Makalah Taksonomi Bloom Dan Bloom Revisi Kel 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG TAKSONOMI BLOOM



OLEH KELOMPOK 1 : 1. AYU NADIA FAHMI



( 17029086 )



2. RINA OKTANASARI



( 17029042 )



3. WENNI KURNIA



( 17029188 )



4. NOVI ISRA



( 17029170 )



5. MUHAMMAD ILHAM ( 17029066 )



DOSEN PEMBIMBING: 1. Dra.ARMIATI,M.Pd 2. TRYSA GUSTYA MANDA,S.Pd,M.Pd



JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2019



KATA PENGANTAR



Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Sejalan dengan dinamika bangsa yang terus mencari bentuk yang lebih baik demi menghasilkan generasi cerdas dan budiman, maka penulis membuat makalah ini yang berjudul “Taksonomi Bloom” dengan baik. Untuk memenuhi tugas perkuliahan Evaluasi Pembelajaran Matematika.



Penulis berharap agar semua orang dapat memperoleh berbagai informasi yang berguna untuk pembaca dari karya tulis ini. Namun, walaupun demikian penulis juga percaya bahwa tidak ada gading yang tak retak, untuk itu kritikan dan saran maupun sumbangsih pikiran yang sifatnya constructive dari pembaca akan penulis terima dengan senang hati. Demi kesempurnaan makalah ini dan untuk perbaikan makalah yang akan datang.



Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan, bantuan dan bimbingan yang telah diberikan oleh Ibuk selaku dosen pembimbing yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini, serta rekan-rekan yang ikut membantu terselesainya makalah ini.



Padang, 26 Agustus 2019



Penulis



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ........................................................................................... i DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2 C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2 D. Manfaat Penulisan ....................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3 A. Ranah Pengetahuan Menurut Bloom .......................................................... 3 B. Ranah Pengetahuan Menurut Bloom yang Direvisi .................................... 28 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................. 28 B. Saran



................................................................................................... 29



DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Penilaian merupakan upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar peserta didik. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin S. Bloom. Salah satu prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam rangka evaluasi pembelajaran adalah prinsip kebulatan, dengan prinsip tersebut evaluator dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntut untuk mengevaluasi secara menyeluruh terhadap peserta didik, baik dari segi pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek afektif), dan pengamalannya (aspek psikomotor). Ketiga aspek atau ranah tersebut erat sekali dan bahkan tidak mungkin dapat dilepaskan dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar. Benjamin S. Bloom dan kawan-kawannya itu berpendapat bahwa pengelompokkan tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu ranah proses berfikir (cognitive domain), ranah nilai atau sikap (affective domain) dan ranah keterampilan (psychomotor domain). Dalam konteks evaluasi pembelajaran, maka ketiga domain atau ranah itulah yang harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi pembelajaran. Untuk lebih memahami tentang ranah pengetahuan



menurut Bloom tersebut, maka dalam makalah ini penulis akan menjelaskan materi yang berjudul “Taksonomi Bloom”.



B. Rumusan masalah Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. 1.



Bagaimana ranah pengetahuan menurut Bloom sebelum direvisi?



2. Bagaimana ranah pengetahuan menurut Bloom yang direvisi? C. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui ranah pengetahuan menurut Bloom sebelum direvisi. 2. Untuk mengetahui ranah pengetahuan menurut Bloom yang direvisi. D. Manfaat Penulisan Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Dapat menambah wawasan pengetahuan tentang ranah pengetahuan menurut Bloom dan Bloom yang direvisi. 2. Digunakan untuk acuan pada pendidik atau calon pendidik untuk mengetahui ranah pengetahuan serta dalam praktiknya dalam kegiatan belajar mengajar.



BAB II PEMBAHASAN



A. Ranah Pengetahuan Menurut Bloom Pada tahun 1956 Benyamin S. Bloom menyampaikan gagasannya berupa taksonomi tujuan pendidikan dengan menyajikannya dalam bentuk



hirarki,



Taksonomi



selanjutnya



berasal



dari



disebut



bahasa



dengan



Yunani



Taksonomi



tassein



Bloom.



yang



berarti



mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Oleh karena itu, taksonomi adalah sistem klasifikasi, artinya sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi atau juga dapat berarti ilmu yang mempelajari tentang klasifikasi. Bloom dan krathwohl menggunakan 4 prinsip-prinsip dasar dalam merumuskan taksonomi, antara lain: 1. Prinsip metodologi: perbedaan yang besar telah merefleksi kepada cara-cara pendidik dalam mengajar. 2. Prinsip psikologis: Taksonomi hendaknya konsisten fenomena kejiwaan yang ada sekarang. 3. Prinsip logis: Taksonomi hendaknya dikembangkan secara logis dan konsisten. 4. Prinsip tujuan: Tingkatan-tingkatan tujuan tidak selaras dengan tingkatan-tingkatan nilai-nilai. (S. Arikunto, 2005:116) Atas dasar prinsip ini maka taksonomi disusun menjadi suatu tingkatan yang menujukkan tingkat kesulitan. Selain itu pada prinsip evaluator dituntut untuk mengevaluasi secara menyeluruh terhadap peserta didik, baik dari segi pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek afektif) dan pengalamannya (aspek psikomotorik). Benjamin S.Bloom dan kawan-kawannya berpendapat bahwa taksonomi (pengelompokkan) tujuan pendidikan. Ada 3 ranah atau



domain besar yang mengacu kepada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah pada diri peserta didik, yaitu ranah proses berpikir (cognitive domain), ranah nilai atau sikap (affective domain) dan ranah keterampilan (psychomotor domain). Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau ranah itulah yang harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar, yaitu: (1) Apakah peserta didik sudah dapat memahami semua bahan atau materi pelajaran yang telah diberikan kepada mereka? (2) Apakah peserta didik sudah dapat menghayatinya? (3) Apakah materi pelajaran yang telah diberikan itu sudah dapat diamalkan secara kongkret dalam praktek atau dalam kehidupan sehari-hari? Struktur dari Original Taksonomi Bloom sebelum di Revisi 1. Ranah kognitif (cognitive domain) Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktifitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif (A. Sudijono, 2007:49-50). Taksonomi Bloom mengklasifikasikan ranah kognitif menjadi enam kategori dari yang sederhana sampai dengan yang lebih kompleks. Daryanto (2012: 101-102) memberikan gambar secara visual dari keenam kategori aspek ranah kognitif atas enam jenjang yang diurutkan secara hirarki piramidal, sebagaimana terlukis pada Gambar 1. Keenam jenjang berpikir pada ranah kognitif bersifat kontinum dan overlap (saling tumpang tindih), dimana ranah ranah yang lebih tinggi meliputi semua ranah yang ada di bawahnya (A. Sudijono, 2007:53). Overlap antara enam jenjang berpikir itu akan lebih jelas terlihat pada Gambar 2.



Penilaian Sintesis



Analisis



Penerapan



Pemahaman



(evaluation) (synthesis)



(analysis)



(application)



(comprehension)



Pengetahuan



(knowledge)



Gambar 1. Enam jenjang berpikir pada ranah kognitif



Gambar 2. Overlap antara enam jenjang berpikir pada ranah kognitif



Keterangan: 



Pengetahuan (1) adalah merupakan jenjang berpikir paling dasar.







Pemahaman (2) mencakup pengetahuan (1).







Aplikasi atau Penerapan (3) mencakup pemahaman (2) dan pengetahuan (1).







Analisis (4) mencakup aplikasi(3), pemahaman (2) dan pengetahuan (1).







Sintesis (5) meliputi juga analisis (4), aplikasi (3), pemahaman (2) dan pengetahuan (1).







Evaluasi (6) meliputi juga sintesis (5), analisis (4), aplikasi (3), pemahaman (2) dan pengetahuan (1).



