Makalah Teknologi Pakan - Pengolahan Keong Mas - F [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Makalah Teknologi Pakan “Pengolahan Keong Mas”



Disusun Oleh: Kelas: F Kelompok: 9 Rizki Fauzi Ismail Nabilla Puspita Hakiki Miranda Zehant Fahira Jenny Marselina S. Abidah Ishma Nabila



200110160131 200110160305 200110160147 200110160236 200110160316



FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN SUMEDANG 2018



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan rahmat serta hidayahNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah teknologi pakan berjudul “Pengolahan Keong Mas”. Shalawat serta salam tidak lupa penyusun sampaikan kepada Nabi besar Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa sallam yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur‟an dan hadits untuk keselamatan umat di dunia. Makalah ini disusun dalam rangka pemenuhan tugas mata kuliah teknologi pakan Penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengampu mata kuliah teknologi pakan, yaitu Dr.Ir.Hendi Setiyatwan, Msi. atas ilmu dan bimbingannya selama ini. Ucapan terima kasih juga penyusun haturkan kepada teman-teman anggota kelompok yang telah berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini. Penyusun berharap makalah ini dapat membawa kebermanfaatan bagi penyusun ataupun para pembaca sebagai salah satu bahan referensi. Kritik dan saran yang konstruktif baik dari segi isi maupun penulisan penyusun harapkan guna perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata penyusun ucapkan terima kasih.



Sumedang, September 2018



Penyusun



I PENDAHULUAN



1.1



Latar Belakang Ketersediaan bahan pakan di Indonesia masih terus mengalami fluktuasi.



Salah satu penyebabnya adalah minimnya ketersediaan bahan pakan sehingga upaya penyediaan pakan menjadi terkendala. Oleh karena itu diperlukan bahan pakan pengganti atau pakan inkonvensional yang memiliki kandungan zat makanan hampir setara dengan pakan yang biasa diberikan sebagai salah satu solusi untuk permasalahan tersebut sehingga ketersediaan pakan nasional lebih dapat dikendalikan atau stabil. Indonesia sebagai negara agrari, maritim, dan kepulauan memiliki banyak potensi sumber daya alam yang hingga saat ini belum termanfaatkan secara optimal. Keanekaragaman hayati baik tumbuhan maupun hewan tentunya menjadi aset menjanjikan untuk dikembangkan. Salah satu jenis hewan yang potensial untuk dikembangkan dalam ranah peternakan sebagai bahan pakan yaitu keong mas. Keong mas adalah salah satu sumber daya yang potensial untuk dijadikan bahan pakan alternatif karena tinggi kandungan protein dan mineral. Terlebih lagi, bagi sebagian petani di sawah keong mas merupakan hama yang merusak tanaman padi bahkan dapat menggagalkan target produksi gabah yang ingin dicapai. Hal ini dapat dimaklumi karena serangan keong mas terjadi sangat cepat sesuai dengan cepatnya perkembangan populasinya. Oleh karenanya, pemanfaatan keong mas dapat memunculkan efek ganda baik terhadap perbaikan kondisi lahan pertanian maupun terhadap ketersediaan pakan lokal.



Pemanfaatan sumber bahan pakan yang potensial di Indonesia harus digali lebih dalam. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi impor pakan secara berlebihan yang mengakibatkan kurangnya kreatifitas para peternak dalam mengolah pakan yang ada di lingkungannya. Apabila peternak dalam negeri sudah mampu mengolah pakan yang ada di lingkungan sekitar, maka tidak diragukan lagi bahwa kedepannya peternak dalam negeri akan mengalami kemajuan yang lebih signifikan. Berdasarkan pemaparan di atas, pengolahan keong mas sebagai salah satu bahan pakan alternatif sumber protein dan mineral patut dikembangkan dan diterapkan secara luas untuk menunjang pemanfaatan sumber daya lokal dan pemenuhan ketersediaan bahan pakan nasional.



1.2



Identifikasi Masalah



1.



Bagaimana pembuatan tepung daging dan cangkang keong mas.



2.



Bagaimana pengolahan silase keong mas secara kimiawi.



3.



Bagaimana pengolahan silase keong mas secara biologis



1.3 1.



Maksud dan Tujuan Mengetahui pembuatan tepung daging dan cangkang keong mas melalui pengolahan secara fisik.



2.



Mengetahui cara pengolahan silase keong mas secara kimiawi.



