Makalah Tarian Aceh [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Dessy
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANGGUN MAULIDIA KURNIAWATI KELAS 6B/ ABSEN 1



TARI DARI PROVINSI ACEH Aceh merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki Seni tari tradisional yang menarik dan populer, hal ini menunjukkan kreativitas anak bangsa di Aceh, meskipun jauh dari ibu kota dan merupakan salah satu wilayah paling ujung yang berbatasan langsung dengan Negara lain. Aceh atau dikenal dengan sebutan Nangro Aceh Darusalam, memilki kultur dan seninya yang khas, sehingga hal ini menjadi salah satu daya tarik tersendiri yang menjadi nilai wisata di Aceh. Tarian di Aceh ini dapat disajikan sebagai sebuah paket wisata, sebab disini tersedia SDM yang kreatif yang benar-benar memahami dan menggemari kesenian Aceh yang ada. Selain itu juga didukung oleh pemain-pemain seni tari yang penuh didikasi mau belajar dengan sungguh-sungguh untuk keperluan penyajian paket wisata budaya.



1. TARI TAREK PUKAT Tari Tarek Pukat adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari Provinsi Aceh. Tarian ini biasanya dibawakan oleh sekelompok penari wanita yang menari dengan menggunakan tali sebagai atribut menarinya. Tari Tarek Pukat ini merupakan tarian menggambarkan tentang aktivitas para nelayan Aceh saat menangkap ikan di laut. Tarian ini biasanya sering ditampilkan di berbagai acara seperti upacara penyambutan, acara adat, dan acara budaya.



A. Sejarah Tari Tarek Pukat Menurut sejarahnya, Tari Tarek Pukat terinspirasi dari tradisi menarek pukat atau tradisi menarik jala yang sering dilakukan oleh masyarakat Aceh, Khususnya masyarakat di daerah pesisir yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Konon kegiatan menarek pukat ini sudah dilakukan masyarakat pesisir Aceh sejak lama. Saat menangkap ikan, mereka melepas dan menarik jala tersebut secara gotong royong. Setelah selesai menangkap ikan, hasil yang mereka dapatkan tadi akan dibagi-bagikan kepada warga yang ikut serta saat menarek pukat tadi.Tradisi tersebut kemudian direfleksikan dalam sebuah tari yang disebut dengan Tari Tarek Pukat ini.



B. Fungsi Dan Makna Tari Tarek Pukat Selain difungsikan sebagai bentuk seni pertunjukan, Tari Tarek Pukat ini juga difungsikan sebagai bentuk apresiasi terhadap budaya dan tradisi masyarakat Aceh pesisir, khususnya saat menangkap ikan di laut. Tarian ini dimaknai sebagai gambaran sikap gotong royong dan semangat kebersamaan masyarakat yang direfleksikan dalam sebuah tarian. C. Pertunjukan Tari Tarek Pukat Tari Tarek Pukat biasanya ditampilkan oleh para penari wanita. Jumlah penari tersebut terdiri dari 7 orang penari atau lebih. Jumlah penari biasanya disesuaikan dengan kelompok atau sanggar masing-masing. Dalam pertunjukannya, penari dibalut dengan busana tradisional serta dihias dengan hiasan dan tata rias yang membuatnya terlihat cantik. Dengan diiringi kelompok pengiring, penari menari dengan gerakannya yang khas dan menggunakan tali sebagai atribut menarinya. Dalam pertunjukannya, Tari Tarek Pukat biasanya diawali dengan gerakan seperti tarian Aceh pada umumnya, yaitu menari dengan posisi duduk sambil menepuk dada dan paha. Gerakan tersebut dilakukan secara kompak mengikuti irama lagu dan musik pengiring. Setelah itu dilanjutkan dengan saling mengaitkan tali satu sama lain. Salah satu hal yang menarik dalam tarian ini adalah di akhir tarian, ketika selesai mengaitkan tali satu sama lain, penari akan menarik tali tersebut dan menjadi sebuah rangkaian jaring/jala. Bagi anda yang belum pernah menyaksikan tarian ini mungkin akan bingung, bagaimana cara mereka membuat jaring tersebut? Hal ini lah yang menjadi salah satu daya tarik Tari Tarek Pukat ini, dan tak jarang membuat para penonton takjub dan memberikan tepuk tangan yang meriah kepada para penari.