Keenam kategori tersebut adalah sebagai berikut: a. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge), disebut dengan C1 Pengetahuan (knowledge) merupakan proses berpikir yang paling rendah. Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide,



gejala,



rumus-rumus



dan



sebagainya,



tanpa



mengharapkan



kemampuan untuk menggunakannya (S. Arikunto, 2005:117).Oleh karena itu pengetahuan menekan pada proses mental dalam mengingat dan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah peserta didik peroleh secara tepat sesuai dengan apa yang telah mereka peroleh sebelumnya. Informasi yang dimaksud berkaitan dengan simbol-simbol matematika, terminologi dan peristilahan, fakta-fakta, keterampilan dan prinsip-prinsip. Secara terinci, jenjang pengetahuan ini mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Pengetahuan tentang fakta yang spesifik; dalam hal ini peserta didik dituntut untuk mengingat kembali materi yang mirip dengan materi yang telah dipelajari.



Contoh soal: 



Bilangan prima yang genap adalah ...







Invers kali dari 5 adalah ...







Hasil penjumlahan dua bilangan rasional a/b + c/d adalah ...







Rumus untuk menentukan keliling lingkaran adalah ...







Sebutkan contoh-contoh dari bilangan rasional dan irrasional ...



2. Pengetahuan tentang terminologi; dalam hal ini kemampuan yang paling besar adalah mengetahui arti tiap kata. Contoh soal: 



Himpunan yang tidak mempunyai anggota adalah ...







Sifat penjumlahan bilangan a + b = b + a disebut dengan ...







Nilai mutlak dari suatu bilangan k ditulis dengan lambang ...







Garis yang menghubungan satu titik sudut sebuah segitiga dengan pertengahan sisi di depannya adalah ...



3. Kemampuan untuk mengerjakan aksioma (manipulasi rutin). Contoh soal: 



6 – (–3) = ...







(2/3) : (1/6) = ...







Jika x + 2 = y, maka │x - y│ + │x + y│ adalah ...







Penyelesaian dari persamaan x + (1/x) = x – (1/x) adalah ...







1/20 dijadikan bentuk persen adalah ...



b. Pemahaman (comprehension), disebut dengan C2 Tahap pengetahuan.



pemahaman Pemahaman



lebih



tinggi



tingkatannya



(comprehension)



adalah



dari



tahap



kemampuan



seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu telah diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Dalam tingkatan ini peserta didik diharapkan mampu memahami ide-ide



matematika bila mereka dapat menggunakan beberapa kaidah yang relevan tanpa perlu menghubungkannya dengan ide-ide lain dengan segala implikasinya. Menurut S. Arikunto (2005:118), dengan pemahaman, peserta didik diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta atau konsep. Sehingga peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Daryanto (2012: 106) menjelaskan bahwa kemampuan pemahaman dapat dijabarkan menjadi tiga, yaitu: (1) menerjemahkan (translation), (2) menginterpretasikan (interpretation) dan (3) mengekplorasi (eksploration). Secara terinci, jenjang kognitif pemahaman mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Pemahama Konsep Contoh soal: 



Jika f(x) = 2x + 1 dan g(x) = 3x – 2, maka f(g(x)) adalah .







Persamaan garis yang melalui titik (1,2) dan (-3,5) adalah ...







Jelaskan pengertian dari bilangan rasional dan irrasional!



2. Pemaham prinsip, aturan dan generalisasi Contoh soal: 



Jika pembilang dan penyebut suatu pecahan dikali dengan bilangan yang sama, maka ...







Jika irisan dua bidang tidak kosong, maka irisannya akan berbentuk...







Sudut luar sebuah segitiga sama dengan ...



3. Pemahaman terhadap struktur matematika Contoh soal: 



Nilai a dalam 3 x 39 = (3 x 13) +(3 x a) adalah ...







Jika (n + 68)2 = 654.461, maka (n +58) (n+78) adalah ...







Jika a . b = 0, maka ...



4. Kemampuan untuk membuat transformasi Contoh soal: 



Seperdelapan persen dari 10.000 sama dengan ...







Jika a * b = a + ab, maka 2 * 7 = ...







Sebuah lingkaran yang berjari-jari r dilukis dalam suatu persegi, dimana lingkaran tersebut menyingung keempat sisi persegi. Luas daerah persegi yang berada di luar lingkaran adalah ...



5. Kemampuan untuk mengikuti pola berpikir Contoh soal Perhatikan pola bilangan berikut:



Maka jumlah bulatan pada gambar ke 10 adalah ... 6. Kemampuan untuk membaca dan menginterpretasikan masalah sosial dan masalah matematika. Contoh soal: 



Untuk n anggota bilangan cacah, tentukanlah nilai n yang memenuhi pertaksamaan 5 < n + 3 < 15 ...







Jika irisan dua bidang tidak kosong, maka irisannya akan berbentuk ...







Sudut luar sebuah segitiga sama dengan ...



c. Penerapan (application), disebut dengan C3 Penerapan atau aplikasi ini adalah merupakan proses berpikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman. Penerapan atau aplikasi (application) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-



prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Kemampuan kognisi yang mengharapkan peserta didik mampu mendemonstrasikan pemahaman mereka berkenaan dengan sebuah abstraksi matematika melalui penggunaannya secara tepat ketika mereka diminta untuk itu. Daryanto



(2012:109)



menjelaskan



jenjang



kemampuan



pemahaman ini dituntut kesanggupan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip serta teori-teori dalam situasi baru dan konkret. Dengan demikian peserta didik dituntut memiliki kemampuan untuk menyeleksi atau memilih suatu abstrasi tertentu (konsep, hukum, dalil, aturan, gagasan dan cara) secara tepat untuk diterapkan dalam suatu situasi baru dan menerapkannya secara benar. Secara terinci, jenjang kognitif penerapan atau aplikasi mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Kemampuan untuk menyelesaikan masalah rutin Contoh soal: Pak Herman membeli kemeja dengan harga Rp. 75.000,-. Untuk pembeliah kemaja tersebut, pak Herman mendapat potongan (diskon) 15%. Harga yang harus dibayar pak Herman adalah ... 2. Kemampuan untuk membandingkan Contoh soal: 



Tentukan data terbesar dari 23, 34, 33, 43, 15, 34, 43, 24, 25, 34, 33, 45, 41, 39 adalah ...







d.



Bagaimana menyelesaikan hitungan ini 51 x 40 = n?



Analisis (analysis), disebut dengan C4 Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang



analisis



adalah



setingkat



lebih



tinggi



ketimbang



jenjang



penerapan/aplikasi. Menurut Daryanto (2012:109) menjelaskan bahwa jenjang kemampuan ini dituntut untuk dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur- unsur atau komponen-komponen pembentuknya. Kemampuan analisis diklasifikasikan atas tiga kelompok yaitu: analisis unsur, analisis hubungan dan analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi. Sehingga kemampuan ini dapat memilah sebuah informasi ke dalam komponen-komponen sedemikan hingga hirarki dan keterkaitan antar ide dalam informasi tersebut menjadi tampak dan jelas. Secara terinci, jenjang kognitif sintesis mencakup analisis yaitu: Contoh soal: 



Nilai x yang memenuhi persamaan 2.8x + 4. 8-x – 9 = 0 adalah ...







Amir ingin membeli 6 pasang sepatu. Toko X menjual Rp. 75.000 untuk tiga pasang, sedangkan toko Y menjual Rp. 50.000 untuk 2 pasang. Agar ekonomis, Amir harus membeli di toko ...







Jumlah peserta didik SMK A 1400 orang, terdiri dari jurusan akuntansi, bisnis manajemen, perkantoran dan broadcasting. Bila jurusan akuntasi 200 orang, bisnis manajemen 250 orang, perkantoran 450 orang dan sisanya broadcasting, maka persentase jumlah peserta didik jurusan broadcasting adalah ...







Peserta didik disuruh menerangkan apa sebab pada waktu mendung dan ada angin kencang tidak segera turun hujan.



e. Sintesis (synthesis), disebut dengan C5 Sintesis (synthesis) adalah memadukan elemen-elemen dan bagianbagian untuk membentuk suatu kesatuan.. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau



berbentuk



pola



baru.



