Makalah Tema Trilogi (KETAMANSISWAAN) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KETAMANSISWAAN II “ING NGARSA SUNG TULADHA” GURU CERMINAN MURID Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Katamansiswaan II Dosen Pengampu : Dra. Trisharsiwi, M.Pd.



Disusun Oleh : 1. 2. 3. 4.



Faris Isnan Yekti Endah Pratiwi Yusuf Novi Ashari Ikarihayati



(2014015182) (2014015191) (2014015207) (2014015224)



Kelas : 2E PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERRSITAS SARJANA WIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA 2014/2015



PENDAHULUAN



“HYMNE GURU” Pengarang : Sartono



Terpujilah Wahai Engkau Ibu Bapak Guru Namamu akan selalu hidup Dalam sanubariku...



Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku Sebagai prasasti trimakasihku Tuk pengabdianmu...



Engkau sebagai pelita dalam kegelapan Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan Engkau patriot pahlawan bangsa Tanpa tanda jasa...



2



BAB 1 TEORI A. Ing Ngarsa Sung Tuladha Ing ngarsa sung tuladha, berarti seorang guru harus mampu menjadi contoh bagi siswanya,baik sikap maupun pola pikirnya. Anak akan melakukan apa yang dicontohkan oleh gurunya, bila guru memberikan teladan yang baik maka anak akan baik pula perilakunya.Dalam hal ini,guru harus selalu memberikan pengarahan dan mau menjelaskan supaya siswa menjadi paham dengan apa yang dimaksudkan oleh guru. Jadi Ing ngarso sung tulodo dalam konteks pendidikan dan khususnya yaitu seorang guru haruslah memberikan suri tauladan yang baik bagi orang yang dipimpinnya. Selalu bertindak dan bertutur kata yang bisa memberikan contoh yang baik yang bisa merangsang para orang yang dipimpinnya untuk bersikap seperti pemimpinnya. Pemimpin harus selesai dengan dirinya sendiri yang kemudian ini terefleksikan dalam keteladanan terhadap orang-orang disekitarnya. Inilah prinsip pertama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Keteladanan menjadi sebuah hal yang penting karena akan berpengaruh pada tingkat kepercayaan orang-orang yang dipimpinnya terhadap dirinya. Ibarat magnet ia harus mampu menarik partikel-partikel disekitarnya untuk bisa diajak bersinergi mencapai sebuah visi. B. Teori Trilogi Kepemimpinan Pemimpin dan Kepemimpinan merupakan suatu kesatuan kata yang tidak dapat dipisahkan secara struktural maupun fungsional.Untuk masalah kepemimpinan, jauh-jauh hari Ki Hajar Dewantara sudah memeras otaknya untuk berfikir, bagaimanakah caranya agar tercipta seorang pemimpin yang baik dan benar berdasarkan pengalaman hidup yang telah beliau rasakan selama masa penjajahan Hindia belanda.



1



Dan dari hasil pemikirannya itu Ki Hajar Dewantara telah menciptakan Trilogi Kepemimpinan. Apabila ingin tercipta suatu pemimpin yang baik dan benar serta memiliki tanggung jawab yang besar terutama terhadap dirinya sendiri, lebih-lebih lagi terhadap bangsa dan negara, maka seorang pemimpin harus berprilaku : a. Ing Ngarso Sung Tulodo ( di depan menjadi suri teladan yang baik dan benar ) b. Ing Madyo Mangun Karso ( di tengah dapat membangkitkan semangat orang banyak ) c.Tutwuri Handayani ( di belakang dapat mengawasi, mengoreksi sekaligus mengarahkan orang banyak sehingga mereka itu bisa menjadi suatu masyarakat yang mandiri, tidak bergantung kepada orang lain ) . Kepemimpinan yang demikian ini sifatnya demokratis dan merupakan wujud dari sikap dan prilaku among. a. Arti Tutwuri Handayani Tutwuri ialah mengikuti di belakang ; tut (=ikut, mengikuti ; wuri (=belakang). Tutwuri maksudnya adalah mengikuti perkembangan si anak didik dengan berdasarkan cinta kasih tanpa pamrih, tanpa keinginan memaksa dan menguasai. Handayani adalah memberi kekuatan, daya memberi pengaruh dalam arti memberi rangsangan, membimbing, mengarahkan agar si anak didik mengembangkan pribadi masing-masing melalui disiplin pribadi dengan pengaruh wibawanya kalau perlu dengan keras. Secara singkat arti tutwuri handayani adalah mengikuti dari belakang tetapi tidak melepaskan anak didik kita dari pengawasan. Para pendidik (pamong) mengikuti di belakang dengan memberi kebebasan kepada para anak didik untuk bebas, kreatif berlatih menemukan sendiri, namun para pendidik tersebut juga mempunyai kewajiban untuk memberi pengaruh, petunjuk bimbingan, dan pengarahan bila diperlukan.



