Makalah Teori Investasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH TEORI EKONOMI MAKRO TEORI INVESTASI



DISUSUN OLEH MUHAMMAD IMRON SYAPUTRA NOVI SUCI RAMADHANI HELDA DESTRI RAMADHANI RINI SUCI SANJAYA YUDA OKTA RAMADHAN IV EA DOSEN PEMBIMBING ARIS TRIYONO, S.E., M.M ABDUL HAIRUDIN, S.E., M.M



SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI-INDRAGIRI (STIE-I) RENGAT 2021 1



KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah, hanya kepada-Nya kita memuji, memohon pertolongan dan meminta ampunan. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan nafsu dan keburukan amal perbuatan kita. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tiada seorang pun yang dapat menyesatkannnya. Sebaliknya, barang siapa yang disesatkan-Nya, maka tiada seorang pun yang dapat memberinya petunjuk. Kami hanya dapat berdoa, kiranya apa yang saya tulis disini bermanfaat bagi kita semua. Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Kami sadar bahwa apa yang kami tulis masih sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritikan dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca sangat saya harapkan. Akhir kata, mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan dalam makalah ini. Dan hanya kepada Allah swt kita berlindung dan memohon ampun.



Penulis



i 2



DAFTAR ISI



Kata pengantar……………………………………………………………………………



i



Daftar isi………………………………………………………………………………….



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………….



1



1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………



2



1.3 Tujuan………………………………………………………………………………..



2



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Investasi……………………………………………………………………



3



2.2 Jenis Investasi……………………………………………………………………….



10



2.3 Jenis-jenis Pengeluaran Investasi……………………………………………………



10



2.4 Kriteria Investasi…………………………………………………………………….



15



2.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Laju Investasi………………………………….



17



2.6 Sumber Dana Investasi………………………………………………………………



18



2.7 Resiko Investasi……………………………………………………………………..



22



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………..



24



ii



3



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Para pemula dalam ilmu makroekonomi kadang-kadang dibingungkan oleh bagaimana para ahli makroekonomi menggunakan kata-kata biasa dengan cara baru dan spesifik. Contohnya adalah istilah “investasi”. Kebingungan muncul karena apa yang tampak seperti investasi untuk seorang individu bukanlah investasi bagi perekonomian secara keseluruhan. Kaidah umumnya adalah investasi perekonomian tidak mencakup pembelian yang hanya merealokasi aset-aset yang ada di antara individu-individu yang berbeda. Investasi, dalam pandangan para ahli makroekonomi, menciptakan modal baru. Investasi adalah kata kunci penentu laju pertumbuhan ekonomi, karena investasi dapat mendorong kenaikan output secara signifikan, selain itu juga secara otomatis akan meningkatkan permintaan input, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan masyarakat sebagai konsekuensi dari meningkatnya pendapatan yang diterima masyarakat (Makmum & Yasin, 2003 : 63). Menurut Rostow (dalam Todaro, 2000) menjelaskan bahwa setiap upaya untuk “tinggal landas” dalam konsep pembangunan nasional suatu negara, mengharuskan adanya mobilisasi tabungan dalam dan luar negeri dengan maksud untuk menciptakan investasi yang cukup, untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai konsekuensi dari meningkatnya pendapatan yang diterima masyarakat. Investasi adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian yang berhubungan dengan keuangan dan ekonomi. Istilah tersebut berkaitan dengan akumulasi suatu bentuk aktiva dengan suatu harapan mendapatkan keuntungan dimasa depan. Terkadang, investasi disebut juga sebagai penanaman modal. Saat ini banyak negara-negara yang melakukan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan investasi baik domestik ataupun modal asing. Hal ini dilakukan oleh pemerintah sebab kegiatan investasi akan mendorong pula kegiatan ekonomi suatu negara, penyerapan tenaga kerja, peningkatan output yang dihasilkan, penghematan devisa atau bahkan penambahan devisa. Melihat realita yang ada, investasi merupakan faktor dominan dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Hal tersebut dapat dilihat dari statistik yang menunjukkan bahwa 1



semakin tinggi nilai investasi suatu negara maka semakin tinggi pula pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Uraian di atas menunjukkan bahwa perlunya peningkatan nilai investasi bagi setiap negara khususnya negara berkembang seperti Indonesia. Pentingnya investasi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi akan menjadikan pemerintah dari setiap negara berlomba-lomba untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif dalam negaranya. Hal tersebut dilakukan dengan berbagai upaya antara lain seperti : memulihkan situasi politik, keamanan dan ketertiban, memberikan insentif kepada para investor, memberikan kemudahan dalam birokrasi, menjamin kepastian hukum, serta menjalin hubungan diplomasi baik secara bilateral maupun multilateral dengan negara lain. Semua upaya tersebut berorientasi pada peningkatan nilai investasi yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi sehingga cita-cita negara untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya dapat tercapai.



1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat ditarik rumusan masalahnya sebagai berikut : 1. Apa yang dimaksud dengan investasi? 2. Apa saja jenis-jenis investasi? 3. apa saja jenis-jenis pengeluaran investasi? 4. apa saja kriteria investasi? 5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi laju investasi? 6. Darimana saja sumber-sumber dana investasi? 7. Apa saja resiko dari investasi? 1.3 Tujuan Tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui definisi investasi, jenis-jenis pengeluaran investasi, kriteria investasi, faktor-faktor yang mempengaruhi laju investasi serta mengetahui sumber-sumber dana investasi, dan resiko dari investasi.