Dalam



matematika,



sintesis



melibatkan



pengkombinasian dan pengorganisasian konsep-konsep dan prinsipprinsip matematika untuk mengkreasikannya menjadi struktur matematika yang lain dan berbeda dari yang sebelumnya. Sehingga sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis sehingga menjelma menjadi suatu pola struktur atau bentuk. Misalnya



memformulakan



teorema-teorema



matematika



dan



mengembangkan struktur-struktur matematika.



Dengan demikian pada jenjang ini seseorang dituntut untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru dengan jalan menggabungkan beberapa faktor yang ada. Dimana hasil yang diperoleh dari penggabungan ini dapat berupa : tulisan dan rencana atau mekanisme (Daryanto 2012:112). Apabila penyusun soal tes bermaksud meminta peserta didik melakukan sintesis maka pertanyaan-pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga meminta peserta didik untuk menggabungkan atau menyusun kembali hal-hal yang spesifik agar dapat mengembangkan suatu struktur baru. (S. Arikunto, 2005:119)



Secara terinci, jenjang kognitif sintesis mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Kemampuan untuk menemukan hubungan Contoh soal: 



Panjang diagonal suatu bujur sangkar adalah x + y. Tentukanlah luas bujur sangkar tersebut.







Manakah dari bilangan-bilangan berikut ini yang merupakan bilangan irrasional? a. 2



b. 0, 524389



c. 4



d. 0,123123123



e. 2



2. Kemampuan untuk menyusun pembuktian Contoh soal: Buktikan untuk setiap bilangan real a, buktikanlah bahwa a . 0 = 0 . a = 0. \ f. Penilaian (evaluation), disebut dengan C6 Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation) adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom. Kegiatan membuat penilaian berkenaan dengan nilai sebuah ide, kreasi, cara atau metode. Evaluasi dapat memandu seseorang untuk mendapatkan pengetahuan baru, pemahaman yang lebih baik, penerapan baru dan cara baru yang unik dalam analisis atau sintesis. Oleh karena itu, jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat mengevaluasi situasi, keadaan, pernyataan atau konsep berdasarkan suatu kriteria tertentu. Evaluasi dalam pengukuran aspek kognitif menyangkut masalah “benar/salah“ yang didasarkan atas dalil, hukum, prinsip pengetahuan. Secara terinci, jenjang kognitif evaluasi mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Kemampuan untuk mengkritik pembuktian Contoh soal: Uraikan berikut adalah sebuah bukti mengenai dua bilangan riil yang sama. Langkah mana yang salah? 𝑎+𝑏







𝑚𝑖𝑠𝑎𝑙𝑘𝑎𝑛 𝑐 =







2𝑐 = 𝑎 + 𝑏







2𝑐(𝑎 − 𝑏) = (𝑎 + 𝑏)(𝑎 − 𝑏)







2𝑎𝑐 − 2𝑎𝑏 + 𝑐 2 = 𝑎2 − 2𝑎𝑐 + 𝑐 2







(𝑏 − 𝑐)2







𝑏=𝑐



2



,𝑎 ≠ 𝑏



=𝑎−𝑐



2. Kemampuan untuk merumuskan dan memvalidasi generalisasi Contoh soal:



Tuliskan langkah-langkah atau prosedur untuk menentukan apakah 12.807 sebuah bilangan prima.



2



Ranah efektif (affective domain) Taksonomi untuk daerah afektif mula-mula dikembangkan oleh



David R.Krathwohl dan kawan-kawan (1974) dalam buku yang diberi judul Taxonomy of Educational Objecyives:Affective Domain. Ranah afektif adalah ranah yang berhubungan dengan sikap dan nilai. Bila seseorang memiliki penguasaan kognitif yang tinggi, ciri-ciri belajar efektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Misalnya, perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai pendidik dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial. Ada beberapa kategori dalam ranah afektif sebagai hasil belajar yaitu receiving/attending (menerima/memperhatikan), (a) responding (menanggapi), (b) Valuing (penilaian), (c) organization (organisasi), (d) characterization by a value or value complex (karakteristik nilai atau internalisasi nilai). Di bawah ini merupakan gambaran secara visual dari kelima kategori aspek ranah afektif atas lima jenjang yang diurutkan secara hirarki piramidal menurut Taksonomi Krathwohl dan Bloom dkk, sebagaimana terlukis pada Gambar 3.



Kelima kategori dalam ranah afektif sebagai berikut: a. Receiving/attending (menerima/memperhatikan) Receiving/attending (menerima/memperhatikan) adalah semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada peserta didik dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, control dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar. Receiving atau attending juga sering diberi pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai-nilai yang diajarkan kepada mereka dan mereka mempunyai kemauan menggabungkan diri ke dalam nilai itu atau mengidentifikasi diri dengan nilai itu. Menurut Daryanto (2012:117), Dipandang dari segi pengajaran, jenjang ini berhubungan dengan menimbulkan, mempertahankan dan mengarahkan perhatian peserta didik. Contohnya hasil belajar afektif jenjang receiving yaitu bagaimana peserta didik menyadari bahwa disiplin wajib ditegakkan, sifat malas dan tidak berdisiplin harus disingkirkan jauh-jauh



b. Responding (menanggapi) Responding (menanggapi) adalah suatu sikap yang menunjukkan adanya partisipasi aktif atau kemampuan menanggapi, kemampuan yang dimiliki peserta didik untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam



fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya. Jenjang ini setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang receiving. Contoh hasil belajar ranah afektif jenjang responding adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajari lebih jauh atau menggali lebih dalam lagi makna dari materi-materi matematika tentang kedisiplinan. Misalnya bagaimanakah pendapat anda tentang peserta didik yang tidak menyukai pelajaran matematika? Bagaimana tindakan Anda jika seandainya yang menjadi pengajar matematika itu Anda?



c. Valuing (menilai/menghargai) Valuing (menilai/menghargai) artinya memberikan nilai atau penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian dan penyesalan. Valuing adalah merupakan tingkatan afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan responding. Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran peserta didik tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena baik atau buruk. Sejalan



dengan



penjelasan



Daryanto



(2012:117)



bahwa



kemampuan ini bertalian dengan partisipasi peserta didik. Sehingga peserta didik tidak hanya menghadiri suatu fenomena tetapi juga mereaksi terhadap fenomenanya dengan salah satu cara. Bila sesuatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan telah mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai itu telah dicamkan (internalized) dalam dirinya. Dengan demikian maka nilai tersebut telah stabil dalam diri peserta didik. Contoh hasil belajar afektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemauan yang kuat pada diri peserta didik



untuk berlaku disiplin, baik di sekolah, di rumah maupun di tengahtengah kehidupan masyarakat. Bagaimanakah pendapat Anda seandainya pelajaran matematika itu tidak dipelajari di sekolah? Mengapa pendapat Anda demikian?



d. Organization (Organisasi) Organization



(mengatur



atau



mengorganisasikan)



artinya



mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih



universal.



Mengatur



atau



mengorganisasikan



merupakan



pengembangan dari nilai ke dalam suatu sistem organisasi, termasuk hubungan suatu nilai dengan nilai yang lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Termasuk ke dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai dan lain-lain. Daryanto (2012:117) berpendapat bahwa jenjang ini bertalian dengan nilai yang dikenakan peserta didik terhadap suatu objek, fenomena atau tingkah laku tertentu. Jenjang ini merupakan jenjang sikap atau nilai yang lebih tinggi lagi ketimbang receiving, responding dan valuing. Contoh hasil belajar afektif jenjang organization adalah peserta didik mendukung penegakan disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh Bapak Presiden Soeharto pada Peringatan Hari Kebangkitan Nasional Tahun 1995.



e. Characterization by a value or value complex (karakteristik nilai atau internalisasi nilai) Characterization by a value or value complex (karakteristik nilai atau internalisasi nilai) adalah keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalam hierarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Jadi pada jenjang ini peserta didik telah



memiliki sistem nilai yang mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang cukup lama, sehingga membentuk karakteristik (pola hidup) tingkah laku, konsisten dan dapat diramalkan. Contoh hasil belajar afektif pada jenjang ini adalah peserta didik telah memiliki kebulatan sikap, wujudnya peserta didik menjadikan peraturan sekolah untuk melatih kedisiplinan, baik kedisiplinan di sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat.



