Makalah Stres Kerja [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai orang yang mengalami stres. Stres tersebut tidak hanya dalam kehidupan sosial ekonominya saja tetapi juga dalam bekerja. Pekerjaan yang terlalu suit serta keadaan sekitar yang penat juga dapat menyebabkan stres dalam bekerja. Banyak orang yang tidak menyadari gejala timbulnya stres tersebut dalam kehidupannya, padahal apabila kita mengetahui lebih awal mengenai gejala stres tersebut kita dapat mencegahnya. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan maksud agar terjaminnya keamanan dan kenyamanan dalam bekerja. Apabila seseorang yang mengalami stres melakukan pekerjaan itu malah akan mengganggu kestabilan dalam bekerja. Di dalam dunia pekerjaan stres merupakan salah satu faktor yang menyebabkan menurunnya kualitas kerja yang di miliki seseorang dalam melakukan pekerjaan nya. Lingkungan kerja yang tidak kondusif juga dapat mendorong terjadinya Stressor kerja, Stressor kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang di persepsikan karyawan sebagai suatu tuntutan yang dapat menimbulkan stress dalam kerja. Untuk menjaga kestabilan kerja tersebut psikologi seseorang juga harus stabilagar terjadi singkronisasi yang harmonis antara faktor kejiwaan serta kondisi yang terjadi. Jadi kita harus benar-benar memperhatikan secara lebih, baik lingkungan yang dapat mempengaruhi psikologi (kejiwaan) seseorang sehingga stres dapat dicegah. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa stres dalam bekerja pasti akan terjadi pada setiap karyawan/pekerja. Mereka mengalami stres karena pengaruh dari pekerjaan itu sendiri maupun lingkungan tempat kerja. Seseorang yang mengalami stres dalam bekerja tidak akan mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Disinilah muncul peran dari perusahaan untuk memperhatikan setiap kondisi kejiwaan yang dialami oleh pekerjanya. Dalam hal ini perusahaan dapat menentukan penanganan yang terbaik bagi pekerja tersebut serta tidak mengurangi kinerja karyawan tersebut.



1



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Stress Kerja Stress kerja dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana seorang karyawan merasa tertekan secara psikologis dalam menghadapi beban pekerjaan dan lingkungan tempatnya berkerja. Berdasarkan pengertian diatas terdapat beberapa unsur utama stress kerja, yaitu : 1. Karyawan Pihak yang mengalami stres kerja ini adalah karyawan. Stres kerja dapat terjadi pada karyawan pada tingkat operasional sampai tingkat manajemen. Semakin tinggi tingkat karyawan dari sisi struktural, pada umumnya mengalami stres kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan karyawan pada tingkat operasional. 2. Tertekan secara psikologis Stres dirasakan oleh karyawan secara psikologis. Pada umumnya orang yang sedang stres akan nampak gejala seperti terlihat dari emosi tidak stabil, perasaan tidak tenang, suka menyendiri, sulit tidur, merokok yang berlebihan, rasa cemas, tegang, gugup, tekanan darah meningkat. 3. Beban kerja Stres kerja pada umumnya dihadapi oleh karyawan yang merasakan bahwa beban kerjanya melebihi batas kemampuan. Beban kerja yang berlebihan dapat terjadi karena batas waktu penyelesaian tugas tertentu sudah semakin singkat, target yang harus dicapai secara kuantitas yang terlalu banyak, atau jenis pekerjaan yang terlalu memeras energi secara fisik, dan pekerjaan yang cukup berbahaya. 4. Lingkungan kerja Stres kerja dapat muncul karena tempat bekerja yang jauh dari keluarga, lingkungan yang terlalu bising atau sebaliknya terlalu sepi, lingkungan yang tidak aman, dan lain lain. Stress juga sering diartikan



sebagai kelebihan tuntutan atau kemampuan



individu dalam memenuhi kelebihan – kelebihan. Masalah yang terdapat dalam lingkungan keluarga, kegiatan sosial, pekerjaan di kantor, kegiatan di waktu senggang, maupun yang ada hubungannya dengan orang lain, dapat menimbulkan beban yang berlebihan.



2



Pengertian stres menurut Ivancevich dan Matterson sebagai berikut : Stres merupakan respon adaptis, ditengah perbedaan individu yang merupakan suatu konsekuensi dari tindakan, situasi atau kejadian eksternal (lingkungan) yang menempatkan tuntutan fisik dan psikologis yang berlebihan terhadap seseorang. Menurut Ivancevich, Gibson, Donnely pengertian stres sebagai berikut : Suatu tanggapan penyesuaian yang dilatarbelakangi oleh perbedaan individu atau proses psikologi yang merupakan konsekuensi setiap tindakan dari luar (lingkungan), situasi, peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis / fisik yang berlebihan kepada seseorang. Stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir, dan kondisi seseorang. Orang – orang yang mengalami stres menjadi nervous dan merasakan kekhawatiran kronis, mereka menjadi sering marah – marah. Agresif, tidak dapat rileks atau memperlihatkan sikap yang tidak kooperatif (dalam Hasibuan, 2017). Adapun Dr. Hans Selye, seorang pelopor besar dan pemimpin dalam bidang stres, menunjukkan bahwa ada dua jenis stres, yaitu distress dan eustress. Distress muncul karena kita membenci pekerjaan kita, mengeluhkan berbagai tekanan kehidupan dan merasa bahwa kita adalah korban yang tidak berdaya. Sebaliknya, eustress datang dari dorongan / tekanan positif yang timbul karena adanya jarak antara kondisi kita sekarang dan tujuan yang ingin kita capai – sasaran, proyek atau penyebab lain yang bermakna, yang benar – benar menggerakkan kita dan mendulang bakat – bakat dan gairah kita, atau dengan kata lain suara hati kita. Melalui penelitian empiris yang saksama, Dr. Hans Selye memperlihatkan bahwa eustress menopang kekebalan tubuh, meningkatkan jangka harapan hidup dan kenikmatan hidup. Singkat kata seharusnya tidak menghindari stres jika hal itu merupakan jenis stres yang tepat, yakni eustress, karena hal itu akan memperkuat kita dan akan meningkatkan kapasitas kita. Tentu saja semua itu harus diseimbangkan dan diselaraskan dengan istirahat dan relaksasi yang tepat. Orang yang mengalami tingkat stres yang tinggi telah diimplikasikan sebagai faktor penyebab dalam penyakit jantung, stroke, kanker, gangguan pernapasan, pengeroposan tulang, gangguan lambung, susah tidur (insomnia), gangguan psikologis (depresi, bunuh diri), penyakit psikosomatis, gangguan pada kulit, penyakit – penyakit kronis, dan rasa nyeri. 3