2



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Definisi Investasi Pengertian investasi menurut Sadono Sukirno: Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. (Sadono Sukirno, 1997: 107). Investasi merupakan kegiatan dalam menanamkan modal dana dalam suatu bidang tertentu. Investasi dapat dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya yaitu investasi dalam bentuk saham. Investor dapat menanamkan kelebihan dananya dalam bentuk saham di pasar bursa. Tujuan utama investor dalam menanamkan dananya ke bursa efek yaitu untuk mencari pendapatan atau tingkat pengembalian investasi (return) baik berupa pendapatan dividen maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain). Taswan dan Soliha (2002:168) mendefinisikan investasi dapat dilakukan oleh individu maupun badan usaha (termasuk lembaga perbankan) yang memiliki kelebihan dana. Investasi dapat dilakukan baik di pasar uang maupun di pasar modal ataupun ditempatkan sebagai kredit pada masyarakat yang membutuhkan. Sedangkan definisi investasi menurut Sunariyah (2003:4) Investasi adalah suatu penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang”. Dari definisi di atas dapat di simpulkan bahwa investasi merupakan suatu komitmen atas sejumlah dana dan penundaan konsumsi selama periode waktu tertentu untuk mendapatkan sejumlah keuntungan di masa yang akan datang. Investasi adalah pengeluaran atau perbelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian.



3



Investasi merupakan pengeluaran perusahaan untuk membeli/memperoleh faktorfaktor produksi yang akan digunakanoleh perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa/ pengeluaran untuk membeli faktor produksi untuk membangun usaha dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Jogiyanto (2008) mengartikan investasi sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu. Sedangkan menurut Tandellin (2001) investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber dana yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan dating. Tujuan seseorang berinvestasi yaitu untuk meningkatkan nilai utility total dari suatu produk. Pengertian investasi menurut Husnan (1996: 5) menyatakan bahwa: “Proyek investasi merupakan suatu rencana untuk menginvestasikan sumber-sumber daya, baik proyek raksasa ataupun proyek kecil untuk memperoleh manfaat pada masa yang akan datang.” Pada umumnya manfaat ini dalam bentuk nilai uang. Sedang modal, bisa saja berbentuk bukan uang, misalnya tanah, mesin, bangunan dan lain-lain. Pengertian investasi menurut Kasmir dan Jakfar (2012), investasi dapat diartikan sebagai penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha. Penanaman modal yang ditanamkan dalam arti sempit berupa proyek tertentu baik bersifat fisik atau pun non fisik, seperti proyek pendirian pabrik, jalan, jembatan, pembangunan gedung dan proyek penelitian, dan pengembangan. Pengertian investasi menurut Downes dan Goodman, investasi adalah investasi keuangan dimana seorang investor menanamkan uangnya dalam bentuk usaha dalam waktu tertentu dari setiap orang yang ingin memperoleh laba dari keberhasilan pekerjaannya. Pengertian investasi menurut M. Suparmoko: Investasi adalah pengeluaran yang ditujukan untuk menambah atau mempertahankan persediaan kapital (capital stock). Persediaan kapital ini terdiri dari pabrik-pabrik, mesin-mesin kantor, barang tahan lama lainnya yang dipakai dalam proses produksi. Termasuk dalam persediaan kapital adalah rumah-rumah dan persediaan barang-barang yang belum dijual atau dipakai pada tahun yang bersangkutan (inventory). Jadi investasi adalah pengeluaran yang menambah persediaan kapital. (M. Suparmoko, 1994: 79-80). Pengertian investasi menurut Martono dan D. Agus Marjito (2002: 138) menyatakan bahwa: “Investasi merupakan penanaman dana yang dilakukan oleh suatu 4



perusahaan kedalam suatu asset (aktiva) dengan harapan memperoleh pendapatan dimasa yang akan datang”. Pengertian investasi menurut Deliarnov (1995, 123): Investasi merupakan pengeluaran perusahaan secara keseluruhan yang mencakup pengeluaran untuk membeli bahan baku atau material, mesin-mesin dan peralatan pabrik serta semua modal lain yang diperlukan dalam proses produksi, pengeluaran untuk keperluan bangunan kantor, bangunan tempat tinggal karyawan dan bangunan konstruksi lainnya, juga perubahan nilai stok atau barang cadangan sebagai akibat dari perubahan jumlah dan harga. Pengertian investasi menurut Sutojo (1993), investasi adalah usaha menanamkan faktor-faktor produksi langka dalam proyek tertentu, baik yang bersifat baru sama sekali atau perluasan proyek atau pabrik yang sudah ada untuk memperoleh manfaat keuangan dan-atau non keuangan yang layak dikemudian hari. Pengertian investasi menurut Haming dan Basalamah investasi merupakan pengeluaran pada saat sekarang untuk membeli aktiva riil (tanah, rumah, mobil, dsb) atau aktiva keuangan dengan tujuan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar dimasa yang akan datang, selanjutnya dikatakan investasi adalah aktivitas yang berkaitan dengan usaha penarikan sumber-sumber (dana) yang dipakai untuk mengadakan barang modal pada saat sekarang, dengan barang modal itu akan dihasilkan aliran produk baru di masa yang akan datang. Pengertian investasi menurut Mulyadi (2001: 284) menyatakan bahwa: “Investasi adalah pengaitan sumber-sumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba di masa yang akan dating”. Berdasarkan teori ekonomi, investasi memiliki arti bahwa pembelian (produksi) dari modal barang yang tidak di konsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang (barang produksi). Investasi adalah suatu komponen dari Produk Domestik Bruto atau GDP (Gross Domestic Product), dengan rumus sebagai berikut : GDP = C + I + G + (X-M) Keterangan : I : Investasi



C : Konsumsi



G : Pengeluaran Pemerintah



X : Ekspor



M : Impor



GDP : Produk Domestik Bruto



5



Investasi adalah suatu fungsi pendapatan dan tingkat bunga, sebagai berikut : I = f(Y,i) Keterangan : Y