D. Pengiring Tari Tarek Pukat Dalam pertunjukan Tari Tarek Pukat biasanya diiringi oleh musik tradisional yaitu sarune kale dan rapa’i. Tarian ini juga diiringi oleh lagu “tarek pukat” yang dinyanyikan oleh pengiring vocal. Namun, ada kalanya juga para penari menyanyikan beberapa bait lagu tersebut



secara bersama sama. Saat menari, tempo gerakan penari juga harus disesuaikan dengan musik pengiring agar terlihat padu dan kompak. E. Kostum Tari Tarek Pukat Kostum yang digunakan para penari dalam pertunjukan Tari Tarek Pukat ini biasanya merupakan busana tradisional. Para penari biasanya menggunakan pakaian seperti baju lengan panjang, celana panjang dan kerudung pada bagian kepala. Selain itu penari juga menggunakan kain songket dan sabuk pada bagian pinggang dan hiasan kerudung sebagai pemanisnya. F. Perkembangan Tari Tarek Pukat Dalam perkembangannya, Tari Tarek Pukat masih terus dilestarikan dan dikembangkan hingga sekarang. Berbagai kreasi dan variasi dalam segi gerak, kostum, dan pengiring, juga sering ditampilkan di setiap pertunjukannya agar terlihat menarik. Walaupun begitu, namun tidak mengilangkan ciri khas dan keasliannya. Tari Tarek Pukat juga masih sering ditampilkan di berbagai acara seperti acara penyambutan, acara perayaan dan acara adat lainnya. Selain itu, tarian ini juga sering ditampilkan di berbagai acara budaya seperti pertunjukan seni, festival budaya dan promosi pariwisata. Hal ini dilakukan sebagai usaha melestarikan dan memperkenalkan kepada generasi muda serta masyarakat luas akan Tari Tarek Pukat ini.



2. TARI RAPAI GELENG Rapai Geleng adalah sebuah tarian etnis Aceh yang berasal dari wilayah Aceh Selatan. Rapa'i Geleng dikembangkan oleh seorang anonim di Aceh Selatan. Permainan Rapai Geleng juga disertakan gerakan tarian yang melambangkan sikap keseragaman dalam hal kerjasama, kebersamaan, dan penuh kekompakan dalam lingkungan masyarakat. Tarian ini mengekspresikan dinamisasi masyarakat dalam syair yang dinyanyikan, kostum dan gerak dasar dari unsur Tari Meuseukat.



Jenis tarian ini dimaksudkan untuk laki-laki. Biasanya yang memainkan tarian ini ada 12 orang laki-laki yang sudah terlatih. Syair yang dibawakan adalah sosialisasi kepada masyarakat tentang bagaimana hidup bermasyarakat, beragama dan solidaritas yang dijunjung tinggi. A. Sejarah Tari Rapai Geleng Tari rapai geleng ini sendiri adalah sebuah tarian yang berasal dari etnis Aceh, dimana wilayahnya sendiri berasal dari Aceh Selatan. Rapai Geleng ini sendiri dikembangkan oleh seorang anonym di Aceh Selatan. Permainan Rapai Geleng juga disertakan dengan gerakan tarian, dimana tarian tersebut melambangkan sikap keseragaman dalam hal kerjasama, kebersamaan dan juga penuh kekompakan dalam lingkungan masyarakat. Tarian ini sendiri mengekspresikan dinamisasi masyarakat dalam syair yang dinyanyikan, kostum dan gerakan dasar dari unsure tari Meuseukat. Jenis tarian ini sendiri dimaksudkan untuk laki-laki, dan biasanya dalam tari rapai geleng ini dilakukan oleh 12 laki-laki yang telah terlatih. Tarian ini sendiri tentu saja memiliki beberapa fungsi seperti pada halnya tarian-tarian lain yang ada pada daerah ini sendiri, tentu saja ada beberapa keistimewaan pada tarian ini sendiri. Fungsi dari tarian ini sendiri adalah untuk syair agama, dimana diharapkan dapat menanamkan nilai moral kepada masyarakat. Tentu saja dalam hal ini adalah moral yang baik dan yang bisa dicontoh oleh masyarakat dan dapat diikuti oleh semua orang dan juga siapa saja yang ada pada daerah tersebut. tarian ini sendiri pun biasanya dilakukan pada saat ada santri yang merasa jenuh pada saat mereka melakukan pelajaran sendiri. B. Fungsi Tari Rapai Geleng Fungsi dari tarian ini adalah syiar agama, menanamkan nilai moral kepada masyarakat, dan juga menjelaskan tentang bagaimana hidup dalam masyarakat sosial. Rapa'i Geleng pertama kali dikembangkan pada tahun 1965 di Aceh Selatan. Saat itu tarian ini dibawakan pada saat mengisi kekosongan waktu santri yang jenuh usai belajar. Lalu, tarian ini dijadikan sarana dakwah karena dapat membuat daya tarik penonton yang sangat banyak.