3.



Ranah psikomotor (psychomotor domain) Ranah psikomotor berhubungan erat dengan kerja otot sehingga



menyebabkan geraknya tubuh atau bagian-bagiannya. Secara mendasar terdapat dua hal yang terkait yaitu keterampilan (skill) dan kemampuan (abilities). Dengan demikian ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skiil) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Menurut N. Sudjana (2007), ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif. Walaupun ranah psikomotor meliputi enam jenjang kemampuan, namun masih dikelompokkan dalam tujuh kategori menurut Retno Utari, yakni: a) Persepi;



Kemampuan



menggunakan



saraf



sensori



dalam



menginterpretasikannya dalam memperkirakan sesuatu. Kata kerja kuncinya



yaitu



menghubungkan,



mendeteksi, menggambarkan,



mempersiapkan



diri,



mengidentifikasi,



memilih, mengisolasi,



membedakan menyeleksi. Contoh: menurunkan suhu AC saat merasa suhu ruangan panas.



b) Kesiapan; kemampuan untuk mempersiapkan diri, baik mental, fisik, dan emosi, dalam menghadapi sesuatu. Kata kerja kuncinya yaitu memulai, mengawali, memprakarsai, membantu, memperlihatkan mempersiapkan diri, menunjukkan, mendemonstrasikaan. Contoh: melakukan pekerjaan sesuai urutan, menerima kelebihan dan kekurangan seseorang c) Reaksi yang diarahkan; kemampuan untuk memulai ketrampilan yang kompleks dengan bantuan/bimbingan dengan meniru dan uji coba. Kata kerja kuncinya yaitu meniru, mentrasir, mengikuti, mencoba, mempraktekkan, mengerjakan, membuat, memperlihatkan, memasang, bereaksi, menanggapi. Contoh:Mengikuti arahan dari instruktur. d) Reaksi natural (mekanisme); kemampuan untuk melakukan kegiatan pada tingkat ketrampilan ahap yang lebih sulit. Melalui tahap ini diharapkan peserta didik akan terbiasa melakukan tugas rutinnya.Kata



kerja



kuncinya yaitu Mengoperasikan, membangun, memasang, membongkar, memperbaiki, melaksanakan sesuai standar, mengerjakan, menggunakan, merakit, mengendalikan, mempercepat, memperlancar, mempertajam, menangani. Contoh: menggunakan computer.



e) Reaksi yang kompleks; kemampuan untuk melakukan kemahirannya dalam melakukan sesuatu, dimana hal ini terlihat dari kecepatan, ketepatan, efsiensi dan efektivitasnya. Semua tindakan dilakukan secara spontan, lancar, cepat, tanpa ragu. Kata kerja kuncinya yaitu mengoperasikan, membangun, memasang, membongkar, memperbaiki, melaksanakan sesuai standar, mengerjakan, menggunakan, merakit, mengendalikan, mempercepat, memperlancar, mencampur, mempertajam, menangani, mngorganisir, membuat draft/sketsa, mengukur. Contoh: Keahlian bermain piano. f) Adaptasi; kemampuan mengembangkan keahlian, dan memodifikasi pola sesuai dengan yang dbutuhkan. Kata kerja kuncinya yaitu mengubah, mengadaptasikan,



memvariasikan,



merevisi,



mengatur



kembali,



merancang kembali, memodifikasi. Contoh: Melakukan perubahan secara cepat dan tepat terhadap kejadian tak terduga tanpa merusak pola yang ada. g) Kreativitas; kemampuan untuk menciptakan pola baru yang sesuai dengan kondisi/situasi tertentu dan juga kemampuan mengatasi masalah dengan mengeksplorasi kreativitas diri. Kata kerja kuncinya yaitu merancang, membangun,



menciptakan,



mendisain,



memprakarsai,



mengkombinasikan, membuat, menjadi pioneer. Contoh: membuat formula baru, inovasi dan produk baru.



B. Ranah Pengetahuan Menurut Bloom yang Direvisi Tingkatan-tingkatan



dalam



Taksonomi



Bloom



telah



lama



digunakan sebagai dasar untuk penyusunan kerangka pikir ini memudahkan pendidik memahami, menata dan mengimplementasikan tujuan pendidikan. Berdasarkan hal tersebut Taksonomi Bloom menjadi sesuatu yang penting dan mempunyai pengaruh yang luas dalam waktu yang lama. Pada tahun 1994, salah seorang murid Bloom, Lorin Anderson Krathwohl dan para ahli psikologi aliran kognitivisme memperbaiki taksonomi Bloom agar sesuai dengan kemajuan zaman. Hasil perbaikan tersebut baru dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Revisi tersebut hanya dilakukan pada ranah kognitif.



Ada beberapa alasan mengapa Handbook Taksonomi Bloom perlu direvisi, yakni: Alasan pertama, terdapat kebutuhan untuk mengarahkan kembali fokus para pendidik pada handbook, bukan sekedar sebagai dokumen sejarah.



Alasan kedua adalah adanya kebutuhan untuk memadukan pengetahuan dan pemikiran baru (kemajuan dalam ilmu pengetahuan) dalam sebuah kerangka kategorisasi tujuan pendidikan. Alasan yang ketiga adalah taksonomi merupakan sebuah kerangka berpikir khusus yang menjadi dasar untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Rumusan tujuan pendidikan harus memuat dua dimensi yaitu dimensi pertama untuk menunjukkan jenis perilaku peserta didik dengan menggunakan kata kerja dan dimensi kedua untuk menunjukkan isi pembelajaran dengan menggunakan kata benda. Alasan keempat yaitu proporsi yang tidak sebanding dalam penggunaan taksonomi pendidikan untuk perencanaan kurikulum dan pembelajaran dengan penggunaan taksonomi pendidikan untuk asesmen. Alasan yang kelima adalah pada kerangka pikir taksonomi karya Benjamin Bloom lebih menekankan enam kategorinya (pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi) daripada subsubkategorinya. Taksonomi Bloom menjabarkan enam kategori tersebut secara mendetail, namun kurang menjabarkan pada subkategorinya. Alasan keenam adalah ketidakseimbangan proporsi subkategori dari taksonomi Bloom. Kategori pengetahuan dan komprehensi memiliki banyak subkategori namun empat kategori lainnya hanya memiliki sedikit subkategori. Alasan ketujuh adalah taksonomi Bloom versi aslinya lebih ditujukan untuk dosen-dosen, padahal dalam dunia pendidikan tidak hanya



dosen



yang



berperan



untuk



merencanakan



kurikulum,



pembelajaran dan penilaian. Oleh sebab itu dibutuhkan sebuah revisi taksonomi yang dapat lebih luas menjangkau seluruh pelaku dalam dunia pendidikan.



Revisi Taksonomi Bloom tersebut meliputi: 1. Perubahan kata kunci dari kata benda menjadi kata kerja untuk setiap level taksonomi. 2. Perubahan hampir terjadi pada semua level hirarki, namun urutan level masih sama yaitu dari urutan terendah hingga tertinggi. Perubahan mendasar terletak pada level 5 dan 6. Perubahan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Pada level 1, knowledge diubah menjadi remembering (mengingat). b) Pada level 2, comprehension dipertegas menjadi understanding (memahami). c) Pada level 3, application diubah menjadi applying (menerapkan). d) Pada level 4, analysis menjadi analyzing (menganalisis). e) Pada level 5, synthesis dinaikkan levelnya menjadi level 6 tetapi dengan perubahan mendasar, yaitu creating (mencipta). f) Pada level 6, Evaluation turun posisisinya menjadi level 5, dengan sebutan evaluating (menilai).