: Pendapatan



i



: Tingkat Bunga



a. Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor. Karena PDB merupakan salah satu instrumen penting untuk dapat menghitung pendapatan nasional. PDB merupakan nilai dari akhir keseluruhan barang/jasa yang dihasilkan oleh semua unit ekonomi dalam suatu negara, termasuk barang dan jasa yang dihasilkan warga negara lain yang tinggal di negara tersebut. Penghitungan nilai PDB dapat dilakukan atas dua macam dasar harga yaitu : 1. PDB atas dasar harga berlaku, merupakan PDB yang dihitung dengan dasar harga yang berlaku pada tahun tersebut. PDB atas dasar harga berlaku berfungsi untuk melihat dinamika/perkembangan struktur ekonomi yang riil pada tahun tersebut. 2. PDB atas dasar harga konstan, merupakan PDB yang dihitung dengan dasar harga yang berlaku pada tahun tertentu. PDB atas dasar harga konstan berfungsi untuk melihat pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Contohnya jika kita ingin mengetahui berapa persen kenaikan PDB dari tahun 2010, 2011 dan tahun 2012, karena nilai/harga suatu produk tiap tahun berubah-ubah maka kita harus mengubah nilai PDB tahun 2010 dan 2011 dengan dasar harga tahun 2012 sehingga akan terlihat dengan jelas besaran kenaikan dari tiap tahunnya. GDP dapat dihitung dengan 3 cara metode pendekatan, yaitu :



6



-



Metode Pendekatan Pengeluaran Y = C + G + I + (X-M) atau Konsumsi + Pengeluaran Pemerintah + Investasi + (ekspor-impor)



-



Metode Pendekatan Pendapatan Y=r+i+w+p atau sewa + upah + bunga + laba



-



Metode Pendekatan Produksi Y = jumlah P.Q



b. Gross National Product (GNP) atau Produk Nasional Bruto (PNB) Gross National Product (GNP) atau Produk Nasional Bruto (PNB) adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara baik yang tinggal di dalam negeri maupun di luar negeri, tetapi tidak termasuk warga negara asing yang tinggal di negara tersebut, atau dengan kata lain PNB/GNP adalah jumlah Produk Domestik Bruto ditambah dengan pendapatan neto dari luar negeri (penghasilan neto) adalah penghasilan dari warga negara yang bekerja di luar negeri dikurangi penghasilan warga negara lain yang bekerja di dalam negeri. Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut : PNB = PDB + Pendapatan Neto dari luar negeri (Net Factor Income from Abrood) Atau PDB - Pendapatan Neto dari luar negeri (Net Factor Income from Abrood) = PNB Dengan cara lain, persamaan diatas dapat dinyatakan sebagai berikut: 1. Jika Pendapatan Neto dari luar negeri (Net Factor Income from Abrood) < 0, maka PDB > PNB. 2. Jika Pendapatan Neto dari luar negeri (Net Factor Income from Abrood) > 0, maka PDB < PNB



7



Keterangan : PNB = Produk Nasional Bruto/Gross National Product (GNP) PDB = Produk Domestic Bruto/Gross Domestic Product (GDP) Pendapatan Neto = Pendapatan dari warga negara yang tinggal di luar negeri dikurangi pendapatan warga negara asing yang bekerja di dalam negeri.



c. Perbedaan Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) dengan Gross National Product (GNP) atau Produk Nasional Bruto (PNB) Kedua istilah itu merujuk kepada output suatu negara. Perbedaannya adalah kalau GNP (Gross National Produst) mengacu kepada barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara/penduduk suatu negara selama satu tahun, baik yang tinggal di dalam negeri maupun luar negeri, sedangkan GDP (Gross Domestic Product) mengacu kepada barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu wilayah (dalam negeri) negara tertentu baik oleh warga negaranya sendiri ataupun oleh pihak asing. Suatu pertambahan pada pendapatan akan mendorong investasi yang lebih besar, dimana tingkat bunga yang lebih tinggi akan menurunkan minat untuk investasi sebagaimana hal tersebut akan lebih mahal dibandingkan dengan meminjam uang. Walaupun jika suatu perusahaan lain memilih untuk menggunakan dananya sendiri untuk investasi, tingkat bunga menunjukkan suatu biaya kesempatan dari investasi dana tersebut daripada meminjamkan untuk mendapatkan bunga. Suatu rencana investasi perlu dianalisis secara seksama. Analisis rencana investasi pada dasarmya merupakan penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (baik besar atau kecil) dapat dilaksanakan dengan berhasil, atau suatu metode penjajakan dari suatu gagasan usaha/bisnis tentang kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha/bisnis tersebut dilaksanakan, sehingga investasi tidak gagal dan dapat menghasilkan rate of return sesuai dengan yang diharapkan.



8



9



2.2 Jenis Investasi Keputusan investasi dapat di lakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai kelebihan dana. Menurut Sunariyah (2004:4) investasi dalam arti luas terdiri dari dua bagian utama yaitu: 1. Investasi dalam bentuk aktiva rill (Real Asset) Berupa aktiva berwujud seperti emas, perak, intan, barang-barang seni dan real estate. 2. Investasi dalam bentuk surat-surat berharga (Financial Asset) Berupa surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva rill yang di kuasai oleh entitas. Pilihan aktiva financial dalam rangka invetasi pada sebuah entitas dapat di lakukan dengan dua cara: a. Investasi langsung (Direct Investment) Investasi langsung dapat di artikan sebagai suatu pemilikan surat-surat berharga secara langsung dalam suatu entitas yang secara resmi telah go public dengan harapan akan mendapatkan keuntungan berupa penghasilan dividend dan capital gains. b. Investasi tidak langsung (Indirect Investment) Investasi tidak langsung terjadi bilamana surat-surat berharga yang di miliki di perdagangkan kembali oleh perusahaan investasi yang berfungsi sebagai perantara. 2.3 Jenis-jenis Pengeluaran Investasi Ada tiga jenis pengeluaran dalam investasi, yaitu: 1. Investasi Tetap Bisnis (Business Fixed Investment) Mencakup peralatan dan struktur yang dibeli perusahaan untuk proses produksi. Bagian terbesar dari pengeluaran investasi, yaitu kira-kira tiga perempat dari totalnya, adalah investasi bisnis. Investasi tetap bisnis mencakup segala sesuatu dari mesin faks sampai pabrik, dari komputer sampai mobil perusahaan. Model investasi tetap bisnis standar disebut model investasi neoklasik (neoclassical model of investment). Model neoklasik mengkaji manfaat dan biaya bagi perusahaan untuk memiliki barang-barang modal. Model ini menunjukkan bagaimana tingkat investasi –tambahan persediaan modal- dikaitkan dengan