Stres sulit didefinisikan. Matteson dan Ivancevich menemukan ratusan definisi stres dalam literatur. Mrskipun demikian, di bawah ini akan disajikan beberapa definisi stres dalam konteks pekerjaan. SINDROM MENTAL DAN EMOSIONAL



GEJALA – GEJALA FISIK



Sikap negatif



Ketegangan / nyeri otot



Kekhawatiran



Kekejangan otot



Pikiran – pikiran yang terobsesi



Sakit kepala



Ketakutan / fobia



Migrain



Kesedihan



Kekakuan rahang



Peka / mudah tersinggung



Menggertak nggertakkan gigi



Kemarahan / ingin meledak



Letih / kelelahan



Mudah lupa / kelalaian terus menerus



Sembelit



Rasa kesepian



Diare



Bingung



Gangguan pencernaan



Kurang konsentrasi



Gangguan pada kulit



Keragu – raguan



Gemetar



Putus asa



Asma



Susah tidur (insomnia)



Jantung berdebar-debar



Mimpi buruk



Teekanan darah tinggi



Depresi



Napas pendek/ memburu



Bunuh diri



Kecenderungan mencelakakan diri



Stres adalah aspek umum pengalaman pekerjaan, yang paling sering terungkap sebagai ketidakpuasan kerja, tetapi juga terungkap dalam keadaan afektif yang kuat kemarahan, frustasi, permusuhan, dan kejengkelan. 2.2 Penyebab Stres Kerja Penyebab stres atau stresor yang mempengaruhi karyawan berasal dari luar organisasi / lingkungan, dari dalam organisasi, dari kelompok karyawan, atau karyawan itu sendiri. Pertama, stresor lingkungan. Meskipun kebanyakan analisis stres kerja mengabaikan pentingnya kekuatan dan kejadian dari luar atau lingkungan, tetapi ternyata hal itu mempunyai dampak yang luar biasa, stresor lingkungan mencakup hal – hal seperti perubahan sosial / teknologi, globalisasi, keluarga, relokasi, kondisi ekonomi dan keuangan, serta kondisi tempat tinggal atau



4



masyarakat. Perubahan sosial / teknologi yang fenomenal mempunyai efek yang besar pada gaya hidup seseorang dan hal itu tentu saja terbawa ke dalam pekerjaan. Kedua, stresor organisasi. Stresor organisasi makro level dapat dikategorikan menjadi kebijakan dan strategi administratif, struktur dan desain organisasi proses organisasi dan kondisi kerja. Beberapa contoh khusus mengenai stresor organisasi mencakup tanggungjawab tanpa otoritas, ketidakmampuan menyuarakan keluhan, penghargaan yang tidak memadai dan kurangnya deskripsi kerja yang jelas atau menurunnya hubungan antar-karyawan. Stresor organisasi makro leveel itu dapat berasal dari penyusutan karyawan, tekanan persaingan, relokasi, dan lain – lain. Ketiga, stresor kelompok. Kelompok dapat menjadi sumber stres. Stresor kelompok dapat dikategorikan menjadi dua wilayah, yaitu kurangnya kohesivitas kelompok dan kurangnya dukungan sosial. Kohesivitas atau kebersamaan merupakan hal penting pada karyawan, terutama pada tingkat organisasi yang lebih rendah. Jika karyawan tidak mengalami kesempatan kebersamaan karena desain pekerjaan, karena penyelia melarang atau membatasinya, atau karena ada anggota kelompok yang menyingkirkan karyawan lain, kurangnya kohesivitas akan menyebabkan stres. Selain itu, karyawan sangat dipengaruhi oleh dukungan anggota kelompok yang kohesif. Dengan berbagai masalah dan kebahagiaan bersama – sama, mereka jauh lebih baik. Jika jenis dukungan sosial ini berkurang pada individu maka situasi akan membuat stres. Terdapat penelitian yang mengindikasikan bahwa kurangnya dukungan sosial merupakan hal yang membuat stres hingga menyebabkan pengeluaran biaya perawatan kesehatan. Stres kerja dapat disebabkan oleh faktor penentu, sebagai berikut : 1. Beban kerja Beban kerja setiap karyawan berbeda – beda sesuai dengan posisi dan tanggungjawab masing – masing di perusahaan. Jika seorang karyawan merasakan beban kerja yang diterimanya di luar batas kemampuannya dapat menimbulkan stres kepada karyawan yang bersangkutan. 2. Waktu penyelesaian kerja Waktu penyelesaian pekerjaan yang terlalu singkat, dapat menimbulkan pikiran, sikap, dan perilaku karyawan menjadi tidak fokus. Semakin lebih mendekati kepada jatuh tempo, maka akan semakin stres karyawan tersebut. 3. Pengawasan kerja 5



