Makalah Tebu Fira [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1 BAB I PENDAHULUAN



Latar Belakang Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan komoditas yang strategis bagi Indonesia karena mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Pada tahun 2012 produksi gula nasional hanya mencapai sekitar 2,56 juta ton/ha atau meningkat dibandingkan pada tahun 2011 yang hanya 2,2 juta ton/ha. Jumlah produksi itu belum mampu mencukupi kebutuhan nasional terhadap konsumsi gula (gula kristal putih) yang mencapai sekitar 3 juta ton/ha. Pemerintah Indonesia telah menetapkan swasembada gula nasional dengan target produksi 5,7 juta ton gula pada tahun 2014. Namun pada kenyataanya target yang telah ditetapkan ini belum dapat tercapai karena beberapa faktor, antara lain kurangnya luas areal pertanaman tebu, rendahnya produktivitas, serta rendemen gula yang rendah. Upaya lain mencapai target tersebut adalah dengan merehabilitasi lahan melalui program bongkar ratoon dan penataan varietas. Adanya kegiatan ini berdampak pada kebutuhan bibit dalam jumlah besar (Sari, 2016). Saccharum officinarum atau tanaman tebu adalah tanaman yang bernilai ekonomis cukup tinggi, karena tanaman ini merupakan bahan baku utama dalam pembuatan gula. Tanaman tebu mengandung nira yang dapat diolah dalam perindustrian sebagai kristal-kristal gula. Tanaman tebu merupakan tanaman penghasil utama gula. Dengan teknik budidaya yang baik tebu dapat menghasilkan bobot kering rata-rata 1000-1200 kuintal per hektar. Industri gula di Indonesia semakin berkembang pesat, hal ini dikarenakan gula berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat dan dapat menciptakan lapangan



2 pekerjaan bagi masyarakat. Selain itu, industri gula dapat meningkatkan pertumbuhan



perekonomian



rakyat



melalui



ekspor



produk



gula



yang



menghasilkan penambahan devisa (Rasullah, 2013). Upaya peningkatan produktivitas tebu dan rendemen terus dilakukan untuk meningkatkan produksi gula dalam negeri guna memenuhi swasembada gula yang telah dicanangkan pemerintah. Peningkatan produktivitas tebu dapat dilakukan dengan perbaikan pengelolaan tanaman antara lain dengan penataan varietas sesuai tipologi lahan agar diperoleh tingkat produktivitas yang optimum. Varietas tebu yang dilepas mempunyai karakter tipe kemasakan (awal, awal tengah, tengah, dan tengah lambat) dan kesesuaian dengan tipologi lahan yaitu pada lahan bertekstur berat atau ringan, pada lahan tadah hujan atau beririgasi, dan berdrainase jelek atau lancar. Dengan demikian pemilihan varietas tebu seharusnya disesuaikan dengan tipologi lahan dan panen pada masa yang optimum untuk memperoleh rendemen tinggi. Penataan varietas dimaksudkan untuk memanfaatkan potensi varietas sesuai dengan tipologi lahan yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas tebu dan gula. Produktivitas tanaman tebu sangat dipengaruhi oleh penggunaan varietas yang sesuai dan pengelolaan lingkungan tumbuh (Riajaya dan Kadarwati, 2016). Kendala terbesar tanaman tebu di Indonesia, termasuk di Sumatera Selatan dan di sentra perkebunan tebu Cinta Manis yaitu serangan hama. Hama utama tebu di Sumatera Selatan dan sentra perkebunan tebu Cinta Manis antara lain adalah penggerek batang bergaris (Chilo saccharipaghus), penggerek batang berkilat (Chilo auricilius), dan penggerek pucuk (Scirpophaga nivella).Penurunan produksi gula karena serangan hama dapat mencapai 20% per tahun. Kerugian