10



produk marjinal modal, tingkat bunga, dan aturan perpajakan yang mempengaruhi perusahaan. Untuk mengembangkan model ini, ada dua jenis perusahaan dalam perekonomian (sebagai contoh). Perusahaan produksi (production firms) menghasilkan barang dan jasa dengan menggunakan modal yang disewa. Perusahaan penyewaan (rental firms) membuat seluruh investasi dalam perekonomian; perusahaan ini membeli modal dan menyewakannya kepada perusahaan-perusahaan produksi. Kebanyakan perusahaan dalam perekonomian aktual melaksanakan kedua fungsi itu: mereka memproduksi barang dan jasa, dan menginvestasikan modal untuk produksi masa depan. Namun, analisa ini akan lebih sederhana jika memisahkan kedua aktivitas ini dengan membayakan aktivitas tersebut dilakukan dalam perusahaan yang berbeda. 2. Investasi Residensial (Residential Investment) Mencakup rumah baru yang orang beli untuk tempat tinggal dan yang dibeli tuan tanah untuk disewakan. a. Ekuilibrium Saham dan Penawaran Aliran Investasi Model ini terdiri dari dua bagian. Pertama, pasar untuk stok rumah yang telah ada yang menentukan harga rumah ekuilibrium. Kedua, harga rumah yang menentukan aliran investasi residensial. Salah satu determinan permintaan rumah yang penting adalah tingkat bunga riil. Banyak orang membuat pinjaman hipotek untuk membeli rumah mereka; tingkat bunga adalah biaya pinjaman. Bahkan beberapa orang yang tidak harus meminjam untuk membeli rumah akan merespon tingkat bunga tersebut, karena tingkat bunga adalah biaya oportunitas dari memegang kekayaan dalam bentuk rumah dibanding menaruhnya di bank. Karena itu, penurunan dalam tingkat bunga meningkatkan permintaan ruma, harga rumah, dan investasi residensial.



11



Harga Relatif Rumah, PH/P



PH/P



Penawaran



Penawaran



Permintaan Stok rumah, KH



Gambar 2.1 Pasar Rumah



Aliran Investasi Residensial, IH



Gambar 2.2 Penawaran Rumah Baru



Pada bagian (a) menunjukkan bagaimana harga relative rumah PH/P ditentukan oleh penawaran dan permintaan terhadap stok rumah yang telah ada. Pada setiap titik waktu, penawaran rumah adalah tetap. Stok ini ditunjukkan dengan kurva penawaran vertikal. Kurva permintaan rumah miring ke bawah, karena harga yang tinggi menyebabkan orang-orang tinggal di rumah yang lebih kecil, menumpang, atau bahkan kadang-kadang menjadi tunawisma. Harga rumah disesuaikan untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan. Pada bagian (b) menunjukkan bagaimana harga relatif rumah menentukan penawaran rumah baru. Perusahaan konstruksi membeli bahan dan mempekerjakan karyawan untuk membangun rumah, lalu menjual rumah tersebut pada harga pasar. Biayanya bergantung pada tingkat harga keseluruhan P (yang mencerminkan biaya kayu, batu bata, semen, dan lainlain), dan penerimaan mereka bergantung pada harga rumah PH. semakin tinggi harga relatif rumah, semakin besar insentif untuk membangun rumah dan semakin banyak rumah dibangun. Karena itu, aliran rumah baru – investasi residensial – bergantung pada harga ekuilibrium yang ditetapkan di pasar rumah yang ada.



12



b. Perubahan Permintaan Rumah Bila permintaan akan rumah bergeser, harga ekuilibrium rumah berubah, dan perubahan ini akan mempengaruhi investasi residensial. Kurva permintaan akan rumah dapat bergeser karena berbagai sebab seperti, booming ekonomi meningkatkan pendapatan nasional dan juga permintaan terhadap rumah. Tingginya kenaikan populasi, bisa jadi diakibatkan karena imigrasi, juga meningkatkan permintaan rumah. c. Investasi Persediaan (Inventory Investment) Investsai persediaan (mencakup barang-barang yang disimpan perusahaan di gudang) pada saat yang sama dapat tidak bernilai apa-apa dan bisa memiliki signifikasi yang besar. Investasi persediaan merupakan salah satu komponen pengeluaran terkecil, rata-rata sekitar 1 persen dari GDP. Pada masa resesi, perusahaan berhenti mengganti kembali persediaan mereka begitu barang dijual, dan investasi persediaan menjadi negatif. Pada resesi tipikal, lebih separuh penurunan pengeluaran berasal dari penurunan investasi persediaan. - Alasan menyimpan Persediaan, yaitu: 1. Pemerataan Produksi (Production Smoothing) Salah satu kegunaan persediaan adalah untuk meratakan tingkat produksi sepanjang waktu. Seperti, perusahaan yang mengalami booming dan penurunan penjualan secara temporer. Selain menyesuaikan produksi barang pada kondisi mapan. Ketika penjualan rendah, perusahaan memproduksi lebih banyak dari yang dijual dan menyimpan kelebihan barang itu sebagai persediaan. Ketika penjualan tinggi, perusahaan memproduksi lebih sedikit dari yang dijual dan menjual persediaannya. 2. Persediaan Sebagai Faktor Produksi (Inventories as a Factor of Production) Alasan menyimpan persediaan adalah persediaan membuat perusahaan beroperasi secara efisien. Seperti, toko-toko eceran, dapat menjual barangbarang dagangan lebih efektif jika mereka memiliki barang untuk ditunjukkan kepada pelanggan. Perusahaan manufaktur menyimpan persediaan suku cadang untuk mengurangi waktu pada saat terhentinya lini perakitan ketika mesin-mesin rusak. Dalam beberapa cara, hal ini dapat dipandang persediaan sebagai factor produksi (inventories as a factor of 13