Jenis pengawasan yang terlalu ketat dari atasan terhadap bawahan dapat menimbulkan karyawan tersebut menjadi tertekan, sehingga merasa tidak nyaman dalam melaksanakan tugas. Sebaliknya tanpa adanya pengawasan juga dapat menimbulkan stres kerja karena karyawan merasa tidak diperhatikan oleh atasannya. 4. Suasana kerja yang tidak nyaman Suasana di tempat kerja yang tidak nyaman terutama yang menyangkut hubungan atasan dengan bawahan, hubungan antar karyawan, termasuk hubungan pihak manajemen dengan pemilik perusahaan dapat menimbulkan stres bagi karyawan yang harus melaksanakan berbagai tugas sehari – hari ditengah – tengah suasana yang tidak harmonis tersebut. 5. Perbedaan nilai Nilai – nilai yang diakui dan dipaksakan oleh pimpinan kepada karyawan akan memicu stres bagi karyawan yang memiliki nilai – nilai yang berbeda dengan pimpinan. 6. Tidak tertersedianya staf / media konsultasi Saat karyawan merasakan stres ada baiknya untuk berkonsultasi kepada ahlinya. Jika di perusahaan tidak ada tenaga ahli tersebut atau tidak adanya media untuk berbagi rasa stres dan mencari solusi atas kondisi yang dihadapi maka tingkat stres karyawan dapat memuncak menjadi suatu depresi berat. 7. Sanksi dari perusahaan Sanksi yang diberikan perusahaan kepada karyawan dapat memicu stres karyawan yang bersangkutan. Sanksi yang dirasakan terlalu berat oleh karyawan atau sanksi yang diberikan tanpa alasa yang jelas atau dengan alasan yang tidak dapat diterima oleh karyawan yang menerima sanksi tersebut akan menimbulkan stres. Demikian juga sanksi yang diberikan secara berbeda kepada beberapa karyawan yang melakukan kesalahan yang sama. 8. Lingkungan kerja di perusahaan Banyak lingkungan kerja yang dapat membuat stres karyawan antara lain tempat kerja terlalu bising, suhu udara terlalu dingin atau panas, lingkungan yang terlalu kotor dan berbau tidak sedap, kondisi kerja yang berbahaya. 9. Kondisi fisik dan kesahatan karyawan Kondisi fisik karyawan yang terlalu lelah, merasa haus atau lapar, atau sedang kurang sehat dapat mempermudah terjadinya stres kerja.



6



Faktor – faktor yang dapat menyebabkan stres kerja yang dikemukakan oleh John Suprihanto sebagai berikut : 1. Penyebab fisik a. Kebisingan Kebisingan dengan intensitas tertentu, yang berlangsung secara terus menerus dalam jangka waktu panjang dapat menjadi sumber stres bagi karyawan. b. Kelelahan Masalah kelelahan dapat menyebabkan stres karena kemampuan untuk bekerja menurun. c. Penggeseran kerja Perusahaan yang sering mengubah pola kerja dapat menimbulkan stres kerja karyawan. Hal ini disebabkan karena karyawan sudah terbiasa dengan pola kerja yang lama dan sudah terbiasa dengan kebiasaan – kebiasaan sebelumnya harus beradaptasi lagi dengan pola kerja baru. d. Jetlag Jetlag adalah jenis kelelahan khusus yang disebabkan oleh perubahan waktu sehingga mempengaruhi irama tubuh seseorang. Untuk itu disarankan bagi mereka yang baru menempuh perjalanan jauh dimana terdapat perbedaan waktu, agar beristirahat minimal 24 jam sebelum melakukan suatu aktivitas. e. Suhu dan kelembaban Bekerja dalam suatu ruangan yang suhunya terlalu tinggi dapat mempengaruhi stres kerja bagi karyawan. 2. Beban kerja Beban kerja yang terlalu berat dapat menyebabkan ketegangan dalam diri seseorang, sehingga menimbulkan stres. Tingkat keahlian yang dituntut perusahaan terlalu tinggi, kecepatan kerja yang dirasakan terlalu tinggi oleh karyawan, atau volume kerja terlalu banyak dapat menyebabkan stres, 3. Sifat pekerjaan a. Kesulitan beradaptasi dengan situasi tertentu misalnya setelah mengalami mutasi karyawan. b. Pengawasan terlalu ketat dari atasan dapat menyebabkan seseorang merasa terancam kebebasannya. c. Stres dapat terjadi juga pada saat seseorang tidak memiliki kemampuan bekerja dengan cepat sesuai dengan tuntutan perusahaan. 7



d. Tugas yang tidak jelas bagi karyawan akan membuat karyawan tersebut bingung, dan jika berjalan lama maka karyawan itu akan stres. e. Karyawan menjadi stres jika tidak ada kejelasan tentang standar kerja. 4. Kebebasan Bagi sebagian karyawan adanya kebebasan yang berlebihan membuat mereka merasa tidak pasti untuk melakukan berbagai aktivitas di perusahaan. 5. Masalah pribadi Kesulitan yang dialami di rumah, masalah keuangan, konflik dengan orang tua atau mertua, dapat mengakibatkan seseorang merasa stres pada saat bekerja. Selain itu ada beberapa tingkatan rangsangan yang dapat menyebabkan stres, yaitu : Tingkatan Tingkatan