Perbedaan level pada ranah kognitif



Jadi, Taksonomi Bloom baru versi Kreathwohl pada ranah kognitif terdiri dari enam level yaitu remembering (mengingat), understanding



(memahami),



applying



(menerapkan),



analyzing



(menganalisis/



mengurai), evaluating (menilai) dan creating (mencipta). Revisi Krathwohl ini sering digunakan dalam merumuskan tujuan belajar yang sering kita kenal dengan istilah C1 sampai dengan C6. Perubahan dari kerangka pikir asli ke revisinya diilustrasikan pada Gambar 4.



Berdasarkan Gambar 4 dapat diketahui perubahan taksonomi ini, dibuat agar sesuai dengan tujuan pendidikan.yang mengindikasikan bahwa peserta didik akan dapat melakukan sesuatu (kata kerja) dengan sesuatu (kata benda). Berikut ini merupakan Taksonomi Bloom ranah kognitif yang telah direvisi Anderson dan Krathwohl (2001:66-88) memiliki dua dimensi yaitu dimensi pengetahuan dan dimensi kognitif proses. Interelasi antara proses kognitif dan pengetahuan disebut dengan Tabel Taksonomi.



Dimensi Pengetahuan Dimensi pengetahuan merupakan dimensi tersendiri dalam Taksonomi Bloom revisi. Dalam dimensi ini terdiri atas pengetahuan kongkrit sampai dengan pengetahuan abstrak. Dimensi ini akan dipaparkan empat jenis kategori pengetahuan. Keempat kategori tersebut yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural dan pengetahuan metakognitif. Kategori-kategori tersebut akan dijelaskan dalam Tabel 1. (David R. Krathwohl, 2002:214)



1. Pengetahuan faktual (factual knowledge) Pengetahuan faktual yaitu elemen dasar dimana peserta didik harus tahu akan berkenalan dengan disiplin atau memecahkan masalah. Termasuk di dalamnya pengetahuan terminologi dan pengetahuan tentang rincian spesifik dan unsur. 2. Pengetahuan konseptual (conceptual knowledge) Pengetahuan konseptual yaitu hubungan antara unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih besar yang memungkinkan mereka untuk berfungsi bersama-sama. Diantaranya pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan generalisasi, pengetahuan tentang teori, model dan struktur. 3. Pengetahuan prosedural (procedural knowledge) Pengetahuan prosedural yaitu bagaimana melakukan sesuatu atau penyelidikan dan kriteria untuk menggunakan keterampilan, teknik dan metode. Diantaranya pengetahuan tentang subyek-keterampilan khusus, pengetahuan subjek-teknik khusus dan metode, pengetahuan kriteria untuk menentukan ketika untuk menggunakan prosedur yang tepat.



4. Pengetahuan metakognitif (metacognitive knowledge) Pengetahuan metakognitif yaitu pengetahuan kognisi secara umum serta kesadaran dan pengetahuan tentang kognisi sendiri. Diantaranya pengetahuan strategis, pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif, termasuk sesuai kontekstual dan kondisi pengetahuan, serta pengetahuan diri.



Dimensi Proses Kognitif Taksonomi Bloom ranah kognitif yang telah direvisi membagi enam jenis kategori dimensi proses kognitif yaitu mengingat (remember), memahami/mengerti (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate), dan menciptakan (create). Kategorikategori tersebut akan dijelaskan dalam Tabel 2.



1. Mengingat (remember) Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan. Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang jauh lebih kompleks. Mengingat meliputi mengenali (recognition) dan memanggil kembali (recalling). Mengenali berkaitan dengan mengetahui pengetahuan masa lampau yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret,



sedangkan memanggil kembali (recalling) adalah proses kognitif yang membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan tepat. 2.



Memahami/mengerti (understand) Memahami/mengerti



berkaitan



dengan



membangun



sebuah



pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi. Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan (classification) dan membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan akan muncul ketika seorang peserta didik berusaha mengenali pengetahuan yang merupakan anggota dari kategori pengetahuan tertentu. Membandingkan merujuk pada identifikasi persamaan dan perbedaan dari dua atau lebih obyek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi. Membandingkan berkaitan dengan proses kognitif menemukan satu persatu ciri-ciri dari obyek yang diperbandingkan. 3.



Menerapkan (apply) Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan menjalankan



permasalahan. prosedur



Menerapkan



(executing)



dan



meliputi



kegiatan



mengimplementasikan



(implementing). Menerapkan merupakan proses yang kontinu, dimulai dari peserta didik menyelesaikan suatu permasalahan menggunakan prosedur baku/standar yang sudah diketahui. Kegiatan ini berjalan teratur sehingga peserta didik benar-benar mampu melaksanakan prosedur ini dengan mudah, kemudian berlanjut pada munculnya permasalahanpermasalahan baru yang asing bagi peserta didik, sehingga peserta didik dituntut untuk mengenal dengan baik permasalahan tersebut dan memilih prosedur yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan. 4. Menganalisis (analyze) Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian



tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Kemampuan menganalisis merupakan jenis kemampuan yang banyak dituntut dari kegiatan pembelajaran di sekolahsekolah. Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif memberi atribut (attributeing) dan mengorganisasikan (organizing). Memberi atribut akan muncul apabila peserta didik menemukan permasalahan dan kemudian memerlukan kegiatan membangun ulang hal yang menjadi permasalahan. Mengorganisasikan menunjukkan identifikasi unsur-unsur hasil komunikasi atau situasi dan mencoba mengenali bagaimana unsurunsur ini dapat menghasilkan hubungan yang baik. Mengorganisasikan memungkinkan peserta didik membangun hubungan yang sistematis dan koheren dari potongan-potongan informasi yang diberikan. 5. Mengevaluasi (evaluate) Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi dan konsistensi. Kriteria atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh peserta didik. Evaluasi meliputi mengecek (checking) dan mengkritisi (critiquing). Mengecek mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak konsisten atau kegagalan dari suatu operasi atau produk. Mengkritisi mengarah pada penilaian suatu produk atau operasi berdasarkan pada kriteria dan standar eksternal. Mengkritisi berkaitan erat dengan berpikir kritis. Peserta didik melakukan penilaian dengan melihat sisi negatif dan positif dari suatu hal, kemudian melakukan penilaian menggunakan standar ini. 6. Menciptakan (create) Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsurunsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan mengarahkan peserta didik untuk menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya. Menciptakan sangat



berkaitan erat dengan pengalaman belajar peserta didik pada pertemuan sebelumnya. Meskipun menciptakan mengarah pada proses berpikir kreatif, namun tidak secara total berpengaruh pada kemampuan peserta didik untuk menciptakan. Menciptakan di sini mengarahkan peserta didik untuk dapat melaksanakan dan menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua peserta didik. Perbedaan menciptakan ini dengan dimensi berpikir kognitif lainnya adalah pada dimensi yang lain seperti mengerti, menerapkan, dan menganalisis peserta didik bekerja dengan informasi yang sudah dikenal sebelumnya, sedangkan pada menciptakan peserta didik bekerja dan menghasilkan sesuatu yang baru. Menciptakan meliputi menggeneralisasikan (generating) dan memproduksi (producing). Menggeneralisasikan ini berkaitan dengan berpikir



divergen



yang



merupakan



inti



dari



berpikir



kreatif.



Memproduksi mengarah pada perencanaan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Memproduksi berkaitan erat dengan dimensi pengetahuan yang lain yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural dan pengetahuan metakognisi.