production): Semakin besar persediaan yang disimpan perusahaan, semakin besar output yang diproduksi. 3. Pencegahan kehabisan Barang (Stock-out Avoidance) Menyimpan persediaan dapat menghindari kehabisan barang ketika penjualan tiba-tiba melonjak. Perusahaan seringkali harus membuat keputusan produksi sebelum mengetahui tingkat permintaan pelanggan. Contoh: penerbit harus memutuskan berapa banyak buku baru yang harus dicetak sebelum mengetahui apakah buku itu akan popular. Jika permintaan melebihi produksi dan tidak ada persediaan, barang akan habis selama satu periode, serta perusahaan akan kehilangan penjualan dan laba. 4. Barang dalam Proses (Work in Process) Beberapa barang mungkin membutuhkan beberapa tahap dalam produksi dan karena itu, membutuhkan waktu. Ketika barang baru selesai sebagian,



komponen-komponennya



dihitung



sebagai



bagian



dari



persediaan perusahaan. -



Model Percepatan Persediaan Model



percepatan



persediaan



mengasumsikan



bahwa



perusahaan menyimpan persediaan yang proposional terhadap tingkat output perusahaan. Alasannya, ketika output tinggi, perusahaanperusahaan manufaktur memerlukan lebih banyak bahan serta persediaan yang disimpan, dan mereka memiliki lebih banyak barang dalam proses. Ketika perekonomian mengalami masa booming, perusahaan-perusahaan eceran ingin memiliki lebih banyak barang dagangan yang akan ditunjukkan kepada pelanggan. Jadi, jika N adalah persediaan perekonomian dan Y adalah output, maka N = Y, Dimana  adalah parameter yang menunjukkan berapa banyak persediaan yang akan disimpan perusahaan sebagai proporsi output. Investasi persediaan I adalah perubahan dalam persediaan N. karena itu, I = N = Y.



14



Model percepatan memprediksi bahwa investasi persediaan adalah proporsional terhadap perusahaan output. Ketika output naik, perusahaan ingin menyimpan lebih banyak persediaan, sehingga investasi persediaan tinggi. Ketika output turun, perusahaan ingin menyimpan lebih sedikit persediaan, sehingga mereka membiarkan persediaan turun, dan investasi persediaan negatif. Model ini disebut model percepatan karena variable Y adalah tingkat di mana perusahaan memproduksi barang, maka Y merupakan “percepatan” produksi. Model ini menyatakan bahw investasi persediaan bergantung pada apakah perekonomian tumbuh dengan cepat atau melambat. 2.4 Kriteria Investasi Kriteria investasi bermanfaat dalam melakukan pengukuran manfaat atau keuntungan yang akan diperoleh jika melakukan investasi terhadap suatu usaha. Banyak orang yang menanggung rugi karena tidak melakukan perhitungan atau tidak mengukur terlebih dahulu tingkat visibilitas dan share profit serta management risknya ketika melakukan investasi. Ada banyak kriteria investasi yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat investasi, dimana kriteria tersebut dapat membantu untuk melihat apakah investasi tersebut dapat memungkinkan dan menguntungkan atau tidak. Kriteria investasi merupakan sebuah metode analisis yang dipakai untuk memperhitungkan antara biaya yang dikeluarkan dengan kemanfaatan yang akan diperoleh selama investasi tersebut dilakukan. Dalam mengukur atau menilai investasi yang akan atau telah terjadi terdapat beberapa kriteria yang digunakan antara lain, yaitu: 1. Payback Period Payback period adalah waktu yang dibutuhkan agar investasi yang direncanakan dapat dikembalikan, atau waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik impas. Jika waktu yang dibutuhkan makin pendek, maka proposal investasi dianggap makin baik. Namun, harus berhati-hati menafsirkan kriteria payback period. Karena, ada investasi yang baru menguntukkan dalam jangka panjang (> 5 tahun).



15



2. Net Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio) Net B/C adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan NPV negativf.Net B/C mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan dibandingkan dengan hasil (output) yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan dinotasikan sebagai C (cost). Output yang dihasilkan dinotasikan sebagai B (benefit). Jika nilai B/C sama dengan 1, maka B = C, output yang dihasilkan sama dengan biaya yang dikeluarkan. Bila nilai B/C < 1 maka B < C berarti output yang dihasilkan lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan, begitu pula sebaliknya. Proposal investasi akan diterima jika B/C > 1, berarti ouput yang dihasilkan lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. 3. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV)sering diterjemahkan sebagai nilai bersih sekarang. NPV dari suatu proyek atau gagasan usaha merupakan nilai sekarang (Present Value) dari selisih antara benefit (manfaat) dengan cost (biaya) pada discount rate tertentu. NPV merupakan kelebihan benefit (manfaat) dibandingkan dengan cost (biaya). Menurut A. Choliq dkk, (1994), NPV merupakan manfaat yang diperoleh pada suatu masa proyek yang diukur pada tingkat suku bunga saat ini yang relevan. Selain itu, NPV juga dapat diartikan sebagai nilai saat ini dari suatu investasi yang dilakukan. Indikator NPV:



- Jika NPV > 0 (positif), maka proyek layak untuk dilaksanakan. - Jika NPV < 0 (negatif), maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. 4. Internal Rate of Return (IRR) Internal rate of return adalah nilai tingkat pengembalian investasi, dihitung pada saat NPV sama dengan nol. Keputusan untuk menerima/menolak rencana investasi dilakukan berdasarkan hasil perbandingan IRR dengan tingkat pengembalian investasi yang diinginkan (r).