3.



Mengetahui cara pengolahan silase keong mas secara biologis.



II TINJAUAN PUSTAKA



2.1



Keong Mas Keong



mas



memiliki



morfologi



yang



sama



dengan



keong



sawah. Cangkang berbentuk bulat mengkerut, berwarna kuning keemasan, berdiameter 1,2-1,9 cm, tinggi 2,2-3,6 cm, dan berat 4,2-15,8 gram. keong mas berkembang biak secara ovipar dan menghasilkan telur. Seekor keong mas betina mampu bertelur 500 butir dalam seminggu dengan masa perkembangbiakkan selama 3-4 tahun. Keong mas betelur pada pagi dan sore hari, telur akan menetas dalam waktu 7-14 hari dan hari ke-60 keong telah menjadi dewasa dan dapat berkembang biak (Budiyono, 2006). Keong mas bertelur pada malam hari. Telur diletakkan pada tanaman padi, pada galengan sawah, ranting, atau lainnya. Kemudian setelah 7-14 hari telur tersebut menetas. Keong mas muda kemudian turun ke air/sawah dan mulai mencari makan sendiri. Sejak menetas hingga berumur 59 hari, keong mas sangat rakus menyantap tanaman padi, rumput atau tumbuhan yang hidup di sekitar. Pada umur 60 hari, keong mas siap kembali kawin. Keong mas (Pomacea canaliculata) mengandung asam omega 3, 6 dan 9. Hasil uji proksimat, kandungan protein pada keong mas 57,76 %. Kandungan protein yang tinggi dapat digunakan sebagai pakan belut karena belut merupakan hewan karnivora sehingga membutuhkan pakan dengan kadar protein yang tinggi. Selain banyak mengandung protein, hewan dari keluarga moluska ini juga kaya akan kalsium. Penggunaan keong mas untuk pakan itik terbukti mampu menaikkan hasil telur hingga 80%. Pemberian pakan sekitar 4,5% tepung keong



mas pada sapi potong juga memberikan hasil pertumbuhan yang baik dan tingkat keuntungan paling tinggi dibandingkan pemberian pakan lain. Sebagai pakan ikan, penggantian kandungan tepung ikan menjadi tepung keong mas sebanyak 25% hingga 75% memberikan pengaruh cukup baik terhadap laju pertumbuhan harian individu, efisiensi pakan, retensi protein, dan retensi lemak (Budiyono, 2006). 2.2



Pengolahan Fisik Bahan Pakan Pengolahan fisik merupakan upaya mengubah sifat pakan melalui proses



atau perlakuan perubahan temperatur sehingga pakan pada akhir proses akan mengalami penurunan kandungan air yang salah satunya bermanfaat untuk memperpanjang masa simpan suatu bahan pakan. Keuntungan pengolahan fisik diantaranya memperpanjang masa simpan bahan pakan dan menginaktifkan beberapa zat antinutrisi (conto : antitrypsin dalam kedelai mentah dan HCN dalam ubi kayu). Terdapat dua tipe pengolahan fisik, pertama tipe pengolahan alami dengan menggunakan panas matahari sekitar 40-500C pada pukul 09.00-15.00 dan angin (sun drying). Keuntungan tipe ini adalah biaya murah dan diperoleh sinar ultra violet yang dapat membantu mengurangi pertumbuhan mikroba yang merugikan. Sementara kelemahannya yaitu tergantung cuaca, perlu banyak tenaga, tempat luas dan waktu yang lama. Tipe pengolahan buatan dengan bantuan alat pengering buatan diantaranya oven, tunnel, pengering berputar. Kelebihan teknik ini antara lain hemat tenaga, waktu dan tempat. Sementara kelemahan yang perlu diperhatikan dengan pengolahan ini adalah hilangnya zat-zat yang volatile, terjadinya perubahan sifat fisik dan kimia bahan, dan hilangnya vitamin yang bersifat termolabil.