2



b. Ing Madya Mangun Karsa Ing madya (=ditengah), maknanya dalam interaksi atau pergaulan hidup sehari-hari. Mangun (=membentuk,membangun) Karsa (= kehendak, berniat) Mangun karsa (membangun kehendak/kemauan), maknanya adalah merangsang, membangun semangat untuk daya aktifitas-kreatifitas pribadi para siswa agar terus menjadi maju. Ing madya mangun karsa yang dimaksudkan adalah pendidik maupun pemimpin itu apabila berada ditengah-tengah bersama anak-anak wajib membangun semangat kepada anak didik agar mereka berkreatif, terus mengadakan aktifitas sesuai dengan tugas dan kewajibannya, untuk mencapai tujuan. c. Ing Ngarsa sung tuladha Ing (di), ngarsa (=depan), sung (=memberi, menjadi), tuladha (=tauladan,contoh). Ing ngarsa (=di depan) sung tuadha (=setiap saat, setiap kesempatan menjadi contoh atau suri tauladan) Arti ing ngarsa sung tuladha adalah apabila di depan, setiap saat menjadi contoh atau tauladan. Jadi, pendidik maupun pemimpin itu apabila di depan setiap waktu wajib menjadi tauladan kemajuan hidupnya.Dalam pelaksanaan pendidikan keteladanan pada pamong (guru) sangat penting. Dalam sistem pendidikan



di



Tamansiswa



yang



menggunakan



sistem



among/metode among maka para pendidik mempunyai kewajiban bersikap laku among, yaitu : a. memperlakukan anak didik sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaannya, b. menempatkan anak didik sebagai subyek dan obyek sekaligus dalam proses pendidikan, c. memperhatikan sifat kodrati anak didik sesuai dengan tahap perkembangan jiwa dan raganya, d. bersikap tutwuri handayani, e. tugas mendidik dilaksanakan dengan penuh pengabdian.