16



2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Investasi Laju investasi yang ditanam disuatu negara atau daerah, dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1. Pengaruh Nilai Tukar Secara teoritis dampak perubahan tingkat / nilai tukar dengan investasi bersifat uncertainty (tidak pasti). Shikawa (1994), mengatakan pengaruh tingkat kurs yang berubah pada investasi dapat langsung lewat beberapa saluran, perubahan kurs tersebut akan berpengaruh pada dua saluran, sisi permintaan dan sisi penawaran domestik. Dalam jangka pendek, penurunan tingkat nilai tukar akan mengurangi investasi melalui pengaruh negatifnya pada absorbsi domestik atau yang dikenal dengan expenditure reducing effect. Karena penurunan tingkat kurs ini akan menyebabkan nilai riil aset masyarakat yang disebabkan kenaikan tingkat hargaharga secara umum dan selanjutnya akan menurunkan permintaan domestik masyarakat. Gejala diatas pada tingkat perusahaan akan direspon dengan penurunan pada pengeluaran / alokasi modal pada investasi. Pada sisi penawaran, pengaruh aspek pengalihan pengeluaran (expenditure switching) akan perubahan tingkat kurs pada investasi relatif tidak menentu. Penurunan nilai tukar mata uang domestik akan menaikkan produk-produk impor yang diukur dengan mata uang domestik dan dengan demikian akan meningkatkan harga barang-barang yang diperdagangkan / barang-barang ekspor (traded goods) relatif terhadap barang-barang yang tidak diperdagangkan (non traded goods), sehingga didapatkan kenyataan nilai tukar mata uang domestik akan mendorong ekspansi investasi pada barang-barang perdagangan tersebut. 2. Pengaruh Tingkat Suku Bunga Tingkat bunga mempunyai pengaruh yang signifikan pada dorongan untuk berinvestasi. Pada kegiatan produksi, pengolahan barang-barang modal atau bahan baku produksi memerlukan modal (input) lain untuk menghasilkan output / barang final. 3. Pengaruh Tingkat Inflasi Tingkat inflasi berpengaruh negatif pada tingkat investasi hal ini disebabkan karena tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan resiko proyek-proyek investasi dan dalam jangka panjang inflasi yang tinggi dapat mengurangi rata-rata masa jatuh pinjam modal serta menimbulkan distrosi informasi tentang hargaharga relatif. Disamping itu menurut Greene dan Pillanueva (1991), tingkat inflasi 17



yang tinggi sering dinyatakan sebagai ukuran ketidakstabilan roda ekonomi makro dan suatu ketidakmampuan pemerintah dalam mengendalikan kebijakan ekonomi makro. Di Indonesia kenaikan tingkat inflasi yang cukup besar biasanya akan diikuti dengan kenaikan tingkat suku bunga perbankan. Dapat dipahami, dalam upayanya menurunkan tingkat  inflasi yang membumbung, pemerintah sering menggunakan kebijakan moneter uang ketat (tigh money policy). Dengan demikian tingkat inflasi domestik juga berpengaruh pada investasi secara tidak langsung melalui pengaruhnya pada tingkat bunga domestik. 4. Pengaruh Infrastruktur Seperti dilakukan banyak negara di dunia, pemerintah mengundang investor guna berpartisipasi menanamkan modalnya di sektor-sektor infrastruktur, seperti jalan tol, sumber energi listrik, sumber daya air, pelabuhan, dan lain-lain. Partisipasi tersebut dapat berupa pembiayaan dalam mata uang rupiah atau mata uang



asing.



Melihat



perkembangan



makro-ekonomi



saat



ini,



terutama



memperhatikan kecenderungan penurunan tingkat bunga. Pembangunan kembali infrastruktur tampaknya menjadi satu alternatif pilihan yang dapat diambil oleh pemerintah dalam rangka menanggulangi krisis. Pembangunan infrastruktur akan menyerap banyak tenaga kerja yang selanjutnya akan berpengaruh pada meningkatnya gairah ekonomi masyarakat. Dengan infrastruktur yang memadai, efisiensi yang dicapai oleh dunia usaha akan makin besar dan investasi yang didapat semakin meningkat. 2.6 Sumber-sumber Dana Investasi Kendati banyak sumber-sumber pendanaan investasi, namun pada umumnya sumber dana investasi hanya di lihat melalui:



- Investasi oleh masyarakat swasta nasional/Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)



- Investasi oleh pihak Asing/Penanaman Modal Asing (PMA) A. Penanaman Modal Asing Dalam Negeri (PMDN) Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Ketentuan mengenai Penanaman Modal diatur didalam Undang-Undang No. 25 18



Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Penanam modal Negeri dapat dilakukan oleh perseorangan warga negara Negeri, Badan Usaha Negeri, dan/atau Pemerintah Negeri yang melakukan penanaman modal; di wilayah negara Republik Indonesia. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN): 1. Potensi dan karakteristik suatu daerah. 2. Budaya masyarakat. 3. Pemanfaatan era otonomi daerah secara proposional. 4. Peta politik daerah dan nasional. 5. Kecermatan pemerintah daerah dalam menentukan kebijakan lokal dan peraturan daerah yang menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia bisnis dan investasi. Syarat-syarat Penanaman Modal Dalam Negeri: a. Permodalan: menggunakan modal yang merupakan kekayaan masyarakat Indonesia (Pasal 1, Ayat 1, UU No. 6 Tahun 1968) baik langsung maupun tidak langsung. b. Pelaku Investasi: negara dan swasta. Pihak swasta dapat terdiri dari orang dan atau badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum di Indonesia. c. Bidang usaha: semua bidang yang terbuka bagi swasta, yang dibina, dipelopori atau dirintis oleh pemerintah. d. Perizinan dan perpajakan: memenuhi perizinan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah. Antara lain: izin usaha, lokasi, pertanahan, perairan, eksplorasi, hak-hak khusus, dll. e. Batas waktu berusaha: merujuk kepada peraturan dan kebijakan masingmasing daerah. f. Tenaga kerja: wajib menggunakan tenaga ahli bangsa Indonesia, kecuali apabila jabatan-jabatan tertentu belum dapat diisi dengan tenaga bangsa Indonesia. g. Mematuhi ketentuan UU ketenagakerjaan (merupakan hak dari karyawan). Penanaman modal dalam negeri memberikan peranan dalam pembangunan ekonomi di negara-negara sedang berkembang, hal ini terjadi dalam berbagai bentuk. Modal Investasi mampu mengurangi kekurangan tabungan dan melalui pemasukan peralatan modal dan bahan mentah, dengan demikian menaikkan laju pemasukan modal. Selain itu tabungan dan investasi yang rendah mencerminkan kurangnya modal di negara keterbelakangan teknologi. Bersamaan dengan modal 19



uang dan modal fisik, modal investasi yang membawa serta keterampilan teknik, tenaga ahli, pengalaman organisasi, informasi pasar, teknik-tekink produksi maju, pembaharuan produk dan lain-lain. Selain itu juga melatih tenaga kerja setempat pada keahlian baru. Semua ini pada akhirnya akan mempercepat pembangunan ekonomi negara terbelakang. B. Penanaman Modal Asing (PMA) Dalam literatur ekonomi makro, investasi asing dapat dilakukan dalam dua bentuk, yaitu investasi portofolio dan investasi langsung atau foreign direct investment (FDI). Investasi portofolio ini dilakukan melalui pasar modal dengan instrumen surat berharga seperti saham dan obligasi. Sedangkan investasi langsung yang dikenal dengan Penanaman Modal Asing (PMA) merupakan bentuk investasi dengan jalan membangun, membeli total atau mengakuisisi perusahaan. Penanaman Modal di Indonesia diatur dengan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal). Dibanding dengan investasi portofolio, Penanaman Modal Asing (PMA) lebih banyak mempunyai kelebihan, diantaranya sifatnya permanen (jangka panjang), banyak memberikan andil dalam alih teknologi, alih keterampilan manajemen, dan membuka lapangan kerja baru. Lapangan kerja ini, sangat penting bagi negara sedang berkembang mengingat terbatasnya kemampuan pemerintah untuk penyediaan lapangan kerja. Sedangkan, dalam investasi portofolio, dana yang masuk ke perusahaan yang menerbitkan surat berharga (emiten), belum tentu membuka lapangan kerja baru. Sekalipun ada emiten yang setelah mendapat dana dari pasar modal untuk memperluas usahanya atau membuka usaha baru yang hal ini berarti membuka lapangan kerja. Tidak sedikit pula dana yang masuk ke emiten hanya untuk memperkuat struktur modal atau mungkin malah untuk membayar utang bank. Selain itu proses ini tidak terjadi alih teknologi atau alih keterampilan manajemen.



20



Modal asing dapat berperan penting dalam memobilisasi dana maupun transformasi struktural. Kebutuhan akan modal asing menjadi menurun segera setelah perubahan struktural benar-benar terjadi meskipun modal asing di masa selanjutnya lebih produktif. Bagi negara-negara sedang berkembang yang tidak mampu memulai membangun industri-industri berat dan industri strategis, adanya modal asing akan sangat membantu untuk dapat mendirikan pabrik-pabik baja, alat-alat mesin, pabrik elektronik, industri kimia dasar dan sebagainya. Selama ini investor domestik di negara yang sedang berkembang enggan melakukan usaha yang beresiko tinggi seperti eksploitasi sumber-sumber daya alam yang belum dimanfaatkan dan membuka lahan-lahan baru, maka hadirnya investor asing akan sangat mendukung merintis usaha dibidang-bidang tersebut. Adanya



pengadaan



prasarana



negara,



pendirian



industri-industri



baru,



pemanfaatan sumber-sumber baru, pembukaan daerah-daerah baru, akan membuka kecenderungan baru yaitu meningkatkan lapangan kerja. Sehingga tekanan pendudukan pada tanah pertanian berkurang dan pengangguran dapat diatasi. Inilah keuntungan sosial yang diperoleh dari kehadiran investor asing. Adanya transfer teknologi mengakibatkan tenaga kerja setempat menjadi terampil, sehingga meningkatkan marginal produktifitasnya, akhirnya akan meningkatkan keseluruhan upah riil. Semua ini menunjukkan bahwa modal asing cenderung menaikkan tingkat produktifitas, kinerja dan pendapatan nasional.Dengan demikian, kehadiran PMA bagi negara sedang berkembang sangat diperlukan untuk mempercepat pembangunan ekonomi. Modal asing membantu dalam industrialisasi, pembangunan modal dan menciptakan kesempatan kerja, serta keterampilan teknik. Melalui modal asing terbuka daerah-daerah dan tergarap sumber-sumber baru. Resiko dan kerugian pada tahap perintisan juga tertanggung, selanjutnya modal asing mendorong pengusaha setempat untuk bekerjasama. Modal asing juga membantu mengurangi problem neraca pembayaran dan tingkat inflasi, sehingga akan memperkuat sektor usaha negara dan swasta domestik negara tuan rumah. Dalam jangka pendek atau menengah, investasi asing sangat menguntungkan dalam pertumbuhan ekonomi. Investasi ini, dalam jangka pendek dapat mempengaruhi kesejahteraan ekonomi suatu bangsa. Investasi asing ini dapat membantu memenuhi segala sesuatu yang diperlukan oleh penduduknya dalam jangka pendek. PMA dalam jangka panjang dapat mengurangi tingkat tabungan 21