C. Tiga Babak dalam Tari Rapai Geleng 1. Saleuem (salam)



2. Kisah (baik kisah rasul, nabi, raja, dan ajaran agama) 3. Lani (penutup) Gerakan tarian ini diikuti tabuhan rapa'i yang berirama satu-satu, lambat, lama kemudian berubah cepat diiringi dengan gerak tubuh yang masih berposisi duduk bersimpuh, meliuk ke kiri dan ke kanan. Gerakan cepat kian lama kian bertambah cepat. Pada dasarnya, ritme gerak pada tarian rapai geleng hanya terdiri dalam empat tingkatan; lambat, cepat, sangat cepat dan diam. Keempat tingkatan gerak tersebut merupakan miniatur karakteristik masyarakat yang mendiami posisi paling ujung pulau Sumatera, berisikan pesanpesan pola perlawanan terhadap segala bentuk penyerangan pada eksistensi kehidupan agama, politik, sosial dan budaya mereka. Pada gerakan lambat, ritme gerakan tarian Rapai Geleng tersebut berikan pesan seluruh tindakan yg di ambil harus dimulai dng sistem pemikiran yg masak, penyamaan persepsi serta kesadaran pada masalah yg dapat timbul di depan sebagai disebabkan dari ketentuan yg di ambil adalah suatu hal yang perlu dipertimbangkan dng seksama. maaf serta permakluman pada sesuatu kekeliruan yaitu suatu hal yg harus di berikanlah untuk siapapun yg lakukan kekeliruan. pesan dari gerak beritme lambat itu juga umumnya diiringi dng syair-syair spesifik yg dianalogikan didalam bentuk-bentuk spesifik. sebagai perumpamaan dapat tergambar dari nukilan syair dari di antara sisi tarian.



Gerakan beritme cepat adalah gerak kedua, sesaat pesan yang terkandung dalam gerakan beritme lambat namun sarat makna usai dituturkan. Pada gerakan ini, pesan yang disampaikan adalah pesan penyikapan ketika perbuatan jahat, yang dimaknakan sebagai ketak beruntungan nasib, kembali dilakukan oleh orang atau institusi yang sama. Gerakan beritme cepat ini tak lama, kemudian disusul dengan gerakan tari beritme sangat cepat mengisyaratkan chaos menjadi pilihan dalam pola perlawanan tingkat ketiga. Sebuah perlawanan disaat protes keras tak diambil peduli. Tetabuhan rapai pada gerakan beritme sangat cepat inipun seakan menjadi tetabuhan perang yang menghentak, menghantam seluruh nadi,



membungkus syair menjadi pesan yang mewajibkan perlawanan dalam bentuk apapun ketika harkat dan martabat bangsa terinjak-injak. Cuplikan sajak “perang” nya (alm) Maskirbi yang biasa dilantunkan menjadi syair dalam gerakan beritme cepat pada tarian rapai geleng ini bisa menjadi contoh sederetan syair-syair yang dijadikan pesan.



Rapai adalah jenis tamborin yang biasanya dipakai untuk mengiringi sebuah lagu atau tarian. Permainan Rapai telah dikembangkan dan diiringi dengan lagu-lagu dan berbagai macam lenggak-lenggok yang indah. Ini merupakan dobrakan penampilan sebuah tarian baru yang disebut “Rapai Geleng”. Tarian ini dimainkan oleh 11 sampai 12 orang penari dan setiap mereka memainkan Rapai (tamborin kecil). Sambil bermain Rapai dan menyanyikan lagu, mereka melakukan berbagai gerakan tubuh yaitu tangan, kepala, dan lain-lain. Gerakan para penari hampir sama dengan tarian Saman tetapi menggunakan Rapai. Tarian ini juga sangat dinikmati dan menyenangkan.