Penyebab Stres -



rangsangan rendah



Pekerjaan rutin yang



Konsekuensi Psikologis -



membosankan -



Kurang berhubungan dengan



buruk -



sabotase dalam



Hubungan yang tidak



pekerjaan -



menguntungkan Kurang kesempatan yang



Tingkatan



-



Terlalu sibuk



rangsangan



-



Tuntutan konflik dengan waktu / keahlian



-



-



-



Makan, minum berlebihan



-



Kelelahan



-



Bersikap masa



-



bodoh Prestasi kerja buruk



-



Terlalu banyak aktivitas yang harus di kerjakan



Merasa frustasi, cemas, dan tegang



bersifat rekreatif



tinggi



Melakukan



orang lain memuaskan dan tidak -



Prestasi kerja



Merasa frustasi, cemas, dan tegang



-



Kurang kesempatan untuk



Makan / minum berlebihan



santai



-



Kelelahan



Kecemasan finansial / pribadi



-



Merasa sudah tidak dapat



8



mengatasi situasi -



Berekreasi secara berlebihan



2.3 Akibat Stres Kerja Akibat stress dirasakan berbeda – beda antar satu individu dengan individu yang lainnya. Akibat stress yang umum terjadi sebagai berikut : 1. Akibat fisik Secara fisik anggota tubuh akan merasakan gejala tertentu sebagai akibat stres yang dialaminya. Adanya peningkatan volume detak jantung, meningkatnya tekanan darah, sakit kepala, demam, keringat dingin, dan mual. 2. Akibat psikologis Secara psikologis stress akan berakibat pada timbulnya kecemasan, ketegangan, kekesalan, kejenuhan, malas, tidak bersemangat. 3. Akibat tindakan Seseorang yang sedang merasakan stress sampai batas tertentu pada umumnya cenderung mengalami penurunan kinerja atau produktivitas, sering mangkir kerja dapat juga sampai berhenti bekerja, tidak dapat mengendalikan emosi, berubahnya kebiasaan sehari – hari seperti mengkonsumsi alcohol, lebih sering merokok, sulit tidur, tidak ada nafsu makan atau sebaliknya makan secara berlebihan, dan lain – lain. Akibat stress menurut T.cox yang dikutip oleh Suwatno dan Priansa sebagai berikut : 1. Dampak subjektif Kekhawatiran, kegelisahan, kelesuan, kebosanan, depresi, keletihan, frustasi, kehilangan kesabaran, perasaan terkucil, merasa kesepian. 2. Dampak perilaku Karyawan dapat berperilaku emosional setiap menghadapi hambatan dalam pelaksanaan tugas sehari – hari. 3. Dampak kognitif Ketidakmampuan mengambil keputusan yang sehat, daya konsentrasi menurun, kurang perhatian, sangat peka terhadap kritik, dan hambatan mental. 4. Dampak fisiologi



9



Kecanduan glukosa, darah tinggi, denyut jantung dantekanan darah meningkat, mulut kering, berkeringat, bola mata melebar, demam. 5. Dampak kesehatan Kepala terasa sakit sebelah, mimpi buruk, sering mengalami sulit tidur. 6. Dampak organisasi Produktivitas dan loyalitas menurun. 2.4 Pengaruh Stres Terhadap Produktivitas Kerja Stres berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan. Berdasarkan tingkat stress yang dialami karyawan maka pengaruhnya terhadap produktivitas kerja akan berbeda – beda. Pengaruh tersebut sebagai berikut : 1. Jika karyawan mengalami stres yang relative rendah dan terjadi dalam waktu singkat dapat meningkatkan produktivitas kerja karena pada umumnya karyawan akan lebih termotivasi untuk bekerja lebih cepat, lebih giat, dan melakukan berbagai hal yang baik. 2. Jika karyawan mengalami stress yang relative rendah, tetapi terjadi dalam jangka waktu lama dapat menurunkan produktivitas kerja karena karyawan tersebut merasakan kelelahan, kejenuhan, kecapaian, sehingga produktivitas kerja akan menjadi lebih rendah. 3. Jika karyawan mengalami stres yang tinggi maka produktivitas kerja akan rendah karena karyawan pada umumnya akan memiliki motivasi kerja yang rendah juga. 2.5 Cara Mengatasi Stres Kerja Banyak cara yang dapat dilaksanakan untuk mengatasi stress kerja. Peran manajemen dan karyawan sangat diperlukan untuk mengatasi stress kerja. Beberapa cara yang dapat ditempuh untuk mengatasi stress kerja sebagai berikut : 1. Solusi langsung pada penyebab stress Cara yang tepat ditempuh adalah mengetahui apa yang menjadi penyebab terjadinya stres yang menimpa karyawan. Setelah mengetahui penyebabnya barulah diberikan solusi sesuai dengan penyebab stress tersebut. Misalnya jika karyawan stress karena bekerja diruangan yang panas, maka alternative solusi adalah dengan memberikan ventilasi udara yang cukup terhadap ruang kerja tersebut atau menambahkan air conditioner (AC). Jika karyawan mengalami 10



