.[6] Prosedur penggunaan Listening Team:



25



a. Bagilah peserta didik menjadi empat tim, dan berilah tim-tim itu tugastugas misal tim A sebagai penanya, tim B sebagai kelompok yang setuju atas sebuah materi pembelajaran, tim C sebagai kelompok tidak setuju, tim D sebagai kelompok pemberi contoh atas materi yang dipelajari. b. Sampaikan materi pembelajaran berbasis ceramah. Setelah selesai, berilah tim waktu beberapa saat untuk mendiskusikan tugas-tugas mereka. c. Persilahkan tiap-tiap tim untuk bertanya, menyepakati, menyanggah, memberi contoh, dan sebagainya. Strategi ini akan memperoleh partisipasi peserta didik yang mencengangkan lebih daripada yang pernah dibayangkan. 10.



Card Sort



Pembelajaran dengan strategi card sort merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, penggolongan, sifat, fakta tentang suatu objek, atau mengulang informasi. Gerakan fisik yang dilakukan siswa dapat membantu untuk memberi energi kepada kelas yang telah letih. Tujuan dari strategi card sort ini adalah untuk mengaktifkan individu sekaligus kelompok dalam belajar.[7] Prosedur penggunaan card sort: a.



Berilah masing-masing peserta didik kartu indeks yang berisi informasi.



b. Mintalah peserta didik untuk berusaha mencari temannya di ruang kelas dan menemukan orang yang memiliki kartu dengan kategori yang sama. c.



Biarkan peserta didik menyajikan sendiri kartu kategorinya kapada yang lain.



d. Selagi masing-masing kategori dipresentasikan, buatlah beberapa point mengajar yang anda merasa penting.



26



11.



Jigsaw Learning



Merupakan sebuah teknik yang dipakai secara luas. Teknik ini memiliki kesamaan dengan teknik “pertukaran dari kelompok ke kelompok” (Group to group exchange) dengan suatu perbedaan penting, setiap peserta didik mengajarkan sesuatu.[8] Ini adalah alternatif menarik, ketika ada materi yang dipelajari dapat disingkat dan ketika tidak ada materi pembelajaran yang diajarkan sebelumnya. Setiap peserta didik mempelajari sesuatu yang dikombinasi dengan materi yang telah dipelajari oleh peserta didik lain, buatlah sebuah kumpulan pengetahuan yang saling terkait. 12.



Active Debat



Suatu perdebatan dapat menjadi sebuah metode berharga untuk mengembangkan pemikiran dan refleksi, khususnya jika para peserta didik diharapkan mengambil posisi yang bertentangan dengan pendapatnya. Strategi ini digunakan untuk melakukan suatu perdebatan yang secara aktif melibatkan setiap peserta didik dalam kelas bukan hanya orang-orang yang berdebat. 13.



Giving Questions Getting Answer



Yaitu strategi pembelajaran yang diarahkan untuk membangun tim dan melibatkan peserta didik dalam meninjau ulang materi pelajaran dari pelajaran sebelumnya atau di akhir pertemuan. 14.



Active Knowledge Sharing



Sebuah cara yang bagus untuk menarik perhatian para peserta didik kepada materi pelajaran yang guru ajarkan. Guru dapat menggunakannya untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta didik, dan pada saat yang sama membentuk tim. Strategi ini bekerja dengan beberapa pembelajaran dan dengan beberapa materi pembelajaran.



27



15.



The Firing Line



Merupakan strategi yang diformat dengan menggunakan pergerakan cepat, yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan seperti testing dan bermain peran. Strategi ini menghendaki pergantian secara terus menerus dari kelompok. Peserta didik mendapat kesempatan utnuk merespon secara cepat pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan atau tipe tantangan yang dimunculkan.[9] 16.



Team Quiz



Strategi ini akan meningkatkan kerja sama tim dan juga sikap bertanggung jawab peserta didik untuk apa yang mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan dan tidak menakutkan, yakni dalam bentuk kuis (tebaktebakan). 17.



Connection



Merupakan sebuah aktivitas yang secara simbolik menutup kelas. Ia secara khusus sesuai ketika peserta didik membentuk hubungan dekat satu sama lain. 18.



Reconnecting



Dalam sebuah pembelajaran yang sudah habis waktunya, kadang-kadang terasa sangat membantu memperkuat hasil pembelajaran, bila kita menggunakan beberapa menit untuk mengaitkan kembali pelajaran tersebut dengan para peserta didik setelah diselingi beberapa mata pembelajaran lain. Strategi ini mempertimbangkan beberapa cara untuk melakukannya. 19.