3. TARI SAMAN A. Sejarah Tari Saman Tarian ini di namakan Saman karena diciptakan oleh seorang Ulama Gayo bernama Syekh Saman pada sekitar abad XIV Masehi, dari dataran tinggi Gayo. Awalnya, tarian ini hanyalah berupa permainan rakyat yang dinamakan Pok Ane. Namun, kemudian ditambahkan iringan syair-syair yang berisi puji-pujian kepada Allah SWT, serta diiringi pula oleh kombinasi tepukan-tepukan para penari. Saat itu, tari saman menjadi salah satu media dakwah. Pada mulanya, tari saman hanya ditampilkan untuk even-even tertentu, khususnya pada saat merayakan Hari Ulang Tahun Nabi Besar Muhammad SAW atau disebut peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Biasanya, tari saman ditampilkan di bawah kolong Meunasah (sejenis surau panggung). Namun seiring perkembangan zaman, tari Saman pun ikut berkembang hingga penggunaannya menjadi semakin sering dilakukan. Kini, tari saman dapat digolongkan sebagai tari hiburan/pertunjukan, karena penampilan tari tidak terikat dengan waktu, peristiwa atau upacara tertentu. Taman sari dapat ditampilkan pada setiap kesempatan yang bersifat keramaian dan kegembiraan, seperti pesta ulang tahun, pesta pernikahan, atau perayaan-perayaan lainnya. Untuk tempatnya, tari Saman biasa dilakukan di rumah, lapangan, dan ada juga yang menggunakan panggung. Tari Saman biasanya ditampilkan dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut Syekh. Penari Saman dan Syekh harus bisa bekerja sama dengan baik agar tercipta gerakan yang kompak dan harmonis.



B. Gerakan Tari Saman Tarian saman menggunakan dua unsur gerak yang menjadi unsur dasar dalam tarian saman: Tepuk tangan dan tepuk dada. Diduga, ketika menyebarkan agama Islam, syeikh saman mempelajari tarian melayu kuno, kemudian menghadirkan kembali lewat gerak yang disertai dengan syair-syair dakwah Islam demi memudahkan dakwahnya. Dalam konteks kekinian, tarian ritual yang bersifat religius ini masih digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui pertunjukan-pertunjukan. Tarian Saman termasuk salah satu tarian yang cukup unik, karena hanya menampilkan gerak tepuk tangan dan gerakan-gerakan lainnya, seperti gerak guncang, kirep, lingang, surang-saring (semua gerak ini adalah bahasa Gayo). Selain itu, ada 2 baris orang yang menyanyi sambil bertepuk tangan dan semua penari Tari Saman harus menari dengan harmonis. Dalam Tari Saman biasanya, temponya makin lama akan makin cepat supaya Tari Saman menarik



C. Makna dan Fungsi Tari Saman Tari Saman dijadikan sebagai media dakwah. Namun dewasa ini, fungsi tarian saman menjadi bergeser. Tarian ini jadi lebih sering berfungsi sebagai media hiburan pada pesta-pesta, hajatan, dan acara-acara lain. 1. Pada tari Saman, terdapat 5 macam nyanyian : Rengum, yaitu sebagai pembukaan atau mukaddimah dari tari Saman. Rengum ini adalah tiruan bunyi. Begitu berakhir langsung disambung secara bersamaan dengan pujian kepada seseorang yang diumpamakan, bisa kepada benda, atau kepada tumbuh-tumbuhan. 2. Dering, yaitu rengum yang segera diikuti oleh semua penari. 3. Redet, yaitu lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan oleh seorang penari pada bagian tengah tari. 4. Syek, yaitu lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara panjang tinggi melengking, biasanya sebagai tanda perubahan gerak. 5. Saur, yaitu lagu yang diulang bersama seluruh penari setelah dinyanyikan penari solo D. Penari Pada umumnya, tari Saman dimainkan oleh belasan atau puluhan laki-laki. tetapi jumlahnya harus ganjil. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, tarian ini juga dimainkan oleh kaum perempuan. Pendapat Lain mengatakan tarian ini ditarikan kurang dari 10 orang, dengan rincian 8 penari dan 2 orang sebagai pemberi aba-aba sambil bernyanyi. Namun, perkembangan di era modern menghendaki bahwa suatu tarian itu akan semakin semarak apabila ditarikan oleh penari dengan jumlah yang lebih banyak. Di sinilah peran Syeikh, ia harus mengatur gerakan dan menyanyikan syair-syair tari Saman. E. Kostum Tari Saman Kostum atau busana khusus saman terbagi dari tiga bagian yaitu : 



Pada kepala: bulung teleng atau tengkuluk dasar kain hitam empat persegi. Dua segi disulam dengan benang seperti baju, sunting kepies.







Pada badan: baju pokok/ baju kerawang (baju dasar warna hitam, disulam benang putih, hijau dan merah, bahagian pinggang disulam dengan kedawek dan kekait, baju bertangan pendek) celana dan kain sarung.







Pada tangan: topeng gelang, sapu tangan. Begitu pula halnya dalam penggunaan warna, menurut tradisi mengandung nilai-nilai tertentu, karena melalui warna menunjukkan identitas para pemakainya. Warna-warna tersebut mencerminkan kekompakan, kebijaksanaan, keperkasaan, keberanian dan keharmonisan.