stress karena penerangan yang tidak cukup di ruangkerjanya, maka alternative solusinya adalah menambahkan penerangan di ruangan tersebut. 2. Kebersamaan Manajemen perusahaan dapat lebih dekat dengan karyawan sehingga karyawan merasa menjadi bagian dari perusahaan bukan hanya sebagai mesin yang hanya terlibat aktif dalam aktivitas produksi. Pada saat tertentu sebaiknya manajemen perusahaan dapat menyelenggarakan acara bersama misalnya menonton bersama – sama, karaoke bersama – sama, hiburan permainan bersama – sama, atau rekreasi bersama – sama. 3. Menempuh cara – cara medis Manajemen perusahaan dapat menempuh cara media dengan memfasilitasi karyawan melalui bantuan tim kesehatan, psikolog, dan psikiater. 4. Pendekatan religi Pihak manajemen perusahaan dan karyawan dapat melakukan pendekatan religi dengan penekanan pada sisi keikhlasan, kesabaran, dengan tetap bersemangat. Sehubungan dengan dalam hal ini perlu diyakinkan bahwa semua masalah pasti ada solusinya, dan Allah akan mengubah nasib suatu kaum selama kaum tersebut berupaya untuk mengubahnya. 5. Sedia payung sebelum hujan Manajemen dan karyawan harus bersama – sama memiliki keyakinan bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati. Dengan demikian lebih baik mencegah agar stress tidak dialami daripada harus mengobati jika stress benar – benar terjadi. Pengorbanan akan menjadi lebih besar jika pihak manajemen dan karyawan sampai mengalami stress kerja. Sehubungan dengan itu pencegahan stress sangat penting 6. Program konseling Manajemen perusahaan dapat memfasilitasi karyawan dengan program konseling. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh karyawan baik pada saat mulai merasakan adanya gejala stress maupun pada saat karyawan sudah benar – benar mengalami stress kerja untuk mencari solusi atas masalahnya. (Robbins, 2017) menyebutkan dalam mengelola stres dapat menggunakan dua pendekatan, yaitu : 1. Pendekatan Individu 11



Seseorang harus bisa mengelola tingkat stres pada diri sendiri. Dalam pendekatan individu, strategi yang efektif dalam mengatur tingkat stres yaitu dengan mengelola waktu, meningkatkan latihan fisik, memperbanyak interaksi sosial, dan relaksasi. 2. Pendekatan organisasi Ada banyak faktor yang menyebabkan stres dalam organisasi seperti kerja dengan waktu yang terbatas, teman kerja yang tidak menyenangkan, dan tuntutan atasan. Faktor utama penyebab stres dalam organisasi adalah tuntutan dari atasan. Strategi yang efektif untuk mengelola stres antara lain perbaikan komunikasi organisasi, peningkatan keterlibatan karyawan, dan menegakkan kesejahteraan. 2.6 Strategi Manajemen Stres Dari sudut pandang organisasi, pemimpin mungkin tidak memerhatikan ketika karyawan mengalami stres dengan tingkat yang rendah sampai menengah. Alasannya adalah stres dengan tingkat seperti itu bisa bisa bersifat fungsional dan membawa kinerja karyawan yang lebih tinggi. Namun, tingkat stres yang tinggi atau bahkan yang tingkat rendah yang berlangsung lama dapat menurunkan kinerja karyawan sehingga membutuhkan tindakan dari manajemen. Meskipun jumlah stres yang terbatas bisa bermanfaat bagi kinerja karyawan, tetapi jangan berharap melihatnya seperti itu. Dari sudut pandang karyawan, bahkan tingkat stres yang rendah dipersepsi karyawan sebagai sesuatu yang tidak dikehendaki. Oleh karena itu, karyawan dan pemimpin mungkin mempunyai persepsi yang berbeda mengenai stres. Untuk itu pendekatan manajemen stres antara karyawan (atau dikenal pendekatan individual) dan manajemen (atau yang dikenal dengan pendekatan organisasi) berbeda. Pemimpin harus memahami keadaan sebenarnya stres karena peran pemimpin itu sendiri juga bisa mendatangkan stres. Hal ini karena stres yang dialami pemimpin bisa merusak kinerja dan kesejahteraan pengikutnya. Untuk mencegah terjadinya stres yang berlebihan yang bisa merusak dimensi kehidupan Anda sebagai pemimpin dan pengikut Anda, sebaiknya Anda memerhatikan beberapa strategi manajemen stres yang efektif. a. Mengidentifikasi apa yang menyebabkan stres Pemimpin perlu mengidentifikasi apa yang menyebabkan stres. Sekilas hal ini mudah, tetapi kenyataannya tidak perlu demikian. Kadang – kadang masalahnya sudah jelas 12