3 akibat serangan penggerek batang dan pucuk pada pertanaman tebu di Jawa Barat berkisar antara 30-45%. Kedua hama ini dapat menyebabkan kerugian berkisar antara 10-35%, Pengendalian penggerek batang dan pucuk tebu saatini cenderung dilakukan secara hayati, dengan memanfaatkan parasitoid (Meidalima, 2013). Kebutuhan pasokan gula di Indonesia akhir-akhir ini semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan pangan, maka perlu dilakukan upaya perbanyakan tanaman dalam jumlah besar dan dalam waktu yang singkat. Penyediaan bibit unggul merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan pengembangan tanaman tebu. Perbanyakan tanaman secara konvensional masih dibatasi oleh kemampuan tanaman untuk menghasilkan bibit baru dalam jumlah banyak, seragam dan dalam waktu singkat. Sampai saat ini tebu banyak diproduksi dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan biji dan stek. Usaha perbanyakan tanaman tebu menggunakan stek atau biji memiliki kendala, yaitu pada penggunaan biji untuk perbanyakan tanaman dalam jumlah banyak akan mengurangi jumlah biji sedangkan teknik perbanyakan melalui stek menghasilkan tanaman dengan jumlah terbatas, dan membutuhkan pohon induk yang banyak (Miswar, 2012). Tujuan Makalah Untuk Mengetahui Budidaya Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.). Kegunaan Makalah 1.



Untuk mengetahui sejarah Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.).



2.



Untuk mengetahui budidaya Tanaman Tebu Berastagi, Tebu PTPN, dan Tebu Hijau.



3.



Sebagai bahan informasi bagi yang membutuhkan.



4 BAB II ISI



Sejarah Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L). Asal mula tanaman tebu berasal dari Papua New Guinea. Pada 8000 SM, tanaman ini menyebar ke Kep. Solomon dan Kaledonia Baru. Ekspansi tanaman ini ke arah timur Papua New Guinea berlangsung pada 6000 SM, dimana tebu mulai menyebar ke Indonesia, Filipina dan India. Dari India, tebu kemudian dibawa ke China pada tahun 800 SM, dan mulai dimanfaatkan sebagai pemanis oleh bangsa China pada tahun 475 SM. Pada tahun 510 Sebelum Masehi, ketika menguasai India, Raja Darius dari Persia menemukan ”batang rerumputan yang menghasilkan madu tanpa lebah”. Seperti halnya pada berbagai penemuan manusia lainnya, keberadaan tebu sangat dirahasiakan dan dijaga ketat, sedangkan produk olahannya diekspor dan untuk menghasilkan keuntungan yang sangat besar (Febiantanti, 2012). Botani Tanaman Tebu Klasifikasi Tanaman Tebu (Saccharum officinarum (Ditjenbun, 2013) sebagai berikut: Kingdom



: Plantae



Divisi



: Spermatophyta



Kelas



: Monocotyledone



Ordo



: Graminales



Famili



: Graminae



Genus



: Saccharum



Spesies



: Saccharum officinarum L.



L.) menurut



5 Morfologi Tanaman Tebu Akar Akar tanaman tebu termasuk akar serabut, pada tanah yang cocok akar tebu dapat tumbuh panjang mencapai 0,5 – 1,0 m. Tanaman tebu memiliki akar stek yang disebut juga akar bibit. Kemudian pada tanaman tebu muda akan tumbuh akar tunas, akar ini merupakan penganti akar bibit berasal dari tunas, umurnya panjang dan tetap bertahan selama tanaman tebu masih hidup. Batang Tanaman tebu mempunyai batang yang tinggi, tumbuh kokoh serta tidak memiliki cabang. Tanaman tebu yang pertumbanya baik maka, tinggi batangnya akan mencapai tiga sampai lima meter atau bahkan lebih. Pada batang tebu yang masih muda terdapat lapisan yang berwarna putih dan keabu-abuan yang menempel pada batang tebu, lapisan ini disebut dengan lapisan lilin. Ruas-ruas batang tebu terdapat buku-buku yang merupakan tempat duduk daun. Pada ketiak daun terdapat mata tunas dimana bentuk mata tunas ini menyerupai kuncup. Bentuk ruas batang dan warna tebu yang bervariasi merupakan salah satu ciri pengenalan dari varietas-varietas tebu. Daun Tanaman tebu memiliki daun yang tidak lengkap karena hanya terdiri dari helai daun serta pelepah daun saja. Daun pada tanaman tebu berkedudukan pada pangkal buku. Panjang helaian daun berkisar antara 1 – 2 m sedangkan lebar 4- 7 cm, bentuk dari ujung daun tanaman tebu ini adalah meruncing. Pelepah tebu tumbuh memanjang meenutupi ruas-ruas tebu, pelepah ini melekat pada batang dengan posisi duduk dan berselang-seling pada buku serta melindungi mata tunas.