3



C. Makna Pamong Pengertian pamong dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pendidik atau guru. Hakekat Pamong dapat dituangkan dalam butir-butir berikut : 1. Guru pengajar yang mendidik; 2. Pendidik yang membentuk dan membina cipta-rasa-karsa anak didik senafas seirama dengan kodrat bakat, pembawaan anak tersebut; 3. Pembina jiwa merdeka melalui contoh-teladan konkrit dari kepribadiannya sendiri. Berhubungan dengan makna pamong diatas, dapat diketahui juga makna etimologis guru sebagai pelita dalam kegelapan. Guru pertama-tama harus membebaskan diri dari kungkungan kegelapan sebab itulah makna etimologis kata guru (dari bahasa Sansekerta). Gu artinya kegelapan, Ru artinya membebaskan dari atau menyingkirkan. Maka, makna asal kata guru sesungguhnya adalah penghalau atau pengusir kegelapan, agar ia melihat semuanya dengan cahaya dan terang. Kita sering mendengar metafora guru sebagai pelita dalam kegelapan sebab itulah sesungguhnya esensi kata guru. Untuk itu, guru mesti mulai mengarahkan pandangannya pada dunia dan masyarakat dengan terang pengetahuan agar mereka dapat mengenali identitas dirinya dalam sebuah dunia yang berubah cepat. Ia juga mesti tanggap dan memiliki kemampuan pembaruan diri terus menerus. Dengan cara itu guru dapat keluar dari tempurung dan memandang cahaya pengharapan baru. D. Ajaran Hidup Tamansiswa Khususnya Dasar Pendidikannya Dasar pendidikan Tamansiswa bersumber dan berakar pada Ajaran Hidup Tamansiswa. Ajaran yang pada hakekatnya dapat dikembalikan kepada Ajaran Hidup Ki Hadjar Dewantara ini diantaranya dapat dirangkum sebagai berikut :  Mendidik pada dasarnya adalah membimbing/membina anak didik dalam hiduptumbuh dan perkembangan jiwa-raganya. Sedangkan tujuannya ialah agar dalam rangkuman garis kodrat pribadi serta pengaruh alam dan zaman, si anak dapat menjadi manusia merdeka, mencapai keselamatan lahir dan kebahagiaan batin bermuara ke dalam adab kemanusiaan. E. Makna Sistem Among



4



Historis kehadiran Sistem Among hanya terkait dalam pelaksanaan pendidikan. Dalam dunia pendidikan ini sistem Among merupakan suatu sistem yang berjiwa kekeluargaan dan berpendidikan dua dasar : 1. Kodrat alam dan 2. Kemerdekaan. Tetapi jika ditelaah lebih jauh, maka hakekat sistem Among bukan saja tepat untuk penyelenggaraan pendidikan, melainkan merupakan suatu sistem sosial, yang dapat terjadi dimana saja, asal terjadi hubungan antar manusia. Dalam hubungannya antara manusia dengan manusia, maka penetrapan sistem Among mengharuskan penempatan manusia sebagai subyek dan obyek antar sesamanya. Artinya seseorang menjadi subyek dan obyek sekaligus terhadap manusia lainnya. Dalam hubungan ini diwajibkan untuk saling memanusiakan manusia, menjujung tinggi martabat kemanusiaan, saling harga-menghargai, saling hormat-menghormati sesamanya. Dengan menempatkan alam sebagai kawan hubungan, maka hubungan manusia dengan alam berdasarkan sistem Among mewajibkan manusia untuk melakukan penyesuaian dan mengusahakan kelestarian lingkungan hidupnya. Dalam kedudukan dan hubungan yang demikian inilah maka seluruh potensi alam akan berguna dan dapat dimanfaatkan oleh dan untuk semua manusia. Dalam hubungannya dengan Tuhan, maka manusia sadar akan kedudukannya sebagai hamba dan makhlukNya, dan karenanya lahirlah sifat manembah dan pengabdian. Jika hubungan antara manusia dengan manusia diartikan juga hubungan antara manusia dengan masyarakat, maka situasinya akan sangat ditentukan oleh bagaimana kedudukan manusia itu terhadap masyarakat : maka akan lahirlah berbagai sistem sosial tertentu. Menempatkan manusia sebagai subyek, dimana manusia akan secara leluasa menggunakan hak asasinya, maka akan terciptalah sistem liberalisme. Kalau manusia berkedudukan sebagai obyek, sedang masyarakatlah maka lahirlah sistem otoriter. Sistem Among yang menolak kedua-duanya dan menempatkan manusia sebagai subyek dan obyek sekaligus, maka akan lahirlah suatu sistem demokratis, karena mengutamakan keseimbangan antara perwujudan hak asasi dan kewajiban asasi. Demikianlah kiranya wujud demokrasi kekeluargaan atau demokrasi yang mengakui kebijaksanaan kepemimpinan. 5