meskipun solusinya tidak selalu demikian. Akan tetapi, tidak selalu mencari akar masalah. Jika masalah atau akar masalah ditemukan maka solusinya relatif lebih mudah. Misalnya, jika anda memiliki pekerjaan yang terlalu banyak dari bos Anda, mungkin hal ini disebabkan sikap Anda yang tidak tegas mengatakan “tidak” kepadanya. b. Mengelola waktu secara efektif Banyak orang mengelola waktunya kurang baik. Hal – hal yang harus mereka selesaikan dalam hari atau minggu tertemtu sering tidak selesai karena manajemen waktu yang kurang baik. Karyawan yang terorganisasi dengan baik dapat menyelesaikan pekerjaannya dua kali lebih banyak dari pada mereka yang tidak terorganisasi dengan baik. Beberapa prinsip manajemen waktu yang baik adalah : 1. Membuat daftar aktivitas yang harus diselesaikan. 2. Memprioritaskan aktivitas berdasarkan kepentingan dan urgensinya. 3. Menjadwalkan aktivitas menurut prioritas yang ditetapkan. 4. Mengetahui siklus harian dan menangani bagian pekerjaan yang paling sulit selama bagian siklus yang tinggi ketika anda paling siap dan produktif. c. Melakukan olahraga dan kebugaran fisik Olahraga dan kebugaran fisik dapat melindungi orang dari akibat buruk stres terhadap kesehatan. Banyak kajian menunjukkan orang yang berolahraga atau yang secara fisik bugar sering dilaporkan memiliki tingkat kecemasan, depresi, dan ketegangan dalam hidup yang lebih kecil daripada mereka yang tidak berolahraga dan kurang bugar. Olahraga nonkompetitif seperti aerobik berjalan, jogging, berenang, dan bersepeda dianjurkan sebagai cara untuk mengatasi tingkat stres yang berlebihan. Bentuk – bentuk olahraga ini meningkatkan kapasitas jantung, kapasitas paru, baik untuk pernapasan, memberikan selingan mental dari tekanan pekerjaan dan memberikan sarana untuk rileks. d. Melakukan relaksasi atau peregangan Relaksasi atau peregangan amat penting untuk memelihara tubuh agar menjadi sehat dan terlepas dari stres. Stelah peregangan, orang merasa lebih baik, yang memberikan dampak positif terhadap pikiran. Peregangan otot merupakan aktivitas yang ringan, terutama pada saat seseorang baru saja hendak mulai berlatih. Lakukan secara santai tanpa gerakan melompat. Tariklah napas sebelum melakukan peregangan dan buanglah napas selama melakukannya. Pejamkan matadan gunakan visualisasi. Pusatkan perhatian pada otot dan bagian – bagian yang sedang diregangkan. 13



Bayangkan otot yang sedang meregang dan menjadi tegang. Biasakan melakukan ini paling tidak sekali sehari. e. Tidur, istirahat, dan liburan Tidur bagi manusia adalah hal yang sangat penting karena tidur mengendalikan kehidupan kita sehari – hari. Jika kita kekurangan tidur atau mengalami gangguan tidur maka hari – hari kita akan menjadi lambat dan kurang bergairah. Sebaliknya, tidur yang cukup dan berkualitas akan membantu kita memiliki energi dan gairah dalam menjalani aktivitas sehari – hari. Sesekali kita perlu istirahat agar dapat menata kembali dan mengatur kembali fokus dalam prioritas kita. Sesekali, pergilah rileks sejenak, sebab saat kita kembali bekerja penilaian kita bisa lebih pasti. Bekerja terus menerus akan membuat kita kehilangan kemampuan untuk melakukan penilaian. Berpergianlah agak jauh, sebab dengan begitu, pekerjaan akan tampak lebih kecil dan lebih banyak yang bisa dicerna dalam selayang pandang. Liburan sangat penting dan bermanfaat bagi kita. Liburan bisa memberi kita kesempatan untuk menoleh ke belakang dan memandang ke depan, menyetel diri kita dengan kompas yang ada di dalam diri kita. Kadang – kadang hal mendesak dan penting yang mungkin bisa kita lakukan adalah beristirahat penuh. Kembangkan kebiasaan untuk tidur lebih cepat dan bangun lebih pagi. Hampir semua orang sukses mempraktikkan pesan orangtua : “Tidur lebih cepat dan bangun lebih pagi membuat seseorang lebih sehat, sejahtera, dan bijaksana.” Ketika Anda bangun lebih pagi, anda akan memiliki waktu yang cukup lama untuk memikirkan hari ini dan merencanakan aktivitas kerja Anda. Bangun lebih pagi memberi anda kesempatan untuk membaca, melakukan refleksi, dan bermeditasi. Bangun lebih pagi memungkinkan anda untuk bangun dan bekerja tanpa merasa tertekan untuk secepatnya keluar dari rumah agar tiba ditempat kerja tepat waktu. Kembangkan kebiasaan untuk menggunakan jam – jam pertama setiap hari untuk diri Anda sendiri. Bacalah sesuatu yang inspiratif , yang memotivasi, atau edukatif. Henry Ward Beecher pernah menulis, “jam pertama merupakan kemudi dari hari itu.” Ketika Anda menggunakan jam pertama Anda untuk diri anda sendiri, maka sisa hari Anda akan terasa lebih lancar, dan akan terbentang dengan lebih efisiensi dan efektivitas yang tinggi. f. Bermeditasi Meditasi mencakup relaksasi otot dan mental. Tujuan meditasi adalah untuk memperlambat dan menenangkan pikiran, dan pada saatnya, dapat menenangkan 14



tubuh. Jika Anda dapat menenangkan pikiran, anda dapat mencapai perasaan damai dan tenang. Lebih jauh, meditasi memiliki banyak manfaat yaitu mengurangi stres dan kelelahan