6 Teknik Budidaya Tanaman Tebu Berastagi



Gambar 1. Tanaman Tebu Berastagi Pembukaan Lahan a) Pada lahan dibuat petakan berukuran 1.000 m2. Parit membujur, melintang dibuat dengan lebar 50 cm dan dalam 50 cm. Selanjutnya dibuat parit keliling yang berjarak 1,3 m dari tepi lahan. b) Lubang tanam dibuat berupa parit dengan kedalaman 35 cm dengan jarak antar lubang tanam (parit) sejauh 1 m. Tanah galian ditumpuk di atas larikan diantara lubang tanam membentuk guludan. Setelah tanam, tanah guludan ini dipindahkan lagi ke tempat semula. Teknik Penanaman Penentuan Pola Tanam Umumnya tebu ditanam pada pola monokultur pada bulan Juni-Agustus (di tanah berpengairan) atau pada akhir musim hujan (di tanah tegalan/sawah tadah hujan). Terdapat dua cara bertanam tebu yaitu dalam aluran dan pada lubang tanam. Pada cara pertama bibit diletakkan sepanjang aluran, ditutup tanah setebal 2-3 cm dan disiram. Cara ini banyak dilakukan dikebun Reynoso. Cara kedua bibit diletakan melintang sepanjang solokan penanaman dengan jarak 30-40 cm. Pada kedua cara di atas bibit tebu diletakkan



7 dengan cara direbahkan. Bibit yang diperlukan dalam 1 ha adalah 20.000 bibit. Cara Penanaman Sebelum tanam, tanah disiram agar bibit bisa melekat ke tanah. a) Bibit stek (potongan tebu) ditanam berimpitan secara memanjang agar jumlah anakan yang dihasilkan banyak. Dibutuhkan 70.000 bibit stek/ha. b) Untuk bibit bagal/generasi, tanah digaris dengan kedalaman 5-10 cm, bibit dimasukkan ke dalamnya dengan mata menghadap ke samping lalu bibit ditimbun dengan tanah. Untuk bibit rayungan bermata satu, bibit dipendam dan tunasnya dihadapkan ke samping dengan kemiringan 45 derajat, sedangkan untuk rayungan bermata dua bibit dipendam dan tunasnya dihadapkan ke samping dengan kedalaman 1 cm. Satu hari setelah tanam lakukan penyiraman jika tidak turun hujan. Penyiraman ini tidak boleh terlambat tetapi juga tidak boleh terlalu banyak. Pemeliharaan Tanaman 1. Penjarangan dan Penyulaman a) Sulaman pertama untuk tanaman yang berasal dari bibit rayungan bermata satu dilakukan 5-7 hari setelah tanam. Bibit rayungan sulaman disiapkan di dekat tanaman yang diragukan pertumbuhannya. Setelah itu tanaman disiram. Penyulaman kedua dilakukan 3-4 minggu setelah penyulaman pertama. b) Sulaman untuk tanaman yang berasal dari bibit rayungan bermata dua dilakukan tiga minggu setelah tanam (tanaman berdaun 3-4 helai). Sulaman diambil dari persediaan bibit dengan cara membongkar tanaman beserta akar dan tanah padat di sekitarnya. Bibit yang mati dicabut, lubang diisi



8 tanah gembur kering yang diambil dari guludan, tanah disirami dan bibit ditanam dan akhirnya ditimbun tanah. Tanah disiram lagi dan dipadatkan. c) Sulaman untuk tanaman yang berasal dari bibit pucuk. Penyulaman pertama dilakukan pada minggu ke 3. Penyulaman kedua dilakukan bersamaan dengan pemupukan dan penyiraman ke dua yaitu 1,5 bulan setelah tanam.Kedua penyulaman ini dilakukan dengan cara yang sama dengan point (b) di atas. d) Penyulaman



ekstra



dilakukan



jika



perlu



beberapa



hari



sebelum



pembumbunan ke 6. Adanya penyulaman ekstra menunjukkan cara penanaman yang kurang baik. e) Penyulaman bongkaran. Hanya boleh dilakukan jika ada bencana alam atau serangan penyakit yang menyebabkan 50% tanaman mati. Tanaman sehat yang sudah besar dibongkar dengan hati-hati dan dipakai menyulan tanaman mati. Kurangi daun-daun tanaman sulaman agar penguapan tidak terlalu banyak dan beri pupuk 100-200 Kg/ha. Penyiangan Penyiangan gulma dilakukan bersamaan dengan saat pembubunan tanah dan dilakukan beberapa kali tergantung dari pertumbuhan gulma. Pemberantasan gulma dengan herbisida di kebun dilaksanakan pada bulan Agustus sampai November dengan campuran 2-4 Kg Gesapas 80 dan 3-4 Kg Hedanol power. Pembubunan Sebelum pembubunan tanah harus disirami sampai jenuh agar struktur tanah tidak rusak.