yang tercipta pada masa yang akan datang apabila kegiatan PMA justru mempertinggi tingkat konsumsi masyarakat. Adanya perusahaan-perusahaan asing juga dapat menghambat perkembangan perusahaan-perusahaan nasional yang sejenis dengannya. Apabila perkembangan perusahaan-perusahaan asing tersebut mematikan perusahaan-perusahaan nasional yang sudah ada, maka hal ini akan menimbulkan pengangguran dan menghapuskan mata pencaharian golongan masyarakat tertentu (Mudrajad, 2000). Dengan demikian, dalam jangka panjang keuntungan tidak lagi diperoleh negara yang bersangkutan, namun investasi lebih memberikan keuntungan bagi negara yang mengeluarkan investasi. 2.7 Resiko Investasi Risiko adalah kemungkinan dari investasi yang di lakukan oleh investor mengalami kegagalan dalam memenuhi tingkat pengembalian yang investor harapkan. Adapun jenis-jenis resiko yang mungkin di hadapi oleh para investor dalam melakukan kegiatan investasi di kemukakan oleh Reilly (2003:15), di antaranya: 1. Business Risk Kemungkinan kerugian yang di derita perusahaan karena keuntungan yang di peroleh lebih kecil dari keuntungan yang di harapkan. 2. Financial Risk Risiko yang di timbulkan dari cara perusahaan membiayai kegiatannya misalnya, penggunaan utang dalam membiayai asset perusahaan. 3. Liquidity Risk Adanya ketidak pastian yang timbul pada saat sekuritas berada di pasar sekunder. 4. Exchange Risk Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestic dengan nilai mata uang negaranya. 5. Country Risk Risiko ini berkaitan dengan kestabilan politik serta kondisi lingkungan perekonomian di suatu Negara.



22



Tandelilin (2001:50), menyebutkan beberapa sumber risiko yang dapat mempengaruhi besarnya risiko atas surat investasi, antara lain adalah: 1. Risiko Suku Bunga 2. Risiko Pasar 3. Risiko Inflasi 4. Risiko Bisnin 5. Risiko Financial 6. Risiko Likuiditas 7. Risiko Nilai Tukar Mata Uang 8. Risiko Negara Adapun resiko yang harus dihadapi dalam setiap keputusan investasi mengharuskan investor untuk berhati-hati dan melakukan analisa serta pertimbangan yang matang. Pengetahuan dan pemahaman yang cukup akan membantu investor dalam mempertimbangkan suatu alternative investasi. Karena itu seorang investor atau pelaku investasi yang akan berinvestasi dalam sekuritas saham sebaiknya memiliki pemahaman mengenai pasar modal bagaimana proses berinvestasi pada sekuritas serta karakteristik saham itu sendiri.



23



BAB III PENUTUP



Investasi adalah suatu kegiatan dimana investor menanamkan kekayaannya untuk dijadikan modal usaha dengan maksud agar mendapatkan keuntungan yang besar. Dengan adanya investasi tersebut, bisa memberikan andil bagi perkembangan negara.Dapat disimpulkan bahwa investasi merupakan salah satu indikator penentu tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi suatu negara. Dengan kata lain, semakin tinggi nilai investasi dalam suatu negara maka akan semakin tinggi pula pertumbuhan dan pembangunan ekonomi dari negara yang bersangkutan. Didalam penanaman modal dalam negeri, penekanannya lebih kepada aspek perseorangan warga negara Indonesia, badan usaha milik negara, dan/atau pemerintah Negara Indonesia yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia. Sedangkan dalam penanaman modal asing penekanannya lebih kepada perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia, dengan kegiatan usaha-usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan dan batasan kepemilikan modal asing atas bidang usaha perusahaan diatur didalam Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2010. Dengan beberapa pertimbangan, maka dapat disimpulkan bahwa negara Indonesia adalah sebuah negara yang sedang berkembang, dan tentunya masih banyak dana-dana yang diperlukan untuk melangsungkan hidupnya, salah satunya melalui Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing. Dengan tersedianya modal yang mencukupi, diharapkan dapat menjadi faktor utama yang berperan dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional, sehingga tujuan pembangunan nasional: masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera, dapat tercapai. Ada tiga jenis pengeluaran dalam investasi, yaitu: 1) Investasi Tetap Bisnis (Business Fixed Investment) Mencakup peralatan dan struktur yang dibeli perusahaan untuk proses produksi. 2) Investasi Residensial (Residential Investment) Mencakup rumah baru yang orang beli untuk tempat tinggal dan yang dibeli tuan tanah untuk disewakan. 3). Investasi Persediaan (Inventory Investment) Mencakup barang-barang yang disimpan perusahaan di gudang, termasuk bahan-bahan dan persediaan, barang dalam proses, dan barang jadi. 24



Kriteria investasi bermanfaat dalam melakukan pengukuran manfaat atau keuntungan yang akan diperoleh jika melakukan investasi terhadap suatu usaha. Dalam mengukur atau menilai investasi yang akan atau telah terjadi terdapat beberapa kriteria yang digunakan antara lain, yaitu: 1) Payback Period waktu yang dibutuhkan agar investasi yang direncanakan dapat dikembalikan, atau waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik impas. 2) Net Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio) perbandingan antara jumlah NPV positif dengan NPV negatif. 3).Net Present Value (NPV sering diterjemahkan sebagai nilai bersih sekarang. 4) Internal Rate of Return (IRR) nilai tingkat pengembalian investasi, dihitung pada saat NPV sama dengan nol.



25