Synergetic Teaching



Strategi



ini



merupakan



sebuah



pembelajaran



bersinergi,



yang



memungkinkan peserta didik mendapatkan pengalaman yang berbeda dalam mempelajari materi pembelajaran yang sama. Misalnya belajar



28



dengan membaca referensi (handout) dan belajar dengan mendengarkan presentasi guru. Hasilnya kemudian dibandingkan dan diintegrasikan.[10] 20.



Planted Question



Teknik ini memungkinkan anda untuk memberikan informasi sebagai jawaban atas pertanyaan yang pernah diberikan kepada peserta didik yang dipilih. Meskipun anda sebenarnya, memberikan pelajaran yang telah disiapkan dengan baik, hal ini mengesankan pada peserta didik lain bahwa anda hanya mengerjakan satu sesi tanya jawab. 21.



Learning Starts with A Question



Proses mempelajari sesuatu yang baru akan lebih efektif jika peserta didik tersebut aktif, mencari pola daripada menerima saja. Satu cara menciptakan pola belajar aktif ini adalah merangsang peserta didik untuk bertanya tentang mata pelajaran mereka, tanpa penjelasan dari pengajar lebih dahulu. Strategi belajar ini merangsang peserta didik untuk bertanya. 22.



Who is In The Class?



Teknik mengajar ini sangat baik untuk memecahkan kebekuan suasana di dalam kelas, sehingga dapat disebut sebagai “icebreaker”. Teknik ini mirip dengan sebuah perburuan terhadap teman-teman kelas. Perburuan ini dapat ditentukan dengan sejumlah cara dan untuk sebuah kelas dengan beberapa ukuran. Strategi ini membantu perkembangan pembangunan tim dan membuat



gerakan



fisik



berjalan



tepat



pada



permulaan



sebuah



pembelajaran. 23.



TV Commercial



Sebuah strategi pembuka yang hebat bagi peserta didik yang telah saling mengenal satu sama lain. Strategi ini dapat menghasilkan pembangunan tim yang cepat.



29



24.



Instant Assessment



Teknik ini bisa membangkitkan kegembiraan, tidak menakutkan, dan bisa digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik. Strategi ini bisa digunakan untuk meminta siswa menjelaskan latar belakang, pengalaman, sikap, harapan, dan perhatian mereka secara cepat.[11] 25.



Lightening the Learning Climate



Sebuah kelas dapat dengan cepat mencapai suatu iklim belajar yang informal, tidak mengancam dengan mengajak peserta didik untuk menggunakan humor kreatif tentang pelajaran secara langsung. Strategi ini tidak hanya mengerjakan sesuatu, namun pada saat yang sama membuat peserta didik berpikir. 26.



The Study Group



Metode ini memberikan peserta didik tanggung jawab untuk mempelajari materi pelajaran dan menjelaskan isinya dalam kelompok tanpa kehadiran pengajar. Tugas perlu cukup spesifik untuk menjamin bahwa hasil sesi belajar akan efektif dan kelompok akan mampu mengatur diri.



30



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan PAIKEM adalah suatu model pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. sehingga proses pembelajaran tidak jenuh dan menciptakan pembelajaran yang variatif, yang tentunya bertujuan untuk mencetak generasi millennial yang ulet. Munculnya PAIKEM merupakan akibat dari suatu gejala model pembelajaran sebelumnya yang telah muncul,(belajar dengan individu, dengan cara mengahafal dan belajar hanya dengan pemindahan pengetahuan) dan ataupun paikem



ingin



menyatukan



model



pembelajaran



yang



mendasari



PAIKEM(pembelajaran diskusi, aktif dan lain-lain). Dan karakteristik ciri PAIKEM memiliki inti yang sama dengan dasar munculnya PAIKEM yakni ingin merubah belajar kearah yang lebih baik dan mencetak generasi yang unggul dan siap di tempatkan pada lingkungan apapun. B. Saran Perlunya pendidik, terutama pendidik di Indonesia unruk mengetahui segala model pembelajaran terutama pada model pembelajaran PAIKEM ini, tentunnya bertujuan untuk mengenal, mengembangkan potensi-potensi peserta didik dan menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan serta mencetak generasi yang unggul dalam era milenial ini.



31



DAFTAR PUSTAKA http://repository.uinjambi.ac.id/3597/1/EVA%20APRELLIA%20DIADARA %20ok.pdf http://prosiding.upgris.ac.id/index.php/mbs_2013/mbs_13/paper/viewFile/339/291 https://media.neliti.com/media/publications/168684-ID-pendidikan-kecakapanhidup-life-skills-m.pdf https://www.paklativi.com/2014/03/berbagai-macam-strategi-pembelajaranpaikem-dan-langkah-penerapanya.html http://aginista.blogspot.com/2013/01/konsep-paikem-dalam-pembelajaran.html http://iinizati.blogspot.com/2017/05/strategi-pembelajaran-aktif.html?m=1