9 a) Pembumbunan pertama dilakukan pada waktu umur 3-4 minggu. Tebal bumbunan tidak boleh lebih dari 5-8 cm secara merata. Ruas bibit harus tertimbun tanah agar tidak cepat mengering. b) Pembumbun ke dua dilakukan pada waktu umur 2 bulan. c) Pembumbuna ke tiga dilakukan pada waktu umur 3 bulan. d) Perempalan Daun-daun kering harus dilepaskan sehingga ruas-ruas tebu bersih dari daun tebu kering dan menghindari kebakaran. Bersamaan dengan pelepasan daun kering, anakan tebu yang tidak tumbuh baik dibuang. Perempalan pertama dilakukan pada saat 4 bulan setelah tanam dan yang kedua ketika tebu berumur 6-7 bulan. Pemupukan Pemupukan dilakukan dua kali yaitu saat tanam atau sampai 7 hari setelah tanam dengan dosis 7 gram urea, 8 gram TSP dan 35 gram KCl per tanaman (120 kg urea, 160 kg TSP dan 300 kg KCl/ha).dan (2) pada 30 hari setelah pemupukan ke satu dengan 10 gram urea per tanaman atau 200 kg urea per hektar. Pupuk diletakkan di lubang pupuk (dibuat dengan tugal) sejauh 7-10 cm dari bibit dan ditimbun tanah. Setelah pemupukan semua petak segera disiram supaya pupuk tidak keluar dari daerah perakaran tebu. Pemupukan dan penyiraman harus selesai dalam satu hari. Agar rendeman tebu tinggi, digunakan zat pengatur tumbuh seperti Cytozyme (1 liter/ha) yang diberikan dua kali pada 45 dan 75 Hari. Pengairan dan Penyiraman Pengairan dilakukan dengan berbagai cara: a) Air dari bendungan dialirkan melalui saluran penanaman.



10 b) Penyiraman lubang tanam ketika tebu masih muda. Waktu tanaman berumur 3 bulan, dilakukan pengairan lagi melalui saluran-saluran kebun. c) Air siraman diambil dari saluran pengairan dan disiramkan ke tanaman. d) Membendung got-got sehingga air mengalir ke lubang tanam. Pengairan dilakukan pada saat: a) Waktu tanam b) Tanaman berada pada fase pertumbuhan vegetatif c) Pematangan. Pegendalian Hama dan Penyakit Hama Penggerek batang bergaris (Proceras cacchariphagus), penggerek batang



berkilat



(Chilitrae



auricilia),



penggerek



batang



abu-abu



(Eucosma schismacaena), penggerek batang kuning (Chilotraea infuscatella), penggerek batang jambon (Sesmia inferens). Gejala: daun yang terbuka mengalami khlorosis pada bagian pangkalnya; pada serangan hebat, bentuk daun berubah, terdapat titik-titik atau garis-garis berwarna merah di pangkal daun; sebagian daun tidak dapat tumbuh lagi; kadangkadang batang menjadi busuk dan berbau tidak enak. Pengendalian: dengan suntikan insektisida Furadan 3G (0,5 kg/ha) pada waktu tanaman berumur 3-5 bulan. Suntikan dilakukan jika terdapat 400 tanaman terserang dalam 1 hektar. Panen Ciri dan Umur Panen Umur panen tergantung dari jenis tebu: a) Varitas genjah masak optimal pada < 12 bulan b) Varitas sedang masak optimal pada 12-14 bulan,