2.3



Silase Silase merupakan suatu proses fermentasi dengan menghidrolisa protein



dan komponen lain dari bahan pakan dalam suasana asam sehingga bakteri pembusuk tidak dapat hidup dan bahan pakan dapat bertahan dalam waktu yang lama, selain itu juga dapat memperbaiki nilai gizi dengan mengurangi faktor pembatasnya (Mairizal, 2010). Prinsip dasar pembuatan silase memacu terjadinya kondisi anaerob dan asam dalam waktu singkat. Ada 3 hal paling penting agar diperoleh kondisi tersebut antara lain yaitu menghilangkan udara dengan cepat, menghasilkan asam laktat yang mampu menurunkan pH, mencegah masuknya oksigen ke dalam silo dan menghambat pertumbuhan jamur selama penyimpanan (Baliptan, 2012). Bahan pakan yang diawetkan berupa tanaman hijauan, limbah industri pertanian serta bahan pakan alami lainnya dengan kadar air pada tingkat tertentu, pakan yang diawetkan tersebut difermentasi selama sekitar 3 minggu (Direktorat Pakan Ternak, 2011). Proses pembuatan silase keong mas dapat dilakukan secara kimia dan biologi. Pembuatan silase secara kimiawi dilakukan dengan cara menambahkan asam organik atau asam mineral maupun campuran keduanya dan diawetkan dalam suasana asam. Asam organik yang biasa digunakan adalah asam formiat dan asam propionat. Secara biologis dilakukan dengan mempergunakan kemampuan bakteri asam laktat (BAL) serta dengan penambahan sumber karbohidrat yang menyebabkan jalannya proses fermentasi (Sukarsa dkk., 1985). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat silase antara lain bentuk serta design tempat penyimpanan disesuaikan untuk mempermudah proses pengisian, ukuran potongan bahan yang dipakai, kontrol kadar air bahan silase



(40-50%), proses pemadatan yang tepat dan baik (proses pengeluaran oksigen sempurna), penutupan silase agar tetap anaerob dan terhindar dari air hujan, serta cara pengeluaran serta perawatan silase (Direktorat Pakan, 2016). Menurut Direktorat Pakan (2016) kualitas silase yang baik dan layak dijadikan pakan ternak antara lain: 1.



Wangi seperti buah-buahan dan sedikit asam, sangat wangi dan terdorong untuk dicicipi.



2.



Apabila dicoba digigit, manis dan terasa asam seperti yogurt atau yakult.



3.



Warna hijau kekuning-kuningan.



4.



Kering, tetapi apabila disentuh terasa lembut dan empuk. Apabila menempel di tangan karena baunya yang wangi apabila tidak dicuci pun tidak apa-apa.



III PEMBAHASAN



3.1



Pembuatan Tepung Daging dan Cangkang Keong Mas Pembuatan tepung daging dan cangkang keong mas dilakukan dengan



pengolahan secara fisik. Pengolahan ini bertujuan untuk menghilangkan lendir, bau tidak sedap, membersihkan semua kotoran, dan agar lebih tahan lama. Tepung daging dan cangkang keong mas dapat digunakan sebagai campuran dalam pakan ternak dan merupakan sumber protein dan mineral alternatif. Kandungan protein keong mas menurut Pitojo (1996) mencapai 55-60 %. Sementara kandungan mineral antara lain kalsium 29,35 % dan fosfor 0,19 % (Liptan, 2001). Prosedur pembuatan tepung daging keong mas menurut Kurniawati (2016) yaitu pertama-tama kumpulkan keong, puasakan keong selama ± dua hari, kemudian pisahkan daging dengan cangkangnya. Iris daging keong menjadi bagian tipis-tipis. Dijemur di bawah terik matahari atau dengan di oven 60 oC, agar kadar air pada daging keong berkurang ± 14%. Setelah daging keong benarbenar kering, giling daging tersebut menjadi tepung (granule). Atau dapat juga dengan cara yang lain yaitu setelah dipisahkan antara daging dengan jeroan dari cangkangnya, daging direndam selama 30 menit untuk membersihkan lendir dan menetralkan sifat asamnya. Kemudian daging dicincang, dan diolah dengan cara dipanaskan/direbus selama 30 menit pada suhu air 60 oC. Setelah direbus kemudian didinginkan dengan cara diangin-anginkan atau dijemur dibawah terik matahari agar lebih tahan lama. Setelah itu dilakukan proses penggilingan untuk menjadi tepung.



Pengolahan cangkang menjadi tepung diawali dengan menyiapkan keong mas yang akan diambil cangkangnya, puasakan selama dua hari lalu pisahkan dari dagingnya. Selanjutnya cangkang keong mas dibersihkan dari kotoran dan dikeringkan, kemudian ditumbuk dalam satu wadah dan digiling dengan mesin penggiling. Menurut Ridla (2003) rekomendasi penggunaan tepung keong mas pada ransum maksimal sebanyak 15%.