Tabel Perbedaan Taksonomi Bloom Lama (Bloom) dan Taksonomi Bloom Revisi (Anderson dan Krathwohl)



Poin Perbedaa n Dimensi Utama



Taksonomi Bloom Lama



Taksonomi Bloom Revisi



Satu dimensi



Dua Dimensi



Struktur Taksonomi Bloom Struktur dimensi pengetahuan Struktur dimensi proses kognitif pada ranah kognitif 1. Pengetahuan faktual ± unsur-unsur 1. Mengingat (Remember) 1. Knowledge dasar yang harus diketahui siswa pengetahuan yang relevan (Pengetahuan) untuk mengenal mata pelajaran dan 1.1 Mengenali (Recogniz 1.1 Knowledge of memecahkan masalah-masalah di 1.2 Mengingat (Recalling specifics dalamnya. 2. Memahami (Understand) (pengetahuan spesifik) 1.1 Pengetahuan tentang istilah perintah-perintah instruks a. Knowledge of (terminologi) dan dalam bentuk grafik terminology 1.2 Pengetahuan tentang detail3. Mengaplikasikan (Apply) (pengetahuan detail tertentu dan unsur-unsur menggunakan sebuah pros tentang ditentukan 2. Pengetahuan konseptual± hubungan terminologi/ist timbal balik antara unsur-unsur dasar 3.1 Menjalankan (Executi ilah) dalam struktur yang lebih besar yang 3.2 Mengimplementasikan b. Knowledge of memungkinkan mereka untuk 4. Menganalisis (Analyze) – specifics facts berjalan bersama. dalam unsur-unsur pokokn (pengetahuan 2.1 Pengetahuan tentang klasifikasi bagaimana bagian-bagian tentang faktadan kategori sama lain dan terhadap su fakta spesifik) 2.2 Pengetahuan tentang prinsip dan secara keseluruhan. 1.2 Knowledge of ways generalisasi 4.1 Membedakan (differen and means of dealing 2.3 Pengetahuan tentang teori, 4.2 Mengorganisir (Organ with specifics model, dan struktur 4.3 Menghubungkan (Attr (pengetahuan tentang 3. Pengetahuan prosedural 5. Evaluasi (Evaluate) – me cara dan metode yang atas kriteria dan standar ± bagaimana melakukan berhubungan dengan 5.1 Memeriksa (Checking sesuatu; metode inquiry, dan detail tertentu) 5.2 Meninjau (Critiquing) kriteria-kriteria untuk a. Knowledge of 6. Mencipta (Create) – meny menggunakan keterampilan, conventions membentuk sebuah ide ba algoritma, teknik, dan metode. (pengetahuan membuat produk sendiri. 3.1 Pengetahuan tentang tentang 6.1 Merumuskan (Genera keterampilan khusus yang konvensi) 6.2 Merencanakan (Plann berhubungan dengan suatu b. Knowledge of 7. 6.3 Memproduksi (Produ bidang tertentu dan trends and algoritma sequences 3.2 Pengetahuan tentang teknikc. Knowledge of teknik dalam mata pelajaran classifications tertentu dan metode-metode



Poin



and categories 3.3 Pengetahuan tentang kriteria d. Knowledge of penggunaan suatu prosedur criteria 4. Pengetahuan metakognitif ± e. Knowledge of pengetahuan tentang kesadaran methodology secara umum sebagaimana 1.3 Knowledge of kesadaran dan pengetahuan universals and tentang kesadaran pribadi abstractios in a field seseorang. a. Knowledge of 4.1 Pengetahuan strategik principles and 4.2 Pengetahuan tentang operasi generalizations kognitif, mencakup b. Knowledge of pengetahuan kontekstual dan theories and prasyarat yang sesuai. structures 4.3 Pengetahuan tentang diri 2. Comprehension sendiri (Pemahaman) 2.1 Translation 2.2 Interpretation 2.3 Extrapolation 3. Application (Penerapan) 4. Analysis (Analisis) 4.1 Analysis of elements 4.2 Analysis of relationships 4.3 Analysis of organizational principles 5. Synthesis (Sintesis) 5.1 Production of a unique communication 5.2 Production of a plan, or proposed set of operations 5.3 Derivation of a set of abstract relations 6. Evaluation (Evaluasi) 6.1 Evaluation in terms of interval evidence 7. 6.2 Judgements in terms of external criteria Taksonomi Bloom Lama



Taksonomi B



perbedaa n Dimensi Pengetahu an



Dimensi proses kognitif



Perhatikan tabel di atas, pada kategori “Pengetahuan”, hanya terdapat 3 (tiga) kategori. Tidak terdapat kategori pengetahuan metakognitif karena pada saat taksonomi ini dikembangkan, pengetahuan metakognitif ini belum diakui secara luas.



Terdiri atas 6 (enam) level



1. Pengetahuan ( knowledge): mengingat atau mengambil materi yang telah dipelajari sebelumnya. Contoh kata operasionalnya: mengidentifikasi, menghubungkan, menetapkan, mengingat kembali, menghafal, mengulangi, mengenali, memperoleh.



2. Pemahaman (Comprehension) : kemampuan untuk memahami atau membangun makna, interpretasi dari sebuah konsep. Contoh kata kerja operasionalnya: mengemukakan, menemukan, mengenali, menjelaskan, mengekspresikan, mengidentifikasi, membahas, menggambarkan, menduga, menyimpulkan



Perhatikan tabel dimensi pe (empat) kategori. Penamba terakhir yaitu pengetahuan metakognitif melibatkan pen (pengertian) secara umum terhadap dan pengetahuan ten sendiri. Hal ini tentang me para peneliti melanjutkan pentingnya siswa dibuat sada mereka, dan kemudian me untuk mengadaptasi secara dimana mereka berpikir dan Tetap terdiri atas 6 (enam) l perubahan dimana aspek pengetahuan yang asli d pertama dari keenam kate menjadi Remember. Pemaha menjadi understand kare understand mencakup makn comprehending. Aplikasi, analisis, dan evalu bentuk kata kerja yaitu mene (analyze), dan mengevaluasi tempat dengan evaluasi da menciptakan (create). Semu dengan kata kerja dan disebu 1. Mengingat (Remem informasi yang rele memori jangka panj proses kognitif yaitu ulang. Mengingat ada untuk menghasilkan atau membacakan ata 2. Memahami (Under makna atau pengerti awal yang dimilik pengetahuan yang bar ada dalam pemikiran dan dalam bentuk gr tujuh proses kog memberikan con meringkas, menarik



3. Aplikasi (Application) : kemampuan untuk menggunakan bahan belajar, atau untuk melaksanakan materi/konsep dalam situasi baru dan konkret. Contoh kata kerja operasionalnya: menghubungkan, mengembangkan, menterjemahkan, mengatur, mendemonstrasikan, menghitung, menunjukkan. 4. Analisis (Analyze) : kemampuan untuk memecah atau membedakan bagian-bagian dari materi menjadi komponen-komponenya sehingga struktur organisasi dapat dipahami dengan lebih baik. Contoh kata kerja operasionalnya: menganalisa, membandingkan, memeriksa, mengkategorikan, membedakan, menyelidiki, mendeteksi, menggolongkan, menyimpulkan, menemukan, membedah, mendiskriminasikan. 5. Sintesis (Synthesis) : kemampuan untuk menempatkan bagian-bagian bersama-sama untuk membentuk satu keseluruhan yang koheren, baru atau unik. Contoh kata kerja operasionalnya: menyusun, menghasilkan, menciptakan, mempersiapkan, meramalkan, memodifikasi, merumuskan, menggabungkan, menghubungkan, mengembangkan, membangun, mengatur. 6. Evaluasi (Evaluation) : kemampuan untuk menilai, memeriksa, dan bahkan kritik nilai bahan untuk tujuan tertentu. Contoh kata kerja operasionalnya: membandingkan, mengevaluasi, menyimpulkan, mengukur, membantah, memutuskan, mengesahkan, menilai, mengkritik.



dan menjelaskan. 3. Mengaplikasikan ( penggunaan suatu p masalah atau menge macam proses kogn mengimplementasika



4. Menganalisis (Analy permasalahan atau o menentukan bagaima unsur-unsur tersebu proses kognitif mengorganisasikan, d (memberikan atribut) 5. Mengevaluasi (Eval pertimbangan berdas yang ada. Mencakup yaitu memeriksa dan



6. Mencipta (Creating) unsur menjadi sua menyusun unsur-uns ide baru, atau membu tiga macam proses merencanakan, dan m Merumusk Karena strukturnya hanya terdiri atas satu dimensi, perumusan tujuan Dengan menggabungkan an tujuan pembelajaran hanya berkisar pada jenjang C1, C2, C3, dst. sehingga dimensi proses kognitif dal pembelaja pembuatan soal pun hanya berkisar pada jenjang ini. tabel taksonomi, guru diban ran pembelajaran apa saja ya bagaimana mengukur tingk tujuan tersebut. Aspe k dime nsi Peng eth. faktu al Peng eth.