11 c) Varitas dalam masak optimal pada > 14 bulan. Panen dilakukan pada bulan Agustus pada saat rendeman (persentase gula tebu) maksimal dicapai. Cara Panen a) Mencangkul tanah di sekitar rumpun tebu sedalam 20 cm. b) Pangkal tebu dipotong dengan arit jika tanaman akan ditumbuhkan kembali. Batang dipotong dengan menyisakan 3 buku dari pangkal batang. c) Mencabut batang tebu sampai ke akarnya jika kebun akan dibongkar.Potong akar batang dan 3 buku dari permukaan pangkal batang. d) Pucuk dibuang. e) Batang tebu diikat menjadi satu (30-50 batang/ikatan) untuk dibawa ke pabrik untuk segera digiling Panen dilakukan satu kali di akhir musim tanam. Pascapanen 1. Pengumpulan Hasil tanam dari lahan panen dikumpulkan dengan cara diikat untuk dibawa ke pengolahan. 2. Penyortiran dan Penggolongan Syarat batang tebu siap giling supaya rendeman baik: a.Tidak mengandung pucuk tebu b. Bersih dari daduk-daduk (pelepah daun yang mengering) c. Berumur maksimum 36 jam setelah tebang.



12 Teknik Budidaya Tebu PTPN



Gambar 2. Tanaman Tebu PTPN Persiapan Tanam 1. Lakukan seleksi benih didalam kebun dengan varietas BZ134 2. Bibit stek harus ditanam berhimpitan agar mendapat jumlah anakan semaksimal mungkin. 3. Sebelum tanam, juringan haris diari untuk membasahi kasuran, sehingga kasuran hancur dan halus. Cara Tanam 1. Bibit Bagal /debbeltop / generasi Tanah kasuran harus diratakan dahulu, kemudian tanah digaris dengan alat yang runcing dengan kedalaman + 5 - 10 cm. Bibit dimasukkan ke dalam bekas



13 garisan dengan mata bibit menghadap ke samping. Selanjutnya bibit ditimbun dengan tanah. 2. Bibit Rayungan / Sablang (bibit yang telah tumbuh di kebun bibit) Jika bermata (tunas) satu, batang bibit terpendam dan tunasnya menghadap ke samping dan sedikit miring, + 45o. Jika bibit rayungan bermata dua, batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan kedalaman + 1 cm.Sebaiknya, bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam secara terpisah di dalam petak-petak tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata. Penyulaman 1. Sulam sisipan, dikerjakan 5 - 7 hari setelah tanam. 2. Sulaman ke - 1, dikerjakan pada umur 3 minggu dan berdaun 3 - 4 helai. Bibit dari rayungan bermata dua atau pembibitan. 3. Penyulaman yang berasal dari ros/pucukan tebu dilakukan ketika tanaman berumur + 1 bulan. 4. Penyulaman ke - 2 harus selesai sebelum pembubunan, bersama-sama dengan pemberian air ke - 2 atau rabuk ke - 2 yaitu umur 1,5 bulan. 5. Penyulaman ekstra bila perlu, yaitu sebelum bumbun ke - 2 Rewash Yaitu melepaskan daun kering di dekat kaki-kaki tebu beserta gulma yang ada di sekitarnya, dilakukan 1 kali, yaitu umur 4-5 bulan, rewash bertujuan untuk membersihkan klaras-klaras kering yang berada di sekitar kaki-kaki tebu beserta gulma yang ada di sekitarnya. Pemupukan 1.Untuk tanaman PC (Pant Cane) : Urea 100kg\ha + NPK 600kg\ha.



14 2.Untuk Tanaman Ratoon



: Urea 100kg\ha + NPK 650kg\ha.



Pengendalian Hama Dan Penyakit 1. Hama Penggerek Pucuk dan batang Biasanya menyerang mulai umur 3 - 5 bulan. Kendalikan dengan musuh alami Tricogramma sp. dan lalat Jatiroto, semprot PESTONA / Natural BVR. 2. Hama Tikus Kendalikan dengan gropyokan, musuh alami yaitu : ular, anjing atau burung hantu. 3. Penyakit Fusarium Pokkahbung Penyebab jamur Gibbrella moniliformis. Tandanya daun klorosis, pelepah daun tidak sempurna dan pertumbuhan terhambat, ruas-ruas bengkok dan sedikit gepeng serta terjadi pembusukan dari daun ke batang. Kentek Yaitu melepaskan daun kering di daerah bagian atas tanaman tebu dengan menyisakan 6 helai daun di pucuk tanaman , harus dilakukan 3 kali, yaitu sebelum gulud akhir, umur 7 bulan dan 4 minggu sebelum tebang. Adapun tujuan dari kegiatan klentek ini yaitu untuk membersihkan klaras kering yang berada di atas tanaman tebu dengan menyisakan beberapa helai daun gunam menambah nilai estetik, agar sinar matahari langsung mengenai bagian tanaman tebu dan mempermudah pemanenan.