Pendidikan Tamansiswa dilaksanakan menurut “Sistem Among”, ialah suatu sistem yang berjiwa kekeluargaan dan bersedikan dua dasar : (1). Kodrat alam, sebagai syarat mencapai kemajuan dengan secepat-cepatnya dansebaikbaiknya ; (2). Kemerdekaan, sebagai syarat untuk menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir-batin anak, agar dapat memiliki pribadi yang kuat dan dapat berfikir serta bertindak merdeka ; Sistem tersebut menurut cara berlakunya disebut “Tut Wuri Handayani” (mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh) ; Memberi kebebasan kepada anak-didik untuk bertumbuh menurut kodratnya, sedang guru baru bertindak hanya bila diperlukan. Menurut sistem tersebut, setiap pamong sebagai pemimpin dalam proses pendidikan melaksanakan : -



Tut wuri handayani ; Ing madya mangun karsa ; (berada di tengah membangun semangat) Ing ngarsa sung tuladha ; (berada di depan menjadi teladan )



1. Sistem Among Kata among mempunyai makna membantu, menciptakan iklim yang konduksif, memelihara suasana disertai rasa tanggungjawab kerelaan berkorban, penuh pengabdian yang dilandasi rasa kasih sayang dan kemanusiaan. Menurut Tamansiswa sebagai pengemban dan pengembang ajaran Ki Hadjar Dewantara, yang dimaksud “Sistem Among” dalam pendidikan adalah suatu sistem pendidikan yang berjiwa kekeluargaan dan bersendi dua dasar yaitu Kodrat alam dan Kemerdekaan. Kemerdekaan sebagai syarat untuk menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir-batin anak, agar dapat berpikir serta bertindak merdeka. 2. Sistem Among/Metode Among Sistem Among yaitu cara pendidikan yang dipakai dalam sistem Tamansiswa dengan maksud mewajibkan pada setiap pamong (guru) agar supaya mengingati dan mementingkan kodrat irodatnya anak-anak, dengan tidak melupakan segala keadaan yang mengelilinginya. Karena itu alat “perintah, paksaan dengan hukuman yang biasa terpakai dalam pendidikan jaman dahulu perlu diganti dengan aturan dan memberi tuntunan, bimbingan dan menyokong, memberi motivasi kepada anak-anak 6



didalam mereka bertumbub dan berkembang karena kodrat-irodatnya sendiri, melenyapkan segala yang merintangi pertumbuhan dan perkembangan sendiri. Anak-anak didekatkan kepada alam dan masyarakatnya. Apabila dalam keadaan terpaksa, perintah dan paksaan dilakukan hanya apabila anak-anak tidak dapat dengan kekuatan sendiri menghindarkan mara bahaya yang akan menimpanya. Sedangkan hukuman itu dilakukan adalah hukuman yang bersifat mendidik, bukan siksaan dari orang lain, hukuman yang setimpal. Hukuman itu sifatnya kejadian yang sifatnya kejadian yang sebetulnya memang harus dialami, sebagai buat atau akibat kesalahannya. Hukuman tersebut semata-mata merupakan penebus kesalahan. Sistem among menurut cara berlakunya juga disebut sistem “Tutwuri handayani”.



BAB II REALITA A. 5 TELADAN, GURU INSPIRATIF EEN SUKAESIH



7



Sukaesih lahir di Sumedang pada 10 Agustus 1963 silam. Wanita paruh baya ini



sempat



mengenyam



pendidikan



di



IKIP



Bandung



yang



kini



bernama



UPI



Bandung. Namun setelah penyakit Rheumatoid arthritis menyerang tubuhnya, praktis selama 27 tahun terakhir Een Sukaesih harus menjalani hari-harinya di atas tempat tidurnya. Impian menjadi seorang guru di sekolah pun pupus. Namun ia tidak patah semangat, di atas tempat tidur dia tetap menjagar. Meski hidup di



tengah kesederhanaan dan



keterbatasan fisik, Een tetap berjuang mewujudkan pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik. Dimulai dengan mengajar anak-anak di lingkungan sekitarnya di Dusun Batu Karut, RT 01 RW 05 Cibereum Wetan, Cimalaka, Sumedang, Jawa Barat. Pada usia 51 tahun, Een menghembuskan nafas terakhir pada Jumat 12 Desember 2014. Presiden SBY pun menyampaikan dukacita melalui Twitter. Meski telah tiada, namun kisah hidupnya penuh inspirasi dan teladan.