Meng ingat



Mem Me ahami rap n



Tujua n1



Tu n2



konse ptual Peng eth. prose dural Peng eth. meta kogni tif



Keunggulan dalam hal asesm 1. Karena pengetahua kognitif, guru dapa pengetahuan mana ya 2. Memungkinkan pem untuk setiap jenis p jenjang memungkin maksimal 4 jenis soal



Kata Kerja Operasional Taksonomi Anderson Permendiknas no 22 tahun 2006 tentang Standar Isi mata pelajaran matematika memuat tujuan mata pelajaran Matematika untuk lingkup pendidikan dasar dan menengah adalah agar peserta didik memiliki kemampuan antara lain (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) Mengomunikasikan gagasan dalamsimbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Sejalan dengan tujuan Standar Isi Permendiknas tahun 2006 tersebut, National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) menyatakan ada lima standar kemampuan matematis yang harus dimiliki oleh siswa yaitu kemampuan pemecahan masalah (problem solving), kemampuan komunikasi (communication), kemampuan koneksi (connection), kemampuan penalaran reasoning), dan kemampuan representasi(representation).



Dari uraian diatas terlihat bahwa tingkatan dalam revisi Taksonomi Bloom sejalan dengan tujuan standar isi Permendiknas maupun standar kemampuan matematis NCTM. Dalam perkembangannya, ada kata kerja operasional (KKO) yang sering dijadikan acuan guru dalam membuat klaisifikasi soal. Padahal KKO tersebut banyak yang tumpang tindih dan beririsan sehingga tidak bisa dijadikan dasar dalam membuat klasifikasi soal. Yang terbaik yaitu menyusun soal sesuai pada pengertian masingmasing tingkatan. Kata Kerja Operasional (KKO) Ranah Kognitif (Anderson) 1. Mengingat : Menjelaskan jawaban faktual, menguji ingatan dan pengenalan 2. Memahami : Menerjemahkan, menjabarkan, menafsirkan, menyederhanakan, dan membuat perhitungan 3. Menerapkan : Memahami kapan menerapkan, mengapa menerapkan, dan mengenali pola penerapan ke dalam situasi baru, tidak biasa dan agak berbeda atau berlainan. 4. Menganalisis : Memecahkan ke dalam bagian, bentuk dan pola 5. Menilai : Berdasarkan kriteria dan menyatakan mengapa? 6. Menciptakan : Menggabungkan unsur-unsur ke dalam bentuk atau pola yang sebelumnya kurang jelas



Kata Kerja Operasional Taksonomi Anderson



Kata Kerja Operasional (KKO) Ranah Afektif



Kata Kerja Operasional (KKO) Ranah Psikomotorik



Penerapan Soal Matematika Sesuai Taksonomi Bloom a. Pengetahuan (C1) SOAL : Dari gambar berikut ini, tunjukkanlah perbandingan trigonometri berdasarkan sudut 𝜃! C



𝜃 𝜃



B



A



ALASAN : Soal tersebut merupakan jenis soal C1 karena pertanyaan yang diajukan tidak menuntut siswa berpikir lama, siswa yang sudah belajar mengenai trigonometri dapat dengan mudah menjawab soal ini. Contoh jawaban yang diharapkan dari siswa: 𝐵𝐶 sin 𝜃 = 𝐴𝐶



b. Pemahaman (C2) SOAL : Tentukanlah nilai sinus, cosinus, dan tangen pada sudut P dan R pada segitiga siku-siku di bawah ini. Nyatakanlah jawaban anda 8 dalam bentuk paling sederhana. Q



R



4



P ALASAN mengapa soal ini merupakan jenis soal C2, sebab dalam soal siswa dituntut untuk menemukan nilai dari sinus, cosines dan tangent berupa angka yang sederhana. Soal ini sangat berkaitan dengan soal yang pertama, jika pada soal 1 siswa dituntut untuk mengetahui apa itu perbandingan trrigonometri, pada soal ini siswa dituntun untuk menyatakan nilai dari perbandingan trigonometri tersebut, artinya soal ini merupakan indikator apakah siswa paham betul dengan prinsip perbandingan trigonometri yang telah ia tahu sebelumnya atau hanya berupa hafalan saja.



c. Aplikasi (C3) SOAL : Perhatikan gambar berikut ini! Tentukanlah nilai a!



15 cm



30°



𝑎



ALASAN : Soal ini merupakan jenis soal C3 sebab untuk menyelesaikan soal ini siswa tinggal menerapkan prinsip perbandingan sinus. Jadi, permasalahan ini dapat mengindikasikan tingkat kognitif siswa pada tahap aplikasi, dimana sebelumnya siswa telah mengetahui dan memahami konsep trigonometri, kemudian siswa mampu mengaplikasikannya pada saat memecahkan soal matematika seperti di atas.



d. Analisis (C4) SOAL : Pada gambar di bawah, TM ⊥ 𝐴𝐵, panjang MB = 5 cm, AT=13 cm, dan besar ∠𝐶𝐵𝑇 = 135°. Hitunglah panjang AB! T



13 cm



135° A



M



5 cm



B



C



ALASAN : Soal ini merupakan jenis soal C4 sebab untuk menyelesaikan soal ini siswa tidak dapat menerapkan prinsip perbandingan sinus secara langsung, tetapi perlu menganalisis atau “menerjemahkan” soalnya terlebih dahulu. Soal ini terlihat sederhana, namun siswa perlu melakukan langkah yang sistematis, berkesinambungan, dan terintegrasi. Untuk mencari AB pada soal ini, siswa harus tahu panjang AM, untuk mencari AM siswa harus tahu besar sudut A atau T, dan begitu seterusnya.



e. Sintesis (C5) Soal : Berkas sinar yang berasal dari sebuah lensa berdiameter 10 cm mengumpul ke arah fokus dengan jarak 12 cm dari lensa. Berapakah sudut yang terbentuk oleh cahaya dari lensa dengan sumbu horizontal?



ALASAN : Soal ini merupakan jenis soal C5 sebab untuk menyelesaikan soal ini siswa perlu mengetahui berbagai konsep yang telah ia pelajari seperti sifat optic (lensa) pada pelajaran fisika dan tentu saja pelajaran trigonometri. Jadi kemampuan yang dituntut dari soal ini adalah me-sintesis / meramu suatu konsep dengan konsep lain agar dapat memecahkan masalah matematika.



f. Evaluasi (C6) Soal : Periksalah kebenaran dari pernyataan berikut. Berikan alasanmu!. (i) Sec x dan sin x selalu memiliki nilai tanda yang sama di keempat kuadran. (ii) Untuk 30° < 𝑥 < 90°, dan 120° < 𝑦 < 150°, maka nilai dari 2 sin 𝑥 < cos 2𝑦 ALASAN : Soal ini merupakan jenis soal C6 (sebelum revisi) sebab untuk menyelesaikan soal ini siswa harus benar-benar menguasai semua tingkatan kognitif pada soal sebelumnya. Siswa harus mampu menilai kebenaran dari pernyataan soal ini, dengan begitu memungkinkan bagi siswa untuk melakukan kreasi teerhadap konsep ini dan menemukan sebuah ide baru tentang karakteristik dari perbandingan trigonometri yang dimaksud soal.