15 Panen Ciri dan Umur Panen Umur panen tergantung dari jenis tebu:a) Varitas genjah masak optimal pada 14 bulan. Panen dilakukan pada bulan Agustus pada saat rendeman (persentase gula tebu) maksimal dicapai. a. Cara Panen 1. Mencangkul tanah di sekitar rumpun tebu sedalam 20 cm. 2. Pangkal tebu dipotong dengan arit jika tanaman akan ditumbuhkan kembali. Batang dipotong dengan menyisakan 3 buku dari pangkal batang. 3. Mencabut batang tebu sampai ke akarnya jika kebun akan dibongkar. Potong akar batang dan 3 buku dari permukaan pangkal batang., 4. Pucuk dibuang. 5. Batang tebu diikat menjadi satu (30-50 batang/ikatan) untuk dibawa ke pabrik untuk segera digiling 6. Panen dilakukan satu kali di akhir musim tanaman (Sepriansyah, 2016).



16 Teknik Budidaya Tebu Hijau



Gambar 3. Tanaman Tebu Hijau Lahan Tanam Lahan tanam yang akan ditanami tebu dipersiapkan dengan 2 cara yaitu dengan cara dibajak atau di reynoso. Cara pembajakan dilakukan untuk menggemburkan tanah yang kering, kemudian setelah dibajak kita buat alur sedalam 20 cm untuk menanam bibit tanaman tebu. Cara reynoso yaitu pengolahan tanah yang dilakukan pada tanah yang memiliki kandungan air yang banyak, lahan yang ditanami tebu dibuat cekungan dengan kedalaman sekitar 40 cm. Pemilihan Bibit Tanaman Tebu Bibit tebu yang akan ditanam yaitu bisa dibibit pucuk, bibit siwilan, bibit batang mudah dan bibit rayungan. Bibit pucuk adalah dari tanaman tebu yang telah berumur sekitar 12 bulan atau setahun dengan cara mengambil tunas muda sekitar 2-3 dengan panjang sekitar 20 cm. Bibit siwilan adalah bibit tebu yang kita ambil dari pucuk tanaman tebu yang telah mati. Bibit batang mudah adalah dari berasal tanaman tebu yang telah berumur sekitar 5-7 bulan, bagian yang diambil



17 adalah seluruh batang yang kemudian dibagi menjadi 2-3 bagiaan untuk distek. Bibit rayungan adalah bibit tebu yang kita diperoleh dari tanaman tebu yang memang untuk bibit. Penanaman Tebu Pada penanaman kita gunakan di daerah kering biasanya bibit yang baik untuk ditanam adalah bibit hasil stek yang memiliki 8-9 mata tunas dan ditanam dengan jarak sekitar 1 meter setiap tanaman tebu kita stek. Penanaman stek kita lakukan pada juringan yang memiliki kedalaman sekitar 1,25 meter – 1,35 meter. Untuk daerah basah, bibit tanaman tebu yang ditanamin dengan bibit hasil stek dengan memiliki 3 mata tunas yang ditanam bengan teknik sentuh ujung atau tumpah tindih. Waktu penanaman. Perawatan Tanaman Tebu Penyulaman Tanaman tebu yang mati atau tidak tumbuh dengan baik di tanam yang kita ganti baru. Penyulaman dilakukan pada bibit terrlalau kuat yang telah berumur 2-4 minggu dan bibit rayugan pada umur 2 minggu. Penyiraman Kita lakukan sesuaikan dengan kondisi cuaca dan tanah. Penyiraman baik kita lakukan setelah pemupukan paling lama 3 hari sekali setelah pemupukan. Penyiangan Pada gulma tanaman pengganggu lainnya dengan cara dicangkul atau dipotong. Bisa kita lakukan penyemprotan herbisida yang sesuai untuk mengatasi masalah gulma.