Gambar 1. Tepung cangkang keong mas 3.2



Pembuatan Silase Keong Mas Secara Kimiawi Keong mas sangat memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan



pakan alternatif untuk ternak, karena dapat dijadikan sumber protein hewani yang mampu mensubstitusi tepung ikan. Keong mas mempunyai kandungan protein yang tinggi (55-60%), serta sudah lama digunakan sebagai pakan tambahan pada usaha budidaya itik dan telah terbukti dapat meningkatkan produksi telur (Pitojo, 1996). Keong mas bila diberikan secara langsung dapat menimbulkan efek negatif karena cepat rusak dan menjadi busuk, sehingga perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu.



Salah satu pengolahan yang dapat diakukan adalah pengolahan secara kimiawi. Pengolahan secara kimiawi (silase kimiawi) merupakan proses pengawetan dalam kondisi asam pada tempat atau wadah dengan cara menambahkan asam mineral, asam organik atau campurannya. Prinsip pengawetan secara kimiawi adalah dengan penurunan pH dari bahan tersebut sehingga aktivitas bakteri pembusuk menjadi terhambat (Mukodiningsih, 2003 dalam Nurmalasari, 2007). Asam yang digunakan dalam pengolahan ini adalah campuran asam propionat dan asam formiat. Asam propionat digunakan sebagai bahan pengawet makanan karena mempunyai spektrum aktivitas antimikroba yang lebih luas (Cagri, Ustunol and Ryser, 2003 dalam Manab, 2009). Apabila yang digunakan asam formiat saja, maka campuran akan busuk dalam waktu 1-2 minggu karena penurunan pH relatif lambat (Kompiang dan Ilyas, 1983). Asam propionat juga dapat mencegah perkembangan jamur dan kapang. Asam propionat dapat mencegah pembentukan alfatoksin, sedangkan kelebihan asam propionat yang lainnya adalah meningkatkan daya cerna bahan pakan, mempertahankan nilai gizi bahan pakan (Hertrampf. J, 1987 dalam Suharto, 1997). Asam organik digunakan karena produk hasil pengolahan dapat diberikan langsung ke ternak, tanpa perlu dinetralkan terlebih dahulu (Kompiang dan Ilyas, 1983). Proses pengolahan secara kimia dilakukan secara aerob, jadi ada kemungkinan ikatan nitrogen terlepas dan kemudian menguap sehingga kandungan protein produk pengolahan menjadi turun. Menurut Abun (2004) penambahan asam organik (asam formiat dan propionat) dapat menyebabkan terjadinya degradasi protein dari molekul kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana dan terlarut. Penambahan asam organik (asam formiat dan propionat



dengan perbandingan



1:1) dapat



mencegah kerusakan



protein



melalui



pengkondisian media/substrat menjadi suasana asam. Pada kondisi asam pertumbuhan bakteri proteolitik dapat dihambat sehingga substrat tidak terurai akibat aktivitas bakteri tersebut. Hasil penelitian diperoleh bahwa semakin tinggi konsentrasi asam organik maka semakin rendah derajat perubahan protein kasar. Silase



merupakan



cara



pengolahan



pakan



ternak



dengan



cara



mengawetkan melalui proses penyimpanan, bahan pakan ternak tersebut akan mengalami fermentasi sehingga mudah untuk dicerna oleh ternak. Dalam proses pembuatan silase secara kimiawi umumnya menggunakan asam organik (asam format) maupun asam mineral. Ada beberapa langkah dalam pembuatan silase daging keong mas secara kimiawi, sebagai berikut: Pertama kumpulkan keong ke dalam ember. Bersihkan dan keluarkan daging segar keong dari cangkang, kemudian cuci daging yang telah dikeluarkan sampai bersih. Lakukan pencucian kembali dengan air garam dan dicuci ulang dengan air kapur, agar pakan ternak yang dihasilkan terhindar dari racun. Daging selanjutnya digiling dengan mesin pengiling lalu ditiriskan, agar kadar air berkurang. Campur daging keong giling tersebut dengan asam organik (asam formiat dan propionat dengan perbandingan 1:1. Siapkan tong plastik, kemudian isi dengan campuran daging keong dan campuran asam yang tadi sudah disiapkan. Padatkan, agar tidak ada rongga udara dan tutup dengan plastik secara rapat. Lakukan pengecekan secara berkala dan dengan mengaduk sekaligus. Proses pembuatan pakan ternak berupa silase keong dibutuhkan waktu 8 hari guna fermentasi yang sempurna. Setelah itu silase sudah dapat digunakan untuk pakan ternak.