Contoh soal penerapan taksonomi bloom revisi Materi : Luas permukaan dan volume tabung (kelas IX) Materi yang diberikan : Tabung adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang yang berbentuk lingkaran sebagai sisi alas dan sisi atas dan sebuah bidang lengkung yang merupakan sisi tegak yang disebut selimut tabung. Luas permukaan tabung : L =2(𝜋𝑟 2 + 𝜋𝑟𝑡) 𝑟 = 𝑗𝑎𝑟𝑖 − 𝑗𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔, 𝑡 = 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 Volume tabung : V = 𝜋𝑟 2 𝑡 Soal C1-Remembering Sebutkan rumus luas permukaan tabung ? Alasan :



Pada C1, kerja otak hanya mengambil informasi yang telah diingat dalam satu langkah dan menulisnya secara apa adanya. Untuk menjawab soal di atas, otak tidak berpikir namun hanya mencari rumus luas permukaan tabung dalam ingatan lalu kemudian menuliskan bahwa rumus luas permukaan tabung.



Soal C2-Understanding Jelaskan apa perbedaan dari luas permukaan tabung dan volume tabung ? Alasan : Pada C2, kerja otak mengambil informasi dalam satu langkah dan menjelaskannya secara rinci. Untuk menjawab soal di atas, otak akan mengambil informasi tentang luas dan volume tabung dalam sekali langkah kemudian menjelaskan luas dan volume tabung secara bersama-sama untuk mengetahui perbedaannya. Jawaban soal akan bervariasi. Jadi untuk memeriksanya dapat dilihat apakah jawaban yang diberikan sudah mengandung poin-poin penting. Soal C3-Applying Berapa volume tabung dengan jari-jari 10 cm dan tingginya 7 cm ? Alasan : Pada C3, kerja otak mengambil informasi dalam satu langkah dan menerapkan informasi itu untuk memecahkan permasalahan. Untuk menjawab soal di atas, setelah mengetahui permasalahannya tentang volume tabung maka otak akan mencari ingatan tentang rumus volume tabung. Setelah itu langsung diterapkan dan bisa memecahkan permasalahan.



Soal C4-Analyzing Umar mempunyai botol berbentuk tabung dengan jari-jari 10 cm dan tingginya 50 cm. Umar ingin mengisi penuh botol tersebut dengan bensin. Jika harga bensin di SPBU Pertamina Rp4.500 per liter, berapa uang yang harus disediakan oleh Umar ? Alasan : Pada C4, kerja otak mengambil informasi dalam satu langkah dan menerapkan informasi itu untuk memecahkan permasalahan. Akan tetapi informasi itu belum bisa memecahkan permasalahan, sehingga dibutuhkan informasi lain yang berbeda untuk membantu memecahkan permasalahan. Untuk menjawab soal diatas, permasalahannya adalah berapa uang yang harus disediakan Umar untuk



mengisi penuh botol. Untuk itu perlu diketahui jumlah bensin yang harus dibeli, dalam hal ini sama dengan volume botol karena botol akan diisi penuh. Soal C5-Evaluating Diketahui tabung A dengan volume 1500π cm3 dan tinggi 15 cm serta tabung B dengan luas permukaan 500π cm2 dan jari-jarinya 10 cm. Tentukan apakah tabung A dan B merupakan tabung dengan ukuran yang sama? Jelaskan jawabanmu! Alasan : Pada C5, suatu permasalahan menuntut adanya keputusan. Keputusan diambil setelah dilakukan analisa secara menyeluruh. Untuk menjawab soal di atas perlu mengetahui apakah tabung A dan B mempunyai jari-jari dan tinggi yang sama. Oleh karena itu harus dicari jari-jari tabung A dan tinggi tabung B agar kedua tabung bias dibandingkan ukurannya. Soal C6-Creating Jelaskan secara matematika hubungan antara luas permukaan dan volume tabung! Alasan : Pada C6, otak dituntut untuk memikirkan sesuatu yang baru yang bias digunakan untuk memecahkan persoalan. Misalnya menurunkan rumus yang baru dari rumus yang sudah ada. Penyelesaiannya dimulai dari menuliskan rumus luas permukaan dan volume tabung!



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan



Taksonomi berasal dari bahasa Yunani tassein yang berarti mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Oleh karena itu, taksonomi adalah sistem klasifikasi, artinya sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi atau juga dapat berarti ilmu yang mempelajari tentang



klasifikasi.



Benjamin



S.Bloom



dan



kawan-kawannya



berpendapat bahwa taksonomi (pengelompokkan) tujuan pendidikan. Ada 3 ranah atau domain besar yang mengacu kepada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah pada diri peserta didik, yaitu ranah proses berpikir (cognitive domain), ranah nilai atau sikap (affective domain) dan ranah keterampilan (psychomotor domain).



Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Ada enam kategori dari ranah kognitif sebagai hasil belajar yaitu pengetahuan/hafalan/ingatan pemahaman



(knowledge),



(comprehension),



disebut



disebut dengan



dengan C2;



C1;



penerapan



(application), disebut dengan C3; analisis (analysis), disebut dengan C4; sintesis (synthesis), disebut dengan C5; dan penilaian (evaluation), disebut dengan C6. Ranah afektif adalah ranah yang berhubungan dengan sikap dan nilai. Ada lima kategori dalam ranah afektif sebagai hasil belajar yaitu (a) receiving/attending (menerima/memperhatikan), (b) responding (menanggapi), (c) valuing (penilaian),



organization (organisasi), (e) characterization by a value or value complex (karakteristik nilai atau internalisasi nilai).



Ranah psikomotor berhubungan erat dengan kerja otot sehingga menyebabkan geraknya tubuh atau bagian-bagiannya. Secara mendasar terdapat dua hal yang terkait yaitu keterampilan (skill) dan kemampuan (abilities). Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif. Taksonomi Bloom baru versi Kreathwohl pada ranah kognitif terdiri dari enam level yaitu remembering (mengingat), understanding (memahami),



applying



(menerapkan),



analyzing



(menganalisis/



mengurai), evaluating (menilai) dan creating (mencipta). Revisi Krathwohl ini sering digunakan dalam merumuskan tujuan belajar yang sering kita kenal dengan istilah C1 sampai dengan C6.



C. Saran Demikianlah penyusunan makalah ini, kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, karena keterbatasan kemampuan kami atau kurangnya referensi. Maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini berguna bagi para pembacanya dan bisa menambah ilmu pengetahuan kita semua. Amin.



Daftar Pustaka



Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educatioanl Objectives. New York: Addison Wesley Longman, Inc.



Anas Sudijono. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Ed. 1-8. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.



Daryanto. 2012. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Asdi Mahasatya



Effendi, Ramlan. Konsep Revisi Taksonomi Bloom dan Implementasinya



pada pembelajaran SMP. SMP Negeri 2



Lahat.Pdf. didownload tanggal 4 September 2019.



Krathwohl, David R. 2002. A Revision of Bloom's Taxonomy: An Overview. Volume 41, Number 4, Autumn 2002. College of Education, The Ohio State University.



Loren W. Anderson and David R. Krathwohl, 2001, Taxonomy Learning, Teaching, and Assessing, Longman, New York.



Nana Sudjana. 2007. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.



Penilaian



Berdasarkan



revisi



taksonomi-biologimu



dari



https://www.biologimu.com/2015/03/penilaian-berdasarkan-



revisi-taksonomi.html?m=1 diakses tanggal 03 September 2019 https://www.academia.edu/33122888/TAKSONOMI_BLOOM_RE VISI diakses tanggal 4 September 2019 https://www.slideshare.net/mobile/azrin10/contoh-soal-penerapantaksonomi-bloom-revisi diakses tanggal 3September 2019



S. Arikunto. 2005. Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Cet. V. Jakarta: Bumi Aksara