18 Pemupukan Kita lakukan secara bertahap dan disesuaikan dengan kondisi lahan kebutuhan tanaman. Pupuk yang biasa diberikan adalah pupuk ZA, SP36 dan KCl. Hama Dan Penyakit Hama yang sering menyerang tanaman tebu adalah ulat pengerek, untuk mencegah perlu kita lakukan pemilihan varietas tebu yang tahan terhadap hama atau bisa dilakukan pelepasan predator alami ulat pengerek seperti Trichogama sp, Lalat Jatiroto atau bisa dengan menyemprotkan Thiodan 35 EC. Pemanenan Tebu Pemanenan tebu yang dilakukan yaitu dengan cara mencangkul area tanam tebu dengan kedalaman sekitar 20 cm. kita harus Sisakan 3 ruas batang tebu jika ingin ditumbuhkan kembali atau jika lahan ingin dibongkar maka cabut tebu hingga akarnya. Setelah dipanen maka bagian pucuk tebu dibuang kemudian batang tebu diikat dengan jumlah 20-30 batang/ikat untuk digiling. Waktu pemanenan dilaksanakan pada bulan waktu kering (Elnandar, 2014).



19 BAB III PENUTUP



Kesimpulan 1. Tanaman tebu adalah tanaman yang bernilai ekonomis cukup tinggi, karena tanaman ini merupakan bahan baku utama dalam pembuatan gula. Tanaman tebu mengandung nira yang dapat diolah dalam perindustrian sebagai kristalkristal gula. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penghasil utama gula. 2. Penyediaan bibit unggul merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan pengembangan tanaman tebu. 3. Tanaman Tebu dibedakan menjadi tiga jenis yaitu: Tebu Berastagi, Tebu PTPN dan Tebu Hijau. Saran Agar praktikan lebih sering aktif dalam hal pembelajaran di lahan dan lebih kondusif.



20 DAFTAR PUSTAKA



Ditjenbun. 2013. Direktorat Jendaral Perkebunan Tahun 2013. Jakarta: Direktorat Jendral Perkebunan. Elnandar, 2014. Budidaya Tebu. http://Elnandar.blogspot. com /2014 /08/vbehavior urldefaultvmlo.html. Febiantanti, 2012. Budidaya Tanaman Tebu. http://Febiantanti.blogspot. com /2012 /06/v-behaviorurldefaultvmlo.html. Meidalima, D. 2010. Pengaruh Tumbuhan Hias Berbunga terhadap Tanaman Tebu dan Keberadaan Parasetoid di Pertanaman Tebu Lahan Kering, Cinta Manis Sumatera Selatan. Jurnal Lahan Suboptimal.Vol:2 No:1 Hal:3542.ISSN:2252-6188. Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Sriwijaya. Palembang. Miswar, 2012. Respon Enzim Metabolisme Senyawa Nitrogen pada Tanaman Tembakau Trasnsgenik yang Membawa Gen Sucrose Phospate Synthase (SPS) Tebu (Saccharum officinarum L.) Jurnal Agrotek. Fakultas Pertanian.Vol:21 No:2 Hal:121-126.Universitas Jember. Rasullah, F, F, F, Nurhidayati, T, dan Nurmalasari. 2013. Respon Pertumbuhan Tunas Kultur Meristem Apikal Tanaman Tebu (Saccharum officanarum) Varietas NXI 1-3 Secara In Vitro pada Media Ms dengan Penamanbahan Arginin Glutamin.Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.Jurnal Sains dan Seni Pomits.Vol:2 No:2 Hal:99-104. Issn:2337-3520.Institut Teknologi Sepuluh November. Riajaya, P.D dan Kadarwati, F.T. 2016. Kesesuaian Tipe Kemasakan Varietas Tebu pada Tipologi Lahan Bertekstur Berat, Tadah Hujan, dan Drainase Lancar. Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 8(2), Oktober 2016:85−97 ISSN: 2085-6717, e-ISSN: 2406-8853. Sari,



L.M. 2016. Respons Pertumbuhan Dua Varietas Tebu (Saccharum officinarum L.) Terhadap Penambahan Pupuk Organonitrofos Pada Pembibitan Bud Set. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.



Sepriansyah, P. 2016. Deskripsi Objek Wisata Rapet Kabupaten Pesawaran Tahun 2015. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Lampung Bandar. Lampung