3.3



Pembuatan Silase Keong Mas Secara Biologis Proses pembuatan silase keong mas dapat dilakukan secara kimia dan



biologi. Secara biologis dilakukan dengan mempergunakan kemampuan bakteri asam laktat (BAL) serta dengan penambahan sumber karbohidrat yang menyebabkan jalannya proses fermentasi (Sukarsa dkk., 1985). Bakteri asam laktat (BAL) adalah salah satu bakteri yang digunakan dalam proses pengawetan bahan pangan. BAL dapat dimanfaatkan sebagai starter dalam proses fermentasi. BAL termasuk bakteri yang menguntungkan. BAL dapat menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk dan bakteri patogen pada produk pangan serta produk fermentasi (Misgiyarta dan Widowati, 2002). Menurut Fardiaz (1989), BAL mempunyai kemampuan memfermentasi gula menjadi asam laktat. BAL memproduksi asam berlangsung secara cepat sehingga pertumbuhan mikroba lain yang tidak diinginkan dapat terhambat. Pemilihan



bahan



baku



pembuatan



silase



selama



ini



biasanya



memanfaatkan bahan baku dari ikan utuh, ikan rucah, rumput laut, kerang dan limbah hasil perikanan (Djazuli dkk, 1998). Akan tetapi sumber daya bahan baku tersebut cenderung membutuhkan biaya besar, selain ketersediaannya yang tidak memadai dan mudah mengalami pembusukan serta bersaing dengan kebutuhan manusia. Sumatera Selatan merupakan provinsi yang mempunyai potensi besar dalam perairan rawa. Salah satu komoditi perairan rawa yang sumber bahan bakunya melimpah adalah keong mas. Pemanfaatan keong mas yang belum optimal menyebabkan perkembangbiakan keong mas yang sangat cepat dan melimpah sehingga keong mas menjadi hama utama tanaman padi. Oleh karena itu untuk menanggulangi perkembangannya keong mas dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan silase.



Menurut Edwars dan MC Donald (1978), umumnya beberapa jenis BAL dapat ditemukan pada silase. Jenis-jenis BAL yang terdapat pada silase adalah Lactobacillus



plantarum,



Lactobacillus



brevis,



Lactobacillus



buchneri,



Lactobacillus fermentum, Lactobacillus viridescens, Pediococcus acidilactici, Streptococcus faecalis, Streptococcus faesin, Streptococcus lactis. Pada penelitian ini BAL yang digunakan adalah isolat BAL 3B104. Isolat BAL 3B104 adalah salah satu isolat BAL yang diisolasi dari produk bekasam. Proses pembuatan silase keong mas (Pomacea canaliculata) yang mengacu pada penelitian Hermana, dkk (2006) dan Hasan (2003) yang telah dimodifikasi tahapannya sebagai berikut : 1.



Keong mas yang diperoleh direndam ke dalam air bersih selama sehari semalam. Kemudian dicuci dan direbus terlebih dahulu. Daging dan jeroannya dikeluarkan dari cangkang, ditiriskan lalu dicincang.



2.



Keong tanpa cangkang yang sudah dicincang selanjutnya direndam dalam larutan garam 3,5% selama 30 menit. Lalu dicuci hingga bersih dan ditiriskan. Kemudian ditimbang seberat 150 gram.



3.



Sampel dimasukkan ke dalam toples kaca kemudian ditambahkan bahan kimia dan kultur BAL sebanyak 15% sesuai masing-masing perlakuan.



4.



Sampel diaduk hingga merata, kemudian difermentasi selama 7 hari.



5.



Silase keong mas yang dihasilkan kemudian dilakukan analisis kimia dan mikrobiologi.



IV PENUTUP



4.1 1.



Kesimpulan Pembuatan tepung daging dan cangkang keong mas dilakukan dengan pengolahan secara fisik. Pengolahan ini bertujuan untuk menghilangkan lendir, bau tidak sedap, membersihkan semua kotoran, dan agar lebih tahan lama. Tepung daging dan cangkang keong mas dapat digunakan sebagai campuran dalam pakan ternak dan merupakan sumber protein dan mineral alternatif.



2.