mental,



meningkatkan



kesehatan dan kualitas



kehidupan secara



menyeluruh. g. Latihan pernapasan Pernapasan dan relaksasi jelas berhubungan erat satu sama lain. Bernapas dengan benar menjadi dasar kesehatan fisik dan mental. Kebanyakan orang bernapas dengan cepat, dangkal, dan susah karena menggunakan sepertiga dari kapasitas paru – parunya. Kekurangan energi kehidupan menyebabkan level energi anda menjadi rendah, merasa pengap, dan loyo. Surplus energi membuat Anda gembira dan kuat, menjadi santai dan menghasilkan sikap positif, serta bebas stres. h. Memberi dukungan sosial Dukungan sosial bisa menjadi sarana menurunkan stres. Dukungan sosial memberi Anda seseorang yang mau mendengarkan masalah Anda dan sudut pandang yang lebih objektif terhadap situasi. Riset menunjukkan hubungan stres dan kelelahan mental, yaitu makin tinggi dukungan sosial menurunkan kemungkinan bahwa stres kerja berat menimbulkan kelelahan mental dalam pekerjaan. Sebuah program pendidikan komunikasi yang menarik dikenal dengan Friends Can Be Good Medicine . program ini dikenalkan di seluruh negara bagian California. Tujuan utamanya adalah memberi informasi kepada masyarakat tentang manfaatnya hubungan yang mendukung untuk kesehatan mental dan fisik dan mendorong orang mengembangkan jaringan sosial. Ketika hidup mendatangkan stres, orang yang kurang memiliki kontrol personal mungkin berhenti mencoba dan berpikir. Mereka merasa tidak memiliki kekuatan dan kontrol, mereka merasa tidak berdaya dan khawatir bahwa usaha mereka akan menemui kegagalan dan mendatangkan malu. Bantuan psikologis utama yang mereka butuhkan adalah meningkatkan efikasi-diri dan mengurangi kepasifan dan rasa tidak berdaya. Pandangan pesimistis meningkatkan potensi stres seseorang dan mempunyai pengaruh negatif terhadap kesehatannya. Kontrol diri orang dapat ditingkatkan dengan memberikan dukungan, kasih sayang, rasa hormat, memberikan lingkungan yang merangsang, memberikan pengahargaan atau pujian terhadap presentasinya, menetapkan standar kinerja dan perilaku yang masuk diakal yang dianggap seseorang sebagai tantangan, bukan ancaman. Dengan



15



melakukan hal seperti itu mungkin meningkatkan kontrol diri dan daya tahan psikologis seseorang sehingga mampu mengatasi stresnya secara efektif. i. Terapi kognitif Sejumlah psikolog klinis memasuki bidang stres dengan teknik terapi kognitif. Pendekatan ini berfokus pada restrukturisasi kognitif merupakan terapi rasionalemotif. Pendekatan ini didasarkan pada pandangan bahwa stres kerap kali muncul dari cara berfikir yang salah atau tidak rasional. Cara berpikir ini memengaruhi proses penilaian stres dan meningkatkan anggapan ancaman atau kerusakan. j. Tertawa Tertawa merupakan obat mujarab yang membuat kita sehat. pepatah kuno yang mengatakan “Tertawa adalah obat terbaik” jauh lebih mendekati kebenaran daripada apapun juga dalam dunia yang sarat dengan stres ini. Tak diragukan lagi bahwa tertawa akan mengurangi stres karena tertawa dapat menekan sejumlah hormon penyebab stres dalam darah kita. Dengan tertawa kita bernapas lebih cepat dan lebih dalam mendekati terengah – engah dan kita memasukkan lebih banyak oksigen, membersihkan paru – paru. Detak jantung kita dipercepat dan kita mengirimkan lebih banyak oksigen ke seluruh tubuh. Akibatnya, otot – otot kita akan mengendur. k. Berdoa Doa adalah kekuatan dahsyat yang tak kasat mata. Kita harus sadar bahwa sebagai manusia, kita memiliki keterbatasan, termasuk didalamnya dalam mengendalikan stres. Ada kekuatan yang jauh lebih kuat dari kekuatan manusia. Allah menyatakan “Janganlah hendak kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa” l. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman Strategi organisasi mengatasi stres dirancang untuk menghilangkan stresor tingkat organisasi untuk mencegah atau mengurang stres kerja pada karyawan individual. Dalam hal ini organisasi dapat mengatur kondisi fisik tempat kerja dari segi suhu, cahaya, suara, kualitas udara, kepadatan, isolasi, keamanan, dan kualitas ergonomis, semuanya menentukan bagaimana seseorang menjalani hari kerjanya. Selain itu, organisasi perlu merancang pekerjaan dengan baik, agar tidak terlalu banyak beban pekerjaan dan tuntutan kepada karyawan. 2.7 Kesesuaian Pegawai dengan Pekerjaan