1. Pelopor Rumah Pintar Al- Barokah Pelopor Rumah Pintar Al- Barokah Uwa Een, begitu sapaan akrabnya, akhirnya mendirikan tempat pendidikan bernama Rumah Pintar pada Juli 2013. Rumah Pintar ini menjadi sarana kegiatan belajar- mengajar untuk anak-anak dari mana saja yang ingin belajar. Semangat mengajar menjadikan banyak orang mengulurkan tangan untuk membantu keinginan Een membangun tempat pendidikan di rumahnya.Een berkeinginan, 8



di Rumah Pintar itu ada ruang perpustakaan, ruang belajar, dan ruang pentas seni. Jadi bisa berfungsi bagi semua komponen masyarakat. Rumah Pintar itu pun diberikan secara cuma-cuma alias gratis bagi semua komponen masyarakat. "Jadi serba guna, bisa berfungsi untuk semua kalangan. Bisa untuk para siswa, masyarakat, karang taruna, dan ibu-ibu PKK," ujar Bu Een. 2. Sabar, Tegar dan Optimis Sabar, Tegar dan OptimisMendidik anak didik terkadang butuh kesabaran dan keuletan. Tak jarang para pendidik melakukan kekerasan fisik jika tidak memiliki kesabaran. Namun Een melakukan itu dengan penuh kesabaran dan keuletan, meski penyakit yang diderita terus menggerogoti tubuhnya. Ia tetap sabar mengajar anak-anak didiknya sambil berbaring di tempat tidurnya yang hanya berukuran sekitar 1x2 meter.Een bahkan pernah memberikan petuah kepada para pendidik di Tanah Air, bahwa kunci keberhasilan pendidikan adalah kasih sayang dan penuh keyakinan. "Saat mendapati masalah yakinlah, sebenarnya tengah dipersiapkan-Nya tuk menjadi sosok yang tegar dan berani," demikian petuah Een semasa hidupnya. 3. Inovatif dan Penuh Semangat Inovatif dan Penuh SemangatMeski di tengah keterbatasan fisik dan ekonomi, namun Een terus optimis dapat mencapai apa yang dicita-citakan. Bahkan ia termasuk sosok yang inovatif. Hal ini terbukti dengan penghargaan yang diraihnya. Een telah menerima penghargaan Special Achievement Liputan6 Award untuk kategori Inovasi, Kemanusiaan, Pendidikan, Pemberdayaan Masyarakat dan Lingkungan dari SCTV Award 2013. Dengan penghargaan itu, Een yang biasa dipanggil Uwa ini ingin membuktikan bahwa keterbatasannya tidak menjadi halangan buat dirinya untuk terus mengabdikan hidupnya dalam dunia pendidikan. Meskipun penyakit Rheumatoid arthritis menyerang tubuhnya. Lumpuh dari ujung kaki ke leher. 4. Sang Guru Qalbu Sang Guru Qalbu Een memang telah menginspirasi. Selama 30 tahun Een lumpuh total karena radang sendi parah. Hanya mata dan mulutnya yang bisa bergerak, tapi bukan 9



patah semangat. Een yang lulus jurusan bimbingan dan konseling IKIP Bandung, membaktikan diri mengajar anak-anak di sekitarnya. Banyak di antara anak didik Een tumbuh jadi siswa-siswi berprestasi. Selain dikenal sebagai guru pendidikan umum, Een juga dikenal sangat religius. Hampir setiap saat Een selalu berdoa dan berzikir di atas perbaringannya. Jari- jarinya terus menggenggam tasbih.Di sela-sela aktivitas mengajar pendidikan umum, Een juga mengajarkan tentang kehidupan spiritualnya. Tak heran jika semasa hidupnya, pernah ada peluncuran buku berjudul "Een Sukaesih Sang Guru Qolbu." Buku ini diharap bisa jadi inspirasi bagi siapa saja. Een tidak pernah membayangkan akan pernah ada sebuah buku yang menggambarkan perjalanan hidupnya. 5. Menangisi Murid-muridnya Menangisi