Pengolahan silase keong mas secara kimiawi merupakan proses pengawetan dalam kondisi asam pada tempat atau wadah dengan cara menambahkan asam mineral, asam organik atau campurannya.



3.



Pengolahan silase keong mas secara biologis dilakukan dengan mempergunakan kemampuan bakteri asam laktat (BAL) serta dengan penambahan sumber karbohidrat yang menyebabkan jalannya proses fermentasi.



4.2



Saran Penggunaan keong mas sebagai bahan pakan alternatif sumber protein dan



mineral belum diterapkan secara luas, sehingga perlu adanya upaya sosialisasi dari pihak-pihak terkait untuk memperluas informasi tentang potensi keong mas sebagai bahan pakan alternatif yang unggul.



DAFTAR PUSTAKA



Abun., R, Denny dan S, Deny. 2004. Pengaruh Cara Pengolahan Limbah Ikan Tuna Thunnus Atlanticus Terhadap Kandungan Gizi Dan Nilai Energi Metabolis Pada Ayam Pedaging. Penelitian. Fakultas Peternakan. Universitas Padjadjaran. Sumedang. Baliptan. 2012. Teknologi Pembuatan Silase Komplit. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Kalimantan Tengah. Budiyono S. 2006. Teknik mengendalikan keong mas pada tanaman padi. Jurnal IlmuIlmu Pertanian. Direktorat Pakan. 2016. Silase Jerami Jagung. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta. Direktorat Pakan Ternak. 2011. Pedoman Umum Pengembangan Lumbung Pakan Ruminansia. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta. Djazuly, N., Sunaryo dan D. Budiyanto. 1998. Teknologi mutu dan aplikasi tepung silase ikan. Direktorat Jenderal Perikanan. Jakarta. Fardiaz S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Pusat Antar Universitas. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hasan, B. 2003. Fermentation of fish silage using Lactobacillus pentous. Jurnal Natur Indonesia 6(1): 11–14 (2003). ISSN 1410-9379. Hermana, W., W.G. Piliang, L.A., Sofyan 2006. Pengaruh penggunaan tepung silase dalam ransum terhadap penampilan ayam pedanging strain aksas. Med Pet 24: 26-29. Kurniawati, N. 2016. Potensi dan Pemanfaatan Keong Mas sebagai Bahan Pakan Ternak. Balai Besar Penelitian Padi. Subang. Kompiang, I.P. dan S. Ilyas. 1983. Silase Ikan : Pengolahan, Penggunaan, dan Prospeknya di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian. Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor. Liptan. 2001. Pertanian Organik. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Pekanbaru. Mairizal, 2010. Pengaruh Penggantian Tepung Ikan dengan Tepung Silase Limbah Udang dalam Ransum Ayam Pedaging terhadap Retensi Bahan Kering dan Protein Kasar. Jurnal Peternakan Vol 7 No 1.



Manab, Abdul, 2009, Pengaruh Edibel Film Protein Whey Mengandung Asam Benzoat Dan Propionat Terhadap Total Plate Count, Coliform Dan Escherichia Coli Keju Gouda. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Vol. 4, No. 2. McDonald, P., R. A. Edwards, J. F. D. Greenhalgh. 1978. Animal Nutrition 4rd edition. New York : John Wiley & Sons inc Misgiyarta dan Widowati. (2002). Seleksi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat. Indigenus. Di dalam : Prosiding Seminar Hasil Penelitian Rintisan Nurmalasari, D.M. 2007. Pemanfaatan Silase Ikan Sebagai Pakan Terhadap Produksi Kista Artemia Franciscana Pada Berbagai Padat Penebaran. Skripsi. FMIPA. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Pitojo, S. 1996. Petunjuk Pengendalian dan Pemantauan Keong Mas. Trubus Agriwidya. Jakarta. Pramudyati YS. 2009. Petunjuk Teknis Beternak Ayam Buras. Sumatra Selatan: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Reksohardiprodjo S.1998. Pakan ternak gembala, BPFE-Yogyakarta. Ridla, M. 2003. Pengetahuan Bahan Makanan Ternak. Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB. Bogor. Suharto. 1997. Teknik Pembuatan Silase Ikan. Lokakarya Fungsional Non Peneliti. Balai Penelitian Ternak. Bogor. Sukarsa, D. R. Nitibaskara dan R. Suwandi. 1985. Pengolahan Silase Ikan dengan Proses Biologis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.