16



Kesesuaian pegawai dengan pekerjaan yang dilakukannya melibatkan dua elemen penting, yaitu : 1. Seberapa jauh kemampuan, ketrampilan dan bakat pegawai bersangkutan sesuai dengan tuntutan dan persyaratan pekerjaan, termasuk lingkungan pekerjaan. 2. Seberapa jauh keserasian kebutuhan, nilai dan keinginan seorang pegawai untuk menggunakan keterampilan dan bakat tertentu dapat dipenuhi atau dipertahankan oleh pekerjaan bersangkutan. Disamping itu, dalam menghadapi dan menyelesaikan suatu pekerjaan, kemungkinan pegawai akan dihadapkan kepada keadaan beban kerja berlebihan dan beban kerja yang berkurang. 1. Beban kerja yang berlebihan Apabila berdasarkan pengamatan dan hasil penelitian membuktikan bahwa beban kerja seorang pegawai ternyata berlebihan, maka beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk dilakukan antara lain adalah : a. Mengurangi tuntutan pekerjaan, dengan cara : 1) Mempertimbangkan gagasan yang tidak rasional dan tidak realistis mengenai pekerjaan. 2) Mengatur kembali pekerjaan termaksud yang telah atau sedang dan akan dilaksanakan. Ini mencakup pendelegasian tugas dan pemanfaatan staf pendukung secara lebih baik, atau pelepasan tugas – tugas lama yang sudah tidak perlu dikerjakan lagi kaitannya dengan tugas – tugas baru yang telah diperoleh. b. Mengatur dan memanfaatkan waktu dengan lebih baik. c. Memperbaiki ketrampilan / kemampuan kerja. Apabila pegawai mau selalu berupaya untuk meningkatkan ketrampilan / kemampuan kerjanya, maka diharapkan dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lebih efisien. d. Mempertimbangkan kemungkinan untuk pindah tugas atau pindah pekerjaan. Lebih sedikit mendapat uang dalam jangka pendek (atau bahkan jangka panjang) dapat ditangguhkan, jika ingin mengutamakan untuk bisa lebih menikmati hidup, tidak mudah mengalami stres, habiskan waktu bersama keluarga, atau mengerjakan hal lain yang dirasakan lebih bermakna. 2. Beban kerja yang kurang 17



Apabila pada kenyataannya pegawai merasa bahwa beban kerjanya kurang banyak, maka berikut ini adalah hal – hal yang perlu diperhatikan untuk dilakukan : a. Mengembangkan pekerjaan. Mencari cara untuk menyelesaikan pekerjaan guna menambah apa yang perlu untuk dikerjakan. Hal ini dapat diupayakan dengan belajar dari menganalisis dan menulis gagasan berdasarkan data yang ada. Memilih atau mengembangkan pekerjaan baru, akan berguna sehubungan dengan pengembangan pekerjaan, minat pribadi atau yang membuat pegawai dapat lebih bermanfaat bagi orang atau pihak yang teat. b. Gunakan ketrampilan di tempat lain. Apabila seorang pegawai berada dalam pekerjaan yang tidak mungkin dikembangkan, atau tidak mau mengembangkannya karena pada dasarnya ini bukan pekerjaan yang ingin dilakukan, maka jelas bahwa pilihannya adalah memanfaatkan ketrampilan yang telah dimiliki tersebut di tempat lain. c. Pindah pekerjaan. Seorang pegawai mungkin terperangkap dalam pekerjaan yang membosankan dan dapat membuat stres yang membebani pegawai karena gaji yang besar, atau bahkan gaji yang sedang – sedang saja. Seperti dalam beban kerja yang berlebihan, maka perlu dipikirkan apakah pengurangan gaji perlu diimbangi dengan pekerjaan yang dapat lebih dinikmati. Atau dengan mengikuti kursus untuk belajar sesuatu yang baru guna mengejar kualifikasi tertentu dalam rangka mengerjakan apa yang benar – benar diinginkan atau disyaratkan.



18



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Stress kerja dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana seorang karyawan merasa tertekan secara psikologis dalam menghadapi beban pekerjaan dan lingkungan tempatnya berkerja. Adapun penyebab dari stres atau stresor yang mempengaruhi karyawan yaitu berasal dari luar organisasi / lingkungan, dari dalam organisasi, dari kelompok karyawan, atau karyawan itu sendiri. Stres kerja dapat disebabkan oleh faktor penentu yaitu beban kerja, waktu penyelesaian kerja, pengawasan kerja, suasana kerja yang tidak nyaman, perbedaan nilai, tidak tertersedianya staf / media konsultasi, lingkungan kerja di perusahaan, sanksi dari perusahaan, serta kondisi fisik dan kesahatan karyawan. Selain itu ada beberapa tingkatan rangsangan yang dapat menyebabkan stres yaitu, tingkatan rangsangan rendah dan tingkatan rangsangan tinggi. Akibat dari stres kerja yaitu adanya peningkatan volume detak jantung, meningkatnya tekanan darah, sakit kepala, demam, keringat dingin, dan mual. Secara psikologis stress akan berakibat pada timbulnya kecemasan, ketegangan, kekesalan, kejenuhan, malas, tidak bersemangat, dan pada umumnya cenderung mengalami penurunan kinerja atau produktivitas. Adapun cara mengatasi stres yaitu dengan cara mencari tahu apa penyebab dari stres tersebut, menyelesaikan secara bersama – sama, saling membantu satu sama lain, bukan dengan membiarkan atau meninggalkan mengucilkan sendirian, berobat, berdoa, mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, dll. 3.2 Saran Stres dalam bekerja sebaiknya diberikan penanggulangan dengan cara yang benar karena akan sangat berpengaruh terhadap karyawan atau pun suatu perusahaan. Serta dapat selalu menerapkan strategi manajemen stres dengan baik. Dan alangkah baiknya pimpinan atau atasan selalu memperhatikan kesehatan para karyawan karena hal tersebut mempengaruhi efektifitas kinerja para karyawan.



19



DAFTAR PUSTAKA



 Kaswan. (2019). Manajemen Sumber Daya Manusia Strategis. Edisi 1. Yogyakarta: Andi Offset.  Ganyang, Machmed Tun. (2018). Manajemen Sumber Daya Manusia Konsep dan Realita. Bogor: IN MEDIA  Wahjono, Sentot Imam. (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta Selatan: Salemba Empat.  Kadarisman, M. (2017). Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rajawali Pers.  Sedarmayanti. (2017). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Refika Aditama.



20