Murid-



muridnyaDengan



keterbatasan



fisiknya,



Een



selalu



mengkhawatirkan puluhan murid-muridnya bila aja sudah menjemputnya. Ia khawatir murid-muridnya tidak ada lagi yang mendidik jika ajal telah menjemputnya. "Saya khawatir jika nanti saya sudah tidak ada. Apakah akan ada tempat untuk mereka (muridmuridnya) bertanya lagi?" ungkap Een, Rabu 19 Juni 2013.Een mengaku jumlah relawan yang ada saat ini memang banyak di Rumah Pintar. Namun, itu tidak dapat menjamin masa depan anak-anaknya secara langsung. "Relawan memang banyak, tapi kan mereka juga terkait dengan kebutuhan hidup masing- masing," imbuh dia. Karena itu, Een menginginkan lebih banyak lagi masyarakat Indonesia yang menjadi relawan pendidikan untuk bangsanya sendiri. B. REALITA DI KESEHARIAN LINGKUP SEKOLAH



1) Berangkat Lebih Awal (Sikap Disiplin)



Memperlihatkan perilaku disiplin yang baik pada siswa. Disamping tugas guru “mendidik dan mengajar” guru juga berperan sebagai model atau contoh bagi siswanya. Setiap siswa mengharapkan guru mereka menjadi contoh atau model baginya.



10



Bagi seorang guru, kepribadian memegang peran sangat penting, karena siswa tidak hanya belajar dari apa yang dikatakan guru mereka juga belajar dari totalitas kepribadian gurunya. Begitu pula pada saat guru menciptakan proses pembelajaran yang efektif didalam kelas. Apabila kepribadian para guru baik dan dapat diteladani, siswa akan memetik pelajaran dari kepribadian gurunya. Pembelajaran demikian diharapkan akan efektif. Sebaliknya, jika kepribadian gurunya buruk, siswa akan terpengaruh oleh kerusakan pribadi gurunya, proses pembelajaran pun akan cenderung buruk. Tepatlah peribahasa yang mengatakan,”guru kencing berdiri, murid kuncing berlari”. Peribahasa ini menggambarkan betapa pribasi seorang guru sangat beasr pengaruhnya terhadap para siswa. Oleh karena itu, tingkah laku, tutur kata guru haruslah sesuai dengan normanorma yang berlaku sehingga dapat dijadikan teladan bagi siswa, masyarakat, bangsa dan Negara. Jiwa anak memiliki sifat mudah terpengaruh. Oleh sebab itu melalui teladan dan sebagai contoh perbuatan ini akan melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya mengintimasi atau mencontoh seorang dalam hal ini pendidik. Contohnya kalau gurunya rapi berseragam anak didikpun akan demikian pula, kalau gurunya selalu tepat waktu tiba di sekolah maka anak didikpun akan tepat waktu pula tiba disekolah. Contoh lain seperti suka memberi salam dan menjabat tangan ketika bertemu guru karena guru memberikan sikap tersebut setiap hari baik itu kepada sesama guru maupun kepada anak didiknya. Kepatuhan anak didik terhadap tata tertib atau norma kedisiplin akan timbul secara suka rela. Dalam hal ini penulis menanyakan kepada bapak U. Orlilip dan Beliau Mengatakan bahwa: Berperan sebagai guru memerlukan kepribadian yang unik. Disatu pihak guru harus ramah, sabar, menunjukkan pengertian, memberikan kepercayaan dan menciptakan suasana aman. Akan tetapi, dilain pihak, guru harus memberikan tugas, mendorong siswa untuk mencapai tujuan, mengadakan koreksi, menegur, dan menilai.



11



2) Bersalaman Dan Mengucapkan Salam. Ucapan salam siswa pada guru dan sebaliknya merupakan unngkapan restu guru pada siswanya dan permohonan restu siswa kepada gurunya. Menebar salam dikalangan siswa akan mempererat hubungan batin antara siswa dan gurunya. Dengan bersalaman dan mengucapkan salam ini guru dapat mengenal siswa lebih dekat, siswa merasa dekat dengan gurunya, dan siswa termotinasi untuk meraih kesuksesan dalam belajar. Bagi siswa salam dan bersalaman supaya diniatkan untuk meminta do’a restu dari guru dan salam dan bersalaman bagi guru, hendaknya diniatkan untuk memberikan do’a restu kepada siswa-siswinya dalam menuntul ilmu pengetahuan.



12



BAB III KESIMPULAN



13



Dan dari hasil pemikirannya itu Ki Hajar Dewantara telah menciptakan Trilogi Kepemimpinan. Apabila ingin tercipta suatu pemimpin yang baik dan benar serta memiliki tanggung jawab yang besar terutama terhadap dirinya sendiri, lebih-lebih lagi terhadap bangsa dan negara, maka seorang pemimpin harus berprilaku “Ing Ngarso Sung Tulodo ( di depan menjadi suri teladan yang baik dan benar )” Jadi dalam judul “Guru Cermin Murid” merupakan implementasi asas dari pemikiran Ki Hajar Dewantara yaitu Ing ngarso sung tulodo. Ing ngarso sung tulodo dalam konteks pendidikan dan khususnya yaitu seorang guru haruslah memberikan suri tauladan yang baik bagi orang yang dipimpinnya. Kemudian realita yang ada saat ini dari tema trilogi kepemimpinan khususnya Ing Ngarsa Sung Tuladha seperti kalau gurunya rapi berseragam anak didikpun akan demikian pula, kalau gurunya selalu tepat waktu tiba di sekolah maka anak didikpun akan tepat waktu pula tiba disekolah. Contoh lain seperti suka memberi salam dan menjabat tangan ketika bertemu guru karena guru memberikan sikap tersebut setiap hari baik itu kepada sesama guru maupun kepada anak didiknya. Kepatuhan anak didik terhadap tata tertib atau norma kedisiplin akan timbul secara suka rela. Lalu hubungan dari lagu hymne guru adalah dalam kata “Engkau sebagai pelita dalam kegelapan” yaitu guru pertama-tama harus membebaskan diri dari kungkungan kegelapan sebab itulah makna etimologis kata guru (dari bahasa Sansekerta). Gu artinya kegelapan, Ru artinya membebaskan dari atau menyingkirkan. Maka, makna asal kata guru sesungguhnya adalah penghalau atau pengusir kegelapan, agar ia melihat semuanya dengan cahaya dan terang.



DAFTAR PUSTAKA



14



 Giyarno, 1997, Ketamansiswaan 1 Sistem Among Tripusat Pendidikan Perguruan sebagai Pusat Pendidikan, UST:Yogyakarta.  Imam Sudiyat, 1987, Pamong yang Berwatak Satriya Pinandhita dan Pandhita Sinatriya     



dan Belajar Menjadi Siswa Ki Hajar Dewantara, UST:Yogyakarta. Tim Tamansiswa, 1981, TAMANSISWA 30 Tahun, Tamansiswa:Yogyakarta. Tim Dosen Ketamansiswaan, 2014, Materi Kuliah Ketamansiswaan, UST:Yogyakarta. http://pendidikan.kulonprogokab.go.id/files/Ing%20ngarso%20sung%20tulodo-1.pdf http://www.kesekolah.com/tag/guru.html http://www.kesekolah.com/solusi-pendidikan/kepribadian-guru-cermin-di-matamurid.html



15